Anda di halaman 1dari 15

PSAK 68 PENGUKURAN NILAI WAJAR

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah SEMINAR


AKUNTANSI KEUANGAN
Peminatan Akuntansi Keuangan Universitas Methodist Indonesia

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. FEBRI SIANTURI (217420057)
2. SEMI SAMANTHA SIAHAAN (217420035)
3. MARIO PUTRA P. SIHITE (217420072)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2020
BAB 1
LATAR BELAKANG

Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu penerapan pengukuran


nilai wajar. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 68:
Pengukuran Nilai Wajar yang sepenuhnya mengadopsi konsep IFRS 13:
Fair Value Measurement berlaku efektif 1 Januari 2015(Berita IAI Global,
2013). Martani (2015) menyatakan bahwa, penerapan standar IFRS berbasis
nilai wajar ke dalam PSAK harus didukung oleh sumber daya manusia yang
memahami standar baru tersebut,sehingga pendidikan dan pemutakhiran
pengetahuan staf akuntansi sangat diperlukan. Penerapan standar baru
tersebut juga mengharuskan perusahaan melakukan kajian ulang atas sistem
operasi dan prosedur akuntansi perusahaan.
Nilai wajar dianggap lebih relevan dan dapat diandalkan
dibandingkan biaya historis karena nilai wajar memberikan informasi
keuangan sesuai keadaan pasar pada saat periode pelaporan. Penelitian yang
dilakukan Kluever (2012) menunjukkan bahwa, nilai wajar juga memiliki
kelemahan,seperti pengukuran pada hirarki nilai wajar yang dianggap
kurang dapat diandalkan dan dapat dimanipulasi. Demikian pula hasil
penelitian dari Laux dan Leuz (2009) yang menyatakan bahwa, dengan
menggunakan nilai wajar akan menyebabkan volatilitas dalam laporan
keuangan dan nilai wajar dapat menimbulkan penularan disaat krisis. Lain
halnya dengan Omoteso dan Aziz (2014), hasil dari penelitian yang mereka
lakukan justru menunjukkan bahwa nilai wajar bukan menjadi penyumbang
krisis, melainkan dapat lebih cepat mendeteksi krisis yang akan datang.
Terdapat dua bagian laporan keuangan yang dapat menjadi indikator
dalam mendeteksi serta menganalisis dampak penerapan PSAK 68 terhadap
suatu perusahaan yaitu laba perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi
serta arus kas perusahaan yang tersaji dalam laporan arus kas. Laporan laba
rugi perusahaan serta laporan arus kas tersebut dijadikan indikator pengaruh
penerapan PSAK 68 bukan tanpa alasan. Dalam melakukan analisis
kelayakan investasi, para stakeholders cenderung menggunakan laporan
labarugi perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan. Hal tersebut
dikarenakan dalam laporan laba rugi disajikan perhitungan atas akun-akun
pendapatan serta beban yang menjadi tanggungan perusahaan, dimana akun-
akun tersebut menjadi dasar dalam pengukuran efisiensi serta efektifitas
kegiatan operasional perusahaan. Selain laba perusahaan yang tercermin
dalam laporan keuangan, arus kas perusahaan yang tersaji dalam laporan
arus kas juga menjadi bagian penting yang kerap menjadi sorotan para calon
investor. Dengan melakukan analisis pada laporan arus kas perusahaan, para
calon investor dapat mengetahui kemana dan untuk apa sajakah aliran kas
perusahaan digunakan maupun didapatkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian nilai wajar dan konsep nilai wajar?
2. Apa maksud dari Pengukuran dalam nilai wajar?
3. Bagaimana teknik penilaian pada pengukuran nilai wajar?
4. Bagaimana penerapan nilai wajar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui arti dari nilai wajar dan konsep niali wajar
2. Untuk mengetahui arti dari Pengukuran dalam nilai wajar
3. Untuk mengetahui teknik penilaian pada pengukuran nilai wajar
4. Untuk mengetahui penerapan nilai wajar
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi tim penulis atau kelompok yang membahas Pengukuran Nilai
Wajar, berharap dalam makalah ini bisa bermanfaat untuk jangka
panjang maupun jangka pendek sebagai informasi yang sangat berharga,

2. Bagi investor, dapat mengetahui kemana dan untuk apa sajakah aliran
kas perusahaan digunakan maupun didapatkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengukuran
Ditujukan untuk aset dan liabilitas dalam suatu transaksi pada tanggal
tertentu dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dengan kepentingan
ekonomi terbaik ketika menentukan harga. Kenapa aset dan liabilitas
menjadi subjek pengukuran nilai wajar? Ketika hendak menjual aset atau
mengalihkan liabilitas tersebut entitas tidak dirugikan karena nilainya yang
terlalu rendah atau atau malah merugikan pelaku pasar jika nilainya terlalu
tinggi. Asumsi pengukuran nilai wajar adalah bahwa transaksi terjadi di
pasar utama atau di pasar yang paling menguntungkan. Pasar utama yaitu
pasar dengan volume dan tingkat aktivitas paling tinggi untuk aset tersebut.
Pasar yang paling menguntungkan adalah pasar yang memaksimalkan nilai
yang akan diterima untuk menjual aset tersebut, setelah memperhitungkan
biaya transaksi dan biaya transport yaitu nilai neto. Pelaku pasar adalah
pembeli dan penjual di pasar. Harga diperoleh dari observasi langsung atau
diestimasi menggunakan penilaian lain.

2.1.1. Pengertian Nilai Wajar (fair value)


Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan
suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal
pengukuran.

2.1.2. Aset dan Liabilitas


Ketika mengukur nilai wajar harus memperhitungkan karakteristik aset
atau liabilitas pada tanggal pengukuran. Karakteristik yang dimaksud
adalah sebagai berikut (PSAK 68:11):
1.Kondisi dan lokasi aset; dan
2.Pembatasan, jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset.

Aset atau liabilitas yang diukur pada nilai wajar dapat terdiri dari salah
satu hal berikut (PSAK 68:13):
1. Aset atau liabilitas yang berdiri sendiri (contohnya instrumen
keuangan atau aset nonkeuangan); atau
2. Sekelompok aset, sekelompok liabilitas atau sekelompok aset dan
liabilitas (contohnya suatu unit penghasil kas atau bisnis).
Entitas mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan
asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset
atau liabilities tersebut, dengan  asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam
kepentingan ekonomi terbaiknya.
Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan
faktor yang spesifik untuk:
- Asset dan liabilitas      
- Pasar utama
- Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi

2.3.   Transaksi
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liablitas
dipertukarkan dalam suatu transaksi tertaur antara pelaku pasar untuk
menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran
berdasarkan kondisi pasar saat ini. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan
bahwa transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi :
     a). Di pasar utama ( principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut,
b). Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan ( most
advantegous market ) untuk asset atau liabilitas tersebut.
Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua
pasar yang ada untuk mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat
pasar utama, pasar yang paling menguntungkan, namun entitas
memperhitungkan seluruh informasi yang sewajarnya tersedia. Jika tidak
terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana entitas umumnya
melakukan transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas tersebut
dianggapi sebagai pasar utama, atau jika terdapat pasar utama, pasar yang
paling menguntungkan.  Jika terdapat pasar utama untuk aset dan liabilitas,
maka pengukuran nilai wajar mempresentasikan harga di pasar tersebut,
bahkan jika harga di pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan
pada tanggal pengukuran.

2.4 Pelaku Pasar


Dalam PSAK 68  mengukur fair value/ nilai wajar, entitas
menggunakan asumsi bahwa pelaku pasar yang menentukan harga aset atau
liabilitas berdasarkan kepentingan ekonomi terbaiknya memenuhi
karakteristik seperti  independent (not related parties), knowledgable, able
to enter into transaction, and willing to enter.
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara
umum adalah:
1)      Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)
2)      Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika
pasar utama tidak ada)
3)      Pelaku pasar yang melakukan transaksi.
2.5.   Harga
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) pada
tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini ( yaitu harga
keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung
atau diestimasi menggunakan teknik penilaian.
Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang
digunakan untuk mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan
dengan biaya transaksi (transaction cost). Biaya transaksi dicatat sesuai
dengan pernyataan lain. Biaya transaksi bukan merupakan karakteristik
suatu aset dan liabilitas.

