Anda di halaman 1dari 17

ACCOUNTING THEORY STRUCTURE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi


Prodi D4 Akuntansi Keuangan

Dosen :
Jaka Maulana, SE, AK., M.Ak., CA., CPSAK

Oleh :
1. NINA KHAIRA 3.15.4.040
2. EKO PAKSI NOVIYANTO 3.15.4.043
3. FATIMAH AZZAHRAH 3.15.4.046
4. KURRATUL AINI 3.15.4.050

D4 AKUNTANSI 4B

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI KEUANGAN


POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2019
PEMBAHASAN

A. Jenis Struktur Teoritis


Definisi dari teori dinyatakan oleh Mario Bunge secara spesifik dan mendetail :
Dalam bahasa dan metascience umum, istilah “hipotesis,” “hukum,” dan “teori”
sering tertukar; kadang kala hukum dan teori dianggap sebagai bentuk lanjut dari
hipotesis. Dalam ilmu lanjutan dan metascience kontemporer, ketiga istilah tersebut
biasanya dibedakan: “hukum” atau “rumusan hukum” menunjuk kepada suatu jenis
hipotesis tertentu yaitu, non-tunggal, non-terisolasi, mengacu kepada suatu pola, serta
membenarkan; dan “teori” menunjuk kepada suatu sistem hipotesis, di mana rumusan
hukum terlihat jelas diantaranya sedemikian sehingga inti dari teori adalah suatu
sistem dari rumusan hukum. Untuk meminimalkan kesimpulan, untuk sementara kita
akan menerima penggambaran berikut ini : sekumpulan hipotesis ilmiah adalah suatu
teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu permasalahan faktual
tertentu dan setiap bagian dai kumpulan tersebut adalah suatu asumsi awal( aksioma,
asumsi tambahan, atau datum) atau suatu konsekuensi logis dari satu atau lebih
asumsi-asumsi awal.
Teori, karenanya, akan meliputi dalil-dalil yang menghubungkan konsep-
konsep dalam bentuk hipotesis yang akan diuji. Unsur-unsur yang terkandung dalam
suatu teori adalah konsep,dalil, dan hipotesis,yang saling berhubungan dalam sebuah
struktur sistematis yang memungkinkan diberikannya penjelasan dan prediksi.
Sekumpulan dalil yang secara sistematis berhubungan dan membentuk hipotesis-
hipotesis dari suatu teori adalah bahan dasar yang penting dari teori. Hubungan yang
sistematis dari hipotesis yang saling berhubungan ini diperoleh melalui formalisasi
suatu teori, yaitu, dengan menggunakan sebuah sistem bahasa formal yang telah
diaksiomasi dan diartikan dengan tepat. Aksiomasi itu sendiri terdiri atas aturan-
aturan transformasi yang mengindikasikan bagaimana pernyataan-pernyataan
dikombinasikan untuk mendeduksi pernyataan-pernyataan lain dalam teori ini.
Interpretasi ini dicapai melalui berbagai mekanisme yang dikenal sebagai definisi-

1
definisi operasional, definisi-definisi pengoordinasian, aturan-aturan koresponden,
atau korelas-korelasi epistemik.
Perbedaan antara bahasa formal dengan bahasa asli menurut Shelby Hunt :
Sistem bahasa formal berbeda dari bahasa asli, dimana mereka mengindentifikasi
semua unsur-unsur primitif dan mengembangkan suatu “kamus” yang lengkap yang
menunjukan bagaimana semua istilah-istilah non primitif dihasilkan dari unsurr-unsur
primitif tadi. Selanjutnya, daripada menggunakan aturan-aturan penyusunan yang
longgar dan terus-menerus mengalami evoluasi dari bahasa-bahasa asli, seperti
bahasa ingris, sistem-sistem bahasa yang dibentuk dengan sangat teliti dan mendalam
menentukan aturan-aturan penyusunan yang membatasi cara-cara yang dibolehkan
untuk mengombinasikan berbagai unsur dalam membentuk suatu pernyataan.
Unsur - unsur yang terkandung dalam teori adalah konsep, dalil, dan hipotesis
yang saling berhubungan dalam suatu struktur sistematis yang memungkinkan
diberikannya penjelasan dan prediksi. Hubungan yang sistematis dari hipotesis yang
saling berhubungan ini diperoleh melalui formalisasi suatu teori, yaitu, dengan
menggunakan sebuah sistem bahasa formal yang telah diaksiomasi dan diartikan
dengan tepat. Tingkatan formalisasi dari suatu teori menghasilkan enam jenis utama
struktur teoritis, yaitu :
a. Teori deduktif lengkap (deductively complete theories) memiliki sebuah
struktur formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang telah dijelaskan
secara penuh dan seluruh langkah-langkah dalam perluasan deduktifnya
dinyatakan dengan lengkap.
b. teori hierarki (hierarchical theories) dan didefinisakan sebagai teori-teori
dimana hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu
kumpulan kecil prinsip-prinsip dasar.
c. Prapengandaian sistematis (systematic presuppositions) meliputi formulasi-
formulasi yang mengandaikan sebelumnya suatu isi dari teori yang lengkap atau
lengkap sebagian.

2
d. Teori kuasi- deduktif (quasy- deductive theories) adalah teori dengan deduktif
koasi ( seolah-olah ) karena menggunakan logika induktif, pengguanaan proses
deduktif yang tidak lengkap, atau mengandalkan pada primitif-primitf relatif.
e. Percobaan- percobaan teoretis (teoretical attempts) adalah sistem-sistem yang
dapat, “tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep atau manipulasi, dapat
dibuat paling tidak sebagaian menjadi sebuah struktur formal” atau sistem-sitem
verbal yang “bahkan sebagian daripadanya tidak dapat diformalisasi tanpa
modifikasi yang substansial atas konsp-konsep yang digunakan dan klasifikasi
dari hubungan deduktif yang diusulkan.”
f. Teori yang saling berhubungan (concatenated theories) adalah teori yang
hukum-hukum komponennya bekerja dalam jaringan hubungan sehingga
membentuk suatu konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi. Umumnya,
mereka akan menyatu pada suatu titik pusat, yang masing-masing menyatakan
salah satu faktor yang memainkan peranan dalam fenomena yang coba dijelaskan
oleh teori tersebut.

B. Fungsi Dan Struktur Teori


Teori dapat diidentifaskikan melalui struktur dan fungsi yang di jalankannya.
Baik struktur dan fungsi dari suatu teori akan membantu memenuhi kebutuhan dari
displin tertentu. Meskipun kebanyakan peneliti dalam disiplin-disiplin ilmu yang
berkaitan dengan dunia usaha cenderung membatasi fungsi-fungsi tersebut hanya
pada deskripsi dan prediksi, penelitian-penelitian yang lain, seperti John Harvard dan
Sheth Jagdish, mengklasifikasikan fungsi menjadi empat kategori : Deskriptif,
pembatasan , generatif, integratif. Masing-masing fungsi ini menjadi kriteria dalam
evaluasi atas kontribusi yang diberikan oleh teori dalam memenuhi kebutuhan dari
disiplin ilmunya.
a. Fungsi deskriptif (descriptive function) mencakup penggunaan gagasan atau
konsep dan hubungan yang mereka miliki untuk memberikan penjelasan terbaik
atas suatu fenomena dan kekuatan-kekuatan yang mendasarinya.

