I Nyoman Pujawan
Indtitut Teknologi Sepuluh November
Edisi Pertama
Cetakan Kedua
Penerbit guna widya
Email : marketing@gunawidya.com
Website : www.gunawidya.com
EKONOMI TEKNIK
Hak cipta © 1995 pada penulis. Dilarang keras mengutip, menjiplak memphoto
copy baik sebagian atau keseluruhan dari isi buku ini tanpa mendapat izin
tertulis dari pengarang dan penerbit.
Seperti halnya dengan cetakan pertama edisi pertama, tidak banyak perubahan
yang terlalu berarti dari cetakan kedua edisi pertama kali ini. Beberapa koreksi kecil
telah dilakukan dalam rangka penyempurnaan. Demikian pula perubahan format
pengetikan dan desain sampul (cover) disesuaikan dengan harapan dapat
memberikan tambahan estetikanya. Penulis juga menyadari bahwa apa-apa yang
tertuang di dalam buku ini masih jauh dari yang seharusnya, mengingat masih banyak
materi-materi yang belum tercakup. Demikian pula tuntutan perubahan
kurikulum/silabus Berta kemajuan iptek menghendaki agar segera dilakukan
penyempurnaan dari buku ini. Mudali-inudahan pada edisi yang berikutnya penulis
akan memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk memenuhi harapan-harapan
tersebut.
Para insinyur, manajer teknik, atau bahkan semua orang akan selalu
dihadapkan pada dua lingkungan penting yang saling berkaitan, yaitu lingkungan fisik
dan lingkungan ekonomi. Pengetahuan yang baik tentang lingkungan fisik akan
banyak mendasari kemampuan seseorang untuk melihat, mengidentifikasikan, dan
mengendalikan konsep-konsep teknis sehingga lingkungan fisik yang ada di
sekelilingnya akan bisa digiring pada suatu tujuan untuk mencapai aktivitas tertentu.
Di sisi lain, pengetahuan akan konsep-konsep ekonomi, terutama yang berkenaan
dengan aspek fisik akan sangat membantu dalam menciptakan efisiensi yang tinggi.
Penggabungan antara kedua hal di atas hanya akan memberikan hasil yang optimal
apabila seseorang atau suatu tim mengerti aspek-aspek fisik atau teknis maupun
aspek-aspek ekonomis dari suatu sistem, baik yang berupa alat, proyek, atau rencana
investasi.
Ekonomi Teknik (yang sering juga disebut analisa biaya teknik atau analisa
keputusan ekonomi) adalah displin ilmu yang ditujukan untuk menganalisis aspek-
aspek ekonomi dari usulan investasi atau proyek yang bersifat teknis. Proyek atau
investasi yang dimaksud disini bisa diartikan sangat luas, bisa berupa sebuah produk,
sebuah alat, sebuah gedug, sebuah jalan, sebuah industri, bahkan sebuah kawasan
industri sekalipun. Pada buku ini akan dibahas konsep-konsep dan teknik-teknik
analisis atau proyek yang bersifat teknis atas dasar ukuran hasil maupun ongkos dari
usualan proyek atau investasi tersebut.
Buku ini ditujukan sebagai bahan bacaan untuk kuliah.sekitar 3 satuan kredit
semester pada jurusan-jurusan Teknik Industri, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik
Kimia, Statistika, dan Ekonomi, atau jurusan-jurusan lain yang menawarkan mata
kuliah yang serupa. Walaupun pada dasarnya ditujukan untuk mahasiswa, namun
buku ini juga cukup relevan dibaca oleh para praktisi, terutama para insinyur yang
sering kali harus mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan aspek-
aspek ekonomi dari suatu aset, proyek, atau investasi teknis.
Buku ini terdiri dari 12 bab yang secara keseluruhan disusun untuk
memberikan pemahaman tentang konsep-konsep Ekonomi Teknik, metoda-metoda
yang berkaitan dengan studi Ekonomi Teknik, serta analisis permasalahan yang
dilengkapi dengan contoh-contoh persoalan serta penyelesaiannya hainpir pada setiap
sub okok bahasan yang ditampilkan. Pada semua bab (kecuali bab 1), disertakan pula
soal-soal yang disediakan untuk latihan bagi para pembaca sebagai sarana untuk
mengevaluasi pemahaman akan konsep, teknik, dan metoda analisis yang dibahas
pada bab yang bersangkutan.
Tiga bab yang lain, yaitu bab 9, 11, dan 12 mengetengahkan aplikasi konsep-
konsep dan metode-metode Ekonomi Teknik dalam menganalisis permasalahan-
permasalahan pada waktu penggantian peralatan, analisa kelayakan proyek-proyek
pemerintah (sektor publik), serta dalam kaitamiya dengan penganggaran modal
investasi.
I Nyoman Pujawan
DAFTAR ISI
Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
1.1. Pendahuluan
1.5.2. Neraca
Penjualan
Soal
Soal
Soal
Soal
Alternatif Investasi
6.2.3 Analisa Titik Impas pada keputusan Jual-Beli
Soal
BAB 7 DEPRESIASI
7.1. Pendahuluan
7.13. Deplesi
Soal
Ongkos siklus hidup (life cyde cost) dari suatu item adalah jumlah semua
pengeluaran yang berkaitan dengan item tersebut sejak dirancang sampai tidak
terpakai lagi. Istilah "item" dimaksudkan untuk merepresentasikan berbagai hal
seperti mesin, peralatan, lini hidup bisa terdiri dari berbagai komponen antara lain
ongkos penelitian dan pengembangan, ongkos fabrikasi, ongkos operasional dan
perawatan, ongkos penghancuran, dan sebagainya. Ilustrasi dari ongkos siklus hidup
pada suatu item diperlihatkan pada gambar 1.3.
Gambar 1.3. Ilustrasi ongkos siklus hidup yang terdiri dari ongkos penelitian dan
pengembangan (1), ongkos perancangan, pembuatan dan pengetesan
(2), ongkos operasional (3), dan ongkos perawatan dan disposisi (4).
Ongkos awal dari suatu item adalah keseluruhan investasi awal yang
dibutuhkan untuk mengadakan item tersebut dan tidak akan berulang selama masa
pakainya. Dalam pengadaan sebuah mesin bubut misalnya, ongkos awal mungkin
terdiri dari harga mesin itu sendiri, ongkos pelatihan operator, ongkos pengangkutan
dan instalasi, dan beberapa ongkos tambahan untuk alas bantu. Dengan kata lain,
yang dimaksud dengan ongkos awal bukanlah sematamata harga dari i tem tersebut.
Apabila siklus hidup suatu item berakhir maka ongkos disposisi akan terjadi.
Ongkos disposisi bisa terdiri atas ongkos tenaga kerja yang diperlukan LIMA
memindahkan item tersebut, ongkos pengiriman dan berbagai ongkos lain yang
berkaitan dengan pemindahan atau penghancuran suatu item. Walaupun ongkos
disposisi selalu terjadi pada akhir siklus dari suatu item, namun biasanya item
tersebut masih memiliki nilai jual. Dengan mengurangi nilai jual dengan ongkos
disposisi yang dibutuhkan maka diperoleh suatu nilai sisa (salvage value) dari item
tersebut.
Nilai jual, ongkos disposisi dan nilai sisa suatu item biasanya tidak diketahui
dengan pasti sehingga besarnya selalu diestimasikan.
Ongkos historic yang dimaksudkan disini terdiri dari dua bagian yaitu ongkos
masa lalu (past cost) dan ongkos tak terbayar (sunk cost). Past cost adalah ongkos
yang terjadi di masa lalu dan belum terbayar sampai saat ini sehingga masih tetap
kelihatan untuk masa yang akan datang. Secara umum sunk cost tidak relevan dalam
peinbahasan yang berkaitan dengan ekonomi teknik.
lstilah sunk cost juga Sering muncul pada proses depresiasi. Sunk cost dalam
hal ini akan muncul apabila nilai jual dari suatu item ternyata lebih kecil dari nilai jual
yang diestimasikan sebelurrmya (yang tertulis dalam nilai buku). Jadi sunk cost dapat
dirumuskan sebagai berikut
Sunk cost = nilai buku saat ini - nilai jual saat ini ... (1.1)
Dalam hal ini sunk cost biasanya diakibatkan karena kesalahan estimasi nilai sisa
suatu item.
1.4.3. Ongkos Mendatang dan Ongkos Kesempatan
Di sisi lain, ongkos kesempatan timbul karena pada umumnya akan ada lebih
dari satu kesempatan untuk melakukan investasi, namun karena keterb atasan cumber
daya maka investor biasanya hanya memilih satu alternatif saja. Begitu seorang
investor memutuskan untuk memilih suam alternatif investasi maka pada saat itu juga
ia kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi pada alternatif yang lainnya.
Ongkos yang diperhitungkan dari hilangnya kesempatan melakukan investasi pada
alternatif lain karena telah memutuskan untuk memilih suatu alternatif disebut ongkos
kesempatan (opportunity cost). Besarnya ongkos kesempatan biasanya dihitung
berdasarkan nilai terbesar yang bisa dihasilkan dari alternatif terbaik yang ditolak.
sebagai comoh, misalkan seseorang menyimpan uang sebesar Rp. 1 juta di koperasi
yang menawarkan bunga sebesar 10% per tahun. Dengan menyimpan uang di
koperasi maka ia telah kehilangan kesempatan untuk memperoleh bunga (yang,
mungkin lebih besar) bila ia menyimpan uang tersebut di bank. Misalkan bunga
tertinggi yang ditawarkan oleh berbagai bank adalah 12% per tahun maka orang tadi
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan bunga sebasar Rp. 20 ribu
dalam setahun. Nilai sebesar Rp. 20 ribu. ini disebut dengan ongkos kesempatan.
Ongkos langsung adalah yang dengan mudah bisa ditentukan pada suatu
operasi, produk atau proyek yang spesifik. Ongkos langsung terdiri dari ongkos bahan
langsung dan ongkos tenaga kerja langsung. Ilustrasi tentang ongkos-ongkos ini
diperlihatkan pada gambar 1.4.
Ongkos tak langsung adalah ongkos-ongkos yang sulit, bahkan tidak mungkin
ditentukan secara langsung pada suatu operasi, produk atau proyek yang spesifik.
Ongkos tak langsung terdiri dari ongkos bahan tak langsung, ongkos tenaga kerja tak
langsung dan ongkosongkos lain yang sejenis.
Pada gambar 1.4. tampak pula bahwa harga pokok penjualan (cos[ of goods
sold) adalah jumlah ongkos pembuatan sebuah produk setelah ditambahkan ongkos
penjualan dan ongkos administrasi dan umum. Untuk mendapatkan keuntungan
(profit) maka harga jual hares diset lebih tinggi dari harga pokok penjualan. Harga
pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah ongkos-ongkos yang terdiri dari
ongkos langsung (atau ongkos dasar) dan ongkos overhead pabrik. Ongkos-ongkos
overhead juga terjadi pada bagian umum, administrasi dan penjualan sehingga
disamping ongkos overhead pabrik juga ada ongkos overhead umum dan administrasi
dan ongkos overhead penjualan.
Disamping ongkos tetap dan ongkos variabel, banyak juga ongkos yang
memiliki komponen tetap dan komponen variabel. Ongkos yang sepert ini disebut
dengan ongkos semi variabel. Sebagai contoh, bagian perawatan mungkin memiliki
sejumlah karyawan tetap dengan gaji yang tetap selama jangka waktu tertentu. Akan
tetapi jumlah pekerjaan perawatan mungkin akan sebanding denagn banyaknya
output yang dikeluarkan. Jadi ongkos total perawatan akan mengandung ongkos tetap
dan ongkos variabel. Ongkos energi listrik, tenaga kerja tak langsung, dan ongkos
bahan tak langsung juga termasuk dalam klasifikasi ongkos ini.
Ongkos total suatu sistem (produksi) bisa dijumlahkan dari ongkos tetap dan
ongkos variabel. Misalkan kita meninjau ongkosongkos yang terjadi pada pembuatan
suatu produk maka akan kita dapatkan suatu hubungan :
FC = ongkos tetap
Apabila digambarkan dalam suatu grafik maka hubungan TC(x), FC dan VC(x)
terlihat pada gambar 1.5. Konsep ongkos tetap, ongkos variabel dan ongkos total ini
akan banyak dipakai pada pembahasan titik impas (Break Event Point).
Ongkos rata-rata per satuan unit produk adalah rasio antara ongkos total
dengan jumlah output, atau secara matematis dapat dinyatakan dengan
terlebih dahulu dari pihak mans suatu diagram aliran kas akan dibuat. Bila Si A
meminjam uang sebesar Rp. 10.000 kepada Si B dengan bunga 10% dan
dikembalikan dalam 3 periode mendatang maka aliran kas Si A dan Si B akan tampak
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Diagram aliran kas dari 2 sudut pandang yang berbeda (a) dari sudut
peminjam (Si A) dart (b) dari sadist pemberi pinjaman (Si B)
Sebaliknya, proses untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah uang yang
nilainya beberapa periode mendatang diketahui disebut dengan diskonting
(discounting). Jadi bisa dikatakan bahwa proses diskonting adalah lawan dari proses
pemajemukan. Nilai sekarang dari suatu jumlah uang periode mendatang dinamakan
Present Worth (PW). Secara diagramatis kedua proses diatas bisa diilustrasikan pada
gambar 2.3.
