Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Semianr Akuntansi Keuangan tentang
“PSAK 10” dengan baik. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin.
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan
pembaca. Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat menambah wawasan terhadap pembaca.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Entitas dapat melakukan aktivitas luar negeri dalam dua cara. Entitas
mungkin memiliki transaksi dalam valuta asing atau memiliki kegiatan usaha
luar negeri.Sebagai tambahan, entitas dapat menyajikan laporan keuangannya
dalam valuta asing. Kegiatan usaha luar negeri dapat berupa suatu anak
perusahaan, perusahaan asosiasi, joint ventureatau cabang perusahaan pelapor
yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan
pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari
suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas asing.Pernyataan ini mengatur
akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan
kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs
vauta asing dalam laporan keuangan. Pada bulan Maret 2010, DSAK
mengesahkan PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing yang
menggantikan PSAK 10 Revisi 1994 Transaksi dalam Mata Uang Asing dan
juga menarik dua PSAK lainnya yakni PSAK 11 Penjabaran Laporan
Keuangan dalam Mata Uang Asing dan PSAK 52 Mata Uang Pelaporan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Suatu transaksi dalam mata uang asing harus dicatat sesuai dengan
‘nilai tukar spot pada tanggal transaksi’. Namun untuk alasan
kepraktisan, PSAK 10 memperbolehkan penggunaan kurs (nilai tukar)
yang mendekati nilai tukar spot pada tanggal transaksi (paragraf 22).
Misalnya kurs rata-rata satu bulan dapat digunakan untuk menyajikan
ulang seluruh transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama
bulan tersebut.Namun jika kurs berfluktuasi secara signifikan maka
penggunaan kurs rata-rata untuk periode itu menjadi tidak tepat
(paragraf 22).
b. Pada setiap tanggal pelaporan
4. Moneter vs Nonmoneter
Pos moneter adalah unit dari mata uang yang dipegang atau aset dan
liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah mata uang
yang tetap dan dapat dipastikan. Sebaiknya, pos nonmoneter tidak
memiliki jumlah yang tetap dan tidak dipastikan. Contoh dari pos
nonmoneter termasuk:
a. Biaya dibayar dimuka dan pendapatan diterima dimuka, karena tidak
ada uang yang dibayarkan atau diterima di masa yang akan datang.
b. Sekuritas ekuitas seperti saham, karena penerimaan di masa yang akan
datang tidak tetap dan tidak dapat ditentukan.
Sementara kebanyakan sekuritas utang merupakan pos moneter karena
arus kasnya tetap dan dapat dipastikan.
5. Selisih kurs
7. Proses konsolidasi
Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih
nilai tukar yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari
suatu entitas ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki
pengaruh pajak. Dalam PSAK 46, yang menjadi sasaran untuk dikenakan
pajak adalah terkait dengan perbedaan pertukaran karena translasi laporan
keuangan operasional luar negeri. Tarif pajak dari perbedaan karena
translasi ini adalah sebesar 25%.
9. Pengungkapan
a. Ruang lingkup investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri Sebuah
perusahaan memiliki pos moneter yang diterima dari atau
dibayarkan ke kegiatan usaha luar negeri.Pos yang penyelesaiannya
tidak direncanakan atau tidak memiliki kemungkinan dilaksanakan
dimasa mendatang.Secara substansi, adalah bagian dari investasi neto
dari perusahaan tersebut dalam kegiatan luar usaha luar negeri.Hal ini
telah dijelaskan dalam PSAK 10 paragraf 15.
b. Pengakuan selisih kurs
STUDI KASUS
Contoh 1 :
PT ABC merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dengan tahun pelaporan keuangan
berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan Rupiah Indonesia (IDR) sebagai
mata uang fungsional. Pada tanggal 15 Mei 2018, PT ABC membeli barang seharga
USD100.000 dari XYZ Co. ketika kurs pada saat itu adalah USD1 = IDR9.900. XYZ Co.
merupakan entitas yang didirikan di Amerika Serikat yang menggunakan dolar AS (USD)
sebagai mata uang fungsional.
Berdasarkan PSAK 10, transaksi valuta asing ini harus diakui dalam IDR dengan kurs spot
pada tanggal transaksi, yaitu sebagai berikut:
Perhatikan, pada tanggal tersebut PT ABC tidak menyerahkan USD kepada siapapun,
hanya menerima faktur yang senilai USD100.000. Nilai faktur itu kemudian diukur
kembali pada pembukuan PT ABC dalam IDR dengan menggunakan kurs spot tanggal
transaksi. Utang usaha biasa juga disebut utang dagang
Diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2018, utang usaha PT ABC pada Contoh 1 di atas
belum dibayar. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2018 adalah USD1 =
IDR10.500. Utang usaha adalah contoh pos moneter (liabilitas), sehingga utang usaha
yang harus dibayar dalam USD dengan jumlah tetap itu harus dilaporkan menggunakan
kurs penutup (31 Desember 2012) sebesar Rp1.050.000.000.
Jurnal penyesuaian untuk menyajikan piutang usaha dengan kurs penutup adalah sebagai
berikut:
Karena semula utang usaha itu diakui sejumlah IDR990.000.000, akun itu dikredit
(ditambah) IDR60.000.000. Selisih Kurs didebit (diakui sebagai kerugian) sebesar
IDR60.000.000. Setelah penyesuaian di atas, akun piutang usaha ke XYZ Co. bersaldo
Rp1.050.000.000
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam aktivitas terkait kurs valuta asing, ada dua tindakan yang
umumnya dilaksanakan oleh entitas yaitu terkait dengan melakukan transaksi
dalam mata uang asing dan atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign
operations).Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan
keuangan suatu perusahaan, transaksi tersebut harus dinyatakan dalam mata
uang pelaporan perusahaan. Ada beberapa hal yang terkait dengan aktivitas
perusahaan dalam transaksi dengan mata uang asing misalnya melakukan
konsolidasi dengan perusahaan asing, memperoleh goodwill dari proses
konsolidasi tersebut. Dalam transaksi ini juga perusahaan menghadapi
fluktuasi kurs yang setiap saat selalu berubah.Sehingga perlu dilakukan
penyesuaian terhadap goodwill yang diperoleh serta dikenakan pajak terkait
dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan ketika melakukan translasi
sebesar 25%. Entitas yang melakukan konsolidasi juga harus membuat
laporan keuangan sesuai dengan PSAK terkait laporan keuangan
konsolidasian menurut PSAK 65 dan PSAK 15 agar sesuai dengan standar
yang berlaku di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Juan, Wahyuni. 2012. Panduan Praktis Akuntansi Keuangan, Edisi Dua. Jakarta:
Salemba Empat.