Anda di halaman 1dari 18

Buatlah makalah yang memuat:

1. Audit Evidence (SA 500)


2. Penilaian Risiko (SA 315)
https://www.academia.edu/36591759/Standar_audit_Sa_315_pengidentifikasian_dan_pen
ilaian_risiko_Kesalahan_penyajian_material_melalui_pemahaman_atas_Entitas_dan_lingkun
gannya
3. Materialitas (SA 320)
https://www.academia.edu/34188755/SA_320.docx
4. Risk Respond (SA 330 dan SA 240)

https://www.academia.edu/9666250/MAKALAH_MATERIALITAS_DAN_RISIKO_AUDIT

Standar audit Sa 500


Bukti audit
Ruang lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam
suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi
basis opini auditor.
2. SA ini berlaku untuk semua bukti audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit. SA
lain mengatur aspek-aspek spesifik audit (sebagai contoh, SA 3151), bukti audit yang
harus diperoleh untuk hal-hal tertentu (sebagai contoh, SA 5702), prosedur spesifik
untuk memperoleh bukti audit (sebagai contoh, SA 5203), dan penilaian apakah bukti
audit yang cukup dan tepat telah diperoleh (SA 2004 dan SA 3305).
Tanggal Efektif
3. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014
(untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan
4. Tujuan auditor adalah untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian
rupa untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik
kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor.

Definisi
5. Untuk tujuan SA, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
a) Catatan akuntansi: Catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya, seperti
cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur; kontrak; buku besar dan buku
pembantu, entri jurnal dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak
tercermin dalam entri jurnal; dan catatan seperti lembaran kerja (worksheet) dan
spreadsheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan
pengungkapan.
b) Ketepatan (bukti audit): Ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit dianggap
berkualitas jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung kesimpulan
yang dijadikan basis opini auditor.
c) Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan
sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung
dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi
lainnya.
d) Pakar manajemen: Individu atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang selain
akuntansi atau audit, yang hasil pekerjaannya digunakan oleh entitas untuk
membantu entitas dalam menyusun laporan keuangan.
e) Kecukupan (bukti audit): Ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian
material dan juga kualitas bukti audit tersebut.

Ketentuan
Bukti audit yang Cukup dan tepat
6. Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. (Ref: Para. A1–A25)
Informasi yang digunakan sebagai Bukti audit
7. Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus
mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit. (Ref: Para. A26–A33)
8. Jika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan
pekerjaan pakar manajemen, auditor, sejauh diperlukan, harus mempertimbangkan
signifikansi pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor, dengan: (Ref: Para. A34–
A36)
a) Mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut; (Ref: Para.
A37–A43)
b) Memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakar; dan (Ref: Para. A44–A47)
c) Mengevaluasi kesesuaian pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk asersi
yang relevan. (Ref: Para. A48)
9. Pada waktu menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas, auditor harus
mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan auditor, termasuk, jika
relevan, dalam situasi untuk:
a) Memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi; dan (Ref:
Para. A49–A50)
b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk memenuhi
tujuan auditor. (Ref: Para. A51)

Pemilihan unsur untuk pengujian dalam memperoleh Bukti audit


10. Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian rinci, auditor harus
menentukan cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam mencapai tujuan
prosedur audit. (Ref: Para. A52–A56)
inkonsistensi atau Keraguan atas Ketidakandalan Bukti audit
11. Jika:
a) bukti audit yang diperoleh dari suatu sumber bertentangan dengan bukti audit yang
diperoleh dari sumber lain; atau
b) auditor memiliki keraguan atas keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti
audit, auditor harus menentukan modifikasi atau tambahan prosedur audit yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan mempertimbangkan
dampaknya, jika ada, terhadap aspek lain audit. (Ref: Para. A57)

 
STANDAR AUDIT
SA 315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
STANDAR AUDIT 315 PENGINDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN
PENYAJIAN MATERIAL MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA
(Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)

Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan p e n y a j i a n m a t e r i a l d a l a m
laporan keuangan, melalui pemahaman atas entitas dan
l i n g k u n g a n n y a , t e r m a s u k pengendalian internal entitas.

