Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI

RESUME BAB III


“ELEMEN DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI”

DOSEN PENGAMPU
Putu Sri Arta Jaya Kusuma S.E., M.Si.

OLEH KELOMPOK 9
Ni Putu Ary Dewi Suryantini 119211234
Insani Nurul Hayati 119211247
Dynda Novi Rhiana 119211254

KELAS A
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR
2021
Pemikiran Mengenai Teori

a. Jenis Struktur Teoritis


Unsur-unsur yang terkandung dalam teori adalah konsep, dalil, dan hipotesis yang saling
berhubungan dalam suatu struktur sistematis yang memungkinkan diberikannya
penjelasan dan prediksi. Hubungan yang sistematis dari hipotesis yang saling
berhubungan ini diperoleh melalui formalisasi suatu teori, yaitu, dengan menggunakan
sebuah sistem bahasa formal yang telah diaksiomasi dan diartikan dengan tepat.
Aksiomasi itu sendiri terdiri atas aturan-aturan transformasi yang mengindikasikan
bagaimana pernyataan-pernyataan dikombinasikan untuk mendeduksi pernyataan-
pernyataan lain dalam teori ini. Tingkatan formalisasi dari suatu teori menghasilkan enam
jenis utama struktur teoritis, yaitu:
- Teori deduktif lengkap (Deductively Complete Theories) yang memiliki sebuah
struktur formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang dijelaskan secara penuh
dan seluruh langkah-langkah dalam perluasan deduktifnya dinyatakan dengan
lengkap.
- Teori hierarki (Hierarchical Theories) adalah teori-teori di mana hukum-hukum
komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan kecil prinsip-
prinsip dasar Prapengandaian sistematis (Systematic Presuppositions) meliputi
formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya suatu isi dari teori yang lengkap
atau lengkap sebagian.
- Teori kuasi-deduktif (Quasi-Deductive Theories) adalah teori dengan deduktif kuasi
karena menggunakan logika induktif, penggunaan proses deduktif yang tidak
lengkap, atau mengandalkan pada primitive-primitif relatif.
- Percobaan-percobaan teoretis (Theoretical Attempts) adalah sistem-sistem yang dapat
tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep atau manipulasi, dapat dibuat paling
tidak sebagian menjadi sebuah struktur formal atau sistem verbal yang bahkan
sebagian daripadanya tidak dapat diformalisasi tanpa modifikasi yang substansial atau
konsep-konsep yang digunakan dan klarifikasi dari hubungan deduktif yang
diusulkan.
- Teori yang saling berhubungan (Concatenated Theories) adalah teori yang hukum-
hukum komponennya bekerja dalam jaringan hubungan sehingga membentuk suatu
konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.
b. Fungsi dan Struktur Teori
Teori dapat diidentifikasikan melalui struktur dan fungsi yang dijalankannya. Masing-
masing fungsi ini menjadi kriteria dalam evaluasi atas kontribusi yang diberikan oleh
teori dalam memenuhi kebutuhan dan disiplin lainnya. Klasifikasi fungsi menurut John
Harvard dan Sheth Jagdish:
- Fungsi deskriptif (Descriptive Function) mencakup penggunaan gagasan atau konsep
dan hubungan yang mereka miliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas suatu
fenomena dan kekuatan-kekuatan yang mendasarinya.
- Fungsi pembatasan (Delimiting Function) mencakup pemilihan suatu peristiwa
favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas abstraksi yang
diformulasikan dari tahapan deskriptif tersebut.
- Fungsi generatif (Generative Function) adalah kemampuan untuk menghasilkan
hipotesis yang dapat diuji, yang merupakan tujuan utama dari suatu teori, atau untuk
memberikan prasangka, pemikiran, dan ide-ide yang menjadi dasar pengembangan
suatu hipotesis.
- Fungsi integratif (Integrative Function) adalah kemampuan untuk menyajikan secara
koheren dan konsisten, integrasi dan berbagai konsep dan hubungan dalam suatu
teori.
- Tingkat abstraksi (Level Of Abstraction) meliputi penyederhanaan dan generalisasi
konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang kurang relevan dalam
menjelaskan suatu fenomena.

