Anda di halaman 1dari 11

BAB II.

RUMUS BUNGA

2.1. Pendahuluan
Secara intuisi kita tahu bahwa sejumlah sumber yang tersedia untuk
dinikmati pada saat ini lebih disenangi orang daripada jumlah yang
sama jika tersedia baru dalam satu tahun yang akan datang. Hal itu
yang disebut time preference yang berlaku baik secara perorangan
maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Di lain pihak
diketahui juga bahwa jumlah mutlak daripada sumber yang tersedia
untuk konsumsi cepat kita tingkatkan dengan cara menahan
sebagian sumber-sumber yang tersedia pada saat ini daripada
sekaligus mengkonsumsikan seluruhnya. Melalui investasi tersebut
sumber-sumber itu menjadi modal, yang merupakan salah satu
faktor produksi yang menghasilkan barang atau jasa untuk
konsumsi di waktu yang akan datang. Adanya salah satu faktor
produksi itu menambahkan pendayagunaan faktor-faktor lainnya,
jadi adanya sejumlah modal yang tersedia karena kita bersedia
mengorbankan sejumlah konsumsi pada saat ini meningkatkan
produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan jasa
untuk konsumsi di kemudian hari.

Kedua unsur tadi time prefenrence dan produktivitas atau efisiensi


modal berhubungan secara timbal balik terhadap penawaran modal
di dalam pasar modal, dimana penawaran merupakan tabungan
masyarakat sedang permintaan berasal dari pihak yang mencari
keuntungan melalui penanaman modal. “Harga” yang ditentukan
oleh hubungan timbal balik itu ialah harga modal, yaitu tingkat
bunga. Dapat diingat bahwa titik perpotongan kurva penawaran
dengan kurva permintaan untuk setiap macam barang dan jasa yang
menetukan tingkat harga dari macam barang atau jasa tersebut
sekaligus merupakan titik dimana biaya marginal dari produksinya
sama dengan kepuasan marginal(marginal utility) yang didapat dari
konsumsinya. Begitu juga titik pertemuan kurva penawaran dengan
kurva permintaan modal sekaligus menentukan harga modal
(=tingkat bunga) yang menyamakan tingkat Marginal Time Preference
dari masyarakat penabung dengan tingkat Marginal Time Efficiency of
Capital untuk para penanam modal.
Oleh karena itu jelas bahwa tingkat bungalah yang memungkinkan
kita untuk membandingkan arus biaya dan benefit yang
penyebarannya di dalam waktu tidak merata. Bunga yaitu :
 Yang harus dibayarkan untuk pemakaian pinjaman.
 Keuntungan inventasi untuk pemilik modal.
 Sebagai Opportunity Cost (bunga dalam hal investasi dibiayai
sendiri).

2.2. Cara Perhitungan Bunga


Jumlah bunga suatu pinjaman atau bunga investasi tergantung dari
cara perhitungan bunga. Ada dua macam cara perhitungan bunga,
yaitu bunga biasa dan bunga berbunga atau bunga compound
interest.

Bunga Biasa/Sederhana
Metode bunga biasa adalah metode perhitungan bunga yang
sederhana. Metode ini menganggap bahwa pokok pinjaman
tetap. Jumlah bunga pinjaman dihitung dari suku bunga per
periode waktu dikalikan jumlah pokok pinjaman awal P
dikalikan lagi dengan jangka waktu pinjaman n.

Contoh 2.1.
Modal sebesar Rp 15.000,00 dipinjamkan untuk jangka waktu
2 tahun, dengan suku bunga 10 %. Berapa besar bunga dan
jumlah total yang harus dikembalikan sesudah akhir tahun
kedua.

Penyelesaian :

Bunga yang harus dibayar akhir tahun ke 2 :


I = 0,10 x Rp 15.000,00 x 2 = Rp 3.000,00
Jumlah total yang harus dikembalikan pada akhir tahun ke 2 :
F = P + I = Rp 15.000,00 + Rp 3.000,00 = Rp 18.000,00

Bunga Berbunga/Compound Interest


Pada kahir tahun atau bulan pinjaman sebesar P akan
bertambah dengan bunga yang nilainya sebesar I, sehingga
jika bunga sebesar I tersebut belum dibayar maka pokok
pinjaman menjadi P + I. Perhitungan bunga pada tahun
berikutnya yaitu pada akhir tahun kedua adalah I = i (P + I).
Perhitungan bunga semacam ini disebut perhitungan bunga
berbunga (compound inerest). Untuk tujuan perhitungan
bunga berbunga tingkat bunga ditetapkan melalui proses yang
disebut “discounting”. Untuk setiap nilai tingkat bunga dan
setiap jangka waktu tahun selama bunga itu diasumsikan
telah/akan didapat/dibayar terdapat suatu discount factor
yang unik.

Ada enam (6) jenis perhitungan bunga berbunga yang sering


dipergunakan dalam analisis ekonomi seperti evaluasi proyek.
Sehubungan dengan itu dan karena adanya hubungan
matematis yang erat di antara ke enam jenis itu, selanjutnya
dalam bab ini disajikan penjelasan tentang sifat maupun
penggunaan bunga berbunga. Berbagai pasal yang berikut ini
menjelaskan bunga berbunga itu terlebih dahulu dalam rangka
pinjaman yang harus dilunasi di waktu yang akan datang.
Dalam rangka pembahasan ini pinjaman merupakan suatu
macam investasi yang sifatnya memungkinkan penjelasan
yang paling sederhana tentang masalah bunga berbunga.

Faktor Compound Interest Pembayaran Tunggal


Jika pada saat ini kita meminjam uang/modal sebesar P,
dengan tingkat suku bunga pertahun i dan pinjaman tersebut
akan dikembalikan sekaligus pada akhir periode pinjaman n,
maka kita perlu menghitung sebuah faktor yang jika dikalikan
dengan pokok pinjaman P diperoleh nilai pinjaman yang harus
dibayar pada akhir periode pinjaman n. Faktor yang kita cari
tersebut adalah faktor compound interest pembayaran tunggal.

Guna mempermudah pembahasan ini arus dana pinjaman


dapat disajikan dalam sebuah diagram arus dana atau cash
flow pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1. Diagram Cash Flow

Karena pembayaran pokok pinjaman P dan bunga baru akan


dibayar sekaligus pada akhir periode pinjaman n, maka
sesudah satu tahun jumlah pinjaman yang harus kita
kembalikan adalah :
= P + 1.i(P)
= P (1 + i)

Jika jumlah itu kita pinjam selama dua tahun, maka jumlah
yang harus kita kembalikan pada akhir tahun ke 2 adalah :

= P (1 + i ) + i [P(1 + i)]
= 1 [P (1 + i)] + i [P (1 + i)]
= (1 + i) P (1 + i)
= P (1 + i)2
Jika jangka waktu peminjaman selama n tahun, jumlah yang
harus dikembalikan pada akhir periode waktu n disebut F
Future amount, jumlahnya dapat dihitung dengan rumus :

F = P (1 + i)n

Istilah ini disebut compounding factor for i, ialah suatu


bilangan lebih besar dari 1,0, yang dapat dipakai untuk
mengalihkan suatu jumlah yang ada sekarang demi
menentukan nilainya di waktu yang akan datang, setelah
diberi bunga pada akhir setiap tahun.

Contoh 2.2.
Sebuah pinjaman Rp 1.000.000,00 dengan jangka waktu
pinjaman n = 5 tahun, dengan suku bunga i = 12 %.
Hitunglah jumlah total yang harus dikembalikan pada akhir
tahun ke 5

F = Rp 1.000.000,00 (1 + 0,12)5
= Rp 1.000.000,00 x 1,762.342
= Rp 1.762.342,-

Dalam beberapa kasus seringkali yang diketahui bukan besar


nilai sekarang P, melainkan besarnya nilai pinjaman yang akan
datang F.
Jika demikian halnya, untuk mencari nilai sekarang P (present
value) dari jumlah itu, rumus di atas dapat diubah menjadi

1
Istilah disebut discount factor, yakni
(1  i) n
Suatu bilangan yang besarnya kurang dari 1,0 yang dapat
dipakai untuk mengalikan (mengurangi) suatu jumlah di
waktu yang akan datang supaya menjadi nilai sekarang P.

Contoh 2.3
Berapa jumlah yang harus ditabung sekarang jika kita
mengharapkan dapat memperoleh uang sejumlah Rp
1.762.342,00 lima tahun yang akan datang, jika suku bunga
12 %.
1
P=Fx
(1  i) n
1
= 1.762.342,00 x
(1  0,12) n
1
= 1.762.342,00 x
1,762.342
= Rp 1.000.000,00

Annuity atau Uniform Series


Dalam rumus bunga, disamping kedua pengertian nilai
sekarang P present value dan nilai yang akan datang F future
value tersebut masih ada satu pengertian lain, ialah annuity
uniform series atau pembayaran seri yang seragam/sama.
Pengertian dari uniform series adalah jumlah seragam yang
dibayarkan/diterima berturut-turut (secara serial), semacam
angsuran pada setiap akhir tahun sepanjang periode investasi
atau pinjaman.

Annuity ini mempunyai beberapa sifat, ialah :


a. Jumlahnya seragam/sama (equal payments)
b. Panjangnya periode antara angsuran sama (equal periode
between payments)
c. Pembayaran dilakukan setiap akhir periode
Pada umumnya annuity diberi notasi A.

Misalnya jika kita menabung setiap akhir tahun sebesar A


selama n tahun dengan tingkat suku bunga i, kita ingin
menghitung jumlah tabungan kita pada n tahun waktu yang
akan datang. Untuk memperjelas pernyataan tersebut
disajikan dengan sebuah diagram cash flow gambar 2.2.
Gambar 2.2. Diagram cash flow

Untuk menentukan rumus nilai F dari jumlah tabungan A setiap


akhir tahun, selama n tahun dapat dipecahkan sebagai berikut :
F = A (1) + A (1 +i) + …… + A (1 + i)n-2 + A (1 + i)n-1 ( I )

Kalikan persamaan i tersebut dengan (1 + i) dan hasilnya


F (1 +i) = A (1 + i) + A (1 + i)2 + …… + A (1 +i)n-1 + A (1 + i)n ( II )

Kurangkan persamaan I dari persamaan II


F (1 + i) = A (1 + i) + A (1 + i)2 + …… + A (1 + i)n-1 + A (1 + i)n
- F = - A – A (1 + i)…………….. – A (1 + i)n-2 – A (1 + i)n-1
F (1 + 1) – F = - A + A (1 + i)n

Pemecahan untuk F dari hasil di atas adalah

(1  i ) n  1
FA
i

(1  i) n  1
Istilah disebut compounding faktor for i per anmun
i

Compounding Factor for i per anum adalah suatu faktor untuk


mencari nilai pada akhir yang akan datang F jika diketahui A, i,
dan n.

Contoh 2.4
Jika pada setiap akhir tahun selama 5 tahun kita menyimpan di
bank Rp 100.000,00 per tahun, tingkat suku bunga 6 % per
tahun maka nilai jumlah simpanan pada akhir tahun ke 5

(1  0,06) 5  1
F = Rp 100.000,00
0,06
= Rp 100.000 (5,637) = Rp 563.700,-

Sebaliknya jika kita ingin menentukan A dengan deketahui F, n


dan i, dapat menghitung dengan rumus :
i
A F
(1  i ) n  1

i
Istilah disebut sinking fund factor
(1  i) n  1

Sinking fund factor adalah sebuah faktor untuk menentukan


jumlah yang harus dicadangkan/ditanam pada akhir setiap
tahun sehingga jumlah cadangan/investasi seluruhnya, karena
selalu diberi bunga, akan bertambah menjadi sebesar di waktu
yang akan datang.

Contoh 2.5
Berapa uang dalam jangka yang seragam harus disimpan pada
setiap akhir tahun jika kita mengharapkan 5 tahun yang akan
datang mempunyai tabungan Rp 563.700,00 jika suku bunga 6
% per tahun.