Tanggal Efektif
2. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

TUJUAN
3. Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan
dan asersi, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas, oleh karena itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan
mengimplementasikan respons terhadap risiko yang ditetapkan atas kesalahan
penyajian material tersebut.

DEFINISI
4. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai diuraikan di bawah ini:
(a) Asersi: Representasi oleh manajemen, secara eksplisit a t a u d e n g a n c a r a
l a i n , y a n g t e r k a n d u n g d a l a m laporan keuangan, yang dipakai
o l e h a u d i t o r u n t u k mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan penyajian potensial
yang mungkin terjadi
(b) Risiko bisnis: Suatu risiko sebagai akibat dari kondisi, peristiwa, keadaan, tindakan atau
tidak adanya tindakan s i g n i f i k a n y a n g d a p a t b e r d a m p a k n e g a t i f t e r h a d a p
k e m a m p u a n e n t i t a s d a l a m m e n c a p a i t u j u a n n y a d a n dalam melaksanakan
strateginya, atau dari penetapan sasaran dan strategi yang tidak tepat.
(c) Pengendalian internal: Proses yang dirancang,
d i i m p l e m e n t a s i k a n , d a n d i p e l i h a r a o l e h p i h a k y a n g bertanggung jawab
atas tata kelola, manajemen, dan personel lain untuk menyediakan keyakinan
memadai tentang pencapaian tujuan suatu entitas yang berkaitan dengan keandalan
pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Istilah “pengendalian” mengacu p a d a s e t i a p a s p e k
d a r i s a t u a t a u l e b i h k o m p o n e n pengendalian internal.
(d) Prosedur penilaian risiko:Prosedur audit yang
dilaksanakan untuk memperoleh suatu pemahaman t e n t a n g e n t i t a s
d a n l i n g k u n g a n n y a , t e r m a s u k pengendalian internal entitas,
untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, apakah karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
( e ) R i s i k o s i g n i f i k a n :  S u a t u r i s i k o k e s a l a h a n p e n y a j i a n m a t e r i a l y a n g
d i i d e n t i f i k a s i d a n d i n i l a i y a n g , d a l a m pertimbangan auditor, memerlukan
pertimbangan audit khusus.