c. Evaluasi Teori
Keberhasilan pengembangan suatu teori bergantung pada kebenaran yang ia miliki dan
sampai sejauh mana ia memiliki kesesuaian dengan kenyataan. Suatu teori dievaluasi
untuk membuktikan kecukupan dari permasalahan yang dikemukakannya. Dari 70
kriteria teori-teori yang baik seperti diungkapkan oleh berbagai literatur S.C. Dodd
memilih 24 kriteria evaluasi yang paling relevan yang disusun dengan urutan yang paling
penting: 1)dapat diverifikasi, 2)dapat diprediksi, 3) konsisten, 4) andal, 5)akurat, 6)
umum, 7) utilitas, 8)penting, 9) multi-penerapan, 10)memiliki satu arti, 11)dapat
dikendalikan, 12)dapat distandarkan, 13)sinergi, 14)kehematan, 15)kesederhanaan,
16)stabilitas, 17)keseringan, 18)kemampuan untuk diterjemahkan, 19)kelangsungan, 20)
ketahanan, 21)pengenalan, 22)kepopuleran, 23)kemanjuran, 24) densitas.

d. Teori Umum Versus Teori Menengah Tentang Akuntansi


Suatu teori didefinisikan sebagai suatu gagasan, definisi, dan usulan yang saling
bergantung satu sama lain, yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari suatu
fenomena. Teori akuntansi menengah diakibatkan oleh adanya perbedaan-perbedaan
yang terjadi dalam cara para peneliti mengartikan baik “pengguna” dari data akuntansi
maupun “lingkungan” di mana para pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya
bertingkah laku.

Pemikiran mengenai konsep


a. Hakikat dan Pentingnya Konsep
Konsep secara fundamental adalah sesuatu yang penting, baik dalam akuntansi
maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Konsep teoritis adalah konsep yang memainkan
peranan khusus dan terkandung dalam suatu teori tertentu. Konsep disposisi mengacu
kepada suatu kecenderungan untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang spesifik menurut
kondisi-kondisi tertentu yang dapat ditetapkan.
b. Validitas Konsep
Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai
suatu konsep yang bermanfaat yang dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
Jenis-jenis validitas konsep yang terdapat dalam literatur-literatur menurut Zaltman
dan rekan-rekannya:
1. Validitas Obsevasional
2. Validitas isi
3. Validitas yang berhubungan dengan kriteria : Validitas prediktif & validitas
konkuren
4. Validitas gagasan : Validitas konvergen, Validitas diskriminan, dan Validitas
nomologi
5. Validitas sistematik
6. Validitas semantik
7. Validitas pengendalian

Menangani Hipotesis
a. Dari Dalil Ke Hipotesis
Dalil dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori tersebut.
Dalil dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak berpengalam
dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbarui berdasarkan atas pengetahuan yang baru
diperoleh.Suatu hipotesis, oleh karenanya, adalah dalil mengenai suatu hubungan yang
kebenaran atau kesalahannya masih harus ditentukan oleh suatu ujian empiris.
b. Konfirmasi Ke Hipotesis
Akuntansi memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup keseragaman dan
keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan empiris, generalisasi otoritatif,
konsep-konsep, prinsip, hukum, dan teori.Konfirmasi adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis
mampu menunjukkan kebenaran secara empiris, yaitu menggambarkan dunia nyata dengan
akurat. Pembuktian kesalahan adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu menunjukkan
bahwa ia secara empiris tidak benar, yaitu gagal untuk menggambarkan dunia nyata dengan
akurat. Hipotesis yang semata-mata dapat dikonfirmasikan datang dari pernyataan-pernyataan
eksistensial, yaitu pernyataan yang menunjukan eksistensi dari beberapa fenomena.
Hipotesis yang semata-mata dapat disanggah datang dari hukum-hukum universal, yaitu
pernyataan-pernyataan yang dapat mengambil bentuk dari persyaratan-persyaratan generalisasi
yang universal.