3
Untuk menjelaskan suatu fenomena, memberikan uraian yang semakin rumit
untuknya. Kebutuhan akan penjelasan muncul ketika menguraikan suatu
fenomena karena ingin memberikan jawaban atas pertanyaan tentang terjadinya
suatu fenomena. Untuk jawabannya menjumpai hipotesis-hipotesis yang
didasarkan atas informasi yang melingkupi fenomena tersebut dan menyatakan
kondisi dari penjelasan yang di berikan.
b. Fungsi pembatasan (delimiting function) mencakup pemilihan suatu kumpulan
peristiwa faforit yang harus di jelaskan dan memberikan suatu arti atas atraksi
yang di formulasikan dari tahapan deskriptif tersebut. Pembatasan atau garis
batas yang mengelilingi spekulasi dan prasangka memenuhi tujuan pembatasan
tadi.
c. Fungsi generatif (generative function) adalah kemampuan untuk menghasilkan
hipotesis yang dapat di uji, yang merupakan tujuan utama dari suatu teori, atau
untuk memberikan prasangka, pemikiran, dan ide-ide yang menjadi dasar
pengembangan suatu hipotesis. apa yang akan dihasilkan adalah penggunaan
heuritis dari teori. ketika suatu teori di gunakan untuk menstimulasi penyelidikan
empiris, kita berarti telah menggunakan teori secara heuritis, penggunaan heuritis
dari teori lebih sering tidak dilakukan menggunakan analogi dan metafora.
d. Fungsi Integratif (integrative function) kemampuan untuk menyajikan secara
koheren dan mkonsisten, integratif dari berbagai konsep dan hubungan dalam
suatu teori. Struktur suatu teori adalah sama pentingnya karena menentukan
fungsi dari teori tersebut. Ia dapat di gambarkan dalam dimensi-dimensi tertentu :
tingkat abstraksi, realisme versus idealisme, objektivitas versus subjektivitas
instrospeksi versus ekstrospeksi, dan tingkat formalitas.
 Tingkat abstraksi (level of abstraction) meliputi penyederhanaan dan
generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang
kurang relevan yang menjelaskan suatu fenomena keunggulan dari abstraksi
adalah semakin tinggi abstraksinya maka semakin tinggi generalisasi dalam
teori. Oleh karena itu, gagasannya kurang lebih akann operasionalnya dan
lebih bersifat hipotesis. Akan tetapi, pada tingkat yang lebih abstrak, teori ini

4
akan memiliki kekuatan untuk menunjukkan hubungan di antara objek-objek
yang ada.
 Permasalahan mengenai realisme versus idealisme (realism versus idealism)
mencerminkan dilema yang di hadapi oleh para peneliti dalam mengambil
posisi “idealism” atau “realistis” para realis berfikir bahwa dunia telah
memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan. Mereka
percaya bahwa apapun yang mereka rasakan dan sadari benar-benar ada di
luar sana dalam dunia ini. Para idealis berfikir bahwa kehidupan memiliki
keunggulan dan kelemahannya sendiri :
Jenis struktur teoritis yang lebih idealistis memiliki keunggulan berupa
kebebasan yang lebih tinggi dalam menyusun teori, secara imajinatif
membangun postulat dari gagasan dan hubungan-hubungan dari gagasan
tersebut. Namun ia memiliki kelemahan yaitu menjauhkan para pembuat
teori dari dampak disiplin penempatan teorinya ke dalam kebijakan
kontroversial akan sifat dari kenyataan. Kita yakin bahwa terdapat
kemungkinan untuk meraih yg terbaik dari yang kedua tersebut.
 Permasalahan mengenai objektivitas versus subjektifitas (objektivism versus
subjectivsm) mencerminkan dilema yang di hadapi oleh para peneliti dalam
memandang suatu konsep dan usulan secara objectif, yaitu dengan
memberikan suatu arti yang umum, atau secara subjective, yaitu memberikan
mereka suatu arti pribadi yang unik. Objektivitas pada umumnya terjaminoleh
penyediaan data yang tergantung kepada pengukuran dalam arti fisik.
 Permasalahan mengenai introspeksi versus ekstrospeksi (instropection
versus ekstropection) mencerminkan dilema yang dihadapi oleh para peneliti
berkenaan dengan apakah memformulasikan teori secara instropektif, yaitu
dari sudut pandang objek yang menjadi studi, atau secara ekstropektif yaitu
dari sudut pandang peneliti sebagai seeorang pengamat. Akuntansi perilaku
(beberapa orang menyebutnya akuntansi keperilakuan-behavioral accounting)
adalah contoh instropektif sedangkan riset berdasarkan pada pasar modal
secara umum bersifat ekstropektif.

