Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 4

Disusun oleh :

Bayu Putra Setiawan (1696144006)

Dini Luthfiana (1696144008)

Dias Eksa Cendekia (1696144012)

Rani Suzika (1696144068)

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI


PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang
telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang
bertemakan tentang  ” BOP ” .

           Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu dosen
kami. Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah mengatakan, “tak ada gading yang tak retak“,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah yang selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.

Amin.

Jombang, September 2017

Kelompok 4

DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................................

Kata pengantar.......................................................................................................................

Daftar isi.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................

1.3 Tujuan.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

2.1 Pengertian BOP........................................................................................................

2.2 Pengolongan BOP....................................................................................................

2.3 Langkah-langkah penentuan tarif BOP....................................................................

2.4 Pengumpulan BOP sesungguhnya............................................................................

2.5 Analisis selisih BOP..................................................................................................

2.6 Perlakuan  terhadap BOP yang kurang/lebih dibebankan........................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Proses produksi di perusahaan industri memerlukan penanganan yang  spesifik
karena tergantung dari berbagai pesanan yang diterima, yang bervariasi antara pesanan
yang satu dengan pesanan yang lain. Pesanan yang satu harus dipisahkan identitasnya
dari pesanan yang lain, sehingga manajemen membutuhkan informasi harga pokok tiap-
tiap pesanan secara individual.Karena adanya karakteristik yang cukup unik ini , maka
timbullah suatu permasalahan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan pembuatan
kemasan plastik, yaitu masalah dalam penetapan harga jual produk. Dalam perusahaan
yang melakukan produksi berdasarkan pesanan, harga jual ditetapkan sebelum proses
produksi dimulai atau harga jual ditentukan dimuka. Harga jual ditetapkan dimuka ini
memegang peranan  penting dalam terjadinya transaksi penjualan di perusahaan, karena
suatu pesanan dinyatakan diterima atau ditolak setelah adanya kesepakatan, barulah
kemudian pesanan tersebut dikerjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
diperlukan suatu penanganan yang serius dalam proses penetapan harga jual dimuka
pada perusahaan ini.

 Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, seringkali menghadapi


masalah dalam menjalankan usahanya, diantaranya masalah penetapan harga jual.
Harga jual tersebut harus ditentukan dimuka sebelum proses produksi itu sendiri
dimulai. Untuk memecahkan masalah tersebut,perusahaan memerlukan perhitungan
harga pokok produksi dengan sistem biaya yang ditentukan dimuka.Dalam rangka
memperoleh perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan benar untuk setiap
produk pesanan,maka perusahaan membutuhkan suatu metode akuntansi biaya
produksi berdasarkan (job order costing method) .Dengan harapan  melalaui metode ini
manajemen akan dapat memperoleh informasi harga pokok  pesanan yang akurat, yang
bermanfaat dalam menentukan harga jual yang efektif yang akan dibebankan kepada
pemesan.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu pengertian BOP?

2.      Apa saja pengolongan BOP?

3.      Apa itu langkah-langkah penentuan tarif BOP?

4.      Apa itu analisis selisih BOP?

5.      Apa yang dimaksud dengan perlakuan terhadap BOP yang kurang/lebih dibebankan?

1.3  TUJUAN

1.      Dapat mengetahui tentang pengertian BOP

2.      Dapat mengetahui apa saja pengolongan BOP

3.      Dapat mengetahui apa saja langkah-langkah penetuan tarif BOP

4.      Dapat memahami apa itu analisis selisih BOP


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BIAYA OVERHEAD PABRIK

1.  PENGERTIAN BOP

biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk. BOP
merupakan biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja.
contoh biaya BOP adalah biaya yang timbul dari pemakaian bahan penolong, pengawas mesin
produksi, mandor,sewa,pajak, asuransi, depresiasi, penerangan tenga (listrik) yang digunakan untuk
fasilitas produksi.

    2.     PENGERTIAN BOPPENGHITUNGAN BOP

dasar penghitungan tarip BOP.


pembebanan BOP dapat dilakukan berdasarkan pemacu biaya (cost driver) yaitu volume activity atau
berdasarkan non volume activity. dengan menggunakan volume activity tarip BOP dibagi dengan
jumlah volume aktivitas.

Dasar (cost driver) 


yang termassuk volume aktivitas.

    jam mesin

TARIP =  anggaran BOP pada kapasitas normal   


                                        Taksiran jam mesin

 biaya bahan baku

TARIP =  estimasi BOP                    x 100%


                        estimasi biaya bahan

 unit produksi
 biaya tenaga kerja langsung

TARIP=  anggaran BOP    x 100%


                        estimasi BTKL

 jam kerja langsung


TARIP =anggaran BOP  x 100%
              estimasi JKL

3. KONSEP KAPASITAS.

   a. kapasitas teoritis
yaitu output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak dengan anggapan semua beroperassi
secara sempurna.

  b. kapasitas praktis
yaitu output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien .

  c. kapisitas normal.
yaitu penyempurnaan kelemahan a konsep diatas. merupakan dasat yang baik dan tepat untuk
memperhitungkan besarnya BOP.

  d. kapasitas yang diharapkan


yaitu merupakan rencan produksi yang penting untuk memenuhi kebutuhan penjualan pada tahun
yang akan datang.

dukung yang sangat penting bagi kegiatan produksi. aktivitasnya tidak secara langsung memproses
produk. contoh departemen jasa pada perusahaan pabrikasi adalah departemen penangananbahan,
departemen bengkel

4.ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN JASA KE DEPARTEMEN PRODUKSI

departemen produksi adalah departemen yang bertanggungjawab secara langsung terhadap proses


produksi atau proses pembuatan produk atau jasa yang akan dijual ke konsumen. departemen
produksi merupakan departemen yang mengolah bahan secara langsung menjadi produk jadi.
contoh departemen prtoduksi pada rumah sakit umum (RSU) adalah unit gawat darurat, dan bagian
operasi.pada perusahaan pabrikasi departemen produksinya adalah departemen pembentukan,
departemen perakitan, departemen penyelesaian, departemen pengepakan..

departemen jasa adalah departemen yang menghasilkan jasa penl, departemen pembangkit listrik,
departemen perawatan gedung.biaya yang timbul didepartemen jasa merupakan bagian dari biya
produk yang harus dibebankan atas produk. karena biaya-biaya tersebut termasuk BOP maka biaya
tersebut harus di bebankan ke produk. pembebanan biaya ke produk dapat dilakukan melalui dua
tahap yaitu:

1. pengalokasian biaya departemen jasa ke departemen produksi;


2. pembebanan biaya ke produk.

pengalokasian biaya-biaya yang terjadi didepatemen jasa ke departemen produksi memiliki tujuan
untuk:

 penentuan harga produk 


 menghitung profitabilitas tiap jenis produk ( product line)
 memprediksi efek ekonomi dari perencanaan dan pengendaliaan 
 menilai persediaan
 memotivasi menejer

5.      dasaralokasi

biaya yang terjadi didepartemen jasa dialaokasikan ke departen-departemen yang menikmati


jasanya. sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya departemen jasa dapat berupa jumlah
pemakaian jasa, luasa lantai dan yang lainnya. dasar alokasi dipilah apakah menunjukan adanya
hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang dinikmati dengan jumlah biaya yang timbul. misal
pembebanan biaya departemen tenaga listrik ke departemen yang menikmatinya, berdasarkan
jumlah KWH yang dipakai. seandainya departemen A mengkonsumsi jasa departemen tenaga listrik
sebesar 100 KWH sedang tarip 1 KWH sama dengan Rp 45,00 maka terhadap departemen A tersebut
dibebani biaya alokasi sebesar 100 KWHRp45,00=Rp4.500,00

6.METODE PENGHITUNGAN ALOKASI BIAYA

1. metode langsung merupakan metode yang sederhana.semua biaya yang terjadi


didepartemen jasa secara langsung dialokasikan kedepartemen produksi. metode ini
mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen lain. meskipun terjadi suatu departemen
jasa menikmati departemen jasa lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak
dibebani biaya pemakain jasa.
2. metode step-down merupakan mengalukasian biaya secara bertahap. metode ini telah
memperhitungkan adanya pemakaina jasa oleh departemen lainnya. oleh karena itu
departemen yang menikmati jasanya harus dibebani biaya .departemen yang telah
mengalokasikan semua biayanya tidak mendapat alokasi biaya dari departemen lain.
umumnya urutan alokasi dilakukan terlebih dahulu dari departemen yang jumlah biayanya
paling besar atau dari departemen jasa yang jasanya paling banyak digunakan oleh
departemen lain.
3. metode resiprokal  merupakan metode yang mengalokasikan semua biaya yang terjadi
didepartemen jasa kepada semua departemen lain yang menikmati.selain dialokasikan
kedepartemen produksi, biaya yang terjadi didepartemen jasa juga dialokasikan ke
departemen jasa lain. metode ini dilakukan secra manual, pengalokasian biaya dilakukan
berulang-ulang, karena departemen jasa yang telah dialokasikan biayanya akan menerima
alokasi biaya departemen jasa yang lain. pengalokasian yang berulang- ulang tersebut dapat
dihindari dengan menyelesaikan persamaan matematika.         

j1 = Jsa1 + aJ2 + bJ3


j2 = Jsa2 + cJ1 + dJ3
p1 = Psa1 + gJ1 + hj2
p2 = Psa2 + iJ2 + jJ2
keterangan
J 1,2 = biaya departemen jasa 1, 2 (setelah mendapat alokasi dari departemen lain)
Jsa 1,2 = biaya departemen jasa sebelum menerima alokasi departemen lain.
Psa1,2 = biaya departemen produksi sebelum menerima alokasi departemen lain.
a,b...j = presentase alokasi.

2.2 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT SIFATNYA


Di dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang
termasuk dalam biaya overhead pabrik, dikelompokkan menjadi golongan berikut ini:

1. Biaya Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau bahan yang meskipun
menjadi bagian dari produk jadi, tetapi nilainya relatif kecil apabila dibandingkan dengan harga
pokok produk yang dihasilkan. Dalam perusahaan percetakan, misalnya yang termasuk dalam bahan
penolong, antara lain bahan perekat, tinta koreksi, minyak pelumas

mesin cetak dan pita mesin ketik. Bahan penolong dalam perusahaan kertas adalah soda, kaporit,
tapioka, bahan warna, tylose, tawas, arpus, kaoline, dan bahan-bahan kimia yang lain.

2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts)  dan biaya bahan habis
pakai (factory suplies)  atau persediaan yang lain serta  pembelian jasa dari pihak luar perusahaan
untuk keperluan perbaikan dan  pemeliharaan emplasemen, perumahan bangunan pabrik, mesin-
mesin dan  ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang  digunakan untuk
keperluan pabrik.

3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung

Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan
secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tak langsung terdiri dari
upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tak langsung tersebut.
Tenaga kerja tak langsung terdiri dari:

a.    Karyawan yang bekerja dalam departemen-departemen pembangkit departemen pembantu, seperti


tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang;

b.    Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi,


karyawan administrasi pabrik, dan mandor.

4. Beban Biaya yang Timhul sehagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: adalah biaya-biaya
depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat
kerj a dan akti va tetap lain yang digunakan di pabrik.

5. Beban Biaya Timhul sehagai Akibat Berlalunya Waktu


Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain biaya-biaya asuransi gedung dan
emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan
biaya amortisasi kerugian trial-run.

6. Biaya Overhead Pahrik Lain yang secara Langsung Memerlukan Pengeluaran Uang Tunai

Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain biaya reparasi yang diserahkan
kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN.

PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT PERILAKU DALAM HUBUNGAN DENGAN


PERUBAHAN VOLUME PRODUKSI

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu biaya
overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik semivariabel.
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak
berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan dalam kisar perubahan volume kegiatan
tertentu. Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead
pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel dipecah
menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.

C. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN


DEPARTEMEN-DEPARTEMEN YANG ADA DALAM PABRIK

Jika di samping memiliki departemen produksi, perusahaan juga mempunyai departemen-


departemen pembantu (seperti departemen pembangkit tenaga listrik, dan departemen bengkel)
maka biaya overhead

pabrik meliputi juga semua jenis biaya yang terjadi di departemendepartemen pembantu ini, yang
meliputi biaya tenaga kerja, depresiasi, reparasi dan pemeliharaan akti va tetap, dan asuransi.

Di tinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya
overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok: biaya overhead pabrik langsung
departemen (direct departemental overhead expenses)  dan biaya overhead tak langsung
departemen (indirect departemental overhead expenses).  Biaya overhead pabrik langsung
departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya
hanya dinikmatinya oleh departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen
produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong. Biaya overhead pabrik tak langsung
departemen adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contoh biaya overhead pabrik ini adalah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi
gedung pabrik ( catatan: gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).
2.3 LANGKAH –LANGKAH PENENTUAN TARIF BOP PER DEPARTEMEN.

Langkah-langkah penentuan tariff BOP per departemen adalah sebagai berikut:


1.penyusunan anggaran BOP per departemen;
2.alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi;

Ada dua macam metode alokasi BOP departemen pembantu:


a.metode alokasi langsung;
b.metode alokasi bertahap, yang terdiri dari:
1)metode alokasi kontinyu,
2)metode aljabar,
3)metode urutan alokasi yang diatur.
3.perhitungan tariff pembebanan tariff BOP per departemen.

Penyusunan anggaran BOP per departemen dibagi menjadi empat tahap:


1.penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun
anggaran.
2.penaksiran BOP tak langsung departemen.
3.distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya.
4.menjumlah BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tak langsung departemen) untuk
mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik departemen produksi maupun departemen
pembantu.

Contoh-contoh biaya tak langsung departemen dan dasar distribusi

 Biaya tak langsung departemen                                 dasar distribusi


------------------------------------------------                        ------------------------------------------------------
Biaya depresiasi gedung                                                 meter persegi luas lantai
Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung                        meter persegi luas lantai
Gaji pengawas departemen                                            jumlah karyawan
Biaya angkut bahan baku                                               biaya bahan baku
Pajak bumi dan bangunan (PBB)                                   perbandingan harga pokok
                                                                                     aktiva tetap dalam tiap
                                                                                     departemen atau perbandingan
                                                                                      meter persegi luas lantai

Metode Alokasi Langsung.


Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen
produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja.

CONTOH
PT Eliona Sari mengolah produknya melalui dua departemen produksi: Dept A dan Dept B, dan
ditunjang oleh tiga departemen pembantu: Dept X, Dept Y, Dept Z. Anggaran BOP per departemen
untuk tahun 2003 adalah Dept A  Rp 2.175.000 ; Dept B Rp 2.620.000 ; Dept X Rp 771.000 Dept Y Rp
1.445.000 Dept Z Rp 369.000 jumlah Rp 7.380.000

Taksiran jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi dalam tahun 2003
tampak dalam table berikut ini:

Taksiran Pemakaian Jasa Departemen Pembantu


Oleh Departemen Produksi
PT. Eliona Sari
Taksiran Jasa Departemen-departemen Pembantu yang dipakai oleh
Departemen Produksi

Departemen Pembantu                       Departemen Produksi A     Departemen Produksi B


Departemen Pembantu X                              60%                                   40%
Departemen Pembantu Y                              45%                                   55%
Departemen Pembantu Z                               75%                                   25%

Dari data diatas maka dapat dilakukan alokasi BOP dari dept pembantu ke dept produksi sebagai
berikut:

PT Eliona Sari
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Keterangan                     Departemen Produksi                   Departemen Pembantu
                                       ____________________________________________________
                                           A                     B                     X                  Y                Z

Jumlah BOP          Rp 2.175.000   RP2.620.000    Rp771.000  Rp1.445.000  Rp 369.000


                               __________    ___________
Alokasi BOP
  Dept Z                 Rp276.750       Rp92.250                                                   (Rp369.000)
Alokasi BOP
  Dept Y                 Rp650.250       Rp794.750                          (Rp1.445.000)
Alokasi BOP
  Dept X                 Rp462.600       Rp308.400    (Rp771.000)
                              _________      __________   __________  ___________   _________
Jumlah alokasi
  BOP dari dept
  Pembantu            Rp1.389.600    Rp1.195.400           0                       0                    0
                             ________________________    =======       =======      =======
Jumlah BOP dept
Produksi setelah
Menerima alokasi
BOP dari dept        Rp3.564.600   Rp3.815.400          
  pembantu

Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:


276.750 diperoleh dari 75% X 369.000
92.250 diperoleh dari  25% X 369.000
selanjutnya silahkan anda menghitung sendiri, dan jika masih kurang jelas bisa bertanya melalui
forum.

METODE ALOKASI ALJABAR.

Dalam metode ini, jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan
aljabar.

CONTOH
BOP langsung dan tak langsung departemen-departemen pembantu dan produksi selama tahun
2003 anggaran diperkirakan sebagai berikut:

Departemen Produksi
  Departemen A     Rp 9.000.000
  Departemen B     Rp15.000.000
Departemen Pembantu
  Departemen X      Rp3.000.000
  Departemen Y      Rp5.000.000

Jasa yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi sebagai berikut:
Jasa Departemen                                                    Dipakai
                                        ____________________________________________________
                                           Departemen Pembantu                 Departemen Produksi
                                        ______________________        __________________________
                                           Dept. X     Dept. Y                        Dept. A        Dept..B
                                        ______________________        __________________________
Jasa Departemen X              -                10%                              65%             25%
Jasa Departemen Y               20%           -                                  45%             35%

Dari contoh diatas, misalkan:


 X = jumlah biaya dept X setelah menerima alokasi biaya dari dept Y.
 Y = jumlah biaya dept Y setelah menerima alokasi biaya dari dept X
Sehingga persamaannya adalah:
  X = 3.000.000 + 0,20Y
  Y = 5.000.000 + 0,10X
Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai berikut:
  X =3.000.000 + 0,20Y
  X = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10X)
  X = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02X
  X – 0,02 X  = 3.000.000 + 1.000.000
         0,98 X  = 4.000.000

                         4.000.000
             X    =  __________ =  4.081.633
                            0,98

            Y   =  5.000.000  +  0,10 X
                  =  5.000.000  +  408.163
             Y  =  5.408.163
                    =========

Sehingga alokasi BOP dept pembantu ke dept produksi dilakukan seperti berikut ini:

                                       Departemen Pembantu                  Departemen Produksi


                                      _____________________________________________________
                                       Departemen X  Departemen Y   Departemen A     Departemen B
BOP langsung dan
Tak langsung
Dept                               Rp3.000.000     Rp5.000.000      Rp9.000.000       Rp15.000.000
Alokasi BOP
Dept X                          (Rp4.081.633)    Rp  408.163       Rp2.653.061       Rp1.020.408
Alokasi BOP
Dept Y                             Rp1.081.632   (Rp5.408.163)     Rp2.433.673      Rp1.892.857
                                    ______________________________________________________
Jumlah                             Rp       0            Rp       0             Rp14.086.734    Rp17.913.265
                                     ===========    =========      ===========   ==========

Perhitungan:
2.653.061 = 65% x 4.081.633
1.020.408 = 25% x 4.081.633
2.433.673 = 45% x 5.408.163
1.892.857 = 35% x 5.408.163
selebihnya silahkan hitung sendiri.      
Beberapa dasar penentuan tarif biaya overhead  pabrik adalah sebagai berikut :

1) Atas dasar satuan produk

Tarif biaya  overhead  pabrik yang dibebankan kepada produk, dihitung dengan cara sebagai berikut

Contoh :
BOP untuk satu periode, ditaksir sebesar Rp 10.000.000,00 dan taksiran produk yang dihasilkan pada
periode tersebut sebanyak 10.000 unit. Tarif BOP per unit produksi, dihitung sebagai berikut:
Rp 10.000.000,00 : 10.000 = Rp 1.000,00

2) Atas dasar biaya bahan baku

BOP yang dibebankan kepada produk, tarif biaya overhead  dapat dihitung sebagai berikut:

·         Pertama, hitung persentase pembebanan BOP atas dasar pemakaian biaya bahan baku, dengan
rumus :
·         Selanjutnya, BOP yang dibebankan kepada setiap unti produk, dihitung dengan cara mengalikan
persentase pembebanan dengan biaya bahan baku per unit produk.

Contoh :

Taksiran BOP untuk sutau periode, sebesar Rp 60.000.000,00. Biaya bahan baku yang dipakai pada
periode tersebut, ditaksir sebesar Rp 50.000.000,00. Persentase pembebanan BOP, dihitung sebagai
berikut :

(Rp 60.000.000,00 :  Rp 50.000.000,00) X 100% = 120% dari biaya bahan baku

Jika dalam pelaksanaanya, untuk menyelesaikan suatu produk pesanan menghabiskan biaya bahan
baku sebesar Rp 80.000,00, maka BOP yang bibebankan kepada produk pesanan tersebut adalah :

120% X Rp 80.000,00 = Rp 96.000,00

3) Atas dasar biaya tenaga kerja langsung

Jika sebagian besar dari BOP terdiri dari biaya-biaya yang berhubungan erat dengan biaya tenaga
kerja langsung, maka BOP dibebankan kepada produk atas dasar pemakaian biaya tenaga kerja
langsung. Perhitungan pembebanan BOP kepada produk, tidak berbeda dengan perhitungan
pembebanan BOP atas dasar pemakaian biaya bahan baku. Dengan rumus :

Contoh :
BOP untuk suatu periode ditaksir sebesar Rp 60.000.000,00. Biaya tenaga kerja langsung pada
periode tersebut ditaksir sebesar Rp 80.000.000,00. Persentase pembebanan BOP dari biaya tenaga
kerja langsung, dihitung sebagai berikut :

Rp 60.000.000,00 : Rp 80.000.000,00 X 100% = 75%


Jika dalam pelaksanaanya, untuk menyelesaikan suatu produk pesanan menghabiskan biaya bahan
baku sebesar Rp 120.000,00, maka BOP yang bibebankan adalah :

75% X Rp 120.000,00 = Rp 90.000,00


4) Atas dasar jam tenaga kerja langsung
Selain atas dasar pemakaian biaya tenaga kerja langsung, BOP dapat pula dibebankan atas dasar jam
tenaga kerja langsung. Hal ini mengingat bahwa besarnya biaya tenaga kerja langsung, erat
hubungannya dengan banyaknya jam tenaga kerja langsung yang dipergunakan dalam proses
produksi. Tarif BOP per jam tenaga kerja langsung, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Contoh :
BOP dalam suatu periode, ditaksir sebesar Rp 50.000.000,00. Jam tenaga kerja langsung yang dapat
dicapai pada periode itu, ditaksir sebanyak 40.000 jam. Tarif BOP per jam tenaga kerja langsung,
adalah :
Rp 50.000.000,00 : 40.000 = Rp 1.250,00

5) Atas dasar jam mesin

Pembebanan BOP dalam suatu periode atas dasar jam mesin digunakan, apabila sebagian besar BOP
terdiri atas biaya-biaya yang berhubungan erat dengan waktu penggunaan mesin. Tarif pembebanan
BOP per jam mesin dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Contoh :
Taksiran BOP dalam suatu periode berjumlah Rp 50.000.000,00 dan taksiran jam mesin yang
dipergunakan dalam periode tersebut sebanyak 20.000 jam. Tarif BOP per jam mesin, adalah :
Rp 50.000.000,00 : 20.000 = Rp 2.500,00 per jam mesin
2.4 PENGUMPULAN BOP YANG SESUNGGUHNYA

BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk di bandingkan dengan BOP yang dibebankan
kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara BOP yang di
bebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka dengan BOP yang sesungguhnya
terjadi merupakan BOP yang lebih atau kurang dibebankan.
2.5
Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Selisih upah langsung adalah perbedaan antara biaya  overhead pabrik standar dengan biaya 
overhead pabrik sesungguhnya dikeluarkan (aktual). Selisih overhead membutuhkan analisis yang
berbeda dengan biaya manufaktur yang lainnya karena overhead in terdiri atas berbagai jenis biaya.

Tingkah laku biaya overhead ini biasa digambarkan sebagai garis lurus, biaya ini terdiri atas dua
komponen yaitu tetap dan variable , yang dirumuskan sebagai berikut:

Y=a+bX

a = biaya tetap dan b = biaya variabel

 Jika biaya tetap (a) Rp 10.000,00 per bulan dan biaya variable (b)Rp  200 per unit sementara barang
yang diproduksi 400 unit. Maka anggaran BOP adalah :

      Y = a + b X 

     = Rp 10.000,00 + (200) ( 400)

     = Rp 90.000,000

dengan demikian, tarif overhead per unitnya = Rp 90.000,00 /400 = Rp 225,00 per unit

Menghitung Selisih Overhead Pabrik

Selisih bersih biaya overhead pabrik terdiri atas dua jenis selisih, yaitu :

1. Selisih volume produksi

= BOP dibebankan � BOP anggaran

2. Selisih anggaran (spending variances) 

= BOP aktual � BOP anggaran

Contoh Kasus:

PT Ben Pecah memproduksi berbagai perabot rumah tangga dari kaca, diantaranya piring.   Volume
menurut anggaran adalah 4000 unit, akan tetapi dalam relisasinya hanya mencapai 3000 unit.  Tarif
biaya overhead Rp 2500,00 per unit. Anggaran untuk biaya tetap adalah Rp 2.000.000,00 dan Rp
1.500,00 per unit untuk biaya variable. BOP yang sesungguhnya terjadi adalah Rp. 6.000.000,00.
Berapakah selisih BOP yang terjadi ?