KETENTUAN
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
5. Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk m e n y e d i a k a n s u a t u
d a s a r b a g i p e n g i d e n t i f i k a s i a n d a n penilaian risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian
risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar opini
audit. (Ref: Para. A1–A5)
6. Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut:
(a) Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang menurut
pertimbangan auditor k e m u n g k i n a n memiliki informasi yang
m u n g k i n m e m b a n t u d a l a m m e n g i d e n t i f i k a s i r i s i k o k e s a l a h a n penyajian
material karena kecurangan atau kesalahan. (Ref: Para. A6)
(b) Prosedur analitis. (Ref: Para. A7–A10)
(c) Observasi dan inspeksi. (Ref: Para. A11)
7. Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi yang d i p e r o l e h d a r i
p r o s e s p e n e r i m a a n a t a u k e b e r l a n j u t a n hubungan dengan klien relevan
untuk mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.
8. Jika rekan perikatan telah melaksanakan perikatan lain untuk entitas tersebut, rekan
perikatan harus mempertimbangkan apakahinformasiyangdiperolehrelevanuntukmengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian material.
9. Jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang d i p e r o l e h d a r i
p e n g a l a m a n s e b e l u m n y a d e n g a n e n t i t a s tersebut dan dari prosedur audit yang
dilaksanakan dalam audit sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut
relevan dengan audit kini. (Ref: Para. A12–A13)
10. Rekan perikatan dan anggota kunci tim perikatan harus mendiskusikan
kerentanan laporan keuangan entitas terhadap k e s a l a h a n p e n y a j i a n m a t e r i a l , d a n
p e n e r a p a n k e r a n g k a pelaporan keuangan yang berlaku terhadap fakta dan kondisi entitas
tersebut. Rekan perikatan harus menentukan hal mana yang dikomunikasikan kepada anggota tim
perikatan yang tidak terlibat dalam diskusi. (Ref: Para. A14–A16)
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya yang Diharuskan, Termasuk
Pengendalian Internal Entitas
Entitas dan Lingkungannya
11. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman berikut:
( a ) F a k t o r - f a k t o r i n d u s t r i , p e r a t u r a n , d a n e k s t e r n a l l a i n termasuk
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (Ref: Para. A17–A22)
(b) Sifat entitas, termasuk:
(i) Operasinya;
(ii) Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
(iii) Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya a k a n d i l a k u k a n o l e h e n t i t a s ,
t e r m a s u k i n v e s t a s i dalam entitas bertujuan khusus; dan
(iv) Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas tersebut dibiayai, u n t u k
memungkinkan auditor memahami golongan t r a n s a k s i , s a l d o a k u n ,
d a n p e n g u n g k a p a n y a n g diharapkan ada dalam laporan keuangan. (Ref:
Para.  A23–A27)
( c ) P e m i l i h a n d a n p e n e r a p a n k e b i j a k a n a k u n t a n s i o l e h entitas, termasuk
alasan perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah tepat
untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka p e l a p o r a n k e u a n g a n y a n g
b e r l a k u d a n k e b i j a k a n akuntansi yang digunakan dalam industri yang relevan.
(Ref: Para. A28)
(d) Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material. (Ref: Para. A29–A35)
( e ) P e n g u k u r a n d a n p e n e l a h a a n a t a s k i n e r j a k e u a n g a n entitas. (Ref: Para.
A36–A41)
Pengendalian Internal Entitas
12. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas
pengendalian internal yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar
pengendalian yang relevan dengan audit kemungkinan berhubungan dengan
pelaporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan relevan dengan audit. Ini merupakan hal yang berkaitan dengan
pertimbangan profesional auditor apakah suatu pengendalian, secara individual atau
bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan dengan audit. (Ref: Para.
A42–A65)
Sifat dan Luas Pemahaman atas Pengendalian yang Relevan
13. Pada waktu memperoleh suatu pemahaman tentang
pengendalian yang relevan dengan audit, auditor
harus mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut dan
m e n e n t u k a n a p a k a h p e n g e n d a l i a n t e r s e b u t t e l a h diimplementasikan,
dengan melaksanakan prosedur sebagai tambahan terhadap permintaan keterangan
dari personel entitas. (Ref: Para. A66–A68)