Dalam buku ini akan diadopsi notasi-notasi yang ditetapkan oleh standar
nasional Amerika untuk terminologi Teknik Industri untuk Ekonomi Teknik. ANZI
Z94.5 - 1972. Notasi-notasi tersebut adalah sebagai berikut :
P = nilai sekarang (Present Worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau atau lebih
aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu saat ini
F = nilai mendatang (Future Worth), nilai ekuivalen dari satu atau lebih aliran
kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu mendatang
A = aliran kas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa periode
yang berurutan (Annual Worth)
G = suatu aliran kas dimana dari satu periode ke periode berikutnya terjadi
penambahan atau pengurangan kas sejumlah tertentu yang besarnya sama
F1 = P + bunga dari P
= P + Pi = P (1 + i)
= P (1 +i) + P (1 +i)i
= P (1+i) (1+i)
= P (1+1)2
F3 = F2 + F2 i
= P (1 + i) 2 + P (1 + i) 2 i
= P (1 + i) 2 (1 + i)
= P (1 + i) 3
dengan analogi diatas maka pada akhir periode ke N, jumlah uang tersebut akan
menjadi
F = P (1 + i) N (2.3)
0 P Pi P + Pi = P(1 +i)
3 P(1+ i)3 P(1+ i)3i P(1 +i)3 + P(1+ i)3i = P(1 +i)
N-1 P(1 + i)N-1 P(1 + i)N -1 i P(1 + i)N-i + P(1 +i)N-1i = P(1 +i)
N P(1+ i)4
N
F/P = (I + i) (2.4)
Dengan melakukan perumusan seperti ini maka dengan mudah kita akan
mendapatkan nilai-nilai F pada berbagai nilai P, i dan N yang berbeda karena faktor
(F/P, i%, N) telah tersedia dalam bentuk tabel untuk berbagai nilai i dan N. (lihat tabel
lampiran B)
Contoh 2.3.
Seorang karyawan meminjam uang di bank sejumlah Rp. 1 juta dengan bunga
12% per tahun dan akan dikembalikan sekali dalam 5 tahun mendatang. (a) gambar
diagram alir kas dari persoalan tersebut. Hitunglah jumlah yang harus dikembalikan
(b) dengan rumus (c) dengan tabel.
Solusi :
a. Gambar diagram aliran kas dari persoalan tersebut adalah sebagai berikut
c. Dengn tabel, lihat pada lampiran B pada i = 12% dan N = 5, pada tabel tersebut
akan tampak angka 1,762 (Perhatikan cara melihat tabel seperti gambar 2.5.
berikut
2.6. Faktor Nilai Sekarang dare Pembayaran Tunggal (Mencar P bila diketahui
F)
Dari Persamaan (2.3) diatas, kita juga bisa menulis persamaar P sebagai
berikut :
1
P=F (2.7)
(1 + i)
N
Faktor yang berada dalam kurung dinamakan faktor nilai sekarang pembayaran
tunggal (Single-Payment Present Worth Factor SpPWF), atau wring hanya disebut
faktor nilai sekarang. Faktor ini memungkinkan kita menghitung nilai sekarang dari
suatu nilai F dan N periode mendatang bila tingkat bunga yang berlaku adalah i%,
Diagram aliran kas dari persoalan yang seperti ini digambarkan pada gambar 2.6
Secara fungsional faktor SPPWF dapat dinyatakan dengan (P/F, i%, N), artinya
kita ingin mendapatkan P dengan mengetahui nilai F, i% dan N. Oleh karenanya,
Persamaan (2.7) dapat diekspresikan dalam bentuk fungsional sebagai berikut :
P = P1 + P2
F = P (F/P. 15 %. 5)
F = F1 + F2
c. Nilai deret seragam juga bisa didapatkan dengan cara tersebut, yaitu :
A = P (A/P. 15%. 5)
atau
A = A1 + A2
Contoh 2.13
Solusi
Untuk mendapatkan nilai A2 pada gambar 2.22. (b) maka aliran kas pada
gambar 2.22. (a) diubah terlebih dahulu menjad nilai seragam antara periode 2
sampai 6, sebut saja hasilnya adalal A1. Untuk memperoleh nilai A1, diagram 2.22.
(a) diuraikan menjad dua bagian seperti yang terlihat pada gambar 2.23., yaitu
2.23. (a dikurangi 2.23. (b).
Gambar 2.23. Diagram aliran kas (a) dikurangi (b) adalah sama dengan diagram
aliran kas pada gambar 2.22. (a)
= 638
A2 = A1 (P/F, 10 %, 1)
= 638 (0,9091)
= 580
Contoh 2.14
Carilah nilai i yang mengakibatkan 2 aliran kas pada diagram gambar 2.24.
menjadi ekuivalen.
Gambar 2.24. Solusi
atau
atau
(A/G, i, 5) = 6 (A/P. i, 5)
Ini berarti kita mencari suatu nilai yang menyebabkan nilai A/ G adalah 6 kali
nilai A/P dalam 5 periode. Setelah dicari dalam Label bunga nilai i yang dimaksud
terletak antara 12% Ban 15% sehingga nilai i ini harus dicari dengan cara interpolasi
linier.
Pada i = 15 %, nilai
(0,15 - 0,12)(0,1102)
i = 0,12 +
(0,1102 + 0,0670 )
i = 0,1386
= 13,86%
Jadi kedua diagram tersebut akan ekuivalen pada bunga yang besarnya sekitar
13,86%.
Soal :
1. Berapakah yang harus anda simpan dalam jumlah yang sama berturut-turut
selama 5 tahun mulai sekarang sehingga dengan bunga 10% anda akan
memperoleh uang tersebut sebesar Rp,12 juta pada tahun ke-10 ?
2. Berapa lama suatu tabungan harus disimpan sehingga nilainya menjadi 2 kalinya
bila bunga yang berlaku adalah 8% ?
3. Berapakah uang terkumpul ditahun ke-25 bila setahun dari sekarang
didepositokan sebesar Rp. 1 juta, 6 tahun dari sekarang didepositokan sebesar
Rp. 3 juta dan 10 tahun dari sekarang didepositokan sebesar Rp. 5 juta. ?