5
 Tingkat normalitas (Level of normality) muncul dari adanya kebutuhan
dalam situasi tertentu untuk memberikan suatu teori formal secara khusus dan
seragam mengintegrasikan seluruh aspek-aspek teori yang relevan--suatu
jaringan nomologis dari gagasan-gagasan yang ada--dan dalam situasi yang
lain memberikan suatu informasi yang memiliki ciri-ciri kurang jelasnya
gagasan yang menyatukan.

C. Evaluasi Teori
Meskipun pengembangan suatu teori adalah sebuah proyek yang layak untuk
dilakukan,keberhasilannya akan tergantung pada kebenaran yang ia miliki dan sampai
sejauh mana ia memiliki kesesuaian dengan kenyataan. Suatu teori dievaluasi untuk
membuktikan kecukupan dari permasalahan yang dikemukakannya. Karl Popper
mengusulkan kriteria-kriteria evaluasi, yakni konsistensi internal, bentuk logis,
perbandingan dengan teori-teori lain, dan uji empiris. Dari 70 kriteria teori-teori yang
baik seperti yang diungkapkan oleh berbagai literature, S.C Dodd memiliki 24
kriteria evaluasi yang paling relevan yang disusun berikut ini dengan urutan dari yang
paling penting :
1. Dapat diverivikasi (veribiality) 12. Dapat distandarkan(standardizability)
2. Dapat diprediksi (predictivity) 13. Sinergi (synergy)
3. Konsisten (cocsistensy) 14. Kehebatan (parsimony)
4. Andal (reliability) 15. Kesederhanaan (simplicity)
5. Akurat (accuraty) 16. Stabilitas (stability)
6. Umum (general) 17. Keseringan (recurrency)
7. Utilitas (utility) 18. Kemampuan intuk diterjemahkan
8. Penting (importancy) (translatability)
9. Multi-penerapan (multipliabilitas) 19. Kelansungan (durativity)
10. Memiliki satu arti (univocality) 20. Ketahanan (durability)
11. Dapat dikendalikan (controllability) 21. Pengenalan (acquaitancy)

6
22. Kepopuleran (popularity) 24. Densitas (dencity)
23. Kemanjuran (efficacy)
Shelby Hunt mengkalsifikasikan sebagian besar struktur yang mempunyai pokok isi
sebagai suatu teori di bawah skema berikut ini: teoretis, definisional, klasifikasional,
atau analitas konseptual. Dalam mengevaluasi suatu teori menggunakan kriteria teoretis
dari Hunt :
a. Struktur tersebut memuat suatu kumpulan pernyataan yang secara sistematis
berhubungan dimana istilah sistematis berhubungan (systematically related) di sini
mengacu kepada sifat sintaksis dari struktur tersebut.
b. Memuat “generalisasi seperti pada suatu hukum”.
c. Struktur tersebut dapat diuji secara empiris dengan menyajikan hipotesis-hipotesis
atau prediksi-prediksi yang paling sedikit secara prinsip dapat menerima pengujian
empiris.
Bunge menyajikan skema komprehensif yang terdiri dari 20 kriteria dalam
evaluasi teori, yang dikelompokan menjadi:
1. Kriteria formal
2. Kriteria sematik
3. Kriteria epistemology
4. Kriteria emitologi
5. Kriteria metafisika
Gerald Zaltman dan rekan rekannya menggunakan pengelompokan Bunge untuk
mengembangkan 16 kriteria mereka sendiri. Sebagai kriteria formal, mereka
mengusulkan pembentukan yang baik, konsistensi internal kebebasan dan kekuatan.
Sebagai kriteria semantik, mereka mengusulkan ketepatan linguistik, kesatuan
konseptual, keterjemahan empiris, dan kerepresantatifan. Sebagai kriteria epistemology,
mereka mengusulkan konfirmasi, originalitas, konsistensi eksternal, kekuatan untuk
menyatukan,kekuatan heuritis, dan stabilitas. Pada dasarnya:
a. Pernyataan teoretis hendaknya dibuat dengan baik (pembentukan yang baik)
b. Pernyataan teoretis hendaknya tidak memiliki pertentangan-pertentangan logis
(konsistensi internal)