Hakikat Dari Penjelasan


Penjelasan adalah langkah vital dari seluruh jenis pertanyaan ilmiah. Syarat-syarat model-model
penjelasan :
1. Persyaratan akan relevansi penjelasan berarti bahwa model penjelasan harus bagaimanapun
caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan dijelaskan adalah telah diekspektasikan
mengingat kondisi-kondisi yang ada.
2. Persyaratan akan kemampuan untuk diuji berarti bahwa penjelasan ilmiah harus dapat diuji
secara empiris.
- Model fungsional atau teleology-penjelasan menjawab pertanyaan“mengapa” atas
suatu fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena
tersebut.
- Model genetik-penjelasan menjawab pertanyaan “mengapa” atas suatu fenomena
dengan mengacu kepada suatu kondisi sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-
kondisi sebelumnya.
- Model pola menjawab pertanyaan “mengapa” dengan mencocokkan suatu fenomena
ke dalam pola yang diketahui.
- Model peristiwa-peristiwa individual menjelaskan pertanyaan“mengapa” dengan
mengacu kepada penjelasan-penjelasan individu sebagai penjelasnya.
- Model empiris logis menjawab pertanyaan “mengapa” dengan tidak mengacu kepada
peristiwa-peristiwa individual namun kepada generalisasi empiris yang
menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan-temuan yang ada.

Hakikat Dari Prediksi


Prediksi dapat dilakukan dengan teknik-teknik ekstrapolasi, yang memprediksi suatu
variabel atas dasar dari variabel itu sendiri, atau teknik-teknik asosiatif, yang memprediksi suatu
variabel atas dasar dari variabel lain. Kriteria yang dikenal dalam evaluasi suatu prediksi antara
lain adalah kemampuan untuk dapat dikonfirmasi atau disangkal, ruang lingkup, presisi, akurasi,
dan kekuatan.

Konteks penemuan
Ada empat prosedur yang harus digunakan untuk menghasilkan atau menemukan
generalisasi, hukum atau teori-teori empiris yaitu mimpi, eureka, pendekatan deduktif, dan
pendekatan induktif. Mimpi yang dialami ketika tidur atau saat berangan-angan menjadi
prosedur penemuan yang memiliki peranan penting dalam penemuan ilmiah.
Pendekatan deduktif terhadap penyusunan suatu teori apapun dimulai dengan dalil-dalil
dasar dan dilanjutkan untuk menghasilkan kesimpulan logis atas subjek yang dipermasalahkan.
Langkah yang digunakan untuk menghasilkan suatu pendekatan deduktif adalah:
- Menyatakan tujuan dari laporan-laporan keuangan
- Memilih dalil-dalil akuntansi
- Menghasilkan prinsip-prinsip akuntansi
- Mengembangkan teknik-teknik akuntansi
Pendekatan induktif bagi penyusunan suatu teori dimulai dengan observasi-observasi serta
pengukuran dan selanjutnya bergerak ke arah generalisasi kesimpulan. Tahapan dari pendekatan
induktif yaitu:
- Mencatat seluruh observasi yang dilakukan
- Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi-observasi ini untuk mendeteksi
adanya hubungan yang terus berulang
- Secara induktif menghasilkan generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari
observasi-observasi yang menggambarkan hubungan yang terus berulang
- Menguji generalisasi tersebut.
Meskipun pendekatan deduktif diawali dengan usulan-usulan umum, formulasi dari
usulan-usulan tersebut sering dicapai dengan menggunakan pemikiran induktif yang
dikondisikan oleh pengetahuan dari penulis dan pengalamannya dari praktik akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai