BAB IV
RUMUS BUNGA
4.1. Pendahuluan
Secara intuisi kita tahu bahwa sejumlah sumber yang tersedia untuk
dinikmati pada saat ini lebih disenangi orang daripada jumlah yang sama jika
tersedia baru dalam satu tahun yang akan datang. Hal itu yang disebut time
preference yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan. Di lain pihak diketahui juga bahwa jumlah mutlak
daripada sumber yang tersedia untuk konsumsi cepat kita tingkatkan dengan
cara menahan sebagian sumber-sumber yang tersedia pada saat ini
daripada sekaligus mengkonsumsikan seluruhnya. Melalui investasi tersebut
sumber-sumber itu menjadi modal, yang merupakan salah satu faktor
produksi yang menghasilkan barang atau jasa untuk konsumsi di waktu yang
akan datang. Adanya salah satu faktor produksi itu menambahkan
pendayagunaan faktor-faktor lainnya, jadi adanya sejumlah modal yang
tersedia karena kita bersedia mengorbankan sejumlah konsumsi pada saat
ini meningkatkan produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan
jasa untuk konsumsi di kemudian hari.
Kedua unsur tadi time prefenrence dan produktivitas atau efisiensi modal
berhubungan secara timbal balik terhadap penawaran modal di dalam pasar
modal, dimana penawaran merupakan tabungan masyarakat sedang
permintaan berasal dari pihak yang mencari keuntungan melalui penanaman
modal. “Harga” yang ditentukan oleh hubungan timbal balik itu ialah harga
modal, yaitu tingkat bunga. Dapat diingat bahwa titik perpotongan kurva
penawaran dengan kurva permintaan untuk setiap macam barang dan jasa
yang menetukan tingkat harga dari macam barang atau jasa tersebut
sekaligus merupakan titik dimana biaya marginal dari produksinya sama
dengan kepuasan marginal(marginal utility) yang didapat dari konsumsinya.
Begitu juga titik pertemuan kurva penawaran dengan kurva permintaan
modal sekaligus menentukan harga modal (=tingkat bunga) yang
menyamakan tingkat Marginal Time Preference dari masyarakat penabung
dengan tingkat Marginal Time Efficiency of Capital untuk para penanam
modal.
Oleh karena itu jelas bahwa tingkat bungalah yang memungkinkan kita untuk
membandingkan arus biaya dan benefit yang penyebarannya di dalam waktu
tidak merata. Bunga yaitu :
Yang harus dibayarkan untuk pemakaian pinjaman.
Keuntungan inventasi untuk pemilik modal.
Sebagai Opportunity Cost (bunga dalam hal investasi dibiayai sendiri).
Bunga Biasa/Sederhana
Contoh 4.1.
Modal sebesar Rp 15.000,00 dipinjamkan untuk jangka waktu 2 tahun,
dengan suku bunga 10 %. Berapa besar bunga dan jumlah total yang
harus dikembalikan sesudah akhir tahun kedua.
Penyelesaian :
Jika jumlah itu kita pinjam selama dua tahun, maka jumlah yang harus kita
kembalikan pada akhir tahun ke 2 adalah :
= P (1 + n ) + n [P(1 + n)]
= 1 [P (1 + n)] + n [P (1 + n)]
= (1 + n) P (1 + n)
= P (1 + n)2
F = P (1 + i)n
Istilah ini disebut compounding factor for i, ialah suatu bilangan lebih besar
dari 1,0, yang dapat dipakai untuk mengalihkan suatu jumlah yang ada
sekarang demi menentukan nilainya di waktu yang akan datang, setelah
diberi bunga pada akhir setiap tahun.
Contoh 4.2.
F = Rp 1.000.000,00 (1 + 0,12)5
= Rp 1.000.000,00 x 1,762.342
= Rp 1.762.342,-
Dalam beberapa kasus seringkali yang diketahui bukan besar nilai sekarang
P, melainkan besarnya nilai pinjaman yang akan datang F.
Jika demikian halnya, untuk mencari nilai sekarang P (present value) dari
jumlah itu, rumus di atas dapat diubah menjadi
1
Istilah disebut discount factor, yakni
(1 1) n
Suatu bilangan yang besarnya kurang dari 1,0 yang dapat dipakai untuk
mengalikan (mengurangi) suatu jumlah di waktu yang akan datang supaya
menjadi nilai sekarang P.
Contoh 4.3
Berapa jumlah yang harus ditabung sekarang jika kita mengharapkan dapat
memperoleh uang sejumlah Rp 1.762.342,00 lima tahun yang akan datang,
jika suku bunga 12 %.
1
P=Fx
(1 1) n
1
= 1.762.342,00 x
(1 0,12) n
1
= 1.762.342,00 x
1,762 .342
= Rp 1.000.000,00
Misalnya jika kita menabung setiap akhir tahun sebesar A selama n tahun
dengan tingkat suku bunga I, kita ingin menghitung jumlah tabungan kita
pada n tahun waktu yang akan datang. Untuk memperjelas pernyataan
tersebut disajikan dengan sebuah diagram cash flow gambar 4.2.
Gambar 4.2.
Untuk menentukan rumus nilai F dari jumlah tabungan A setiap akhir tahun,
selama n tahun dapat dipecahkan sebagai berikut :
(1 1) n 1
FA
i
(1 1) n 1
Istilah disebut compounding faktor for i per anmun
i
Compounding Factor for I per anum adalah suatu faktor untuk mencari nilai
pada akhir yang akan datang F jika diketahui A, i, dan n.
Contoh 4.4
Jika pada setiap akhir tahun selama 5 tahun kita menyimpan di bank Rp
100.000,00 per tahun, tingkat suku bunga 6 % per tahun maka nilai jumlah
simpanan pada akhir tahun ke 5
(1 0,06) 5 1
F = Rp 100.000,00
0,06
= Rp 100.000 (5,637) = Rp 563.700,-
i
AF
(1 1) n 1
i
Istilah disebut sinking fund factor
(1 1) n 1
Sinking fund factor adalah sebuah faktor untuk menentukan jumlah yang
harus dicadangkan/ditanam pada akhir setiap tahun sehingga jumlah
cadangan/investasi seluruhnya, karena selalu diberi bunga, akan bertambah
menjadi sebesar di waktu yang akan datang.
Contoh 4.5
Berapa uang dalam jangka yang seragam harus disimpan pada setiap akhir
tahun jika kita mengharapkan 5 tahun yang akan datang mempunyai
tabungan Rp 563.700,00 jika suku bunga 6 % per tahun.
0,06
A = Rp 563.700,00
(1 0,06) 5 1
1
= Rp 563.700,00
5,637
= Rp 100.000,00
Jika kita ingin menghitung jumlah tetap yang harus dibayar pada akhir setiap
tahun untuk mengembalikan suatu pinjaman termasuk pokok pinjaman
maupun bunganya yang selalu dikenakan terhadap nilai pinjaman yang
masih berlaku (belum dikembalikan) selama tahun tersebut, maka kita dapat
menghitung dengan rumus yang diperoleh dari kombinasi rumus
F
Menentukan P diketahui F, i, dan n, P
(1 1) n
Dengan
(1 1) n 1
F diketahui A, i, n F = A
i
(1 i ) n 1 1
PA
1 (1 i ) n
i (1 1) n
A=P
(1 i ) n 1
i (1 i ) n
(1 i ) n 1
Disebut capital recovery factor, yakni sebuah faktor yang dikalikan terhadap
P, untuk menentukan jumlah tetap yang harus dibayar pada akhir setiap
tahun untuk mengembalikan suatu pinjaman termasuk nilai pokok maupun
bunganya yang selalu dikenakan terhadap nilai pinjaman yang masih tersisa.
Contoh 4.6
i (1 i ) n
A=P
(1 i ) n 1
0,2(1 0,2) 5
= Rp 5.000.000,00
(1 0,2) 5 1
= Rp 1.671.898,00
1 n
A’ = G
1 1 1n 1
Dengan demikian untuk serangkaian pembayaran A1, A1 + G, A1 + 2G, …..,
A1 + (n – 1) G nilai ekuivalennya adalah :
1 n
A = A1 + G
1 1 1n 1
Atau
A = A1 + A’
1 n
A = A1 – G
1 1 1n 1