Komponen Pengendalian Internal


Lingkungan pengendalian
14. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas lingkungan pengendalian. Sebagai bagian dari
pemerolehan pemahaman ini, auditor harus mengevaluasi apakah:
( a ) M a n a j e m e n , d e n g a n p e n g a w a s a n d a r i p i h a k y a n g bertanggung jawab atas
tata kelola, telah menciptakan dan memelihara suatu budaya jujur dan perilaku etis; dan
(b) Kekuatan dalam unsur lingkungan pengendalian secara kolektif menyediakan
fondasi yang semestinya untuk k o m p o n e n l a i n p e n g e n d a l i a n i n t e r n a l , d a n
a p a k a h komponen lain tersebut tidak dirusak oleh defisiensi dalam lingkungan
pengendalian. (Ref: Para. A69–A78)
Proses penilaian risiko entitas
15. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah entitas memiliki suatu proses
untuk:
(a) Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;
(b) Mengestimasi signifikansi risiko;
(c) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut; dan
(d) Memutuskan tentang tindakan untuk menangani risiko tersebut. (Ref: Para. A79)
16. Jika entitas telah menetapkan proses tersebut di atas (disebut selanjutnya sebagai “proses
penilaian risiko entitas”), auditor harus memperoleh pemahaman tentang proses
tersebut dan hasilnya. Jika auditor mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material
yang gagal diidentifikasi oleh manajemen, maka auditor harus mengevaluasi apakah terdapat
suatu jenis risiko yang diharapkan oleh auditor akan teridentifikasi oleh proses penilaian
risiko entitas tersebut. Jika terdapat risiko semacam itu, maka auditor harus memperoleh
pemahaman tentang mengapa proses tersebut gagal mengindentifikasinya, dan mengevaluasi
apakah proses tersebut sudah tepat atau m e n e n t u k a n a p a k a h t e r d a p a t s u a t u
d e f i s i e n s i s i g n i f i k a n dalam pengendalian internal yang berkaitan dengan proses
penilaian risiko entitas.
17. Jika entitas belum menetapkan proses tersebut di atas atau memiliki suatu proses
khusus (
 ad hoc), maka auditor harus mendiskusikan dengan manajemen tentang apakah risiko
bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan telah diidentifikasi dan bagaimana risiko
tersebut ditangani. Auditor harus mengevaluasi apakah ketiadaan proses penilaian risiko yang
didokumentasi sudah tepat sesuai dengan kondisinya, atau menentukan apakah
ketiadaan tersebut merupakan suatu defisiensi signifikan dalam pengendalian internal
(Ref: Para. A80)
Sistem informasi, termasuk proses bisnis yang terkait, yang relevan dengan
pelaporan keuangan, dan komunikasi
1 8 . A u d i t o r h a r u s m e m p e r o l e h p e m a h a m a n t e n t a n g s i s t e m informasi,
termasuk proses bisnis yang terkait, yang relevan d e n g a n p e l a p o r a n k e u a n g a n ,
t e r m a s u k h a l - h a l s e b a g a i berikut:
(a) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan terhadap laporan keuangan;
(b) Prosedur, baik dalam teknologi informasi maupun sistem manual, yang olehnya transaksi dimulai,
dicatat, diproses, dan dikoreksi sebagaimana mestinya, ditransfer ke buku besar, dan
dilaporkan dalam laporan keuangan;
(c) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun spesifik dalam
l a p o r a n k e u a n g a n y a n g d i g u n a k a n untuk memulai, mencatat, memproses, dan
melaporkan transaksi; hal ini mencakup koreksi terhadap informasi yang salah dan
bagaimana informasi tersebut ditransfer ke buku besar. Catatan tesebut dapat dalam
bentuk manual atau elektronis;
( d ) B a g a i m a n a s i s t e m i n f o r m a s i m e n a n g k a p p e r i s t i w a dan kondisi (selain
transaksi) yang signifikan terhadap laporan keuangan;
(e) Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan entitas,
termasuk estimasi akuntansi dan pengungkapan yang signifikan; dan
(f) Pengendalian di sekitar entri jurnal, termasuk entri jurnal nonstandar yang digunakan
untuk mencatat transaksi yang tidak berulang atau tidak biasa, atau penyesuaian. (Ref:
Para. A81–A85)

19. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang bagaimana entitas


mengomunikasikan peran dan tanggung  jawab pelaporan keuangan serta hal-hal
signifikan yang berkaitan dengan pelaporan keuangan, termasuk: (Ref: Para.  A86–A87)
(a) Komunikasi antara manajemen dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
dan
(b) Komunikasi eksternal, seperti dengan otoritas pengatur. 
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit
20. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang aktivitas pengendalian yang
relevan dengan audit, yaitu aktivitas pengendalian yang dipandang perlu oleh auditor
untuk dipahami agar dapat menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
dan merancang prosedur audit lebih lanjut yang responsif terhadap risiko yang dinilai.
Suatu audit tidak membutuhkan suatu pemahaman tentang seluruh aktivitas pengendalian
yang terkait dengan setiap golongan transaksi signifikan, saldo akun, dan pengungkapan
dalam laporan keuangan atau tentang setiap asersi yang relevan dengannya. (Ref: Para.
A88–A94)
21. Dalam memahami aktivitas pengendalian entitas, auditor harus memperoleh suatu
pemahaman tentang bagaimana entitas telah merespons terhadap risiko yang timbul dari
teknologi informasi. (Ref: Para. A95–A97)
Pemantauan atas pengendalian
22. Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang aktivitas utama yang digunakan
oleh entitas untuk memantau pengendaian internal atas pelaporan keuangan, termasuk
yang berkaitan dengan aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit, dan bagaimana
entitas melaksanakan tindakan perbaikan terhadap defisiensi dalam pengendaliannya. (Ref:
Para. A98–A100)

CRITIKAL REVIU STANDAR AUDIT 320


MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN AUDIT
 
D.
 
