Anda di halaman 1dari 80

KONSEP BIAYA & BUNGA

PENGERTIAN BIAYA

Suatu pengorbanan yang dibutuhkan


dalam rangka mencapai tujuan yang
diukur dengan nilai uang
BIAYA BERDASARKAN KELOMPOK
PENGGUNAANYA
1. BIAYA INVESTASI

• Biaya yang ditanamkan dalam rangka


penyiapan kebutuhan usaha untuk siap
beroperasi dengan baik
• Biasanya dikeluarkan pada awal
kegiatan usaha
• Jumlahnya relatif besar dan berdampak
jangka panjang untuk kesinambungan
usaha
• Contoh : Penyedian fasilitas produksi,
mesin-mesin, peralatan dan fasiltitas
kerja lainya.
BIAYA BERDASARKAN KELOMPOK
PENGGUNAANYA
2. BIAYA OPERASIONAL

• Biaya yang dikeluarkan dalam rangka


menjalankan aktivitas usaha tersebut
sesuai dengan tujuan
• Biaya dikeluarkan secara rutin (priode
waktu tertentu)
• Jumlahnya relatif sama atau sesuai
dengan jadwal kegiatan/produksi
• Contoh : pembelian bahan baku,
pembayaran gaji, pembeliaan bahan
pendukung
BIAYA BERDASARKAN KELOMPOK
PENGGUNAANYA
3. BIAYA PERAWATAN (MAINTENANCE COST)

• Biaya yang dikeluarkan dalam rangka


menjaga/menjamin performance kerja
fasilitas atau peralatan agar selalu
prima dan siap dioperasikan.
• Sifat pengeluarannya dibedakan
menjadi : 1) biaya perawatn rutin dan
2) biaya perawatan insidentil
BUNGA (INTEREST)
PENGERTIAN BUNGA

Sejumlah uang yang dibayarkan akibat


pemakaian uang yang dipinjamkan
sebelumnya

Interest = Present Amount Owen – Original Investment


(Bunga) (Jumlah utang sekarang) (jumlah pinjaman semula)
BUNGA MODAL

 Di dalam perhitungan ekonomi harus diperhitungkan perubahan


nilai uang terhadap waktu, karena nilai uang bersifat dinamis dan
produktif

 Apabila penggunaan uang (modal) dari suatu usaha berasal dari


suatu pinjaman, maka harus diberikan imbalan (jasa) dari
penggunaan modal tersebut dan biasa kita sebut sebagai bunga.

 Jika kita meminjamkan uang kepada seseorang untuk


menggunakannya, biasanya kita meminta bunganya agar
dibayar karena penggunaan uang tersebut.
Sama halnya dengan bank, organisasi bersifat koperasi dan
lembaga-lembaga kredit akan
membayar bunga terhadap yang didepositokan
 Sebagai contoh, seorang petani A meminjamkan uang kepada
tetangganya B. Ini berarti bahwa A (lender) melewatkan
kesempatan menggunakan uangnya kepada B untuk tujuan
produktif. Di lain pihak B (borrower) memperoleh kesempatan
menggunakan uang A untuk tujuan produktif, mungkin untuk
menambah jumlah pupuk di dalam usaha taninya, dan sebagainya.

 Jadi jelas bahwa:


- Si “lender” mendapat imbalan sebagai pendapatannya
- Si “borrower” harus membayar imbalan tsb krn menggunakan
uang si “lender”

 Di dalam prakteknya, apa yang dibayarkan (imbalan) karena


menggunakan uang disebut sebagai keuntungan (profit) bagi
yang meminjamkan, sedangkan bagi peminjam uang ini mrpk
bunga

 Contoh, misalnya A meminjamkan uang kepada B sebanyak Rp 1000


dengan tingkat bunga 20% per tahun selama 1 tahun.
Uang yang harus dibayar: Rp 1000 + (0.2) (1000) = Rp 1200
PERHITUNGAN BUNGA
1. TINGKAT SUKU BUNGA

Merupakan rasio antara bunga yang


dibebankan per peride waktu dengan jumlah
uang yang dipinjam awal peride dikali 100%

Rate Interest = Bunga yang dibayarkan per satuan waktu x 100%


jumlah pinjamn awal

Contoh : ????

PASSIVE INCOME
2. BUNGA SEDERHANA

Sistem perhitungan bunga hanya didasarkan


atas besarnya pinjaman semula dan bunga
peride sebelumnya yang belum dibayar tidak
termasuk faktor pengali bunga

SECARA FORMULA

1. Sistem bunga sederhana


Bunga = i x P x n
2. Pinjaman akhir periode (F)
F=P( 1+i.n)
Dimana:I = bunga modal yang harus dibayarkan (Rp)
P = modal pokok, atau jumlah uang saat sekarang
(present value), (Rp)
N = jumlah unit waktu atau jumlah periode bunga modal
(bulan, tahun atau musim)
i = tingkat bunga yang berlaku (persen per unit waktu)

Contoh :

Jumlah pinjaman pokok (P) Rp 1000 dengan tingkat


bunga modal 10% per tahun (i),
 Misalnya jumlah pinjaman pokok (P) Rp 1000 dengan tingkat bunga
modal 10% per tahun (i), maka jumlah pinjaman pada setiap tahun
dapat kita lihat pada Tabel di bawah:

Tahun Pinjaman (P) Bunga (I) Pinjaman akhir tahun (F)


1 1000 100 1100
2 1000 100 1200
3 1000 100 1300

Jumlah pinjaman pada tahun ke 1 = Rp 1000 + 0.1 (1000) = Rp 1100


Jumlah pinjaman pada tahun ke 2 = Rp 1000 + 0.1 (1000) + 0.1 (1000)
= Rp 1000 + 2 (0.1) 1000 = Rp 1200