2.6. Penerapan pada Aset Non keuangan


Nilai wajar dihitung berdasarkan kemampuan pelaku pasar
untuk menghasilkan manfaat ekonomik dari penjualan aset kepada
pelaku pasar yang akan menggunakan aset tersebut dengan
penggunaan terbaik dan tertinggi. Contohnya adalah persediaan,
fasilitas fisik pabrik, goodwill.

Hal ini memperhitungkan:

1) penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically


possible), menentukan harga berdasarkan keadaan aset;
2) secara hukum diizinkan (legally permissible), memperhatikan
batasan hukum atas penentuan harga; dan
3) layak secara keuangan: jika telah memenuhi 2 hal diatas yang
kemudian apakah aset sesuai dengan kemampuannya
menghasilkan pendapatan sebagai timbal balik.
2.6.1 Premis Penilaian Aset Nonkeuangan
Premis penilaian adalah sesuatu yang dianggap benar untuk
menilai aset.
1) Penggunaan Aset/liabilitas secara maksimal dapat memberikan
kontribusi/timbal balik yang maksimal pula ketika digunakan
secara kombinasi dengan aset/liabilitas lain.
2) Penggunaan aset nonkeuangan secara maksimal dapat
menyediakan nilai maksimum kepada pelaku pasar secara
terpisah.

2.2.5 Penerapan Pada Liabilitas Dan Instrumen Ekuitas Milik


Entitas Sendiri.

Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa liabilitas keuangan


atau, liabilitas non keuangan atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri
(contohnya kepemilikan saham yang diterbitkan sebagai pembayaran dalam
suatu kombinasi bisnis) dialihkan kepada pelaku pasar pada tanggal
pengukuran.
Penerapan pada liabilitas dan instrumen ekuitas milik entitas sendiri
dalam pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa:
 Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau
diakhiri pada tanggal pengukuran.
 Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan tidak
akan dibatalkan atau diakhiri pada tanggal pengukuran.

2.7.   Nilai Wajar pada Saat Pengakuan Awal


Ketika aset diperoleh atau liabilitas diambil alih dalam transaksi
pertukaran untuk aset atau liabilitas tersebut, harga transaksi adalah harga
yang dibayar untuk memperoleh aset atau diterima untuk mengambil alih
liabilitas (harga masukan (entry price)). Sebaliknya, nilai wajar aset atau
liabilitas adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar
untuk mengalihkan liabilitas (harga keluaran). Entitas tidak perlu menjual
aset pada harga yang dibayar untuk memperoleh aset tersebut. Serupa
dengan hal tersebut, entitas tidak perlu mengalihkan liabilitas pada harga
yang diterima untuk mengambil alih liabilitas  tersebut.
Dalam banyak kasus, harga transaksi akan sama dengan nilai wajar
(contohnya kasus tersebut dapat terjadi ketika pada tanggal transaksi terjadi
transaksi untuk beli aset di pasar dimana aset tersebut akan dijual).
Ketika menentukan apakah nilai wajar pada saat pengakuan awal adalah
sama dengan harga transaksi, entitas memperhitungkan faktor yang spesifik
atas transaksi dan aset atau liabilitas tersebut.
Jika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk
mengukur aset atau liabilitas awalnya pada nilai wajar dan harga transaksi
berbeda dari nilai wajar, maka entitas mengakui keuntungan atau kerugian
yang dihasilkan dalam laba rugi, kecuali dinyatakan lain dalam Pernyataan
tersebut.

2.8. Teknik Penilaian

Berdasarkan PSAK 68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai Wajar,


teknik penilaian nilai wajar yaitu :

1. Pendekatan Pasar (market approach)


Pendekatan pasar ( market approach) menggunakan harga
dan informasi relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar
yang melibatkan asset, liabilitas, atau kelompok asset dan
liabilitas yang identik atau sebanding seperti bisnis.
2. Pendekatan Penghasilan (income approach)
Pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk
menkonversi nilai masa depan (contohnya aliran kas atau laba)
ke nilai kininya terdiskonto (discounted). Pengukuran nilai
wajar dalam pendekatan ini menggunakan dasar nilai yang
dilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset (liabilitas) masa
depan. Pendekatan ini termasuk menggunakan nilai kini
(present value, option pricing).
3. Pendekatan Biaya (cost approach)
Pendekatan ini mencerminkan jumlah yang dibutuhkan saat
ini untuk menggantikan kapasitas manfaat (service capacity)
aset (sering disebut sebagai biaya pengganti saat ini).

