https://www.academia.edu/9666250/MAKALAH_MATERIALITAS_DAN_RISIKO_AUDIT
Tujuan
4. Tujuan auditor adalah untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian
rupa untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik
kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor.
Definisi
5. Untuk tujuan SA, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
a) Catatan akuntansi: Catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya, seperti
cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur; kontrak; buku besar dan buku
pembantu, entri jurnal dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak
tercermin dalam entri jurnal; dan catatan seperti lembaran kerja (worksheet) dan
spreadsheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan
pengungkapan.
b) Ketepatan (bukti audit): Ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit dianggap
berkualitas jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung kesimpulan
yang dijadikan basis opini auditor.
c) Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan
sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung
dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi
lainnya.
d) Pakar manajemen: Individu atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang selain
akuntansi atau audit, yang hasil pekerjaannya digunakan oleh entitas untuk
membantu entitas dalam menyusun laporan keuangan.
e) Kecukupan (bukti audit): Ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian
material dan juga kualitas bukti audit tersebut.
Ketentuan
Bukti audit yang Cukup dan tepat
6. Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. (Ref: Para. A1–A25)
Informasi yang digunakan sebagai Bukti audit
7. Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus
mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit. (Ref: Para. A26–A33)
8. Jika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan
pekerjaan pakar manajemen, auditor, sejauh diperlukan, harus mempertimbangkan
signifikansi pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor, dengan: (Ref: Para. A34–
A36)
a) Mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut; (Ref: Para.
A37–A43)
b) Memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakar; dan (Ref: Para. A44–A47)
c) Mengevaluasi kesesuaian pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk asersi
yang relevan. (Ref: Para. A48)
9. Pada waktu menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas, auditor harus
mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan auditor, termasuk, jika
relevan, dalam situasi untuk:
a) Memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi; dan (Ref:
Para. A49–A50)
b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk memenuhi
tujuan auditor. (Ref: Para. A51)
STANDAR AUDIT
SA 315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
STANDAR AUDIT 315 PENGINDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN
PENYAJIAN MATERIAL MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA
(Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)
Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan p e n y a j i a n m a t e r i a l d a l a m
laporan keuangan, melalui pemahaman atas entitas dan
l i n g k u n g a n n y a , t e r m a s u k pengendalian internal entitas.
Tanggal Efektif
2. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.
TUJUAN
3. Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan
dan asersi, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas, oleh karena itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan
mengimplementasikan respons terhadap risiko yang ditetapkan atas kesalahan
penyajian material tersebut.
DEFINISI
4. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai diuraikan di bawah ini:
(a) Asersi: Representasi oleh manajemen, secara eksplisit a t a u d e n g a n c a r a
l a i n , y a n g t e r k a n d u n g d a l a m laporan keuangan, yang dipakai
o l e h a u d i t o r u n t u k mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan penyajian potensial
yang mungkin terjadi
(b) Risiko bisnis: Suatu risiko sebagai akibat dari kondisi, peristiwa, keadaan, tindakan atau
tidak adanya tindakan s i g n i f i k a n y a n g d a p a t b e r d a m p a k n e g a t i f t e r h a d a p
k e m a m p u a n e n t i t a s d a l a m m e n c a p a i t u j u a n n y a d a n dalam melaksanakan
strateginya, atau dari penetapan sasaran dan strategi yang tidak tepat.
(c) Pengendalian internal: Proses yang dirancang,
d i i m p l e m e n t a s i k a n , d a n d i p e l i h a r a o l e h p i h a k y a n g bertanggung jawab
atas tata kelola, manajemen, dan personel lain untuk menyediakan keyakinan
memadai tentang pencapaian tujuan suatu entitas yang berkaitan dengan keandalan
pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Istilah “pengendalian” mengacu p a d a s e t i a p a s p e k
d a r i s a t u a t a u l e b i h k o m p o n e n pengendalian internal.
(d) Prosedur penilaian risiko:Prosedur audit yang
dilaksanakan untuk memperoleh suatu pemahaman t e n t a n g e n t i t a s
d a n l i n g k u n g a n n y a , t e r m a s u k pengendalian internal entitas,
untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, apakah karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
( e ) R i s i k o s i g n i f i k a n : S u a t u r i s i k o k e s a l a h a n p e n y a j i a n m a t e r i a l y a n g
d i i d e n t i f i k a s i d a n d i n i l a i y a n g , d a l a m pertimbangan auditor, memerlukan
pertimbangan audit khusus.