KONSEP MATERIALITAS
Empat Konsep Materialitas

Overall

 materiality
Overall materiality
 didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap keputusan yang
dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh informasi yang menyebaban
ia menentukan angka materialitas yang  berbeda dari yang ditetapkannya semula, angka
materialitas semuala seharusnya direvisi

Overall

 performance materiality
 Performance materiality
 ditetapkan lebih rendah dari
overall materiality
.
 Performance materiality
 memungkinkan auditor menanggapi penilaian resiko tertentu (tanpa mengubah
overall materiality
), dan menurunkan ke tingkat rendah yang tepat (
appropriately low level 
)  probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi secara
agregat (
aggregate of uncorrected and undetected misstatements
) melampui
overall materiality
.
 Performance materiality
 perlu diuba berdasarkan temuan audit

Specific

 materiality
Specific materiality
 untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu dimana  jumlah salah sajinya
akan lebih rendah dari
overall materiality
 

Specific

 performance materiality
Specific performance materiality
 ditetapkan lebih rendah dari
 specific materiality
. Hal ini memungkin auditor menanggapi penilaian resiko tertentu, dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material,
yang secara agregat dapat berjumlah
materiality
.
E.
 
RISIKO AUDIT
Materialitas seperti dibahas di atas, berkaitan erat dengan risiko audit (
audit risk 
). Keduanya menjadi bahan pertimbangan penting dalam proses audit.
 
Resiko audit adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru (
inappropriate audit opinion
) atas laporan keuangan yang mengandung asalah saji yang material.
Komponen Risiko Audit
RMM (risiko salah saji yang material) RMM adalah resiko dimana laporan keuangan disalah
sajikan secara material sebelum audit dimulai. Risiko-risiko ini diperhitungkan atau
menjadi pertimbangan di tingkat laporan keuangan (
 financial  statement level 
) dan pada tingkat asersi (
assertion level 
). Pada rtingkat laporan keuangan tinjauannya adalah menyeluruh, menyangkut resiko
yang pervasif (dengan dampak bermacam-macam asersi). RMM  pada tingkat asersi
berkaitan dengan jenis transaksi (
classes of transaction
), saldo akun (
account balances
), dan  pengungkapan (
disclosure
). RMM
 
merupakan kombinasi dari risiko bawaan atau inherent risk (
IR 
) dan resiko  pengendalian atau control risk (
CR 
), atau dirumuskan sebagai
IRxCR= RMM.
 Detection Risk
 Detection Risk 
 adalah risiko dimana auditor gagal mendeteksi suatu salah saji dalam asersi yang bisa
berdampak material.
 Detection risk 
 (DR) ditangani melalui:

 
Perencanaan audit dengan baik (
 sound audit planning 
)

 
Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap RMM yang
diidentifikasi

 
Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit

 
Supervisi dan review atas  pekerjaan audit
 Detection risk 
 tidak pernah dapat diturunkan sampai ke angka nol, karena adanya kendala bawaan (
inherent limitations
) dalam prosedur audit, masih diperlukannya professional judgments (yang dibuat oleh
manusis, yang secara alamiah bisa berbuat salah), dan sifat dari  bukti yang diperiksa.
 
Risiko audit atau audit risk (
AR 
) dapat dirumuskan sebagai berikut : Materialitas dan risiko audit rik terus diperhatikan
sepanjang audit, dengan:

 
Mengidentifikasi dan menilai RMM

 
Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lanjutan

 
Menetukan revisi atas materialitas (
overall materiality maupun performance materiality
) dengan informasi baru yang diperoleh selama audit. Ini berarti, informasi baru itu
membuat auditormenetapkan angka materialitas yang  berbeda dari apa yang ditetapkan
nya pada awal audit

 
Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi (
uncorrected misstatements
), terhadap laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor Menggunakan analogi
sederhana dari cabang atletik loncat tinggi, materialitas ekuivalen dengan tingginya
tongkat yang harus dilampui atlet. Risiko audit ekuivalen dengan tingkat kesulitan yang
inheren pada ketinggian tertentu (RMM), digabungkan dengan risiko tambahan berupa
kesalahan strategi loncatan atau kesalahan dalam meloncat (
detection risk 
).
F.
 
