Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENETUAN DAN PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah akuntansi biaya yang diampuh oleh Ni
Wayan Irmayani SE.MM

Disusun oleh:
1. Maria Goreti Harnijun (2100020009)
2. Ni Luh Mandri Warningsih (2100020005)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIPLOMA TIGA


POLITEKNIK NASIONAL DENPASAR
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik, yang bertemakan tentang ” BOP ” .
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah biaya
akuntansi . Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah mengatakan, “tak ada gading yang tak retak“,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah yang selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Amin.
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................................
Kata
pengantar.......................................................................................................................
Daftar isi.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
2.1 Pengertian BOP........................................................................................................
2.2 Pengolongan BOP....................................................................................................
2.3 Langkah-langkah penentuan tarif BOP....................................................................
2.4 Pengumpulan BOP sesungguhnya............................................................................
2.5 Analisis selisih BOP..................................................................................................
2.6 Perlakuan terhadap BOP yang kurang/lebih dibebankan........................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................

Daftar Pustaka..............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Proses produksi di perusahaan industri memerlukan penanganan yang spesifik karena
tergantung dari berbagai pesanan yang diterima, yang bervariasi antara pesanan yang satu
dengan pesanan yang lain. Pesanan yang satu harus dipisahkan identitasnya dari pesanan
yang lain, sehingga manajemen membutuhkan informasi harga pokok tiap-tiap pesanan
secara individual.Karena adanya karakteristik yang cukup unik ini , maka timbullah suatu
permasalahan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan pembuatan kemasan plastik, yaitu
masalah dalam penetapan harga jual produk. Dalam perusahaan yang melakukan produksi
berdasarkan pesanan, harga jual ditetapkan sebelum proses produksi dimulai atau harga
jual ditentukan dimuka. Harga jual ditetapkan dimuka ini memegang peranan penting
dalam terjadinya transaksi penjualan di perusahaan, karena suatu pesanan dinyatakan
diterima atau ditolak setelah adanya kesepakatan, barulah kemudian pesanan tersebut
dikerjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan suatu penanganan yang
serius dalam proses penetapan harga jual dimuka pada perusahaan ini.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, seringkali menghadapi masalah dalam
menjalankan usahanya, diantaranya masalah penetapan harga jual. Harga jual tersebut
harus ditentukan dimuka sebelum proses produksi itu sendiri dimulai. Untuk memecahkan
masalah tersebut,perusahaan memerlukan perhitungan harga pokok produksi dengan
sistem biaya yang ditentukan dimuka.Dalam rangka memperoleh perhitungan harga pokok
produksi yang tepat dan benar untuk setiap produk pesanan,maka perusahaan
membutuhkan suatu metode akuntansi biaya produksi berdasarkan (job order costing
method) .Dengan harapan melalaui metode ini manajemen akan dapat memperoleh
informasi harga pokok pesanan yang akurat, yang bermanfaat dalam menentukan harga
jual yang efektif yang akan dibebankan kepada pemesan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian BOP?
2. Apa saja pengolongan BOP?
3. Apa itu langkah-langkah penentuan tarif BOP?
4. Apa itu analisis selisih BOP?
5. Apa yang dimaksud dengan perlakuan terhadap BOP yang kurang/lebih dibebankan?

1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui tentang pengertian BOP
2. Dapat mengetahui apa saja pengolongan BOP
3. Dapat mengetahui apa saja langkah-langkah penetuan tarif BOP
4. Dapat memahami apa itu analisis selisi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BIAYA OVERHEAD PABRIK

PENGERTIAN BOP
biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk.
BOP merupakan biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya
tenaga kerja. contoh biaya BOP adalah biaya yang timbul dari pemakaian bahan penolong,
pengawas mesin produksi, mandor,sewa,pajak, asuransi, depresiasi, penerangan tenga
(listrik) yang digunakan untuk fasilitas produksi.

2. PENGERTIAN BOPPENGHITUNGAN BOP

dasar penghitungan tarip BOP.


pembebanan BOP dapat dilakukan berdasarkan pemacu biaya (cost driver) yaitu volume
activity atau berdasarkan non volume activity. dengan menggunakan volume activity tarip
BOP dibagi dengan jumlah volume aktivitas.

Dasar (cost driver)


yang termassuk volume aktivitas.
jam mesin
TARIP = anggaran BOP pada kapasitas normal
Taksiran jam mesin
biaya bahan baku
TARIP = estimasi BOP x 100%
estimasi biaya bahan
unit produksi
biaya tenaga kerja langsung
TARIP= anggaran BOP x 100%
estimasi BTKL
jam kerja langsung
TARIP =anggaran BOP x 100%
estimasi JKL

3. KONSEP KAPASITAS.

a. kapasitas teoritis
yaitu output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak dengan anggapan semua
beroperassi secara sempurna.

b. kapasitas praktis
yaitu output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien .

c. kapisitas normal.
yaitu penyempurnaan kelemahan a konsep diatas. merupakan dasat yang baik dan tepat
untuk memperhitungkan besarnya BOP.

d. kapasitas yang diharapkan


yaitu merupakan rencan produksi yang penting untuk memenuhi kebutuhan penjualan pada
tahun yang akan datang.

dukung yang sangat penting bagi kegiatan produksi. aktivitasnya tidak secara langsung
memproses produk. contoh departemen jasa pada perusahaan pabrikasi adalah
departemen penangananbahan, departemen bengkel

4.ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN JASA KE DEPARTEMEN PRODUKSI

departemen produksi adalah departemen yang bertanggungjawab secara langsung terhadap


proses produksi atau proses pembuatan produk atau jasa yang akan dijual ke konsumen.
departemen produksi merupakan departemen yang mengolah bahan secara langsung
menjadi produk jadi. contoh departemen prtoduksi pada rumah sakit umum (RSU) adalah
unit gawat darurat, dan bagian operasi.pada perusahaan pabrikasi departemen produksinya
adalah departemen pembentukan, departemen perakitan, departemen penyelesaian,
departemen pengepakan..

departemen jasa adalah departemen yang menghasilkan jasa penl, departemen pembangkit
listrik, departemen perawatan gedung.biaya yang timbul didepartemen jasa merupakan
bagian dari biya produk yang harus dibebankan atas produk. karena biaya-biaya tersebut
termasuk BOP maka biaya tersebut harus di bebankan ke produk. pembebanan biaya ke
produk dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu:
pengalokasian biaya departemen jasa ke departemen produksi;
pembebanan biaya ke produk.

pengalokasian biaya-biaya yang terjadi didepatemen jasa ke departemen produksi memiliki


tujuan untuk:
penentuan harga produk
menghitung profitabilitas tiap jenis produk ( product line)
memprediksi efek ekonomi dari perencanaan dan pengendaliaan
menilai persediaan
memotivasi menejer
5. dasaralokasi

biaya yang terjadi didepartemen jasa dialaokasikan ke departen-departemen yang


menikmati jasanya. sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya departemen jasa dapat
berupa jumlah pemakaian jasa, luasa lantai dan yang lainnya. dasar alokasi dipilah apakah
menunjukan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang dinikmati dengan jumlah
biaya yang timbul. misal pembebanan biaya departemen tenaga listrik ke departemen yang
menikmatinya, berdasarkan jumlah KWH yang dipakai. seandainya departemen A
mengkonsumsi jasa departemen tenaga listrik sebesar 100 KWH sedang tarip 1 KWH sama
dengan Rp 45,00 maka terhadap departemen A tersebut dibebani biaya alokasi sebesar 100
KWHRp45,00=Rp4.500,00
6.METODE PENGHITUNGAN ALOKASI BIAYA
metode langsung merupakan metode yang sederhana.semua biaya yang terjadi
didepartemen jasa secara langsung dialokasikan kedepartemen produksi. metode ini
mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen lain. meskipun terjadi suatu departemen
jasa menikmati departemen jasa lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak
dibebani biaya pemakain jasa.
metode step-down merupakan mengalukasian biaya secara bertahap. metode ini telah
memperhitungkan adanya pemakaina jasa oleh departemen lainnya. oleh karena itu
departemen yang menikmati jasanya harus dibebani biaya .departemen yang telah
mengalokasikan semua biayanya tidak mendapat alokasi biaya dari departemen lain.
umumnya urutan alokasi dilakukan terlebih dahulu dari departemen yang jumlah biayanya
paling besar atau dari departemen jasa yang jasanya paling banyak digunakan oleh
departemen lain.
metode resiprokal merupakan metode yang mengalokasikan semua biaya yang terjadi
didepartemen jasa kepada semua departemen lain yang menikmati.selain dialokasikan
kedepartemen produksi, biaya yang terjadi didepartemen jasa juga dialokasikan ke
departemen jasa lain. metode ini dilakukan secra manual, pengalokasian biaya dilakukan
berulang-ulang, karena departemen jasa yang telah dialokasikan biayanya akan menerima
alokasi biaya departemen jasa yang lain. pengalokasian yang berulang- ulang tersebut dapat
dihindari dengan menyelesaikan persamaan matematika.
j1 = Jsa1 + aJ2 + bJ3
j2 = Jsa2 + cJ1 + dJ3
p1 = Psa1 + gJ1 + hj2
p2 = Psa2 + iJ2 + jJ2

keterangan
J 1,2 = biaya departemen jasa 1, 2 (setelah mendapat alokasi dari departemen lain)
Jsa 1,2 = biaya departemen jasa sebelum menerima alokasi departemen lain.
Psa1,2 = biaya departemen produksi sebelum menerima alokasi departemen lain.
a,b...j = presentase alokasi.
2.2 Penggolongan Biaya Overhead Pabri
PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT SIFATNYA
Di dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya
produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik, dikelompokkan menjadi golongan
berikut ini:

1. Biaya Bahan Penolong


Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian dari produk jadi, tetapi nilainya relatif kecil apabila dibandingkan
dengan harga pokok produk yang dihasilkan. Dalam perusahaan percetakan, misalnya yang
termasuk dalam bahan penolong, antara lain bahan perekat, tinta koreksi, minyak pelumas
mesin cetak dan pita mesin ketik. Bahan penolong dalam perusahaan kertas adalah soda,
kaporit, tapioka, bahan warna, tylose, tawas, arpus, kaoline, dan bahan-bahan kimia yang
lain.

2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan


Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts) dan biaya bahan
habis pakai (factory suplies) atau persediaan yang lain serta pembelian jasa dari pihak luar
perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan
bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva
tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung


Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja
tak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja tak langsung tersebut. Tenaga kerja tak langsung terdiri dari:
a. Karyawan yang bekerja dalam departemen-departemen pembangkit departemen
pembantu, seperti tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang;
b. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala
departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, dan mandor.

4. Beban Biaya yang Timhul sehagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: adalah biaya-biaya
depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas
laboratorium, alat kerj a dan akti va tetap lain yang digunakan di pabrik.

5. Beban Biaya Timhul sehagai Akibat Berlalunya Waktu


Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain biaya-biaya asuransi gedung dan
emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan
karyawan dan biaya amortisasi kerugian trial-run.

6. Biaya Overhead Pahrik Lain yang secara Langsung Memerlukan Pengeluaran Uang Tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain biaya reparasi yang
diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN.

PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT PERILAKU DALAM HUBUNGAN


DENGAN PERUBAHAN VOLUME PRODUKSI
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead
pabrik semivariabel. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya overhead pabrik tetap adalah
biaya overhead pabrik yang tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan
dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya overhead pabrik semivariabel
adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian
biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur:
biaya tetap dan biaya variabel.
C. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN YANG ADA DALAM PABRIK

Jika di samping memiliki departemen produksi, perusahaan juga mempunyai departemen-


departemen pembantu (seperti departemen pembangkit tenaga listrik, dan departemen
bengkel) maka biaya overhead
pabrik meliputi juga semua jenis biaya yang terjadi di departemendepartemen pembantu
ini, yang meliputi biaya tenaga kerja, depresiasi, reparasi dan pemeliharaan akti va tetap,
dan asuransi.

Di tinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya
overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok: biaya overhead pabrik langsung
departemen (direct departemental overhead expenses) dan biaya overhead tak langsung
departemen (indirect departemental overhead expenses). Biaya overhead pabrik langsung
departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan
manfaatnya hanya dinikmatinya oleh departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji
mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong. Biaya
overhead pabrik tak langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya
dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh biaya overhead pabrik ini adalah biaya
depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik ( catatan: gedung pabrik digunakan
oleh beberapa departemen produksi).

2.3 LANGKAH –LANGKAH PENENTUAN TARIF BOP PER DEPARTEMEN.

Langkah-langkah penentuan tariff BOP per departemen adalah sebagai berikut:


1.penyusunan anggaran BOP per departemen;
2.alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi;

Ada dua macam metode alokasi BOP departemen pembantu:


a.metode alokasi langsung;
b.metode alokasi bertahap, yang terdiri dari:
1)metode alokasi kontinyu,
2)metode aljabar,
3)metode urutan alokasi yang diatur.
3.perhitungan tariff pembebanan tariff BOP per departemen.

Penyusunan anggaran BOP per departemen dibagi menjadi empat tahap:


1.penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk
tahun anggaran.
2.penaksiran BOP tak langsung departemen.
3.distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati
manfaatnya.
4.menjumlah BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tak langsung departemen)
untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik departemen produksi maupun
departemen pembantu.

Contoh-contoh biaya tak langsung departemen dan dasar distribusi

Biaya tak langsung departemen dasar distribusi


------------------------------------------------ ------------------------------------------------------
Biaya depresiasi gedung meter persegi luas lantai
Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung meter persegi luas lantai
Gaji pengawas departemen jumlah karyawan
Biaya angkut bahan baku biaya bahan baku
Pajak bumi dan bangunan (PBB) perbandingan harga pokok
aktiva tetap dalam tiap
departemen atau perbandingan
meter persegi luas lantai

Metode Alokasi Langsung.


Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa
yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi
saja.

CONTOH
PT Eliona Sari mengolah produknya melalui dua departemen produksi: Dept A dan Dept B,
dan ditunjang oleh tiga departemen pembantu: Dept X, Dept Y, Dept Z. Anggaran BOP per
departemen untuk tahun 2003 adalah Dept A Rp 2.175.000 ; Dept B Rp 2.620.000 ; Dept X
Rp 771.000 Dept Y Rp 1.445.000 Dept Z Rp 369.000 jumlah Rp 7.380.000

Taksiran jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi dalam tahun
2003 tampak dalam table berikut ini:

Taksiran Pemakaian Jasa Departemen Pembantu


Oleh Departemen Produksi
PT. Eliona Sari
Taksiran Jasa Departemen-departemen Pembantu yang dipakai oleh
Departemen Produksi

Departemen Pembantu Departemen Produksi A Departemen Produksi B


Departemen Pembantu X 60% 40%
Departemen Pembantu Y 45% 55%
Departemen Pembantu Z 75% 25%

Dari data diatas maka dapat dilakukan alokasi BOP dari dept pembantu ke dept produksi
sebagai berikut:

PT Eliona Sari
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Keterangan Departemen Produksi Departemen Pembantu
____________________________________________________
A B X Y Z

Jumlah BOP Rp 2.175.000 RP2.620.000 Rp771.000 Rp1.445.000 Rp 369.000


__________ ___________
Alokasi BOP
Dept Z Rp276.750 Rp92.250 (Rp369.000)
Alokasi BOP
Dept Y Rp650.250 Rp794.750 (Rp1.445.000)
Alokasi BOP
Dept X Rp462.600 Rp308.400 (Rp771.000)
_________ __________ __________ ___________ _________
Jumlah alokasi
BOP dari dept
Pembantu Rp1.389.600 Rp1.195.400 0 0 0
________________________ ======= ======= =======
Jumlah BOP dept
Produksi setelah
Menerima alokasi
BOP dari dept Rp3.564.600 Rp3.815.400
pembantu

Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:


276.750 diperoleh dari 75% X 369.000
92.250 diperoleh dari 25% X 369.000
selanjutnya silahkan anda menghitung sendiri, dan jika masih kurang jelas bisa bertanya
melalui forum.

METODE ALOKASI ALJABAR.

Dalam metode ini, jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam
persamaan aljabar.

CONTOH
BOP langsung dan tak langsung departemen-departemen pembantu dan produksi selama
tahun 2003 anggaran diperkirakan sebagai berikut:

Departemen Produksi
Departemen A Rp 9.000.000
Departemen B Rp15.000.000
Departemen Pembantu
Departemen X Rp3.000.000
Departemen Y Rp5.000.000

Jasa yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi sebagai berikut:
Jasa Departemen Dipakai
____________________________________________________
Departemen Pembantu Departemen Produksi
______________________ __________________________
Dept. X Dept. Y Dept. A Dept..B
______________________ __________________________
Jasa Departemen X - 10% 65% 25%
Jasa Departemen Y 20% - 45% 35%

Dari contoh diatas, misalkan:


X = jumlah biaya dept X setelah menerima alokasi biaya dari dept Y.
Y = jumlah biaya dept Y setelah menerima alokasi biaya dari dept X
Sehingga persamaannya adalah:
X = 3.000.000 + 0,20Y
Y = 5.000.000 + 0,10X
Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai berikut:
X =3.000.000 + 0,20Y
X = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10X)
X = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02X
X – 0,02 X = 3.000.000 + 1.000.000
0,98 X = 4.000.000
4.000.000
X = __________ = 4.081.633
0,98

Y = 5.000.000 + 0,10 X
= 5.000.000 + 408.163
Y = 5.408.163
=========

Sehingga alokasi BOP dept pembantu ke dept produksi dilakukan seperti berikut ini:

Departemen Pembantu Departemen Produksi


_____________________________________________________
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
BOP langsung dan
Tak langsung
Dept Rp3.000.000 Rp5.000.000 Rp9.000.000 Rp15.000.000
Alokasi BOP
Dept X (Rp4.081.633) Rp 408.163 Rp2.653.061 Rp1.020.408
Alokasi BOP
Dept Y Rp1.081.632 (Rp5.408.163) Rp2.433.673 Rp1.892.857
______________________________________________________
Jumlah Rp 0 Rp 0 Rp14.086.734 Rp17.913.265
=========== ========= =========== ==========

Perhitungan:
2.653.061 = 65% x 4.081.633
1.020.408 = 25% x 4.081.633
2.433.673 = 45% x 5.408.163
1.892.857 = 35% x 5.408.163
selebihnya silahkan hitung sendiri.

Beberapa dasar penentuan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
1) Atas dasar satuan produk
Tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk, dihitung dengan cara sebagai
berikut

Contoh :
BOP untuk satu periode, ditaksir sebesar Rp 10.000.000,00 dan taksiran produk yang
dihasilkan pada periode tersebut sebanyak 10.000 unit. Tarif BOP per unit produksi, dihitung
sebagai berikut:
Rp 10.000.000,00 : 10.000 = Rp 1.000,00
2) Atas dasar biaya bahan baku
BOP yang dibebankan kepada produk, tarif biaya overhead dapat dihitung sebagai berikut:
Pertama, hitung persentase pembebanan BOP atas dasar pemakaian biaya bahan
baku, dengan rumus :

Selanjutnya, BOP yang dibebankan kepada setiap unti produk, dihitung dengan cara
mengalikan persentase pembebanan dengan biaya bahan baku per unit produk.
Contoh :
Taksiran BOP untuk sutau periode, sebesar Rp 60.000.000,00. Biaya bahan baku yang
dipakai pada periode tersebut, ditaksir sebesar Rp 50.000.000,00. Persentase pembebanan
BOP, dihitung sebagai berikut :
(Rp 60.000.000,00 : Rp 50.000.000,00) X 100% = 120% dari biaya bahan baku
Jika dalam pelaksanaanya, untuk menyelesaikan suatu produk pesanan menghabiskan biaya
bahan baku sebesar Rp 80.000,00, maka BOP yang bibebankan kepada produk pesanan
tersebut adalah :
120% X Rp 80.000,00 = Rp 96.000,00
3) Atas dasar biaya tenaga kerja langsung
Jika sebagian besar dari BOP terdiri dari biaya-biaya yang berhubungan erat dengan biaya
tenaga kerja langsung, maka BOP dibebankan kepada produk atas dasar pemakaian biaya
tenaga kerja langsung. Perhitungan pembebanan BOP kepada produk, tidak berbeda dengan
perhitungan pembebanan BOP atas dasar pemakaian biaya bahan baku. Dengan rumus :

Contoh :
BOP untuk suatu periode ditaksir sebesar Rp 60.000.000,00. Biaya tenaga kerja langsung
pada periode tersebut ditaksir sebesar Rp 80.000.000,00. Persentase pembebanan BOP dari
biaya tenaga kerja langsung, dihitung sebagai berikut :
Rp 60.000.000,00 : Rp 80.000.000,00 X 100% = 75%
Jika dalam pelaksanaanya, untuk menyelesaikan suatu produk pesanan menghabiskan biaya
bahan baku sebesar Rp 120.000,00, maka BOP yang bibebankan adalah :
75% X Rp 120.000,00 = Rp 90.000,00
4) Atas dasar jam tenaga kerja langsung
Selain atas dasar pemakaian biaya tenaga kerja langsung, BOP dapat pula dibebankan atas
dasar jam tenaga kerja langsung. Hal ini mengingat bahwa besarnya biaya tenaga kerja
langsung, erat hubungannya dengan banyaknya jam tenaga kerja langsung yang
dipergunakan dalam proses produksi. Tarif BOP per jam tenaga kerja langsung, dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

Contoh :
BOP dalam suatu periode, ditaksir sebesar Rp 50.000.000,00. Jam tenaga kerja langsung
yang dapat dicapai pada periode itu, ditaksir sebanyak 40.000 jam. Tarif BOP per jam tenaga
kerja langsung, adalah :
Rp 50.000.000,00 : 40.000 = Rp 1.250,00
5) Atas dasar jam mesin
Pembebanan BOP dalam suatu periode atas dasar jam mesin digunakan, apabila sebagian
besar BOP terdiri atas biaya-biaya yang berhubungan erat dengan waktu penggunaan mesin.
Tarif pembebanan BOP per jam mesin dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Contoh
Taksiran BOP dalam suatu periode berjumlah Rp 50.000.000,00 dan taksiran jam mesin yang
dipergunakan dalam periode tersebut sebanyak 20.000 jam. Tarif BOP per jam mesin,
adalah :
Rp 50.000.000,00 : 20.000 = Rp 2.500,00 per jam mesin

2.4 PENGUMPULAN BOP YANG SESUNGGUHNYA

BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk di bandingkan dengan BOP yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi
antara BOP yang di bebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka
dengan BOP yang sesungguhnya terjadi merupakan BOP yang lebih atau kurang dibebankan.

2.5.Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik

Selisih upah langsung adalah perbedaan antara biaya overhead pabrik standar dengan biaya overhead
pabrik sesungguhnya dikeluarkan (aktual). Selisih overhead membutuhkan analisis yang berbeda dengan
biaya manufaktur yang lainnya karena overhead in terdiri atas berbagai jenis biaya.

Tingkah laku biaya overhead ini biasa digambarkan sebagai garis lurus, biaya ini terdiri atas dua
komponen yaitu tetap dan variable , yang dirumuskan sebagai berikut:
Y=a+bX
a = biaya tetap dan b = biaya variabel
Jika biaya tetap (a) Rp 10.000,00 per bulan dan biaya variable (b)Rp 200 per unit sementara barang
yang diproduksi 400 unit. Maka anggaran BOP adalah :
Y=a+bX
= Rp 10.000,00 + (200) ( 400)
= Rp 90.000,000
dengan demikian, tarif overhead per unitnya = Rp 90.000,00 /400 = Rp 225,00 per unit

Menghitung Selisih Overhead Pabrik

Selisih bersih biaya overhead pabrik terdiri atas dua jenis selisih, yaitu :
Selisih volume produksi
= BOP dibebankan � BOP
anggaran

Selisih anggaran (spending variances)


= BOP aktual � BOP
anggaran Contoh Kasus:
PT Ben Pecah memproduksi berbagai perabot rumah tangga dari
kaca, diantaranya piring. Volume menurut anggaran adalah 4000 unit, akan tetapi dalam relisasinya
hanya mencapai 3000 unit. Tarif biaya overhead Rp 2500,00 per unit. Anggaran untuk biaya tetap
adalah Rp 2.000.000,00 dan Rp 1.500,00 per unit untuk biaya variable. BOP yang sesungguhnya terjadi
adalah Rp. 6.000.000,00. Berapakah selisih BOP yang terjadi ?
penyelesaiaan
a = Biaya tetap = Rp 2.000.000,00
b = Biaya variable = Rp 1.500,00
X = 3000
BOP anggaran =a+bX
= Rp 2.000.000,00 + (Rp 1.500,00) 3000
= Rp 6.500.000,00
BOP dibebankan = tarif BOP x kuantitas
= Rp 2500,00 X 3000
= Rp 7.500.000,00

Selisih volume produksi = BOP dibebankan � BOP anggaran


= Rp 7.500.000,00 - Rp 6.500.000,00
= Rp 1.000.000,00
Selisih ini merupakan selisih yang menguntungkan, karena volume produksi aktual lebih besar daripada
volume anggaran

Selisih anggaran = BOP aktual � BOP anggaran


= Rp. 6.000.000,00 - = Rp 6.500.000,00
= Rp 500.000,00
Selisih ini menguntungkan karena BOP aktual lebih kecil daripada dari BOP anggaran

2.6.Perlakuan terhadap BOP yang kurang atau lebih dibebankan.


Perlakuan terhadap selisih BOP pada akhir tahun tergantung pada penyebab terjadinya
penyimpangan tersebut.Jika selisih BOP disebabkan karena kesalahan dalam penghitungan
tarif BOP,atau keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi operasi maka selisih BOP
dibagi rata ke dalam rekening-rekening Persediaan Dalam Proses,Persediaan Produk Jadi
dan Harga Pokok Penjualan. Tapi jika selisih BOP disebabakan karena ketidakefisienan pabrik
atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut
harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan.

Contoh:
Misalkan dari contoh diatas, saldo rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan
pada akhir tahun sebagai berikut:

Persediaan Produk dalam Proses Rp 400.000,-


Persediaan Produk Jadi Rp 600.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp 7.000.000,-
-------------------
Jumlah Rp 8.000.000,-

Maka bagaimanakah perlakuan selisih yang jumlahnya Rp 200.000,- itu, mari kita pelajari.

I Selisih BOP dibagikan ke rekening-rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan.


Tabel Pembagian Selisih BOP ke Rekening-Rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan.

Nama Rekening Penyesuaian Saldo per 31Des Saldo Setelah Penyes.

Selisih BOP Rp200.000,-

Persediaan Prod (4/80) x Rp200.000,-


Dlm Proses = Rp10.000,- Rp 400.000,- Rp 410.000,-

Persediaan (6/80) x Rp200.000,-


Prod Jadi = Rp15.000,- Rp 600.000,- Rp 615.000,-

Harga Pokok (70/80) x Rp200.000,-


Penjualan = Rp175.000,- Rp7.000.000,- Rp7.175.000,-
-------------------- ------------------- ------------------
Rp200.000,- Rp8.000.000,- Rp8.200.000,-

Jurnal untuk membagikan selisih BOP atas dasar perhitungan tersebut diatas sebagai
berikut:

Persediaan Produk Dalam Proses Rp 10.000,-


Persediaan Produk Jadi Rp 15.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp175.000,-
Selisih BOP Rp200.000,-

II.Selisih BOP diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening


Harga Pokok Penjualan maka jurnalnya akan nampak sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan Rp200.000,-


Selisih BOP Rp200.000,-
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk.
BOP merupakan biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya
tenaga kerja. contoh biaya BOP adalah biaya yang timbul dari pemakaian bahan penolong,
pengawas mesin produksi, mandor,sewa,pajak, asuransi, depresiasi, penerangan tenga
(listrik) yang digunakan untuk fasilitas produksi.
3.2. SARAN
Tentunya saya sadar bahwa masih banyak kekurangan yang saya miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar saya
bisa membuat makalah lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami pengertian dan jeni Baya overhead
pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

http://web-suplemen.ut.ac.id/ekma4314/ekma4314a/isi2_2c.htm
http://somanyblog.blogspot.co.id/2009/10/langkah-langkah-penentuantarif-bop-
per.html
Modul Akutansi 3A untuk SMK dan MAK penerbit Erlangga
Diposting oleh Hendrik Wang di 15.30
http://somanyblog.blogspot.co.id/2007/02/biaya-overhead-pabrik.html

Anda mungkin juga menyukai