KETENTUAN
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
5. Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk m e n y e d i a k a n s u a t u
d a s a r b a g i p e n g i d e n t i f i k a s i a n d a n penilaian risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian
risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar opini
audit. (Ref: Para. A1–A5)
6. Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut:
(a) Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang menurut
pertimbangan auditor k e m u n g k i n a n memiliki informasi yang
m u n g k i n m e m b a n t u d a l a m m e n g i d e n t i f i k a s i r i s i k o k e s a l a h a n penyajian
material karena kecurangan atau kesalahan. (Ref: Para. A6)
(b) Prosedur analitis. (Ref: Para. A7–A10)
(c) Observasi dan inspeksi. (Ref: Para. A11)
7. Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi yang d i p e r o l e h d a r i
p r o s e s p e n e r i m a a n a t a u k e b e r l a n j u t a n hubungan dengan klien relevan
untuk mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.
8. Jika rekan perikatan telah melaksanakan perikatan lain untuk entitas tersebut, rekan
perikatan harus mempertimbangkan apakahinformasiyangdiperolehrelevanuntukmengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian material.
9. Jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang d i p e r o l e h d a r i
p e n g a l a m a n s e b e l u m n y a d e n g a n e n t i t a s tersebut dan dari prosedur audit yang
dilaksanakan dalam audit sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut
relevan dengan audit kini. (Ref: Para. A12–A13)
10. Rekan perikatan dan anggota kunci tim perikatan harus mendiskusikan
kerentanan laporan keuangan entitas terhadap k e s a l a h a n p e n y a j i a n m a t e r i a l , d a n
p e n e r a p a n k e r a n g k a pelaporan keuangan yang berlaku terhadap fakta dan kondisi entitas
tersebut. Rekan perikatan harus menentukan hal mana yang dikomunikasikan kepada anggota tim
perikatan yang tidak terlibat dalam diskusi. (Ref: Para. A14–A16)
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya yang Diharuskan, Termasuk
Pengendalian Internal Entitas
Entitas dan Lingkungannya
11. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman berikut:
( a ) F a k t o r - f a k t o r i n d u s t r i , p e r a t u r a n , d a n e k s t e r n a l l a i n termasuk
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Ref: Para. A17–A22)
(b) Sifat entitas, termasuk:
(i) Operasinya;
(ii) Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
(iii) Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya a k a n d i l a k u k a n o l e h e n t i t a s ,
t e r m a s u k i n v e s t a s i dalam entitas bertujuan khusus; dan
(iv) Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas tersebut dibiayai, u n t u k
memungkinkan auditor memahami golongan t r a n s a k s i , s a l d o a k u n ,
d a n p e n g u n g k a p a n y a n g diharapkan ada dalam laporan keuangan. (Ref:
Para. A23–A27)
( c ) P e m i l i h a n d a n p e n e r a p a n k e b i j a k a n a k u n t a n s i o l e h entitas, termasuk
alasan perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah tepat
untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka p e l a p o r a n k e u a n g a n y a n g
b e r l a k u d a n k e b i j a k a n akuntansi yang digunakan dalam industri yang relevan.
(Ref: Para. A28)
(d) Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A29–A35)
( e ) P e n g u k u r a n d a n p e n e l a h a a n a t a s k i n e r j a k e u a n g a n entitas. (Ref: Para.
A36–A41)
Pengendalian Internal Entitas
12. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas
pengendalian internal yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar
pengendalian yang relevan dengan audit kemungkinan berhubungan dengan
pelaporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan relevan dengan audit. Ini merupakan hal yang berkaitan dengan
pertimbangan profesional auditor apakah suatu pengendalian, secara individual atau
bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan dengan audit. (Ref: Para.
A42–A65)
Sifat dan Luas Pemahaman atas Pengendalian yang Relevan
13. Pada waktu memperoleh suatu pemahaman tentang
pengendalian yang relevan dengan audit, auditor
harus mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut dan
m e n e n t u k a n a p a k a h p e n g e n d a l i a n t e r s e b u t t e l a h diimplementasikan,
dengan melaksanakan prosedur sebagai tambahan terhadap permintaan keterangan
dari personel entitas. (Ref: Para. A66–A68)
Dalam suatu audit laporan keuangan tentu terdapat berbagai macam pertimbangan bagi
auditor untuk dapat memberikan opini terhadap laporan keuangan yang sedang mereka
audit. Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan
penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam
laporan auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan
audit dan perancangan pendekatan audit. Hasil audit laporan keuangan harus memiliki
manfaat baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit
juga memiliki keterbatasan tertentu dan beberapa penyimpangan dari standar laporan
audit dan auditor harus mengetahui semuanya, untuk itu auditor harus mendapatkan
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian
material.
Dalam konteks ini, adalah masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa pengguna
laporan keuangan:
a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat;
b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan
atas peristiwa masa depan; dan
d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan.