Anda di halaman 1dari 13

PEREKONOMIAN INDONESIA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Ekonomi dan Bisnis Mnj/Akt– S1 F041700013 Yusman,SE., MM.

Abstract Kompetensi
Di masa Orde Baru, pemerintah menerapkan Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan perkembangan perekonoian Indonesia di masa Orde
Demokrasi Ekonomi. Sesuai dengan isi Baru, pemerintah menerapkan sistem ekonomi
pembukaan UUD 1945, antara lain Indonesia yang berdasarkan Demokrasi
menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Ekonomi. Sesuai dengan isi pembukaan UUD
Indonesia adalah untuk memajukan 1945, antara lain menyatakan bahwa, salah satu
kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas tujuan Negara Indonesia adalah untuk
dari pokok-pokok pikiran yang terkandung memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu “Negara terlepas dari pokok-pokok pikiran yang
hendak mewujudkan keadilan sosial bagi terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
seluruh rakyat, sebagaimana dijabarkan lebih “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial
lanjut dalam pasal 23, 27, 33, dan 34 UUD bagi seluruh rakyat, sebagaimana dijabarkan
1945. lebih lanjut dalam pasal 23, 27, 33, dan 34 UUD
1945.

A. Masa Orde Baru


Di masa Orde Baru, pemerintah menerapkan sistem ekonomi Indonesia yang
berdasarkan Demokrasi Ekonomi. Sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945, antara lain
menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Indonesia adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat, sebagaimana dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 23, 27, 33, dan 34 UUD 1945.
Arti keadilan sosial sebagai sila ke lima Pancasila adalah sebagai berikut :
“Sila keadilan sosial menghendaki adanya kemakmuran yang merata di antara seluruh
rakyat, bukan merata yang statis, melainkan merata yang dinamis dan meningkat. Artinya
seluruh kekayaan alam Indonesia, seluruh potensi Bangsa, diolah bersama-sama menurut
kemampuan dan bidang masing-masing, untuk kemudian dimanfaatkan bagi kebahagiaan
sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat. Keadilan sosial berarti harus melindungi yang lemah;
hal ini bukan berarti yang lemah lalu boleh tidak bekerja dan sekedar menuntut
perlindungan, melainkan sebaliknya justru harus bekerja menurut kemamapuan dan
bidangnya. Perlindungan yang diberikan adalah untuk mencegah kesewenang-wenangan
dari yang kuat, untuk menjamin adanya keadilan.”
Melaksanakan keadilan sosial tidak lain adalah dengan serta merta dinikmati oleh
seluruh rakyat. Ini antara lain berarti bahwa segala bentuk kesenjangan sosial dan dan
kesenjangan dalam pembagian kekayaan nasional harus ditiadakan. Apabila kita perhatikan
arti keadilan social sebagaimana diutarakan di atas, maka ini mengandung dua makna
sebagai berikut :
1. Sebagai prinsip pembagian pendapatan yang adil :
Tercermin pada “Sila keadilan sosial menghendaki adanya kemakmuran yang merata di
antara seluruh rakyat. Jadi di sini yang dikejar bukan saja “masyarakat yang makmur”,
tetapi tingkat pertumbuhan dari pendapatan masyarakat juga harus meningkat. Demikian
juga prinsip pembagian pendapatan yang adil tercermin dalam melaksanakan keadilan
sosial bahwa, “segala bentuk kesenjangan dalam pembagian kekayaan nasional harus
ditiadakan.”
2. Prinsip demokrasi ekonomi :
Dalam arti keadilan sosial antara lain dinyatakan bahwa, “seluruh kekayaan alam
Indonesia, seluruh potensi bangsa diolah bersama-sama menurut kemampuan bidang
masing-masing, untuk kemudian dimanfaatkan bagi kebahagiaan sebesar-besarnya bagi
seluruh rakyat”.

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


2 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
Ini tercermin dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan sebagai berikut :
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.
Dalam penjelasan UUD 1945 antara lain dinyatakan sebagai berikut : “Produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau penilikan anggota-
anggota masyarakat. Penekanan adalah pada kemakmuran masyarakat, bukan
kemakmuran orang seorang.”
Pasal 33 beserta penjelasannya inilah yang mencerminkan prinsip demokrasi
ekonomi. Selanjutnya, keadilan sosial yang merupakan sila ke lima Pancasila
mengandung dua makna, yaitu sebagai prinsip pembagian pendapatan yang adil dan
prinsip demokrasi ekonomi. Berdasarkan dua makna yang terkandung dalam keadilan
sosial tersebut, maka keadilan sosial ini adalah yang paling relevan untuk ekonomi.
Demikian sebenarnya yang merupakan pencerminan sistem ekonomi Pancasila. Dengan
demikian, makna yang terkandung dalam keadilan sosial yang menjadi landasan
kehidupan ekonomi Indonesia, jelas-jelas menentang sistem Free fight liberalism dan
sistem Etatisme.
Kebijaksanaan pemerintah demi terciptanya keadilan sosial. Dari makna UUD
1945 yang dijiwai Pancasila sebagai dasar negara, telah jelas apa yang dikehendaki
oleh seluruh rakyat Indonesia dalam sistem demokrasi ekonomi yang dianut yaitu
terciptanya keadilan sosial dalam mencapai tujuan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Demi terciptanya tujuan tersebut, kita harus membangun dan agar tujuan
pembangunan tersebut mencapai sasarannya, maka perlu disusun suatu strategi
pembangunan. Strategi pembangunan inilah yang kemudian dituangkan kedalam Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN) : adalah arah dan strategi Pembangunan nasional.

GBHN ini kemudian dijabarkan kembali dalam REPELITA-REPELITA dengan


tujuan setiap tahap pembanguan (REPELITA) adalah : meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan
meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Kemudian demi
tercapainya setiap tahap pembangunan (REPELITA) tersebut, maka setiap
kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan harus berdasarkan kepada TRILOGI
PEMBANGUNAN.

TRILOGI PEMBANGUNAN mengandung tiga unsure pokok yang merupakan tiga


dimensi, artinya mencerminkan tiga segi permasalahan dalam pembangunan sebagai
satu proses kegiatan terus menerus. Oleh sebab itu tiga dimensi tersebut sebagai segi-
segi bidang kegiatan yang saling berkaitan, yang dalam menelaah dapat kita bedakan,
tetapi tidak dipisahkan satu dari yang lainnya.

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


3 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
1). Pembangunan Ekonomi, menunjukkan kepada usaha untuk meningkatkan produksi
barang dan jasa-jasa di bidang-bidang yang semakin meluas dalam masyarakat
secara keseluruhan. Hasil produksi masyarakat ini di sebut produksi nasional.
Produksi nasional ini kemudian dipasarkan dan dinilai dengan harga pasar yang
berlaku, sehingga membawa pendapatan bagi masyarakat yang bersangkutan.
Pendapatan masyarakat ini dinamakan pendapatan nasional (national income)

2). Pemerataan, dalam kaitannya dengan pendapatan nasional tersebut, samapi


seberapa jauh hasil produksi nasional berada dalam jangkauan daya beli sebagin
besar penduduk yang ingin membeli sejumlah hasil produksi guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam hubungan ini harus dipersoalkan masalah pemerataan.
Yang dimaksud dengan pemerataan dalam TRILOGI PEMBANGUNAN adalah suatu
pembagian hasil produksi masyarakat yang lebih merata, sehingga dirasakan lebih
adil dalam kehidupan masyarakat.

3). Stabilitas Nasional

Kebijaksanaan pembangunan yang menuju pada dua sasaran kembar diatas tadi
memerlukan suasana kehidupan masyarakat yang stabil yang merupakan syarat
pokok bagi usaha pembangunan yang kontiue.

Dalam pada itu stabilitas yang bersipat dinamis harus pula merupakan hasil dari pola
pembangunan yang berimbang, artinya pembangunan yang senantiasa memelihara
keseimbangan antara peningkatan produksi dengan laju pertumbuhan yang cukup
tinggi dan pola pembagian hasil produksi itu secara lebih merata.

Namun dalam pelaksaan pembanguan pada setiap REPELITA, susunan ketiga logi
tersebut berbeda penekanannya, sebagai berikut :

PELITA I : Penekanan ditonjolkan pada segi stabilitas nasional (kedudukan


pertama) diikuti oleh pertumbuhan ekonomi, kemudian pemerataan
pembangunan.

PELITA II : Pertumbuhan ekonomi menduduki tempat pertama, diikuti dengan


stabilits nasional kemudian pemerataan. Sasaran yang ingin dicapai
dalam PELITA II, adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

PELITA III, IV dan V : Penekanan lebih menonjolkan pada segi pemerataan


pembangunan (kedudukan pertama) kemudian berturut-turut

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


4 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan menyusul pada urutan ke
tiga yaitu stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Ketiga unsur dan TRILOGI PEMBANGUNAN tersebut merupakan unsure yang sama
penting bobotnya. Karena itu ketiga-tiganya hrus dikembangkan secara serasi dan
saling memperkuat didasarkan pada aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat serta
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan social/politik saat itu.

Apabila kita telusuri kebijaksanaan Pemerintah dalam setiap tahap


pembangunan yang bertumpu pada TRILOGI PEMBANGUNAN, terlihatlah bahwa
dengan menyadari akan keterbatasan permodalan (dana), keterampilan teknis dan
adminstratif, serta keterbatasan waktu yang tersedia, fakta-fakta keterbatasan inilah
yang memaksa pemerintah memilih dan memusatkan perhatiannya pada sector-
sektor tertentu yang dianggap strategis, baik sebagai potensi untuk perkembangan
lebih lanjut maupun untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Pemilihan
sector/bidang yang strategis ini tercermin dalam kegiata-kegiatan ekonomi
pemerintah yang selalu berdasarkan pentahapan dan urutan nprioritas yang
disesuaikan dengan anggaran (dana) yang tersedia pada tahun anggaran (APBN)
yang bersangkutan yang terlebih dahalu RAPBN-nya harus disetujui oleh rakyat
melalui wakil-wakilnya di DPR (pasal 23 ayat (1) UUD 1945). Dari penjelasan UUD
1945 pasal 23 ayat (1) dinyatakan bahwa “dalam hal menetapkan pendapatan dan
belanja, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat daripada kedudukan
Pemerintah “. Ini adalah tanda adanya kedaulatan rakyat dalam Negara demokrasi
Indonesia.

Sebagaimana telah diutarakan terdahulu bahwa sejak PELITA III,


pelaksanaan pembangunan lebih menekankan pada segi pemerataan pembangunan
sesuai TRILOGI PEMBANGUNAN dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan memeratakan hasil pembangunan, sekaligus se bagai manifestasi
pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berasaskan kekeluargaan, keserasian
dan keselarasan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sejak PELITA III, telah dilakukan
berbagai langkah untuk meningkatkan peran serta masyarakat pedesaan dalam
pembangunan. Untuk itu pemerintah daerah membentuk, membina dan
mengembangkan suatu lembaga perkreditan pedesaan yang dikenal dengan nama
lembaga dana dan kredit pedesaaan (LDKP). Peranan LDKP ini menjadi semakin
penting, terutama setelah dikeluarkannya paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988 dan
25 Maret 1989, karena selain diakui keberadaanya, LDKP dapat diberikan status

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


5 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
sebagai bank perkreditan rakyat (BPR) setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan.

B. Strategi Pembangunan Ekonomi Selama Orde Baru.


Persepsi para ahli ekonomi untuk merumuskan arah dan strategi pembangunan
nampaknya telah mengalami pergeseran. Pada awalnya strategi pembangunan ekonomi
menitikberatkan pada konsep dorongan besar (big-push), lepas landas (take off), lompatan
ke depan (leaf-forward), pembangunan tak seimbang (unbalanced growth), keterkaitan
(linkage), mekanisme yang mendorong pertumbuhan (growth inducing mechanism),
orientasi komersial (commercial points), pengangguran tak kentara (disguised
unemployment). Strategi tersebut telah semakin berkurang, karena strategi ini ternyata
sangat tidak memuaskan. Strategi pembangunan yang demikian telah menimbulkan
ketimpangan ekonomi, kelebihan kapasitas produksi, kepadatan perkotaan, pengangguran,
kemiskinan, dan stagnasi pedesaan.

Dewasa ini telah terjadi pergeseran ke arah strategi pembangunan yang baru, yang
menitikberatkan kepada pembangunan pedesaan yang terpadu (integrated rural
development), intensifikasi pertanian (agricultural intensification), penggunaan teknologi
madya (intermediate technology), pendidikan yang layak (appropriate education), perluasan
angkatan kerja (labor force expansion), promosi industri kecil dan ekspor (small industries
and export promotion), penciptaan lapangan kerja (employmeny generation), perbaikan gizi
dan kesehatan (nutricion and health development), pengembangan sumber daya manusia
dan social (social and human recources development), distribusi pendapatan (income
distribution), dan perubahan kelembagaan (institutional change).

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang


mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi maupun non-
ekonomi. Akan tetapi yang penting adalah dalam menentukan sasaran pembangunan.
Menurut Goulet, kehidupan yang lebih baik pada dasarnya meliputi (i) kebutuhan hidup, (ii)
kebutuhan harga diri, (iii) kebutuhan kebebasan. Sementara menurut Todaro (1983:1280)
sasaran pembangunan minimal yang harus ada : (i) Meningkatkan persediaan dan
memperluas pembagian/ pemerataan bahan kebutuhan pokok, seperti pangan, papan,
sandang, pendidikan, kesehatan, dan keamanan serta lingkungan, (ii) Mengangkat taraf
hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja,
pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


6 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
manusiawi, yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi untuk
meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun bangsa, (iii) Memperluas
jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan bangsa dengan cara
membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan
orang lain dan Negara lain, tetapi juga dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.

Untuk mencapai sasaran pembangunan di atas, strategi pembangunan ekonomi


harus diarahkan kepada : (i) Meningkatkan output riil/ produktivitas yang tinggi yang terus-
menerus meningkat. Karena dengan output yang tinggi ini akhirnya akan dapat
meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian bahan kebutuhan pokok untuk
hidup, termasuk penyediaan perumahan, pendidikan, dan kesehatan, (ii) Tingkat
penggunaan tenaga kerja yang tinggi dan pengangguran yang rendah yang ditandai dengan
tersedianya lapangan kerja yang cukup, (iii) Pengurangan dan pemberantasan ketimpangan,
(iv) Perubahan sosial, sikap mental, dan tingkah laku masyarakat dan lembaga pemerintah.

Secara makroekonomi sebagai salah satu cabang ilmu ekonomi, berkaitan dengan
permasalahan kebijakan tertentu, yaitu kebijakan makroekonomi. Masalah kebijakan
makroekonomi pada dasarnya mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pengendalian umum perekonomian. Tugas pengendalian makroekonomi
adalah juga mengusahakan agar perekonomian dapat bekerja dan tumbuh secara seimbang
dan terhindar dari keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum tadi.

Secara garis besar masalah kebijakan makroekonomi mencakup dua permasalahan pokok :

1. Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi :

Masalah ini berkaitan dengan bagaimana mengendalikan roda perekonomian dari waktu
ke waktu agar terhindar dari tiga penyakit perekonomian makro yaitu : (i) inflasi, (ii)
pengangguran dan (iii) ketimpangan dalam neraca pembayaran.

Dalam analisis jangka pendek, faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah : (a)
kapasitas total dari perekonomian, (b) Jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja, (c)
Lembaga-lembaga sosial politik dan ekonomi yang ada.

2. Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan

Masalah ini adalah bagaiman kita mengendalikan roda perekonomian agar ada
keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan
tersedianya dana untuk investasi. Pada dasarnya masalah jangka panjang juga berkisar

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


7 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya perspektif waktunya
lebih panjang (> 5 tahun).

Berdasarkan pengalaman pembangunan ekonomi di NSB selama dasawarsa


1960-an dan 1970-an, secara umum ada dua strategi pembangunan ekonomi yang
lazim digunakan, Pertama, strategi yang berorientasi ke luar (outward-looking policies),
yaitu pembangunan ekonomi dengan menempatkan ekspor sebagai motor penggerak
utama. Kedua, strategi yang berioentasi ke dalam (inward-looking policies), yaitu
pembangunan ekonomi yang dilandasi oleh pembangunan sektor-sektor domestic yang
kuat. Dari masing-masing strategi tersebut bias diuraikan dua kategori dari
kebijaksanaan perdagangan, yaitu :

a. Primary outward-looking policies : pembangunan ekonomi didorong oleh


pertumbuhan ekspor komoditas pertanian dan sector primer lainnya.
b. Secondary outward-looking policies : pertumbuhan sektor industri, terutama untuk
promosi ekspor barang-barang manufaktur.
c. Primary inward-looking policies : pembangunan ekonomi dengan prioritas pada
swasembada komoditas pertanian.
d. Secondary inward-looking policies : pembangunan ekonomi dengan prioritas pada
swasembada barang-barang industri melalui kebijaksanaan subsitusi impor.

Sejak dimulainya Pelita I hingga saat ini, kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan
dengan pembangunan ekonomi, khususnya kebijaksanaan industrialisasi dan
kebijaksanaan perdagangan luar negeri di Indonesia telah mengalami suatu transisi
yang dilakukan secara bertahap dari inward-looking (strategi subsitusi impor) ke
outward-looking (strategi promosi ekspor). Pada awal pembangunan, pemerintah menerapkan
strategi subsitusi impor dengan tujuan memacu pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi
melalui pembangunan sektor industri nasional yang kuat. Untuk mendapatkan sektor industri
manufaktur yang kuat dalam arti memiliki laju pertumbuhan rata-rata per tahun yang besar dan
tingkat diversifikasi yang tinggi bisa melalui dua strategi, yakni dengan subsitusi impor atau
promosi ekspor. Dalam hal ini pemerintah Orde baru memilih strategi yang pertama.
Keberhasilan strategi subsitusi impor sangat tergantung kepada faktor lain, misalnya efektivitas
dari proteksi terhadap barang-barang impor sejenis. Keuntungan penerapan strategi subsitusi
impor dapat dilihat dari : (i) Pangsa pasarnya sudah jelas, sehingga tidak perlu melakukan riset
pasar terlebih dahulu, (ii) Penciptaan lapangan kerja, (iii) Alih teknologi yang dapat
meningkatkan keterampilan tenaga kerja di dalam negeri, (iv) Penghematan devisa negara,
sehingga cadangan devisa yang ada dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang modal

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


8 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
yang diperlukan dalam pembangunan, (v) Menimbulkan rasa kebanggan nasional serta kecintaan
terhadap produk-produk dalam negeri.

C. Krisis Moneter
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1996 diawali dengan penutupan
16 bank swasta oleh Mentri Keuangan, karena berbagai masalah yang dihadapi oleh
beberapa bank swasta pada saat itu. Misalnya, pelanggaran batas maksimum pemberian
kredit (BMPK), rendahnya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio = CAR), besarnya
kredit macet (non performing loan = NPL) dan lain sebagainya. Penutupan 16 bank swasta
di atas menimbulkan dampak psikologis bagi deposan lainnya, sehingga mereka beramai-
ramai melakukan penaikan tabungan atau deposito mereka dalam jumlah besar, karena
mereka takut kalau bank tempat mereka menabung atau deposito juga akan ditutup.
Tindakan para deposan ini mengakibatkan bank-bank mengalami rush (penarikan uang oleh
nasabah secara besar-besaran) yang pada gilirannya menyebabkan bank mengalami
kesulitan likuiditas.
Upaya pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) untuk mengatasi kesulitan likuiditas
perbankan dilakukan dengan mengucurkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) satu dan
dua. KLBI1 dengan tempo pengembalian oleh bank tiga sampai tujuh hari, sedangkan KLBI 2
dengan jangka waktu pengembalian dua sampai tiga minggu.
Namun karena rush yang terjadi sudah sedemikian tak terkendali, maka pemerintah
mengeluarkan Keppres yang tujuannya adalah untuk mengatasi krisis likuiditas yang dialami
perbankan dengan memberikan Bantuan Liuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang totalnya
berjumlah 650 triliun. Rush yang dihadapi perbankan sedemikian besar itu ternyata
diperparah oleh tindakan para pemilik bank yang ikut-ikutan melakukan penarikan uang
dalam jumlah besar, sehingga member kesan bahwa banknya sedang di rush oleh para
nasabahnya.
Kekisruhan sektor keuangan ini sebenarnya juga disebabkan oleh lemahnya peran
pengawasan dari BI terhadap sektor perbankan, di samping adanya sinyalemen terdapatnya
permainan antara oknum aparatur BI dengan para pengelola bank yang berujung pada tidak
optimalnya fungsi pengawasan dari BI terhadap operasional perbankan.
Krisis moneter yang terjadi pada masa itu juga diperparah dengan deficit neraca
pembayaran yang dialami Indonesia, sehingga mengakibatkan kurs rupiah melemah
terhadap USD. Jika padaawal 1996 kurs rupiah terhadap USD masih pada kisaran Rp.
2.500 sampai Rp. 2.750 per USD, tetapi setelah krisis perbankan yang terjadi kurs rupiah
terhadap USD menembus angka Rp. 16.500,- per USD.

