Anda di halaman 1dari 2

PERMASALAHAN YANG MUNCUL PADA SAAT MELAKUKAN AUDIT

DENGAN SISTEM BERBASIS KOMPUTER

Dengan semakin dominannya penggunaan komputer dalam membantu


kegiatan operasional diberbagai perusahaan, maka diperlukan standar-standar
yang tepat sebagai alat pengendali internal untuk menjamin bahwa data elektronik
yang diproses adalah benar. Sehingga data elektronik tersebut
menghasilkanpelaporan keuangan perusahaan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Komputerisasi memang secara mendasar merubah desain system informasi
khususnya system informasi akuntansi, maupun struktur pengendalian internnya.
Misalnya, bukti jejak audit sebetulnya masih ada tetapi banyak elemennya yang
berubah. Secara manual, jalur audit trail dari laporan-laporan yang dihasilkan ke
catatan-catatan dan dokumen-dokumen dasar sebagai bukti transaksi cukup jelas
dan dapat diikuti atau ditelusuri jejaknya. Dalam siklus akuntansi keuangan
system akuntansi tradisional, data piutang pada neraca dapat dengan mudah
dilacak ke neraca lajurm kemudian ke buku-besar/ buku-pembantu, ke jurnal, dan
selanjutnya ke dokumen (misalnya faktur penjualan). Pada system computer, audit
trail linkage menjadi lebih sulit, dan bahkan sering suatu desai komputerisasi
dapat memotong jalur yang menunjukkan hubungan antara output dengan dari
mana inputnya. Oleh karena itu di dalam mendesain system informasi akuntansi
dan struktur pengendalian internya, desainer harus mempertimbangkan berbagai
aspek agar system yang dihasilkan cukup baik, komprehensif, andal, dan dapat
mengurangi risiko informasi yang dihasilkan.
Berbeda dengan dampaknya terhada[ system informasi dan
pengendaliannya, sebetulnya secara hakiki komputerisasi tidak merubah konsep
dan tujuan audit (general financial audit). Dalam audit laporan keuangan, yang
berubah karena adanya komputerisasi ialah teknik pemeriksaan, khususnya dalam
pengumpulan bahan bukti audit dan penilaiannya. Audit dapat dilakukan dengan
pengujian terhadap input/output dari dokumen yang tersedia, pemeriksaan proses
melalui berbagai metoda tertentu misalnya Tanya jawab atau kuesioner, atau
langsung ke system komputernya dalam pemeriksaan program dan file/data.
Auditor cukup memeriksa data input dan membandingkannya dengan
laporan untuk memperoleh kesimpulan apakah proses dapat diasumsikan sudah
berjalan baik. Dengan metoda itu maka asumsi akuntan terhadap proses sudah
dianggap memenuhi standar professional audit, meskipun kenyataannya akuntan
tidak memeriksa program/file computer. Auditor juga dapat memeriksa dengan
alat bantu computer. Pendeknya memang ada beberapa dampak komputerisasi
terhadap audit laporan keuangan, dukungan computer auditr makin diperlukan
oleh para akuntan, atau para akuntan harus mulai paham akan hal-hal teknis
aplikasi computer. Selain itu pendekatan atau cara pandang terhadap system
akuntasi yang semula “stand-alone”, kini berubah: system informasi akuntansi
makin terpadu dengan keseluruhan system informasi perusahaan. Akibatnya
area/kawasan audit laporan keuangan makin saling terkait dnegan bidang
operasional, teknologi informasi, dan makin luas ruang-lingkupnya.
Audit keuangan pada system informasi akuntansi berbasis computer
memang tidak mengalami perubahan secara hakiki, namun perlu dipahami bahwa
kini timbul jenih audit lain, audit system informasi, yang memang berbeda sama
sekali dengan audit keuangan. Audit system informasi mempunyai tujuan audit
standar, teknik, dan auditor yang berbeda dengan audit laporan keuangan. Audit
system informasi juga mengalami perkembangan-perkembangan dan variasinya,
seperti audit SDLC. Audit manajemen fungsi/unit system informasi, audit e-
commerce, webtrust, systrust dan sebagainya
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa audit teknologi informasi
merupakan pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan terhadap teknologi
informasi dan proses bisnisnya untuk menilai integritas informasi yang dihasilkan
sistem, menilai kontrol internal teknologi informasi, dan meninjau proses bisnis
yang sedang dijalankan beserta sistem pendukungnya. Seorang auditor harus
memiliki berbagai bidang pengetahuan dan keterampilan, baik itu yang sifatnya
organisasional, teknis, maupun hukum agar dapat melaksanakan audit teknologi
informasi secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai