Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dini Arifah

NIM : 1196000051
Kelas : A
Tauhid Ilmu Pengetahuan
Dalam keyakinan Islam Allah adalah satu-satunya sumber pengetahuan, sumber
kebenaran, dan satu-satunya sumber kebenaran. Semua ilmu milik Allah, manusia hanya
punya formula tentang ilmu dan bukan pemilik ilmu. Ketika ilmu sudah berada ditangan
manusia, maka ada ilmu yang diperoleh secara gifted, turunan dan berian, dimana manusia
untuk memperoleh ilmu tidak perlu melakukan penelusuran, penelitian, perenungan, dan
penjelajahan lebih lanjut. Hal tersebut sudah diberikan dalam bentuk kebenaran tanpa perlu
pembuktian lagi. Ilmu-ilmu seperti ini berada dalam kategori ketuhanan dan peribadatan
mahdhol ritual. Wilayah ini merupakan ruang gelap bagi manusia untuk membuat formula
baru. Zona ilmu seperti ini disebut dengan turunan atau berian. Tujuannya adalah agar
manusia memiliki ketundukan dalam segala aspek kehidupan, sebagai perwujudan dari
ketauhidan ilmu. Allah berfirman, “Sesungguhnya takut (tunduk) kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu” (QS. Fathir : 28)

Untuk menunjukkan kebesaran-Nya, Allah menciptakan ilmu pengetahuan dengan


karakter dasar yang belum final (mutasabihat). Formulanya harus dikaji dan dicari oleh
manusia secara mendalam. Ketika formulanya sudah ditemukan, maka tidaklah ilmu itu
dinisbahkan langsung kepada penemunya, tetapi hanya berupa formulanya saja. Contohnya
daya gravitasi, sebelum formulanya dirumuskan, daya gravitasi bumi sudah berada dalam
hukum sunnatullah, hukum ketetapan Allah yang begitu adanya. Sunnatullah itulah sebagai
hukum tauhid, hukum eksakta, yang pasti benarnya. Kebenaran itu makin diperkuat
maknanya ketika hokum gravitasi bumi berada dalam konsistensi dan keajegan yang berdifat
menetap, sebagai sebuah pembuktian tentang adanya kehendak yang Tunggal. Hukum
kesesuaian sebagaimana ditampilkan dalam alam makrokosmik semakin memastikan
keyakinan akan kebenaran nyata tidak adanya sesuatu dalam makrokosmik yang tidak
diturunkan dari metakosmik, yakni tauhid, prinsip Ilahiyah (Osman Bakar, 2008:97).

Kategori ilmu yang formulanya dirumuskan manusia, dinamai Ilmu Temuan. Karena
semua ilmu dalam kategori manapun, secara realitas-konseptual berasal dari sumber yang
Tunggal, Allah SWT. Beberapa fakta ilmu menunjukkan adanya realitas bahwa semua ilmu
merupakan kehendak Tunggal yang secara inhern, gifted, embedded dalam karakter dasar
pada setiap ilmu. Beberapa fakta akan diungkapkan untuk menegasi tauhidul ilm.
a. Tuhan dalam Teori Atom Modern
Tuhan dapat dibuktikan dalam hukum-hukum Fisika Modern, seperti Teori Atom.
Penemuan para ahli Fisika Modern dapat dirangkum sebagai berikut: teori terkecil dari materi
adalah atom yang terdiri atas tiga partikel yaitu proton, electron, dan neutron. Aristoteles
menjelaskan bahwa energi itu bersumber dari Actus Purus atau energi Yang Maha Suci.
Einsten lebih tegas menyebutkan bahwa energi Yang Maha Suci itu tidak lain Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Informasi Tuhan berada dalam DNA Mahluk
Penelitian tentang biomolekuler telah banyak mengungkap keajaiban, kehalusan dan
kelembutan sel-sel kecil dari kehidupan manusia. Sel adalah penyusun tubuh mahluk hidup
dan dalam sel itu terdapat inti sel yang menyimpan milyaran kode-kode canggih yang
membentuk perintah kehidupan. Penelitian yang begitu halus dan kompleks telah membawa
babak baru para ilmuwan pada kesadaran supranatural dan metafisika. Seperti penelitian yang
dilakukan Kazua Morakami (2007:166) tentang genetika yang begitu menakjubkan, dan mau
tidak mau “memaksa saya pada keputusan akan adanya sesuatu yang Lebih Besar, selama ini
saya menyebutnya sebagai Sesuatu Yang Agung”, Tuhan atau Budha.

c. God-spot, Titik Tuhan pada Otak Manusia


Ary Ginanjar (2005:44) mengutif hasil temuan ilmiah neuro-psikolog Michael
Persinger tahun 1990-an dan terkini dari neurology VS. Ramachandra yang merasakan
pengalaman kehadiran Tuhan (God Presence) ketika dia berada di Laboratorium Laurentian
California.

d. Tuhan Metafora Hukum Alam


Belakangan ini seorang ilmuwan bernama Stephen Hawking, seorang fisikawan dan
kosmolog menemukan hukum String yang menyebutkan bahwa “jika kita dapat menyatukan
gravitasi dengan mekanika quantum maka kita dapat menjawab bagaimana alam semesta ini
dahulu bermula”. Penemuan teorinya yang luar biasa ini mengubah Hawking dari pendirian
Atheis menjadi keputusan meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa.

Menurut analisis Huston Smith (2003:254) bahwasanya kita harus menyadari akan beberapa
hal yang menjadi kekurangan dari Sains, antara lain :
a. Sains tidak dapat menjangkau nilai-moral
Sains hanya berurusan dengan nilai-nilai yang instrumental bukan nilai moral yang intrinsik.
Pertentangan tidak bisa diputuskan oleh sains.
b. Sains tidak sampai pada makna eksistensial dan global
Sains sangatlah berarti, tetapi tidak sampai pada makna (1) eksistensial, yakni makna-makna
yang sangat mendasar dan memberi penuh makna. (2) makna global, yakni makna-makna
yang berkaitan dengan universalitas kedirian manusia.
c. Sains tidak sampai pada penyebab terakhir
Sains biasanya tidak mampu berbicara sebab utama dan sebab terakhir dari segala sebab.
d. Sains tidak dapat melihat hal yang tidak kasat mata
Jika ada hal-hal yang tidak kasat mata yang tidak mempunyai impak pada materi yang
ditunjukkan, sains tidak mampu menangkapnya.
e. Sains tidak sampai pada persoalam kualitas
Semua yang berupa nilai, kesadaran, makna, tujuan, dan hal-hal yang tidak dapat diturunkan
dari materi atau tidak dapat diukur, maka tidak dapat dijangkau oleh sains. Sains itu empirik.
Empirik itu sains.
f. Sains tidak dapat menjangkau Yang Lebih Tinggi dari kita
Sains belajar tentang apa yang hidup, apa yang ada dan apa yang nampak, sesuatu hal yang
berada dibalik yang ada atau disebrang yang nampak, tidak terjangkau oleh sains.

Dari realitas Allah yang ada dalam berbagai keadaannya ada dan “sesuatu” dari adanya, baik
dalam ilmu, sesuatu dalam diri sendiri, dalam hidup, dalam mati, dalam ketiadaannya ada,
dan adanya ketiadaan, menunjukkan secara jelas, bahwa Allah ada dimana-mana.

Anda mungkin juga menyukai