Jumlah pinjaman pada tahun ke N:


F = P + PNi
= P (1 + Ni)
Jumlah pinjaman yang harus dibayar pada akhir tahun ke tiga:
F = Rp 1000 (1 + (3) (0.1) ) = Rp 1300
3. BUNGA MAJEMUK
Sistem perhitungan bunga dimana tidak
hanya diperhitungkan terhadap besarnya
pinajaman awal, tetapi perhitungan
didasarkan atas besarnya utang awal periode
yang bersangkutan (bunga berbunga)

SECARA FORMULA

Pinjaman akhir periode (F)


F = P (1 + i)n

Contoh : ????
Contoh :

Pengaruh bunga modal majemuk dapat dihitung seperti Tabel berikut:

Tahun Pinjaman Bunga Pinjaman akhir


(P) (I) tahun (F)
1 1000 100 1100
2 1100 110 1210
3 1210 121 1331
Jumlah yang harus dibayar pada tahun ketiga pada bunga majemuk
adalah Rp 1331. Jumlah ini merupakan nilai uang kemudian (future
value), sedangkan Rp 1000 disebut nilai sekarang (present value)

Perhitungan bunga modal majemuk lebih umum digunakan dalam


perhitungan-perhitungan ekonomi
FORMULA BUNGA MODAL MAJEMUK
(SINGLE PAYMENT COMPOUND INTEREST FORMULAS)

Pada prinsipnya formula bunga modal majemuk ada dua macam:

a) Formula bunga majemuk tidak kontinyu (discrete compound


interest formula)
b) Formula bunga majemuk kontinyu (continous compound
interest formula)

Yang akan diuraikan adalah formula bunga majemuk tidak


kontinyu
karena formula ini yang banyak digunakan dalam perhitungan
praktis

 Bunga majemuk tidak kontinyu adalah bunga modal yang


dibayarkan berangkai setiap akhir suatu periode waktu dalam
selang waktu tertentu (seperti tiap akhir bulan, akhir musim
akhir tahun dsb)
Formula bunga modal yang menghubungkan PRESENT WORTH (PW) dan
FUTURE WORTH (FW) dari sejumlah uang

P = nilai sekarang dari sejumlah uang


F = nilai kemudian dari sejumlah uang
N = jumlah periode waktu pembayaran
i = tingkat bunga modal (interest rate) per unit waktu

a) MENGHITUNG F, BILA DIKETAHUI P

F = P (1 + i)N

(1 + i)N disebut single payment compound amount factor


dengan simbol fungsional = (F/P, i%, N)

Dengan demikian persamaannya menjadi:

F = P (F/P, i%, N)

Dimana faktor (F/P, i%, N) dapat diperoleh dari Tabel daftar bunga
faktor bunga modal
F = P (1 + i)N diperoleh dari:

Tahun Jumlah pada BM yang dibayar Jumlah majemuk


awal tahun selama setahun pada akhir tahun
1 P Pi P + Pi = P (1 + i)
2 P (1 + i) P (1 + i) i P (1 + i) + P (1 + i) i = P (1 + i)2
3 P (1 + i)2 P (1+i)2 i P (1+ i)2 + P (1+i)2 i = P (1+i)3
4 P (1 + i)N-1 P (1+i)N-1 i P(1+i)N-1 + P(1+i)N-1 i= P(1+i)N
=F

Contoh :

Seorang petani meminjam uang sebanyak Rp 2.000.000 dari


sebuah bank untuk membeli traktor tangan, dan bersedia
mengembalikan pinjaman tersebut setelah 8 musim tanam.
Berapa jumlah uang yang harus dikembalikan pada akhir
musim ke 8, jika bunga modal yang berlaku 10 % per musim?
a) Dengan menggunakan rumus:

F = P (1+i)N
= Rp 10.000.000 (1+0.1)8
= Rp 10.000.000 (2,143589)
= Rp 21.435.890

b) Dengan menggunakan Tabel konversi:

F = P(F/P, i%, N)
F = Rp 10.000.000 (2,1436)
F = Rp 21.436.000

Nilai 2,1436 diperoleh dari Tabel konversi pada i = 10%,


kolom F/P dan N = 8
B) MENCARI P BILA DIKETAHUI F

Dari Persamaan F = P (1+i)N


Diperoleh P = F(1/(1+i)N)
P = F (1+i)-N

Nilai (1+i)-N disebut single payment present worth factor


Dengan simbol fungsional (P/F, i%, N), sehingga persamaan
menjadi :
P = F (P/F, i%, N)

Contoh :

Seorang petani ingin memiliki traktor tangan sendiri seharga Rp


20.000.000 pada 10 tahun yang akan datang. Berapa uang yang
harus disimpan ke bank pada saat sekarang, bila tingkat bunga
modal yang berlaku 10% per tahun?
P = F (P/F, 10%, 8)
= Rp 20.000.000 (0.4493)
= Rp 8.986.000
See U…
Next week
UNIFORM SERIES
(ANGSURAN SERAGAM)

LOGO
LOGO

Angsuran seragam adalah suatu sistem pembayaran (pengembalian


modal) yang dilakukan pada setiap akhir periode selama N
periode dengan jumlah yang sama, pada tingkat i% per periode

P
A A A A A A A

1 2 3 4 N-1 N
F
Dari diagram arus kas dapat dilihat bahwa pembayaran pertama dilakukan
satu periode setelah peminjaman P, sedangkan nilai F terletak pada waktu
yang sama dengan nilai terakhir dari A yaitu N periode dari P

www.themegallery.com Company Name


LOGO
MENCARI F BILA DIKETAHUI A

Nilai F dari pembayaran seragam sebesar A, yang dibayarkan pada akhir


periode selama N periode, merupakan penjumlahan nilai kemudian dari
setiap pembayaran A.