Gunakan i = 10%
4. Seorang Bapak merencanakan beasiswa bagi seorang anaknya, yang masih
berusia 2 tahun. Bapak ini berupaya agar setelah mahasiswa, anaknya bisa
menarik beasiswa ini sebesar Rp. 2,5 juta tiap tahun selama 5 tahun dan anaknya
masuk perguruan tinggi pada usia 19 tahun. Bila sang Bapak akan menabungkan
anaknya mulai tahun ini sampai anaknya hendak masuk ke perguruan tinggi,
berapa sang Bapak harus menabung tiap tahut (dengan jumlah yang sama) bila
tingkat bunga yang diberikan adalah 13% per tahun ?
5. Sebuah perusahaan mernbeli gedung bekas untuk keperlun 1 pabriknya. Untuk
biaya perawatan dan perbaikan diperlukan biaya. Rp. 5 juta pada tahun pertama,
Rp. 8 juta pada tahun ke 5, dan Rp. 7 juta pada tahun ke 15. Bila umur gedung in
diperkirakan 20 tahun berapakah nilai perkiraan biaya-biaya tersebut bila
diekuivalenkan dengan pengeluaran tahunan selam umur bangunan tersebut ?,
Gunakan i = 12%
6. Sebidang tanah dibeli dengan harga Rp. 25 juta. Disetujui oleh pembeli mampu
penjual bahwa pembayaran meningkat Rp. 3 juta setiap tahun. Pembayaran
dimulai pada tahun ini. Bila tingkat bunga adalah 12% pertahun berapakah
besarnya pembayaran pada tahun yang ke-5 (yang terakhir) ?
7. Misalkan suatu instansi memiliki perkiraan pengeluaran untuk promosi selama 9
tahun bertahun-tahun sebesar Rp. 2 juta, 3 juta, 4 juta, 5 juta, 6 juta, 5 juta, 4
juta, 3 juta dan 2 juta. Bila tingkat bunga adalah 10% per tahun tentukanlah nilai
deret seragam dari semua pengeluaran tersebut selama 9 tahun.
8. Seorang manajer pabrik sedang memikirkan apakah ia akan membeli sebuah
mesin sekarang atau menunggu 3 tahun lagi. Mesin tersebut saat ini berharga Rp.
50 juta dan 3 tahun lagi harganya menjadi Rp. 70 juta. Jika perusahaan
menggunakan tingkat bunga 20% per tahun apakah sebaiknya manajer pabrik
membeli mesin tersebut sekarang ? Asumsikan tidak ada permasalahan teknis
yang timbul dari keputusan membeli sekarang atau 3 tahun lagi.
9. Perhatikan diagram aliran kas berikut ini
10 . Hitunglah besarnya G dari aliran kas yang ditunjukkan pada Label berikut agar
nilai awal (P) dari semua aliran kas tersebut bernilai Rp. 57.000 bila bunga yang
berlaku adalah 15% pertahun.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7
12. Dana yang dibutuhkan oleh sebuah proyek pada tahun pertama adalah Rp. 2,5
juta, pada tahun kedua Rp. 2,8 juta dan naik tiap tahun sebesar 0,3 juta pada
tahun-tahun selanjutnya. Berapa tahunkah proyek tersebut harus selesai agar
dana yang dibutuhkan tidak lebih dari Rp. 20 juta (nilai saat proyek baru dimulai)
bila tingkat bunga yang dipakai adalah 18% pertahun ?
13. Sebuah bank perkreditan rakyat menawarkan pinjaman sebesar Rp. 1 juta dengan
pembayaran pengembalian sebanyak Rp. 155 ribu tiap tahun sebanyak 10 kali.
Pembayaran pertama dilakukan pada tahun depan. Berapakah tingkat bunga yang
dipakai oleh bank tersebut.
14. Perusahaan X memberikan kesempatan persiapan pensiun bagi para karyawannya
dengan menabung sebesar Rp. 1,5 juta tiap tahun selama 25 tahun. Tabungan
pertama dilakukan setahun setelah karyawan mulai bekerja. Perusahaan menjamin
akan mengembalikan tabungan tersebut sebesar Rp. 60 juta pada saat karyawan
pensiun. Berapakah bunga tabungan karyawan tersebut ?
Bab 3
PEMAJEMUKAN KONTINYU
Pada bab 2 telah diuraikan perbedaan antara bunga sederhana dan bunga
majemuk. Perbedaan dasar kedua bunga ini terletak pada apakah bunga yang
dihasilkan oleh induk akan ikut berbunga pada periode-periode berikutnya ataukah
hanya induk awalnya saja yang berbunga. Istilah bunga nominal dan bunga efektif
mengacu pada perbedaan diatas, hanya saja kedua jenis bunga ini hanya digunakan
bila periode pemajemukannya kurang dari satu tahun (misalnya sebulan sekali,
setahun 4 kali, dan sebagainya).
Secara spesifik dapat dikatakan bahwa tingkat bunga nominal tahunan adalah
perkalian antara jumlah periode pemajemukan per tahun dengan tingkat bunga per
periode. Misalkan pemajemukan dilakukan tiap bulan dengan tingkat bunga 1,5% per
bulan maka tingkat bunga nominal tahunnya adalah 12 x 1,5% = 18%.
Dari sini maka dapat dikatakan bahwa perhitungan tingkat bunga nominal
mengabaikan nilai uang dari waktu, seperti halnya pada tingkat bunga sederhana
yang dijelaskan pada bab 2. Secara matematis tingkat bunga nominal (tahunan)
dapat diekspresikan dengan
r=i.m (3.1)
dimana :
r = tingkat bunga nominal (tahunan)
dengan mengganti i dengan rim (lihat persamaan 3.1) maka persamaan (3.2)
dapat ditulis
Jadi. bila pada ilustrasi diatas kita mendapatkan tingkat bunga nominal tahunan
sebesar 18% maka tingkat bunga efektifnya adalah
Ieff = (1+0,015)12 - 1
= 19,5618%
12
0,18
i eff = 1 + −1
12
= 19,5618%
F-P
i eff =
P
Atau
F
i eff = −1
P
Dimana:
P = nilai sekarang dari suatu aliran kas
F = nilai mendatang (pada suatu saat tertentu) dari suatu aliran kas.
Dengan mengacu pada persamaan (2.3) maka secara umum dapat diformulasikan:
I/N
F
i eff = −1
P
Bila kita tinjau kembali persamaan (3.3) maka dapat diketahui bahwa bunga efektif
adalah fungsi dari m, jumlah pemajemukan yang, dilakukan dalam setahun. Bila nilai
m bertambah maka bunga efektif tahunan juga akan meningkat. Sebagai ilustrasi dari
fenomena ini, pada tabel 3.1 diperlihatkan bunga efektif yang terjadi untuk berbagai
nilai m yang berbeda dengan menggunakan tingkat bunga nominal 15% per tahun.
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat bunga efektif maupun nominal akan sama bila
pemajemukan dilakukan setahun sekali.
Tabel 3.1 Perbandingan Bunga Efektif dan Nominal pada berbagai nil ai m
1 15 1
0,15
1 + 1 − 1 = 15%
2
2 15 0,15
1 + 2 − 1 = 15,5625
12
0,15
12 15 1 + 12 − 1 = 16,0755
365
0,15
1 + 365 − 1 = 16,1798
365 15
Seorang pelajar menabung setiap akhir tahun dengan jumlah Rp. 60.000 per
tahun selama 10 tahun. Bila tingkat bunga sebesar 10% dan dibungakan secara
kontinyu, hitunglah
= e0.10 - 1
b. Untuk mendapatkan nilai P maka faktor (P/A, 10,52%, 10) harus dihitung terlebih
dahulu
(1 + 0.1052)10 − 1
(P/A, 10.52%. N) =
0.1052 (1 + 0,1052)
10
= 6,0104
atau dicari dengan interpolasi dengan melihat tabel bunga diskret pada lampiran A.
= Rp. 360.624
Disamping dengan cara diatas, nilai P juga bisa diperoleh dengan menghitung
langsung faktor (P/A, 5%, 10) pada rumus:
eN
e rN − 1
= Rp. 60.000 rN r
e (e − 1)
e 0.10x10 − 1
= Rp. 60.000 0.10x10 0.10
e (e − 1)
= Rp. 60.000 (6,0104)
= Rp. 360.624
Cara yang paling mudah adalah dengan langsung melihat tabel bunga dengan r =
10% dan N = 10 dimana diperoleh langsung (P/A, 10%, 10) = 6,0104 sehingga :
P = Rp. 60.000 (P/A, 10%,
10 %, 10)
= Rp. 360.624
Contoh 3.7
Solusi
Persoalan ini dapat digambarkan dalam diagram aliran kas sebagai berikut:
= Rp. 2.250.630
G a m b a r 3 . 8 . A l i r a n S e r a g a m K o n t i n y u s e l am
a m a s e t ah
ah u n
(1 + r ÷ k )k − 1
F = A ÷ k (3.39)
r ÷ k
k
r
lim1 + = e r (3.41)
k → -
k
e r − 1
= A (3.42)
r
Bila pemajemukan dilakukan selama N tahun maka ekspresi diatas (persamaan 3.42)
harus dikalikan dengan faktor (F/A, r%, N) seperti pada persamaan (3.21) sehingga
didapatkan persamaan:
e r − 1
F = A (F/A, r%, N )
r
e rN − 1
F = A (3.43)
r
A adalah notasi yang digunakan untuk menyatakan jumlah uang yang mengalir
secara kontinyu dan seragam selama satu periode.
r
A = F (3.43)
e − 1
rN
Atau
r
A / F = (3.45)
e rN − 1
Atau
r
( A / F , r %, N ) = (3.46)
e rN
−1
Nilai-nilai faktor ini dihitung dengan berbagai nilai r% dan N dan hasilnya dilampirkan
pada tabel B. Jadi untuk mendapatkan nilai A dari F, r% dan N tertentu maka cukup
digunakan persamaan :
( )
A = F A / F , r %, N ) (3.47)
dimana nilai (A /F, r%, N) dapat dilihat pada tabel lampiran B, atau dihitung dengan
persamaan (3.46)
Tabe13.3 Faktor Bunga Majemuk Kontinyu untuk Aliran Kas Seragam Kontnyu
P dan F pada tabel 3.3 menunjukkan pembayaran tunggal yang hanya terjadi
pada satu titik. Apabila P atau. F berlangsung secara kontinyu dalam satu periode
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.9. make faktor-faktor bunga tidak sama
dengan yang terlihat pada tabel 3.3.
e rN − 1
P = F
rN
(3.48)
r e
dimana
Gambar 3.9. Diagram aliran kas dari faktor (P/F) dan (F/P)
e r − 1
(P/ F, r%, N ) = (3.49)
re rN
Faktor ini dinamakan faktor nilai sekarang yang dimajemukkan secara kontinyu dari
pembayaran seragam yang kontinyu. Gunanya adalah untuk mendapatkan nilai P
pada pemajemukan kontinyu bila ff , r%, dan N diketahui. Dengan menggunakan sifat
kebalikan maka persamaan (3,49) dapat ditulis dalam bentuk lain yaitu
e r − 1
(F/P, r%, N ) = (3.50)
re rN
Faktor ini digunakan untuk mendapatkan nilai F pada pemajemukan kontinyu bila nilai
P, r% dan N diketahui.
Di sisi lain rumus untuk mendapatkan nilai ekuivalen jumlah pembayaran tunggal
mendatang (F) dari aliran kas kontinyu pada satu periode (P) seperti pada gambar 3.9
(b) adalah
e rN (e r − 1)
F = P r
re
(F/P, r%, N ) = (
e rN e r − 1 ) (3.52)
re r
re r
(P/F, r%, N ) = (3.53)
(
e rN e r − 1 )
Contoh 3.8
Misalkan pengeluaran sebuah instansi terjadi secara kontinyu dengan total Rp. 10
juta setahun. Bunga uang dimajemukkan secara kontinyu dengan tingkat bungs 15%
per tahun. Bila kits mengambil waktu studi 5 tahun berapakah (a) nilai awal (P) dan
(b) nilai, pada tahun ke-5 (F) dari seluruh pengeluarannya tersebut ?
solusi :
Jawabannya dengan mudah bisa diperoleh dengan bantuan tabel pada lampiran C
( )
a. P = A P / A , r %, N (P/X, r %, N)
e rN − 1
P = Rp. 10 juta eN
r e
e 0.15 x 5 − 1
= Rp. 10 juta 0.15 x 5
0,15 e
e rN − 1
F = Rp. 10 juta
r
e 0.15 x 5 − 1
= Rp. 10 juta
0,15
F = P (F/P, r%, N)
F = P (F/P, r%, N)
= p (erN)
Soal
1. Berapa tingkat bunga efektif bila tingkat bunga nominal per tahun adalah 11 %
dan dimajemukkan setiap 3 bulan ?