7
c. Pernyataan teoretis dapat membuat konsep-konsep primitif (belum didefinisikan) dan
asumsi, yang jika didefinisikan hendaknya saling independen (kebebasan)
d. Pernyataan teoretis hendaknya komprehensif (kekuatan)
e. Pernyataan teoretis hendaknya tidak membuat konsep-konsep yang memiliki ketidak
jelasan maksud (ketidak pastian maksud secara parsial atau ketidak jelasan perluasan
(penentuan perluasan dari konsep secara parsial)
f. Pernyataan teoretis dari berbagai disiplin hendaknya mengacu kepada atau kumpulan
fenomena yang sama (unit-unit konseptual)
g. Pernyataan teoretis hendaknya melibatkan korespondensi satu ke satu (masing-
masing) symbol dengan artinya (kemampuan untuk diterjemahkan secara empiris
atau kesamaan arti)
h. Pernyataan teoretis hendaknya memiliki kedalaman (keterwakilan)
i. Pernyataan teoretis hendaknya dapat diuji secara empiris dengan kemampuan untuk
dikonfirmasi maupun dilengkapi kembali atas dasar hasil pengujian tersebut (dapat
dibuktikan)
j. Pernyataan teoretis hendaknya tidak terlalu rumit hingga membuat pembuktian
kesalahan menjadi tidak mungkin untuk dilakukan (kesederhanaan motodologi)
k. Pernyataan teoretis hendaknya tetap benar jika dibenarkan (konfirmasi)
l. Pernyataan teoretis hendaknya kondusif terhadap kreativitas dalam formulasi
hipotesis dan pengujian-pengujian empiris (originalitas)
m. Pernyataan teoretis hendaknya konsisten dengan kebanyakan isi dari pengetahuan
yang ada di bidang-bidang lain sekaligus bidangnya sendiri (konsistensi eksternal)
n. Pernyataan teoretis hendaknya mampu mencapai area-area lain yang tidak
berhubungan (kekuatan untuk menyatukan)
o. Pernyataan teoretis hendaknya mampu menghasilkan ide-ide riset yang baru
(kekuatan heuristic atau multipenerapan)
p. Pernyataan teoretis hendaknya cukup fleksibel untuk mengakomodasi bukti-bukti
baru dan tidak bertentangan (stabilitas).

8
D. Konsep Teoritis Akuntansi
Konsep teroretis akuntansi ini sebenarnya menyangkut kepemilikan atau control
terhadap entity akuntansi yang akan dilaporkan sehingga sifat dan jenis infromasi yang
dibuat diarahkan untuk kegunaan atau pemakaian pihak yang mengontrol perusahaan/
lembaga. Konsep teoritis konsep yang memainkan peranan khusus dan terkandung
dalam suatu teori tertentu. Konsep-konsep teroritis diperkenalkan oleh definisi atau
klaim-klaim reduksi yang didasarkan atas hal-hal yang dapat diobservasi; dimana
bahkan pada kenyataannya mereka tidak diperkenalkan oleh proses sedikit demi sedikit
yang memberikan arti kepada mereka secara individual.Beberapa penulis memberikan
beberapa kemungkinan teori yang dipakai, yaitu sebagai berikut :

Konsep – konsep teoritis akuntansi :

1. Teori Proprietary/Teori Kepemilikan


Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen”, perwakilan atau susunan
melalui wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang
kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan
akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk
menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:

Aset – Utang = Ekuitas Pemilik

Persamaan ini dibaca : pemilik memiliki aset dan sekaligus memiliki kewajiban,
sehingga kekayaan bersihnya adalah kekayaan perusahaan dikurangi dengan kewajiban
perusahaan. Oleh karena itu, teori ini berorientasi pada neraca (balance sheet oriented).
Aset dinilai dan neraca disajikan untuk mengetahui dan mengukur perubahan hak dan
kekayaan pemilik, sedangkan penghasilan dan biaya dianggap sebagai kenaikan atau
penurunan harta kekayaan pemilik bukan dianggap berasal dari investor atau
pengambilan pemilik sehingga biaya dan dividen adalah pengambilan modal.
2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari
pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan

9
pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya
perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Persamaan :
Aset = Ekuitas

Aset = Utang + Ekuitas Pemegang saham

Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset dan
terdiri dari utang dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham
adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan
income, kontrol risiko, dan likuidasi. Jadi, income yang diperoleh merupakan properti
entitas hingga didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit
bisnis bertanggung jawab untuk memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut
sebagai “berpusat pada income” dan secara konsekuen berorientasi pada laporan laba
rugi. Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi dan
keuangan perusahaan. Dengan demikian, income merupakan peningkatan dalam ekuitas
pemegang saham setelah klaim pemilik ekuitas lainnya. (sebagai contoh, bunga
pinjaman jangka panjang dan pajak penghasilan) telah terpenuhi.

3. Found Theory / Teori Dana


Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas,
tetapi kelompok aset dan kewajiban dan restriksi terkait, disebut dana, yang mengatur
penggunaan aset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya
ekonomi (dana) serta kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber
daya.Persamaan:
Aset = Restriksi Aset

Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian aset dan penggunaan aset yang telah
dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian restriksi hukum dan ekonomi pada
penggunaan aset. Sehingga, teori dana “berorientasi aset” dalam pengertian bahwa fokus
utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan aset secara memadai. Laporan
sumber dan penggunaan dana, bukan neraca atau laporan keuangan, merupakan tujuan

10
utama pelaporan keuangan. Laporan ini merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang
berkaitan sumber dan penggunaan dana.

4. The Enterprise Theory / Teori Badan Usaha


Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya pertanggungjawaban publik
oleh perusahaan, maka konsep teoritis akuntansi juga berubah. Dalam konsep teori ini
yang menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak atau kontestan yang terlibat atau
yang memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Misalnya, pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah, kreditor, pegawai dan pihak
yang berkepentingan lainnya. Dalam teori ini pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam
penyajian informasi laporan keuangannya. Menurut teori ini akuntansi jangan hanya
mementingkan informasi bagi pemilik perusahaan, tetapi juga pihak lainnya juga yang
memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung kepada eksistensi dan keberhasilan
suatu perusahaan atau lembaga. Konsep ini tepat diterapkan pada perusahaan dalam
skala besar dan modern, karena ditinjau dari sisi akuntansi berarti tanggung jawab
pelaporan keuangan selain disampaikan kepada para pemegang saham/kreditor juga
kepada kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.
5. Residual Equity Theory / Teori Ekuitas Residual
Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962) menyatakan bahwa ekuitas
residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam
pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti
pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai
pemilik. Patton menekankan pada hubungan khusus residual equity holder.
Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan laba ditahan
dan perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua tercermin didalam residual
equity pemegang saham biasa. Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara
teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya
menjadi:

Aktiva – Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual


Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen.

11
6. Commander Theory / Teori Pengendali
Teori ini dikembangkan karena adanya ketidak mantapan adanya konsep
artifisial seperti ‘dana” dan “kesatuan”. Pengendali juga merupakan sinonim dari
manajemen. Manajemen membutuhkan informasi sedemikian sehingga ia dapat
melaaksanakan fungsi pengendalian dan perencanaan sesuai dengan kehendak pemilik.
Teori ini lebih banyak berhubungan dengan akuntansi manajemen dari pada akuntansi
keuangan. Pusat perhatiannya adalah mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang
untuk melakukan kontrol ekonomi atas resorsis yang efektif terhadap suatu lembaga.
Penekanan informasi menurut teori ini adalah pertanggungjawaban atau stewardship.
7. The Investor Theory
Pusat perhatian dalam teori adalah investor, yaitu mereka yang tergolong pemilik
specific equites (kreditor) dan residual equities (pemegang saham). Persamaan
akuntasinya adalah
Asset = Specific Equities + Residual Equities
Pada umumnya, kreditor dan investor membutuhkan informasi akuntansi untuk
memprediksi kemampuan perusahaan (debitur dan investee) dalam menghasilkan kas di
masa yang akan datang. Kas yang akan diterima oleh kreditor dan investor sangat
tergantuang pada:
 Kemampuan debitur dan investee dalam melakukan pembayaran kas
 Keinginan atau komitmen dari manajemen debitur dan investee untuk membayar
kreditor dan investor
 Prioritas pembayaran terhadap klaim kreditor dan investor.
Dalam konsep teori ini, peranan laporan arus kas (cash flow statement)
adalah sangat penting untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditor dan investor dalam
proses pengambilan keputusan