Jika F1 adalah nilai kemudian dari pembayaran periode pertama,


F2 adalah nilai kemudian dari pembayaran periode kedua,
FN-1 adalah nilai kemudian dari pembayaran periode N-1,
FN nilai kemudian dari periode pembayaran ke N,
Maka nilai:

F = F1 + F2 + F3 + …+ FN-1 + FN

F = A (1+i)N-1 + A (1+i) N-2+ A (1+i)N-3 + … + A (1+i)1 + A (1+i)0


(1  i ) N 1  (1  i )  1
=A 1  (1  i ) 1
(1  i ) N  1
=A i
www.themegallery.com Company Name
LOGO

N
Maka nilai : (1  i )  1 disebut “uniform series compound
i amount factor”

Dengan simbol fungsional (F/A, i%, N) sehingga rumusnya menjadi:

F = A (F/A, i%, N)

Contoh Soal:

Si Ali menyimpan uangnya di bank pada setiap akhir bulan sebanyak Rp


100.000. Berapa jumlah tabungannya setelah 6 bulan, jika tingkat bunga yang
berlaku 2% per bulan?

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:

F = A (F/A, 2%, 6)
= Rp 100.000 (6,2295)
= Rp 622.950

Berapa nilai F4 dan F5 ?

www.themegallery.com Company Name


LOGO
MENCARI P BILA DIKETAHUI A

Dari persamaan F = P (1 +i) N dan

F=A (1  i ) N  1
i

Maka diperoleh:
(1  i ) N  1
P (1 +i) N = A i
(1  i ) N  1
P = A i (1  i ) N

Contoh Soal:

Seorang ayah menyimpan sejumlah uang di bank, dengan maksud


agar anaknya dapat mengambil uang tersebut Rp 500.000 setiap
bulan selama 6 bulan. Berapa jumlah uang yang harus disimpan
pada saat itu, jika tingkat bunga modal yang berlaku 2% per bulan?
www.themegallery.com Company Name
LOGO

Jawab:

P = A (P/A, i%, N)
P = Rp 500.000 (P/A, 2%, 6)
P = Rp 500.000 (5.6014)
P = Rp 2.800.700

www.themegallery.com Company Name


LOGO
MENCARI A JIKA DIKETAHUI F

Dari persamaan:
F = A (1  i ) N  1
i
Akan diperoleh: i
A=F (1  i ) N  1

Persamaan di atas digunakan untuk mencari arus tunai A


pada setiap akhir periode yang setara dengan nilai F pada
akhir periode. Nilai konversi dari F ke A disebut
“sinking fund factor” dan mempunyai simbol
fungsional (A/F, i%, N), persamaan tersebut menjadi:
A = F (A/F, i%, N)

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Berapa besar setoran tetap setiap akhir tahun, jika


seseorang menginginkan dapat mengambil uang
simpanannya sejumlah Rp 5.000.000 pada akhir tahun
ke 5, jika tingkat bunga yang berlaku 12% per tahun.

Jawab:

A = F (A/F, 12%, N)
= Rp 5.000.000 (0.1574)
= Rp 787.000
www.themegallery.com Company Name
LOGO
MENCARI A JIKA DIKETAHUI P

Dari persamaan:
P=A (1  i ) N  1
i (1  i ) N
Maka diperoleh:
A=P i (1  i ) N
(1  i ) N  1
Persamaan di atas digunakan untuk mencari arus seragam A pada
setiap akhir periode setara dengan nilai P pada awal periode. Nilai
konversi dari P ke A disebut “capital recovery factor” atau crf,
mempunyai simbol fungsional (A/P, i%, N).
Maka persamaan menjadi:

A = P (A/P, i%, N)

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Seorang petani ingin membeli traktor tangan seharga


Rp 20.000.000 dengan cara angsuran setiap akhir
tahun selama 5 tahun. Jika tingkat bunga modal yang
berlaku 20% per tahun, berapa besarnya pembayaran
angsuran pada setiap tahun, bila pembayaran pertama
dilakukan setiap tahun setelah saat pembelian?

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:
A = P (A/P, 20%, 5)
= Rp 20.000.000 (0.3344)
= Rp 6.688.000

www.themegallery.com Company Name


LOGO
ANGSURAN SERAGAM YANG DITUNDA

Pada bagian sebelumnya telah dibahas penyelesaian cara pembayaran


angsuran seragam, yang pelaksanaan pembayaran yang pertama
dimulai pada akhir tahun pertama setelah saat peminjaman.

 Selanjutnya akan dibahas cara pembayaran angsuran dimana


pembayaran angsuran pertama ditunda atau dimulai setelah beberapa
periode dari saat peminjaman.

Kondisi ini digambarkan diagram arus kas seperti di bawah ini:

A A A A A A

J-1 J 1 2 3 N-1 N

p
www.themegallery.com Company Name
LOGO

 Pada diagram di atas terlihat bahwa angsuran ditunda sepanjang J


periode dan angsuran pertama dimulai pada akhir periode J + 1.

 Nilai P untuk angsuran tersebut yang dihitung dengan menggunakan


faktor (P/A, i%, N) adalah nilai P pada akhir periode J atau awal periode J
+ 1.

 Untuk mencari nilai P pada awal tahun pertama harus dianggap


nilai P pada akhir periode J (PJ) sebagai nilai F terhadap nilai P semula,
sehingga untuk menghitungnya dapat menggunakan faktor
(P/F, i%, N)

Contoh Soal:

Seorang ayah ingin menyimpan uangnya untuk membiayai kuliah


anaknya. Dia berharap anaknya akan menerima uang sebesar Rp
10.000.000 per tahun ketika anaknya berusia 18, 19, 20 dan 21 tahun.
www.themegallery.com Company Name
LOGO

a. Berapa uang yang harus disimpan di bank, kalau ia menyimpannya


pada saat itu lahir
b. Kalau seandainya si anak selama kuliah mendapat beasiswa yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya selama 4 tahun,
sehingga ia tidak mengambil uangnya di bank selama 4 tahun,
berapa uang yang akan diterimanya jika diambil seluruhnya pada
saat ia berumur 24 tahun?

Bunga modal yang berlaku 20% per tahun.

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:

P17 = A (P/A, i%, 4)


= Rp 10.000.000 (P/A, 20%, 4)
= Rp 10.000.000 (2.5887)
= Rp 25.887.000

P17 = F17

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Untuk mencari P pada saat pembayaran yaitu pada awal periode ke-1
(P0), maka:
P0 = F17(P/F, 20%, 17)
= Rp 25.887.000 (0,0451)
= Rp 1.167.500
Jadi uang yang harus di tabungkan pada saat anaknya lahir adalah
Rp 1.167.500

Untuk menghitung jumlah uang pada saat si anak berumur 24 tahun


(F24) dapat digunakan nilai P0.

F24 = P0 (F/P, 20%, 24)


= Rp 1.167.500 (79,4968)
= Rp 92.816.250
www.themegallery.com Company Name
ANGSURAN SERAGAM YANG DILAKUKAN LOGO
PADA SETIAP AWAL PERIODE

Kasus lain yang mungkin terjadi adalah kalau seandainya pembayaran


angsuran dilakukan pada setiap awal periode.

Pada kasus ini penyelesaian dapat dilakukan dengan melakukan


modifikasi rumus-rumus yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana
bentuk arus kas yang belum sesuai dengan hubungan-hubungan yang
telah ada harus diubah atau disesuaikan dengan pola hubungan yang
ada, yaitu berdasarkan:

- Posisi P terdapat pada satu periode sebelum angsuran pertama


- Posisi F terdapat pada posisi yang sama dengan nilai A terakhir
- Posisi F berjarak N periode dari P

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Seseorang melakukan suatu setoran/angsuran seragam yang besarnya


Rp 1.000.000 setiap tahunnya, dan dilakukan dalam jangka waktu 5
tahun. Angsuran dilakukan pada awal tahun, artinya pembayaran
pertama dilakukan pada awal tahun pertama (akhir tahun ke-0) dan
setoran angsuran terakhir dilakukan pada awal tahun ke-5 (akhir tahun
ke-4). Tingkat bungan modal yang berlaku 10% per tahun.
Hitunglah jumlah uang yang akan diperoleh pada akhir tahun ke-5.

Jawab:
A A A A A
Cara 1.

0 1 2 3 4 5
F4
www.themegallery.com F5 = ? Company Name
LOGO

F5 tidak dapat langsung dihitung dengan menggunakan rumus-rumus


yang telah ada, karena pola diagram arus kasnya tidak sesuai dengan
pola yang sudah ada, yaitu posisi F tidak berada pada posisi A yang
terakhir.
Untuk dapat mencari F5, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung dahulu F4, karena F4 berada pada posisi yang sama dengan
A terakhir, sehingga dapat dihitung dengan rumus yang ada:
F4 = A (F/A, 10%, 5)
= Rp 1.000.000 (6.1051)
= Rp 6.105.100
Langkah ke 2:
F4 dianggap P bagi F5, sehingga F4 = P4
Sehingga: F5 = P4 (F/P, 10, 1)
= Rp 6.105.100 (1.10)
= Rp Rp 6.715.600
www.themegallery.com Company Name
LOGO

Cara 2:
Mencari P pada awal tahun ke-0 (P-1), yang berarti
merupakan nilai P yang posisinya satu periode sebelum
pembayaran A yang pertama.

P-1 = A (P/A, 10%, 5)


= Rp 1.000.000 (3.7908)
= Rp 3.790.800

F5 = P-1 (F/P, 10%, 6)


= Rp 3.790.800 (1.7716)
= Rp 6.715.781

www.themegallery.com Company Name


Menyetarakan Nilai Sekarang (P), Nilai yang Akan DatangLOGO
(F) dan Nilai Angsuran Seragam (A)

 Pada beberapa masalah sering ditemukan sejumlah arus


pembayaran yang besarnya berbeda pada setiap periode
pembayaran, misalnya pada biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan suatu mesin.

 Dalam analisis ekonomi selalu diasumsikan bahwa biaya


produksi selalu dibayarkan pada akhir periode. Disini akan
dibayarkan bagaimana menyetarakan sejumlah arus pembayaran
terhadap nilai P, F dan A

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Sebuah mesin memerlukan biaya perawatan pada tahun pertama


sebesar Rp 1.000.000, tahun kedua Rp 2.000.000, tahun ketiga Rp
5.000.000 dan tahun ke-4 sampai tahun ke-8 sebesar Rp 4.000.000 per
tahun. Bunga modal yang berlaku 20% per tahun.