2. Anda ditawari sepeda motor dengan 2 cara pembayaran yang ekuivalen. Pertama
adalah membayar kontan dengan jumlab Rp. 3,75 juta dan cara kedua adalah
dengan membayar uang muka Rp. 1 juta dan mengangsur sisanya selama 18
bulan sebesar Rp. 200 ribu per bulan. Berapakah tingkat bunga efektif per tahun
bila bunga uang dimajemukkan setiap bulan?
3. Madona akan menabung sekali sejumlah P pada t = 0 ( t adalah periode 3
bulanan) dengan bunga 12% setahun dan dimajemukkan setiap 3 bulan sehingga
ia akan bisa menarik masing-masing Rp. 1 juta pada t = 1, 2 dan 3 dan Rp. 7 juta
pada t = 12. Berapakah nilai P ?
4. Dokter Ratih mendepositokan uang sejumlah Rp. 5 juta pada sebuah bank. Bunga
yang dibayarkan adalah 12% per tahun, dan dimajemukkan setiap 6 bulan. Empat
tahun sekali mendepositokan uangnya, ia menarik separo dari nilai tabungannya
saat itu dan dua tahun kemudian ia menarik seluruh tabungannya. Berapakah
yang ia ambil pada pengambilan pertama maupun pengambilan kedua ?
5. Dewa meminjam uang sejumlah Rp. 10 juta dengan bunga 13% yang
dimajemukkan setiap tiga bulan. Ia akan membayar pinjamannya setiap 6 bulan
sampai 10 kali dengan jumlah pembayaran tetap seragam. Berapakah besarnya
pembayaran. Seragam yang harus dilakukan Dewa apabila ia membayar pertama
kali setahun setelah mendapatkan pinjaman ?
6. Seorang kreditur sedang mempertimbangkan 2 alternatif institusi keuangan
sebagai calon debiturnya. Yang pertama adalah bank pemerintah yang
menawarkan bunga 1% per bulan dan kedua adalah perusahaan jasa keuangan
yang menawarkan tingkat bunga nominal 13% setahun yang dimajemukkan
setiap 6 bulan. Mana yang seharusnya dipilih sebagai debitur ?
7. Bila tingkat bunga nominal tahunan adalah 12%, berapa lama tabungan yang
jurnlahnya Rp. 1 juta yang dimajemukkan tiap 4 bulan akan berubah rnenjadi Rp.
2 juta ?
8. Bila harga sebuah mobil bekas adalah Rp. 25 juta dan harus dibayar secara kredit
dengan cicilan Rp. 800 ribu per bulan selama 36 bulan, berapakah tingkat bunga
efektif dan nominal tahunan dari cara pembayaran ini ?
9. Sebuah perusahaan alas bantu perkakas mengharapkan bisa mengganti sebuah
mesin bubut yang dimilikinya dengan biaya Rp. 36 juta lima tahun lagi. Berapakah
perusahaan harus menyisilikan uang tiap bulan sehingga ia bisa mengumpulkar
Rp. 36 juta dalam 5 tahun bila tingkat bunga adalah 10% per tahun yang
dimajemukkan setiap 6 bulan ? Asumsikan akar dibayar bunga sederhana untuk
pembayaran inter periode.
10. Bila Ani menabung tiap bulan sebanyak Rp. 100 ribu dan menariknya setiap 6
bulan sebanyak 200 ribu berapakah uang pada tabungan Ani setelah 3 tahun ?
Bunga adalah 13% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan. Asumsikan tidak
akan dibayar bunga untuk pembayaran pada periode inter pemajemukan.
11. Seorang pegawai menabung Rp. 1 juta sekarang dan Rp. 1.5 juta 3 tahun lagi.
Berapakah nilai tabungannya setelah 6 tahun bila tingkat bunga adalah 10% dan
dimajemukkan setup (a) tahun, (b) enam bulan dan (c) bulan.
12. Sebuah investasi seharga Rp. 60 juta dibayarkan bunga 8% yang dimajemukkan
secara kontinyu dan menghasilkan Rp. 13 juta setup tahun. Berapa tahun waktu
yang dibutuhkan agar penghasilan pertahun tersebut bisa mengembalikan seluruh
modal investasi ?
13. Perusahaan sirup ABC merencanakan mengganti sepasang peralatan 10 tahun lagi
yang berharga Rp. 100 juta. Berapakah uang harus dikumpulkan tiap 6 bulan agar
perusahaan tersebut bisa mengumpulkan Rp. 100 juta pada akhir tahun ke-10 bila
bunga adalah 12% dimajemukkan secara kontinyu.
14. Ulang soal no. 13 apabila perusahaan akan mengumpulkan uangnya secara
kontinyu dengan jumlah Rp. 100 juta tiap 6 bulan.
15. Hitunglah nilai sekarang (P) dari investasi yang dilakukan secara kontinyu dengan
jumlah Rp. 2 juta sebulan selama 5 tahun dan dimajemukkan secara kontinyu
dengan tingkat pengembalian (bunga) 18 %.
BAB 4
Fase yang paling awal dalam proses pengambilan keputusan investasi adalah
mendefinisikan alternatif-alternatif investasi yang layak dipertimbangkan dalam
analisa. Fase ini sangat menentukan apakah proses pengambilan keputusan akan bisa
digiring ke arah yang optimal atau. tidak.
Menentukan alternatif investasi adalah fase yang sangat teknis. Pekerjaan ini
hanya bisa dilakukan dengan baik oleh mereka yang mengetahui permasalahan-
permasalahan teknis pada bidang investasi yang direncanakan. Dalam perencanaan
Gambar 4.1. Ilustrasi penentuan periode perencanaan
Contoh 4.1
Sebuah musium hares dicat ulang karena usianya sudah cukup Ada macam cat
yang sedang dipertimbangkan untuk dipilih 2 salah satu. Pertama adalah cat minyak
yang harganya Rp. 52.000/ galon dan yang kedua adalah cat latex yang harganya Rp.
24.000/galon. Setiap galon bisa mengecat 60 m2. Ongkos tenaga kerja ";adalah Rp.
32.000/jam. Dalam 1 jam bisa dicat 20 m2. Cat latex diperkirakan tahan 5 tahun dan
cat minyak 8 tahun. Dengan i = 8% ,manakah cat yang dipilih ?
Solusi
Nilai sekarang (P) dari kedua alternatif diatas adalah Untuk cat minyak :
= A [1 + 1,0751]
Ieff = (I + 0,08)8 - I
= 0,851
= 85,1%
= A [ 1 + 1,9866 ]
= 0,469
= 46,9 %
Jadi nilai awal dari ongkos alternatif pertama lebih kecil sehingga dipilih cat
minyak.