12
8. Amanah (Accountibility) atau Ibadah Theory
Teori ini beranggapan bahwa Akuntansi atau laporan keuangan harus bisa
memenuhi kebutuhan dalam menjelaskan kepada semua pihak bahwa entitas telah
memenuhi atau sejauhmana memenuhi tanggung jawabnya kepada Tuhan dan kepada
pihak yang diperintahkan Tuhan sesuai tujuan dan maksud yang ditetapkan syariat. Di
sini laporan keuangan diharapkan dapat menjelaskan informasi tentang
pertanggungjawaban manusia sebagai makhluk yang mendapat amanah dalam mengerti
entitas baik kepada manusia (horizontal) maupun kepada Allah (vertikal). Teori ini
masih dalam tahap perkembangan seiring dengan munculnya entitas yang dikelola
secara syariah. Teori ini yang dipakai Akuntansi Syariah.

13
KESIMPULAN

Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada pondasi teori akuntansi.
Pondasi ini dibentuk dari elemen - elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka
acuan atau struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam
penyusunan teori akuntansi, kerangka acuan atau struktur teori yang dihasilkan
didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan
teknik akuntansi. Beberapa kesimpulan lain yang dapat diambil dari pembahasan yang
telah dibahas oleh penulis sebagai berikut :

1. Jenis Struktur Teori


Tingkatan formalisasi dari suatu teori menghasilkan enam jenis utama struktur
teoritis, yaitu : Teori deduktif lengkap, Prapengandaian sistematis, Teori kuasi –
deduktif, Percobaan - percobaan teoritis, Teori yang saling berhubungan, Teori
hierarki.

2. Fungsi dan Struktur Teori


Fungsi teori menjadi empat kategori , yaitu : Fungsi deskriptif, Fungsi
pembatasan, Fungsi generatif, Fungsi integratif.

3. Evaluasi Teori
Kriteria evaluasi yang paling relevan yang disusun dengan urutan dari yang
paling penting: Dapat diverivikasi, Dapat diprediksi, Konsisten, Andal, Akurat,
Umum, Utilitas, Kemampuan untuk diterjemahkan, Kelangsungan, Ketahanan,
Penting, Multi penerapan, Memiliki satu arti, Dapat dikendalikan, Sinergi,
Pengenalan, Kepopuleran, Kemanjuran, Densitas, Kehematan, Dapat di standarkan,
Kesederhanaan, Stabilitas, Keseringan.

4. Konsep Teoritis Akuntansi


Konsep Teoritis Akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang juga sudah diterima umum

14
karena kesesuainnya dengan tujuan laporan keuangan yang menggambarkan sifat-
sifat akuntansi yang berperan dalam ekonomi bebas yang ditandai oleh adanya
pengakuan pada pemilikan pribadi atas kekayaan
Beberapa kemungkinan teori yang dipakai, yaitu sebagai berikut : The
Proprietory Theory, The Entity Theory, The fund Theory, The EnterpriseTheory,
Residual Equity Theory, Commander Theory, The Investor Theory, Amanah
(Accountibility) atau Ibadah Theory.

15
DAFTAR PUSTAKA

Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2011. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat

https://fitriayurochmah.wordpress.com/2016/02/05/makalah-teori-akuntansi/

16

Anda mungkin juga menyukai