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


9 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
Kondisi seperti ini menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bergantung kepada
bahan baku impor tidak dapat lagi melakukan produksi, dikarenakan harga bahan baku
impor melonjak tajam hampir 6 kali lipat. Akibatnya, banyak pabrik-pabrik yang stop
produksi, karyawan dirumahkan atau bahkan terpaksa dilakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK). Ini betul-betul suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan bagi perekonomian
Indonesia, gelombang PHK terjadi di mana-mana, harga bahan-bahan kebutuhan pokok
(sembako) melambung tajam.
Puncak kekacauan ekonomi ini terjadi ketika pemerintahan rezim Soeharto
menghadapi demontrasi dari rakyat dan mahasiswa menuntut dilakukannya perubahan
(reformasi) serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Penjarahan terjadi di
mana-mana, bahkan tersebar kabar ada pemerkosaan terhadap kelompok etnis tertentu.
Meskipun pemerintah sudah mencoba untuk mengatasi depresiasi rupiah terhadap
USD dengan cara melepas sebagian cadangan devisa pemerintah ke pasar uang, namun
masyarakat sudah terlanjur tidak percaya dengan berbagai kebijaksanaan yang dilakukan
pemerintah, bahkan masyarakat cenderung terus berspekulasi dengan cara meminjam
rupiah ke bank kemudian di konversi ke USD.
Akhirnya, dalam ketidak berdayaan pemerintah mengatasi kekacauan ekonomi dan
politik yang terjadi, presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden
dan digantikan oleh wakilnya B.J. Habibie.

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


10 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dumairy, (1997), “Perekonomian Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.


2. P.C. Soeroso, (1995), “Perekonomian Indonesia : Buku Panduan Untuk Mahasiswa”, Penerbit
Gramedia, Jakarta.
3. Tulus Tambunan, (2000), “Perekonomian Indonesia”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
4. Zulkarnain Djamin, (1993), “Perekonomian Indonesia”, LPFE-UI, Jakarta.

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


11 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
Soal-soal Latihan :

1. Pembangunan ekonomi di Indonesia baru berjalan sesuai dengan konsep yang benar
pada era :
a. Kolonial b. Orde lama c. Orde Baru d. Orde Reformasi

2. Di masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah menyusun program pembangunan jangka


panjang yang dikenal dengan sebutan :
a. GBHN b. PELITA c. REPELITA d. PJP

3. Pada PELITA I titik berat pembangunan berada pada sektor :


a. Industri b. Jasa c. Pertanian d. Pertambangan

4. Strategi Pembangunan yang dijalankan dikenal dengan sebutan :


a. Trisakti b. Tritura c. Tribrata d. Trilogi

5. Pada PELITA I, strategi pembangunan menekankan pada aspek :


a. Pertumbuhan b. Stabilitas c. Pemerataan d. Keadilan

6. Indonesia di awal Pemerintahan Orde Baru mendapat pujian dari Bank Dunia sebagai
The Amazing Growth Country karena berhasi mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar :
a. 5% b. 8% c. 7% d. 6%

7. Bahkan presiden Soeharto pada tahun 1984 mendapat penghargaan dari .......... karena
berhasil mencapai swasembada pangan, khususnya beras:
a. WHO b. FAO c. UNESCO d. WTO

8. Namun sayang tak lama kemudian (pada tahun 1990), Indonesia berubah menjadi
negara pengimpor beras terbesar di ASEAN. Terutama sejak titik berat pembangunan
bergeser ke sektor :
a. Industri b. Jasa c. Pertanian d. Pertambangan

9. Setelah presiden Soeharto mengundurkan diri karena desakan massa dan mahasiswa
pada saat reformasi, BJ Habibie meneruskan pemerintahan yang seharusnya
berlangsung sampai tahun 2002, namun pada tahun 1999 Habibie berhenti sebagai
presiden karena Laporan Pertanggungan Jawab Habibie ditolak oleh MPR, terutama
tersangkut kasus :
a. BLBI Gate b. Brunai Gate c. Century Gate d. Referdm Timtim.

10. Setelah Habibie turun, Gus Dur terpilih sebagai presiden sebagai hasil PEMILU pasca
reformasi, namun sayang Gus Dur dimakzulkan oleh DPR/MPR karena patut diduga
terlibat kasus:
a. BLBI Gate b. Brunai Gate c. Century Gate d. Water Gate

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


12 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.
LEMBAR JAWABAN
Pertemuan 3 : Sejarah Perekonomian Indonesia pada masa Orde Baru

Nama Broriyanto Nilai BRO


NIM 43219110061 432
Kelas/Jam M-713-2 (Rabu, 19.30-22.00 WIB)

Tulis jawaban yang paling BENAR dengan huruf kapital


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
C D C D B C B A D B

‘14 Nama Mata Kuliah dari Modul PEREKONOMIAN INDONESIA


13 Dosen Pengampu Yusman, SE., MM.

Anda mungkin juga menyukai