0,06
A = Rp 563.700,00
(1  0,06) 5  1

1
= Rp 563.700,00
5,637

= Rp 100.000,00

Annuity untuk Factor Pengembalian Modal


Jika kita ingin menghitung jumlah tetap yang harus dibayar pada
akhir setiap tahun untuk mengembalikan suatu pinjaman
termasuk pokok pinjaman maupun bunganya yang selalu
dikenakan terhadap nilai pinjaman yang masih berlaku (belum
dikembalikan) selama tahun tersebut, maka kita dapat
menghitung dengan rumus yang diperoleh dari kombinasi rumus

F
Menentukan P diketahui F, i, dan n, P 
(1  i ) n
Dengan
(1  i) n  1
F diketahui A, i, n F = A
i
Substitusikan persamaan pertama ke persamaan kedua

(1  i) n  1 1
PA 
1 (1  i) n

P ( i ) (1 + i)n = A [(1 + i)n – 1]

i (1  i ) n
A=P
(1  i ) n  1

Disebut capital recovery factor, yakni sebuah faktor yang


dikalikan terhadap P, untuk menentukan jumlah tetap yang
harus dibayar pada akhir setiap tahun untuk mengembalikan
suatu pinjaman termasuk nilai pokok maupun bunganya yang
selalu dikenakan terhadap nilai pinjaman yang masih tersisa.

Pengembalian modal atas suatu pinjaman tersebut dapat


digambarkan diagram cash flow gambar 2.3.

Gambar 2.3. Cash Flow Pengembalian Modal

Contoh 2.6
Seorang pengusaha meminjam uang di bank Rp 5.000.000,00
tingkat bunga 20 % per tahun, jangka waktu pinjaman 5 tahun.
Tentukan pengembalian pinjaman tersebut dengan cara
pembayaran tetap per tahun selama 5 tahun.

Besarnya pembayaran tetap per tahun adalah

i  (1  i ) n
A=P
(1  i ) n  1
0,2(1  0,2) 5
= Rp 5.000.000,00
(1  0,2) 5  1
= Rp 1.671.898,00
Faktor Gradien Tetap
Adakalanya karena alasan tertentu pembayaran tahunan
(pengembalian modal) tidak dilakukan dengan pembayaran
jumlah tetap (Annuity). Misalnya pembayaran tahunan
bertambah/meningikat (gradient) dengan peningkatan per tahun
jumlahnya tetap. Tahun pertama Rp 200.000,00, tahun kedua Rp
250.000,00, tahun ketiga Rp 300.000,00, tahun ke empat dan
seterusnya terus meningkat Rp 50.000,00 per tahun sampai
dengan akhir periode pembayaran. Hal yang sama juga sering
terjadi pembayaran menurun dengan penurunan pertahun
jumlahnya tetap, tahun pertama Rp 500.000,00 tahun kedua Rp
400.000,00 tahun ke tiga Rp 300.000,00.

Secara umum pembayaran tahunan yang bertambah dengan


penambahan tetap tersebut dapat dinyatakan A1, A1 + G, A1 +
2G, A1 + 3G … A1 + (n – 1) G. A1 adalah pembayaran pada akhir
tahun pertama dan G adalah penambahan tetap pembayaran per
tahun sedangkan n adalah lama atau jangka waktu periode
pembayaran.

Pernyataan pembayaran dengan penambahan pembayaran tetap


per tahun tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram
cash flow sebagai berikut :

Gambar 2.4. Cash Flow Pembayaran Meningkat

Nilai G dapat diekuivalenkan ke dalam pembayaran tetap per


tahun A’, dengan rumus :

1 n 
A’ = G   
 i 1  i   1
n

Dengan demikian untuk serangkaian pembayaran A1, A1 + G, A1


+ 2G, ….., A1 + (n – 1) G nilai ekuivalennya adalah :

1 n 
A = A1 + G   
 i 1  i   1
n
Atau

A = A1 + A’

Sedangkan untuk serangkaian pembayaran yang menurun


secara tetap
A1, A1 – 6, A1 – 26, ….. A1 – (n – 1) G, nilai ekuivalennya,

1 n 
A = A1 – G   
 i 1  i   1
n

Anda mungkin juga menyukai