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
Ada tiga prosedur penilaian risiko yang terdiri atas: a.
 
Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (
inquiries of management and others
);  b.
 
Pengamatan dan inspeksi (
observation and inspection
); and c.
 
Prosedur analytical (
analytical procedures
). Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam
banyak situasi, hasil dari prosedur akan membawa pada prosedur lain. Contoh, dalam
wawancara dengan manajer penjualan, terungkap adanya kontrak  penjual yang tidak
biasa. Wawancara ini (prosedur
inquiry
) diikuti dengan  prsedur inpeksi atas kontrak penjualan dan dilanjutkan dengan analisis (
analytical procedure
) mengennai dampaknya terhadap margin penjualan. Atau, temuan dari pelaksanaan
analytical procedures
atas angka-angka dalam draf laporan laba rugi mungki memicu pertanyaan bagi
manajemen. Jawaban atas  pertanyaan-pertanyaan itu dan membawa auditor ke prosedur
inspeksi atas dokumen tertentu atau prsedur pengamatan atas kegiatan tertentu.

Dalam suatu audit laporan keuangan tentu terdapat berbagai macam pertimbangan  bagi
auditor untuk dapat memberikan opini terhadap laporan keuangan yang sedang mereka
audit. Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan
penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam
laporan auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan
audit dan  perancangan pendekatan audit. Hasil audit laporan keuangan harus memiliki
manfaat baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit
juga memiliki keterbatasan tertentu dan  beberapa penyimpangan dari standar laporan
audit dan auditor harus mengetahui semuanya, untuk itu auditor harus mendapatkan
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan  bebas dari kesalahan penyajian
material.

Tinjauan pustaka 2.1 Definisi dan tujuan SA 320


Standar Audit (“SA”) 320 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk menerapkan
konsep materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.
Tujuan SA ini, materialitas pelaksanaan (performance materiality ) adalah suatu  jumlah
yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi ke tingkat rendah yang
semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak
terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika  berlaku, materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada
jumlah yang lebih rendah daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu. Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan
auditor adalah untuk mendapatkan perikatan yang memberikan keyakinan memadai
bahwa laporan
 
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, oleh karena itu memungkinkan auditor untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material, telah
disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan untuk melaporkan
laporan keuangan tersebut serta mengomunikasikan temuan-temuan auditor sebagaimana
disyaratkan oleh SA.

2.2 Materialitas Dalam Konteks Audit


Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep materialitas dalam konteks
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka pelaporan keuangan
mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda- beda,
kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa:
 
 Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat
memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh
pengguna laporan keuangan tersebut;
 Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai
kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan
penyajian, atau kombinasi keduanya; dan
 Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang
diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan
dampak kesalahan penyajian terhadap pengguna laporan keuangan individual
tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan

2.3 Penentuan dan Pertimbangan Materialitas


Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional, dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan.

Dalam konteks ini, adalah masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa pengguna
laporan keuangan:
 
a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat;
b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan  berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan
atas peristiwa masa depan; dan
d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan.

Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang ukuran


kesalahan penyajian yang dipandang material.

a) Pertimbangan-pertimbangan tersebut menyediakan suatu basis untuk: Menentukan


sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko;
b) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material; dan
c) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan. Materialitas yang
ditetapkan pada tahap perencanaan audit tidak semena-mena menentukan bahwa
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, secara individual atau gabungan di bawah
materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak material. Kondisi-kondisi yang
berkaitan dengan beberapa kesalahan penyajian dapat menyebabkan auditor
menilai kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian material
walaupun kesalahan penyajian tersebut berada di bawah tingkat materialitas.
Walaupun tidak praktis untuk merancang prosedur audit untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material yang hanya berdasarkan sifatnya, auditor tidak boleh
hanya mempertimbangkan ukuran, tetapi  juga sifat kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi, dan keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya kesalahan
penyajian tersebut, pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian tersebut
terhadap laporan keuangan.

2.4 Ketentuan dalam SA 320


Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit
Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan
memengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan
keuangan tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan .

Anda mungkin juga menyukai