Tanya: Berapa nilai keseluruhan perawatan mesin tersebut apabila


disetarakan:
a. Pada awal tahun dari pembeliannya
b. Pada akhir umur pemakaian
c. Biaya perawatan rata-rata per tahun

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:

a. Nilai P0 didapatkan dengan menjumlahkan semua nilai sekarang (P)


dari semuruh biaya pada tiap periode.
P0 = F1 (P/F, 20%, 1) + F2 (P/F, 20%, 2) + F3 (P/F, 20%, 3) +
A (P/A, 20%, 5) (P/F, 20, 4)
=Rp 1.000.000 (0.833) + Rp 2.000.000 (0.694) + Rp 5.000.000
(0.5787) + Rp 4.000.000 (2.9906) (0.4823)
=Rp 10.883.966

b. Nilai F8 dapat dicari dengan menjumlahkan kemudian (F) pada akhir


tahun ke-8 dari semua arus biaya pada tiap tahun, seperti pada
penyelesaian (a). Apabila P0 sudah diketahui/dihitung, dapat digunakan
langsung digunakan dengan hubungan F dan P
www.themegallery.com Company Name
LOGO

F8 = P0 (F/P, 20, 8)
= Rp 10.883.966 (4.2988)
= Rp 46.787.991

c. Untuk mencari nilai A dapat menggunakan P0 atau F8

A = P0 (A/P, 20%, 8)
= Rp 10.883.966 (0.2606)
= Rp 2.836.361

A = F8 (A/F, 20%, 8)
= Rp 46.787.991 ( 0.0606)
= Rp 2.835.352
www.themegallery.com Company Name
CASH FLOW GRADIENT
ARITMATIK & GEOMETRIK

www.themegallery.com
LOGO
RUMUS BUNGA MODAL YANG MENGHUBUNGKAN ARUS KAS YANG
BERSIFAT GRADIEN SERAGAM (ARITMATIK) DENGAN NILAI P DAN F

Dalam masalah ekonomi sering dijumpai arus uang yang berkurang


atau bertambah dengan nilai yang konstan.

Misalnya, biaya perawatan dan pemeliharaan suatu mesin akan


bertambah dengan meningkatnya umur alat atau berkurangnya
suatu tingkat produksi dengan bertambahnya umur alat

Pertambahan dan pengurangan biaya tersebut relatif sama tiap


tahun sehingga keadaan ini membuat suatu seri aritmatik (deret
hitung)

Suatu arus pengeluaran atau penerimaan dimana terjadi


penambahan secara seragam dapat digambarkan dengan arus kas
seperti berikut:
www.themegallery.com LOGO
1 2 3 N-1 N

G 2G (N-3)G
(N-2)G
(N-1) G

Gambar di atas menunjukan suatu arus kas yang meningkat


secara konstan pada setiap akhir periode sebesar G. Nilai G ini
disebut nilai Gradien dan pembayaran terjadi pada akhir setiap
periode.

Pada arus kas terlihat bahwa tidak ada pembayaran pada akhir
tahun pertama, karena dianggap belum ada pengeluaran untuk
biaya perawatan dan pemeliharaan. Biaya baru akan dikeluarkan
pada akhir tahun kedua dan seterusnya.

www.themegallery.com LOGO
Seperti halnya pembahasan sebelumnya, nilai gradien (G) dapat
dihubungankan dengan nilai-nilai yang lainnya.

Mencari P jika diketahui G

P0?

1 2 3 N-1 N

G 2G (N-3)G
(N-2)G
(N-1) G

www.themegallery.com LOGO
Nilai P dari arus kas seperti gambar di atas, adalah berdasarkan:

 1 
P = F  
 (1  i )
N

1 1
P=G + 2G +.....+
(1  i ) 2 (1  i ) 3
1 1
(N-2) G + (N-1) G (1  i) N
(1  i ) N 1
1  (1  i ) N 1 N 
=G   
 i (1  i ) (1  i ) N
N
i 

1  (1  i ) N 1 N 
Nilai    disebut “faktor gradien ke nilai P”
 i (1  i ) (1  i ) N
N
i 
Dalam Tabel konversi bunga modal dinyatakan dengan simbol:

(P/G, i%, N) dan mempunyai rumus

P = G (P/G, i%, N)
www.themegallery.com LOGO
MENCARI A JIKA DIKETAHUI G

Untuk mencari hubungan antara A dan G, digunakan nilai P dengan


menggunakan faktor (A/P, i%, N)

A = P (A/P, i%, N)

= G (P/G, i%, N) (A/P, i%, N)

1  (1  i ) N 1 N  i (1  i ) N
=G   
 i (1  i ) (1  i ) N (1  i ) N  1
N
i 

1 N 

= G  i (1  i ) N  1
 

Nilai 1 N  disebut “Gradient to uniform series factor”


  
 i (1  i )  1
N

dan mempunyai simbol fungsional (A/G, i%, N)

www.themegallery.com LOGO
Jadi: A = G (A/G, i%, N)

Contoh Soal:

Serangkaian pembayaran dilakukan pada setiap akhir tahun.


Pembayaran sebesar Rp 1.000.000 dilakukan pada tahun ke-2, Rp
2.000.000 pada tahun ke-3, dan Rp 3.000.000 pada tahun ke-4.
Tingkat bunga modal yang berlaku 15% per tahun.
Hitunglah:
a. Nilai kesetaraan P pada awal tahun pertama
b. Nilai kesetaraan A yang dibayarkan seragam pada setiap akhir
periode

Jawab:
Dari soal di atas dapat diketahui bahwa arus pembayaran
merupakan suatu bentuk gradien dengan G = Rp 1.000.000 dan N =4

www.themegallery.com LOGO
a. P = G (P/G, i%, N)
= Rp 1.000.000 (P/G, 15%, 4)
= Rp 1.000.000 (3,79)
= Rp 3.790.000

b. A = G (A/G, i%, N)
= Rp 1.000.000 (A/G, 15%, 4)
= Rp 1.000.000 (1,326)
= Rp 1.326.000

Contoh Soal:
Suatu arus pembayaran yang dilakukan pada setiap akhir tahun
Tahun Pembayaran (Rupiah)
1 5.000.000
2 6.000.000
3 7.000.000
4 8.000.000

www.themegallery.com LOGO
Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
kesetaraan P dengan rumus gradient aritmatik dan kesetaraan arus
seragam

Jawab:

Arus pembayaran seperti ini tidak dapat diselesaikan secara


langsung dengan rumus yang ada, karena polanya tidak mengikuti
pola yang dapat diselesaikan dengan rumus yang ada.

www.themegallery.com LOGO
Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
kesetaraan P dengan rumus gradient aritmatik dan kesetaraan arus
seragam

Jawab:

Arus pembayaran seperti ini tidak dapat diselesaikan secara


langsung dengan rumus yang ada, karena polanya tidak mengikuti
pola yang dapat diselesaikan dengan rumus yang ada.

Untuk menyelesaikannya, diagram tersebut dapat dibagi menjadi 2


bagian yaitu:

1. Arus seragam yang besarnya Rp 5.000.000


2. Arus gradien aritmatik dengan G = Rp 1.000.000

www.themegallery.com LOGO
Diagram lengkap:
x Rp 1.000
1 2 3 4

5.000
6.000
p0T 7.000
8.000
Diagram bagian pertama:
x Rp 1.000

5.000 5.000 5.000 5.000


p0A
Diagram bagian kedua:
x Rp 1.000

1.000
2.000
P0G 3.000

www.themegallery.com LOGO
a. Untuk mencari nilai P keseluruhan (P0), dapat dihitung dengan
menjumlahkan nilai P dari kedua bagian di atas:

P0T = P0A + P0G


= A (P/A, 15%, 4) + G (P/G, 15%, 4)
= Rp 5.000.000 (2,885) + Rp 1.000.000 (3,79)
= Rp 18.650.000

b. Untuk menghitung kesetaraan nilai A juga perlu dilakukan cara


yang sama, yaitu menjumlahkan nilai A dari bagian pertama
dengan nilai A pada bagaian kedua (hubungan A dengan G)

AT = A + AG
= Rp 5.000.000 + G (A/G, 15%, 4)
= Rp 5.000.000 + Rp 1.000.000 (1.3263)
= Rp 6.326.300
www.themegallery.com LOGO
Contoh Soal:
Suatu arus pembayaran yang dilakukan pada setiap akhir tahun

Tahun Pembayaran (Rupiah)

1 8.000.000
2 7.000.000
3 6.000.000
4 5.000.000
Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
kesetaraan P dengan rumus gradien matematik

Jawab:

Seperti diketahui bahwa rumus gradien matematik hanya berlaku


untuk arus pembayaran yang meningkat pada setiap periode,
sehingga untuk soal di atas harus dibagi menjadi 2 bagian dengan
diagram arus kas yang mengikuti pola tersebut.
www.themegallery.com LOGO
Diagram lengkap:
x Rp 1.000
1 2 3 4

5.000
6.000
7.000
p0T 8.000
Diagram bagian pertama:
x Rp 1.000

8.000 8.000 8.000 8.000


p0A
Diagram bagian kedua:
x Rp 1.000
P0G
3.000
2.000
1.000

www.themegallery.com LOGO
Penyelesaian soal ini berbeda dengan soal sebelumnya. Kalau
pada soal sebelumnya penggabungan diagram merupakan
penjumlahan dari kedua bagian, maka pada soal ini
penggabungan merupakan pengurangan bagian pertama
dengan bagian kedua.

P0T = P0A – P0G


= A (P/A, 15%, 4) – G (P/G, 15%, 4)
= Rp 8.000.000 (2.8550) – Rp 1.000.000 (3,798)
= Rp 19.055.000

www.themegallery.com LOGO
Contoh :
Suatu pengeluaran setiap akhir tahun yaitu Rp.
100.000,-, Rp 200.000,- dan Rp. 300.000,- masing-
masing pada tiap akhir tahun ke 2, 3 dan ke 4. Besar
bunga bank 15% pertahun. Hitungkah nilai
ekivalensinya dalam:

Present worth (P) pada permulaan tahun.


Annual Worth (A) seragam pada tiap akhir tahun
selama 4 tahun

www.themegallery.com LOGO
BUNGA
NOMINAL
& EFEKTIF
Pada umumnya berlakunya suatu tingkat bunga modal mempunyai
dasar periode tahunan. Tetapi tidak jarang jumpai suatu
perhitungan bunga modal yang mempunyai basis periode kurang
dari satu tahun, misalnya per musim, per kuartal, per bulan dsb

Perubahan tingkat bunga modal pada satuan periode yang berbeda


tidak mengukuti garis lurus (linier), tetapi berdasarkan pada dasar
perhitungan bunga modal majemuk, sehingga bentuk perubahan
untuk setiap periode tidak linier.

Berikut ini akan dibahas hubungan antara tingkat bunga modal pada
dasar suatu periode tertentu dengan tingkat bunga modal pada
periode lain
Apabila dalam suatu transaksi peminjaman atau simpanan
ditentukan tingkat bunga modal adalah 5% per musim tanam
(asumsi 1 tahun 2 musim tanam), maka dapat dikatakan bahwa
tingkat bunga pertahunnya 10%. Nilai tersebut disebut tingkat
bunga nominal.

Tetapi kalau dihitung besarnya bunga berdasarkan periode yang


digunakan (per musim tanam), maka nilai bunga per tahun yang
sesungguhnya lebih besar dari 10%, akibat adanya efek
majemuk selama 2 periode musim tanam.

Misalnya uang yang diinvestasikan pada awal musim tanam


pertama besarnya Rp 10.000.000, dengan bunga modal 5% per
musim.
Maka perhitungan selanjutnya adalah:
Bunga modal pada musim pertama:
I = Rp 10.000.000 (0.05) = Rp 500.000
Total pokok pada awal musim kedua:
P = Rp 10.000.000 + Rp 500.000
= Rp 10.500.000
Bunga modal musim kedua:
I = Rp 10.500.000 (0.05) = Rp 525.000
Jumlah bunga selama 2 musim ( 1 tahun)
= Rp 500.000 + Rp 525.000
= Rp 1.025.000
Tingkat bunga modal yang didasarkan pada periode 1 tahun:
= Rp 1.025.000/Rp 10.000.000 (100%)
= 10,25%
Tingkat bunga per tahun yang memperhitungkan efek majemuk dari
tingkat bunga modal pada dasar sebelumnya disebut tingkat bunga
modal efektif
Hubungan antara tingkat bunga modal nominal dan efektif dapat
dirumuskan dalam persamaan berikut:
in C
ie = (1  ) 1
c

Dimana:
ie = tingkat bunga modal efektif
in = tingkat bunga modal nominal
c = perbandingan antara periode yang dicari dengan periode
dasar

Pada contoh di atas tingkat bunga efektif bisa dihitung dengan


menggunakan rumus tersebut, sebagai berikut:
0.10 2
ie = (1  ) 1
2

= 0.1025 atau 10.25%


Seorang petani meminjam uang kepada bank sebesar Rp 10.000.000. Ia
bersedia mengembalikan secara angsuran pada tiap akhir tahun selama
5 tahun. Jika diketahui tingkat bunga modal yang berlaku 6% per
musim berapa angsuran tiap tahunnya.

Jawab:

in = 2 (6%) = 12%

0 .12 2
ie = (1  ) 1
2

= 0.1236 atau 12,36%

i (1  i ) N 0.1236(1  0.1236) 5
A=P (1  i ) N  1 = Rp 10.000.000
(1  0.1236) 5  1
= Rp 3.037.970
Soal:
Seorang petani meminjam uang kepada bank sebesar Rp 10.000.000.
Ia bersedia mengembalikan secara angsuran pada tiap akhir bulan
selama 20 bulan. Jika diketahui tingkat bunga modal yang berlaku
6% per musim berapa angsuran tiap bulannya.

Jawab:
in = 6%/6 = 1%

0 .01 1 / 6
ie = (1  ) 1
1/ 6
= 0,0097 atau 0.97%
i (1  i ) N
0.0097(1  0.0097) 20
A=P (1  i ) N  1 = Rp 10.000.000
(1  0.0097) 20  1

= Rp 552.380
SISTEM PEMBELIAN KREDIT

Untuk membeli suatu alat atau mesin, beberapa dealer menawarkan


sistem pembelian yang disebut dengan sistem kredit. Cara ini
dimaksudkan untuk membantu para petani atau pembeli yang tidak
dapat melakukan pembelian secara tunai.

Dalam pelaksanaan sistem kredit ini, pembeli diharuskan membayar


sejumlah uang muka, yang besarnya tergantung pada ketentuan yang
berlaku. Sisanya diangsur bulanan dalam jangka waktu tertentu.

Pada sebagian besar dealer yang menawarkan sistem kredit ini,


bunga modal yang dibebankan pada pembeli dihitung dengan
menggunakan bunga modal sederhana.
Jika dari tingkat bunga yang ditetapkan, nilai tingkat ini lebih rendah
yang ada secara umum, tetapi kalau bunga dihitung berdasarkan
bunga modal efektif, maka nilai ini lebih tinggi dari tingkat bunga yang
berlaku.

Sistem ini memang banyak yang memanfaatkan meskipun dari segi


tingkat bunga yang digunakan lebih tinggi, tetapi karena keterbatasan
dana para petani atau pembeli, maka sistem kredit dealer merupakan
alternatif yang banyak dipilih. Sementara itu, pengambilan kredit di
bank tidak semudah yang diharapkan.

CONTOH SOAL:
Sebuah dealer mesin pertanian menawarkan sistem pembelian kredit
dengan bunga rendah, yaitu 12% per tahun. Uang muka yang harus
dibayar saat pembelian adalah 25% dari harga mesin. Sisa harga
ditambah dengan bunga 12% per tahun, dengan sistem
bunga modal sederhana, harus dibayar bulanan selama 2 tahun,
mulai satu bulan setelah pembelian. Seorang petani ingin membeli
sebuah traktor yang harganya Rp 20.000.000 dan bersedia
memenuhi ketentuan pembayaran yang ditetapkan.
Hitunglah:
a. Berapa biaya angsuran yang harus dibayar setiap bulan
b. Kalau angsuran yang dibayar bulanan dihitung dengan bunga
efektif, berapa tingkat bunga yang sebenarnya yang
dibebankan pada petani tersebut.