penyelesaiaan 

a = Biaya tetap = Rp 2.000.000,00


b = Biaya variable = Rp 1.500,00

X = 3000

BOP anggaran     = a + b X

                            = Rp 2.000.000,00 + (Rp 1.500,00) 3000

                            = Rp 6.500.000,00

BOP dibebankan = tarif BOP x kuantitas

                            = Rp 2500,00 X 3000

                            = Rp 7.500.000,00

a. Selisih volume produksi = BOP dibebankan � BOP anggaran


    = Rp 7.500.000,00 - Rp 6.500.000,00

    = Rp 1.000.000,00

           

Selisih ini merupakan selisih yang menguntungkan, karena volume produksi aktual lebih besar
daripada volume anggaran

b. Selisih anggaran  = BOP aktual � BOP anggaran


                                =  Rp. 6.000.000,00 - = Rp 6.500.000,00

                                =  Rp  500.000,00

Selisih ini menguntungkan karena BOP aktual lebih kecil daripada  dari BOP anggaran
2.6

Perlakuan terhadap BOP yang kurang atau lebih dibebankan.

Perlakuan terhadap selisih BOP pada akhir tahun tergantung pada penyebab terjadinya
penyimpangan tersebut.Jika selisih BOP disebabkan karena kesalahan dalam penghitungan tarif
BOP,atau keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi operasi maka selisih BOP dibagi rata ke
dalam rekening-rekening Persediaan Dalam Proses,Persediaan Produk Jadi dan Harga Pokok
Penjualan. Tapi jika selisih BOP disebabakan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan
perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan
sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan.
Contoh:

Misalkan dari contoh diatas, saldo rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan pada
akhir tahun sebagai berikut:

Persediaan Produk dalam Proses Rp 400.000,-

Persediaan Produk Jadi Rp 600.000,-

Harga Pokok Penjualan Rp 7.000.000,-

-------------------

Jumlah Rp 8.000.000,-

Maka bagaimanakah perlakuan selisih yang jumlahnya Rp 200.000,- itu, mari kita pelajari.

I Selisih BOP dibagikan ke rekening-rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan.

Tabel Pembagian Selisih BOP ke Rekening-Rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan.

Nama Rekening Penyesuaian Saldo per 31Des Saldo Setelah Penyes.

Selisih BOP Rp200.000,-

Persediaan Prod (4/80) x Rp200.000,-

Dlm Proses = Rp10.000,- Rp 400.000,- Rp 410.000,-

Persediaan (6/80) x Rp200.000,-

Prod Jadi = Rp15.000,- Rp 600.000,- Rp 615.000,-

Harga Pokok (70/80) x Rp200.000,-


Penjualan = Rp175.000,- Rp7.000.000,- Rp7.175.000,-

-------------------- ------------------- ------------------

Rp200.000,- Rp8.000.000,- Rp8.200.000,-

Jurnal untuk membagikan selisih BOP atas dasar perhitungan tersebut diatas sebagai berikut:

Persediaan Produk Dalam Proses Rp 10.000,-

Persediaan Produk Jadi Rp 15.000,-

Harga Pokok Penjualan Rp175.000,-

Selisih BOP Rp200.000,-

II.Selisih BOP diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening

Harga Pokok Penjualan maka jurnalnya akan nampak sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan Rp200.000,-

Selisih BOP Rp200.000,-


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk. BOP
merupakan biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja.
contoh biaya BOP adalah biaya yang timbul dari pemakaian bahan penolong, pengawas mesin
produksi, mandor,sewa,pajak, asuransi, depresiasi, penerangan tenga (listrik) yang digunakan untuk
fasilitas produksi.
DAFTAR PUSTAKA

http://web-suplemen.ut.ac.id/ekma4314/ekma4314a/isi2_2c.htm

http://somanyblog.blogspot.co.id/2009/10/langkah-langkah-penentuantarif-bop-
per.html
Modul Akutansi 3A untuk SMK dan MAK penerbit Erlangga
Diposting oleh Hendrik Wang di 15.30

http://somanyblog.blogspot.co.id/2007/02/biaya-overhead-pabrik.html

Anda mungkin juga menyukai