2.8.1. Input Terhadap Teknik Penilaian

Prinsip umum teknik penilaian mengukur nilai wajar adalah


memaksimalkan penggunaan input yang dapat diobservasi yang
relevan dan meminimalkan penggunaan input yang tidak dapat
diobservasi. Contoh pasar dimana input dapat diobservasi untuk
beberapa aset dan liabilitas (contohnya instrument keuangan)
termasuk pasar bursa, pasar dealer, pasar pialang dan pasar
antar principal.

2.8.2 Input berdasarkan harga Bid dan Ask


Jika aset atau liabilitas yang diukur pada nilai wajar
memiliki harga bid dan harga ask (contohnya input dari pasar
dealer), harga yang digunakan adalah bid–ask spread yang
paling merepresentasikan nilai wajar.
Dealer spread, selisih antara harga di bid (harga beli)
dengan harga ask (harga jual) yang menyebabkan individu
dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan aktiva sendiri.
Penggunaan harga bid untuk posisi aset dan harga ask untuk
posisi liabilitas diizinkan,tetapi tidak diisyaratkan.

2.9 . Hirarki Nilai Wajar

Untuk meningkatkan konsistensi dan keterbandingan dalam


pengukuran nilai wajar dan pengungkapan yang terkait pernyataan
ini menetapkan hirarki nilai wajar dikategorikan dalam tiga level
input untuk penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar,
yaitu:

1. Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di


pasar aktif  untuk aset atau liabilitas yang identik yang dapat
diakses entitas pada tanggal pengukuran.
2. Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang
termasuk dalam Level 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau
liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi
untuk aset atau liabilitas.

2.10. Pengungkapan

Entitas mengungkapkan informasi untuk membantu


pengguna laporan keuangannya dalam penilaian, sebagai berikut
(PSAK 68:91):

1. Untuk aset dan liabilitas yang diukur pada nilai wajar secara
berulang (recurring) atau tidak berulang (non-recurring) dalam
laporan posisi keuangan setelah pengakuan awal, teknik penilaian
dan input yang digunakan untuk mengembangkan pengukuran
tersebut.

2. Untuk pengukuran nilai wajar yang berulang yang menggunakan


input yang tidak dapat diobservasi yang signifikan (level 3), dampak
dari pengukuran terhadap laba rugi atau penghasilan komprehensif
lain untuk periode tersebut

Hal-hal umum yang diungkapkan:

1. Alasan pengukuran
2. Level hirarki dimana nilai wajar dikategorikan
3. Jumlah perpindahan antar level, alasan perpindahan dan
kebijakan entitas menentukan kapan perpindahan dapat terjadi
4. Nilai wajar yang dikategorikan input level 2 dan 3 diberi
penjelasan mengenai teknik penilaian dan input yang digunakan.
BAB 3
KESIMPULAN

PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga


yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar
untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran”. 
Dalam pengukuran nilai wajar, karakteristik aset atau liabilitas
(seperti kondisi dan lokasi, dan pembatasan) diperhitungkan jika
karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku pasar (market
participants) pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar
mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi
teratur (orderly transaction) di pasar utama (principal market), atau jika
tidak ada, di pasar yang paling menguntungkan (most advantageous
market).
Teknik penilaian yang digunakan dalam mengukur nilai wajar
memaksimalkan penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan
meminimalkan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi.
DAFTAR PUSTAKA

PUTRI, A. T. (2018). Dampak Penerapan Psak 68 Atas Pengukuran Nilai


Wajar Di Indonesia (Studi Kasus Pada Perusahaan Di Bursa Efek
Indonesia). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

Sinaga, R. U. et al. (2013). PENGUKURAN NILAI WAJAR (Issue 1).


Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.

WAHYUNI, E. T. (n.d.). PSAK 68 : Pengukuran Nilai Wajar.

Anda mungkin juga menyukai