Jawaban:
a. Harga pembelian Rp 20.000.000
Uang muka 25% dari harga mesin Rp 5.000.000
Sisa yang belum dibayar Rp 15.000.000
Bunga = PNi
= Rp 15.000.000 (2)(0.12)
= Rp 3.600.000
Total pinjaman (harga + bunga) = Rp 18.600.000
Angsuran bulanan = Rp 18.600.000/24
= Rp 775.000

b. Untuk melihat tingkat bunga efektif sebenarnya, maka arus


pembayaran dapat dianggap sebagai pinjaman sebagai:
- pinjaman sebesar Rp 15.000.000 (harga dikurangi uang muka)
- angsuran bulanan sebesar Rp 775.000

Dari kondisi ini dapat ditentukan besarnya tingkat bunga yang


digunakan. Diagram arus kas dari sistem pembayaran tersebut
adalah sebagai berikut:
P = Rp 15.000.000

A A A = Rp 775.000 A A A

Dari hubungan P dan A dirumuskan :

P = A (P/A, i%, N)
Rp 15.000.000 = Rp 775.000 (P/A, i%, N)
(P/A, i%, N) = 19.355
Dari persamaan di atas dapat dicari i% per bulan, yang
memenuhi persamaan tersebut. Dari Tabel konversi
diperoleh:
(P/A, 1,5, 24) = 20,0304
(P/A, 2,0, 24) = 18,9139
Dari hasil interpolasi dapat diketahui bahwa nilai i yang dicari (tingkat
bunga per bulan) ada diantara 1,5% dan 2%, dan dengan interpolasi
diperoleh nilai i = 1,925% per bulan.
Nilai tersebut merupakan tingkat bunga modal per bulan. Untuk mencari
tingkat bunga modal efektif per tahun digunakan rumus berikut:
in = 12 (1,925%)
= 23,1% atau 0,231 per tahun

ie = (1  in ) c  1
c
= (1 
0.231 12
) 1
12
= 0.257 atau 25,7% per tahun

Jadi bunga efektif sebenarnya yang dibebankan pada pembeli adalah


25,7% dan lebih tinggi dari yang ditawarkan dealer 12% per tahun
KESETARAAN

Apabila seseorang meminjam uang sebesar Rp 10.000.000 (P),


dengan tingkat bunga modal 10% pertahun (i), dan jangka waktu
peminjaman 4 tahun (N), maka ada beberapa cara yang dapat
dipakai untuk menyelesaikan pinjaman tersebut:
Membayar pokok pinjaman (P) + bunga (I) pada setiap akhir periode

Tahun Pinjaman Bunga Pembayaran (Rp)


Awal (P) (I) Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 0 0 0 11.000
2 11.000 1.100 0 0 0 12.100
3 12.100 1.210 0 0 0 13.310
4 13.310 1.331 10.000 4.641 14.641 0
Total 46.410 4.641 10.000 4.641 14.641
II. Membayar bunga (I) pada tiap akhir tahun, dan membayar pokok
pinjaman (P) pada akhir periode

Tahun Pinjaman Bunga Pembayaran (Rp)


Awal (P) (I) Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
2 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
3 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
4 10.000 1.000 10.000 1.000 11.000 0
Total 40.000 4.000 10.000 4.000 14.000

III. Sebagian pokok pinjaman dibayar per tahun, dan bunga (I)
dibayar setiap tahun. Pada cara ini, pembayaran pokok setiap
tahun besarnya sama dengan pokok pinjaman dibagi lama
pembayaran. Dalam hal contoh pembayaran pokok/tahun = Rp
10.000.000/4
Tahun Pinjaman Bunga (I) Pembayaran (Rp)
Awal (P)
Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 2.500 1.000 3.500 7.500
2 7.500 750 2.500 750 3.250 5.000
3 5.000 500 2.500 500 3.000 2.500
4 2.500 250 2.500 250 2.750 0
Total 25.000 2.500 10.000 2.500 12.500

IV. Pokok pinjaman dan bunga dibayar dengan sejumlah angsuran


yang besarnya tetap

Dalam cara ke-4 ini besarnya angsuran (terdiri dari pokok pinjaman
dan bunga) ditentukan dengan menggunakan persamaan untuk
mencari angsuran tetap berdasarkan bunga modal majemuk.
Dari contoh, besarnya angsuran tiap tahun:

A = P (A/P, 10%, 4)

= Rp 10.000.000 (0.3155)

= Rp 3.155.000
Tahun Pinjaman Bunga (I) Pembayaran (Rp)
Awal (P)
Pokok Bunga Jumlah Sisa
1 10.000 1.000 2.155 1.000 3.155 7.845
2 7.845 785 2.370 237 3.155 5.475
3 5.475 548 2.607 548 3.155 2.868
4 2.868 287 2.868 287 3.155 0
Total 26.188 2.620 10.000 2.072 12.620
Dari keempat cara pembayaran pinjaman kita lihat bahwa
perbandingan antara jumlah bunga yang dibayarkan dan besarnya
pinjaman mempunyai nilai yang sama yaitu 0.10 yang merupakan nilai
bunga modal yang berlaku (i = 10%)

Cara Jumlah Pinjaman Jumlah Bunga Perbandingan


1 46.410 4.641 0.10
2 40.000 4.000 0.10
3 25.000 2.500 0.10
4 26.188 2.620 0.10

Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa semua alternatif


pembayaran bersifat setara, perbedaan jumlah total pinjaman hanyalah
variasi dari perencanaan pengembalian pinjaman bagi peminjam
modal.
Alternatif pengembalian manapun yang kita pilih, merupakan
pengembalian pinjaman sejumlah uang senilai Rp 10.000.000
untuk waktu sekarang pada tingkat bunga 10% per tahun.

Pada tingkat bunga yang lain akan memperlihatkan nilai


sekarang atau pembayaran akhir tahun yang berbeda pada
masing-masing alternatif pembayaran

Anda mungkin juga menyukai