Untuk latex :
Jadi, dengan perbandingan deret seragam dapat diketahui bahwa alternatif cat
minyak lebih murah sehingga dipilih untuk dipakai.
Contoh 4.2
Sebagai ilustrasi dalam memahami konsep, aliran kas, misalkan suatu horizon
perencanaan 5 tahun dipilih untuk mengevaluasi 3 alternatif investasi, katakanlah A, B
dan C. Estimasi aliran kas berdasarkan proposal yang masuk ditunjukkan pada tabel
4.1. Anggaran yang tersedia hanya Rp. 50 juta. Alternatif B tergantung (contingen)
pada alternatif A, sedangkan A dan C bersifat mutually exclusive.
juta. Perawatannya dibutulikan seti; 2 tahun dengan biaya Rp. 2 juta tiap kali
perawatan. Penghemat; energi yang dihasilkan adalah 14 juta per tahun. Alternatif
kedi menggunakan insulasi filter glass yang harganya Rp. 40 juta dengan masa
pakai 4 tahun dan nilai sisa Rp. 4 juta. Disamping itu diperlukan perawatan tiap
tahun dengan biaya Rp. 600.00 Penghematan energi yang bisa dihasilkan adalah
Rp. 11 juta tahun. Dengan tingkat bunga 10% per tahun pakailah meta nilai
seragam (EUAC) untuk menetapkan alternatif yang lebih baik,
9. Perhatikan aliran kas berikut ini Akhir tahun
Akhir tahun 0 1 2 3 4 5 6
15. Perhatikan aliran kas berikut ini (nilainya dalam puluhan juta)
Bila uang tadi akan diambil mulai tahun kesepuluh sampai waktu yang tak
terhingga tentukan besarnya uang yang bisa diambil dengan jumlah yang sama
tiap tahun. Tingkat bunga adalah 12% per tahun.
16. Sebuah investasi membutuhkan biaya awal Rp. 130 juta. Investasi ini hanya akan
berumur 15 tahun dan pada akhir uumurnya bisa dilelang dengan harga Rp. 18
juta. Pendapatan yang dijanjikan dengan investasi ini adalah Rp. 10 juta per tahun
Apakah investasi ini layak diterima apabila anda analisa dengan metode payback
period (a) dengan mengabaikan bunga, (b dengan memakai tingkat bunga 18% ?
BAB 5
Apabila kita melakukan suatu investasi maka ada saat tertentu dimana terjadi
keseimbangan antara semua pengeluaran yang terjadi dengan semua pendapatan
yang diperoleh dari investasi tersebut. Keseimbangan ini akan terjadi pada tingkat
pengembalian (yang sering dinyatakan sebagai tingkat bunga) tertentu. Tingkat
bunga yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara semua pengeluaran dan
semua pemasukan pada suatu periode tertentu disebut dengan rate of return yang
biasa disingkat dengan ROR. Dengan kata lain, ROR adalah suatu tingkat penghasilan
yang mengakibatkan nilai NPW (net present worth) dari suatu investasi sama dengan
nol. Scara matematis hal ini bisa dinyatakan:
N
NPW = ∑ F
t = 0
t (1 + i *) –t
=0 (5.1)
Dimana:
Karena Ft pada persamaan 5.1 bisa bernilai positif maupun negatif maka persamaan
ROR dapat juga dinyatakan
Atau
N N
t = 0
t
*
(5.4)
dimana :
PWR = nilai present worth dari semua pemasukan (aliran kas positif)
PWE = nilai present worth dari semua pengeluaran (aliran kas negatif)
Et = pengeluaran netto yang terjadi pada periode ke t termasuk investasi awal (P)
Dimana EUAR (equivalent uniform annual revenue) adalah deret seragam yang
menyatakan pendapatan (aliran kas masuk) per tahun dan EUAC (equivalent uniform
annual cost) adalah deret seral yang menyatakan pengeluaran (aliran kas ketuar) per
tahun. Dalam prakteknya, analisa dengan nilai present worth lebih umum digunakan
kan daripada inetode deret seragam.
Apabila kita menghitung NPW sebagai fungsi dari i maka akan mendapatkan
nilai NPW yang jumlahnya tak terbatas (kontinyu) Semakin tinggi i yang kita pakai
maka nilai NPW mungkin akan semakin kecil dan mungkin juga semakin besar,
tergantung pada konfigurasi aliran kas dari investasi atau proyek tersebut. Pada nilai
tertentu kita akan mendapatkan nilai NPW = 0. Nilai i yang menyebabkan NPW = 0
inilah yang disebut ROR. Apabila hubungan antara i dengan NPW diplot dalam suatu
grafik maka secara umum akan tampak seperti gambar 5.1 (a) atau (b).
Terlihat dalam grafik tersebut bahwa NPW tidak berhubungan secara linier
dengan i. Namun dalam prakteknya, sering kali harus melakukan interpolasi dengan
menganggap bahwa hubungan tersebut terjadi secara linier. Ilustrasi ini akan terlihat
pada contoh soal yang diberikan pada bab ini.
Ada beberapa ROR yang dikenal dalam ekonomi teknik antara lain internal rate
of return (IRR), external rate of return (ERR), dalam explicit reinvestment rate of
return (ERRR). Disebut IRR apabila diasumsikan bahwa setiap hasil yang diperoleh
langsung diinvestasikan kembali dengan tingkat ROR yang sama. Bila hasil yang
diperoleh diinvestasikan pada proyek yang lain dengan ROR yang berbeda maka rate
of return ini disebut ERR. Sedangkan ERRR digunakan pada permasalahan dimana
terdapat investasi lump sum tunggal yang diikuti dengan aliran kas netto positif
seragam pada akhir setiap periode selama umur proyek atau investasi tersebut.
Keterangan : + berarti aliran kas positif pada periode ybs.
Contoh 5.6
Misalkan suatu proyek hanya berusia 2 tahun dengan data aliran kas seperti pada
gambar 5.8. Ilitunglah nilai ROR dari proyek tersebut dan putuskan apakah proyek
tersebut layak atau tidak.
S olu s i
Dari gambar tersebut dapat diterjemahkan aliran kas kumulatif seperti pada tabel 5.2.
hf da
akhir tahun aliran kas netto aliran kas kumulatif
0 -200,00 juta -250,00 juta
1 +600,00 juta +350,00 juta
2 -359,38 juta -9,38 juta
Mengingat terjadi 2 kali perubahan tanda aliran kas kumulatif maka akan mungkin
diperoleh 2 nilai ROR. Dengan analisa nilai presei worth diperoleh :
600 juta 359,38 juta
NPW = -250 juta + - =0
(1 + i) (1 + i) 2
atau
Misalkan (1 + i) = a, maka :
Dengan mengetahui grafik atas maka akan bisa diputuskan bahwa proyek
tersebut akan bisa diterima bila MARR berada antara 15% sampai 25%.
Apabila suatu alternatif investasi A membutuhkan investasi awal sehesar Rp. 100
juta dengan ROR 10% dan alternatif investasi B membutuhkan investasi awal sebesar
Rp. 150 juta dengan ROR 12% maka investasi tambahan bila kita membandingkan
alternatif B terhadap alternatif A adalah Rp. 50 juta. Dalam analisa ROR meningkat,
kita harus mendapatkan IROR dari tambahan investas; sebesar Rp. 50 juta ini untuk
memutuskan apakah investasi B lebil baik dari investasi A. Apabila IROR ternyata l ebih
besar dari MARR maka yang dipilih adalah alternatif yang membutuhkan investas lebih
besar, dalam hal ini adalah B.
T a be l 5 . 3 D a t a i n v e s t a s i u n t u k c o n to le 5 . 7
Alternatif A B C D E
Solusi
400
(P/A, i%, 5) = = 3,81
105
i ≈ 10%
100
B : (P/A, i%, 5) = = 2,86
35
i ≈ 22%
300
C : (P/A, i%, 5) = = 3,96
76
i ≈ 8,5%
200
D : (P/A, i%, 5) = = 3,33
60
i ≈ 15,5%
500
B : (P/A, i%, 5) = =4
125
i ≈ 7,5%
2. Karena semua alternatif memberikan ROR lebih besar dari MARR maka semua
alternatif tersebut dilibatkan dalam perhitungan IROR.
3. Alternatif-alternatif tersebut diurutkan berdasarkan kenaikan investasi
sehingga diperoleh tabel 5.4.
T
Tabel
abel 5. 4 Ur utan alternatif-alt
alternatif- altern
e rn atif yang layak
Alternatif B D C A E
Investasi (juta rupiah) 100 200 300 400 500
Penda
nda atan tahun 35 60 76 105 125
• Bandingkan B dengan D
500
(P/A, i%, 5) = =4
125
i ≈ 7,5%
Karena IRORB→D lebih besar dari MARR maka pilih alternatif dengan investasi
yang lebih besar, yaitu alternatif D. Selanjutny alternatif B tidak
dipertimbangkan lagi.
• Bandingkan D dengan C
IROR (D → C) :
100
(P/A, i%, 5) = = 6,25
16
i ≈ %
• Bandingkan D dengan A
IROR (D → A) :
200
(P/A, i%, 5) = = 4,4
45
i ≈ 4,25%
• Bandingkan D dengan E
IROR (D → E) :
300
(P/A, i%, 5) = = 4,4
65
i ≈ 4,25%
Karena IROR lebih kecil dari MARR maka pilih alternatif. Ini berarti bahwa
alternatif yang terbaik adalah alternatif D.
Apabila ada sejumlah alternatif yang bersifat `mutually exclusive' dan MARR
tidak diketahui maka alternatif terbaik bisa dinyatakan dengan cara kondisional.
Analisa dengan diagram jaringan Smith digunakan untuk permasalahan yang seperti
ini.
Sesuai dengan metode jaringan smith, alternatif terbaik bisa diperoleh secara
grafis dengan mulai dari sudut pertama bergerak menuju ke garis IROR terbesar yang
berasal dari sudut tersebut. Lintasan yang terpilih ditandai dengan panah yang berupa
garis putus-putus. Apabila MARR lebih besar dari IROR pada lintasan yang
bersangkutan maka alternatif terbaik adalah alternatif yang membutuhkan biaya
investasi yang lebih rendah. Selanjutnya mulai dari sudut kedua (titik akhir dari tanda
panah putus-putus) yang dipilih, lintasan dipilih melalui IROR terbesar dari titik
tersebut. Proses ini diulang terus sampai alternatif dengan kebutuhan investasi
terbesar dilalui.
Contoh 5.8
B 200 15 25
C 300 6
D 400
Tabel dibaca dari kiri ke kanan sehingga kita selal membandingkan alternatif
pada kolom kiri dengan alternatif pad baris atas. Nilai IROR hanya diberikan bila
investasi pada kolor yang sebelah kiri lebih besar dari pembandingnya yang beradac
sebelah atas. Angka 40 misalnya, menunjukkan bahwa investa; Rp. 100 juta
(peningkatan pada B atas A) akan menghasilkan IRO: 40%.'Dengan menggunakan
diagram jaringan smith, tentukanla alternatif yang terbaik bila alternatif 0 (do
nothing) dianggap tida ada.
Solusi
Soal
Proses mulai dari titik A. Lintasan yang dipilih adalah A karena IROR terbesar
adalah pada lintasan ini, yaitu 40% (AC 15% dan
d an AD = 6%).
Langkah selanjutnya kita mulai dari titik B. Ada dua lintasan yang bisa dipilih
yaitu BC dan BD. Lintasan BC dipilih karena IROR-nya lebih besar (33% dibandingkan
25%). Saat ini kita berada di C. Satu-satunya lintasan yang bisa dipilih adalah CD.
Dengan demikian ,naka langkah ini sudah selesai karena kita sudah berada di D yang
,nerupakan alternatif dengan investasi terbesar. Dengan demtkian maka lintasan yang
dipilih adalah A-B-C-D. Keputusan yang dihasilkan akan bersifat kondisional seperti
tercantum pada tabel 9.6.
Soal
1. Seorang investor membeli sebidang tanah seharga Rp. 60 juta dan menjualnya 10
tahun kemudian dengan harga Rp. 240
240 juta.
juta. Pajak yang ditanggung
di tanggung oleh investor
adalah Rp. 100 ribu pada tahun pertama, 150 ribu pada tahun kedua, dan
seterusnya naik tiap tahun sebesar Rp. SO ribu. Berapakah ROR dari tanah
tersebut ?
2. Apabila pajak pada soal 5.1 adalah Rp. 200 ribu pada tahun pertama dan naik tiap
tahun sebanyak Rp. 50 ribu sampai tahun ke lima, sedangkan mulai tahun ke
enam beban pajak adalah Rp. 400 ribu per tahun. hitunglah ROR yang dihasilkan
oleh tanah tersebut.
3. Seorang bapak akan menginvestasikan uangnya sejumlah Rp. 10 juta pada sebuah
perusahaan kecil. Ia mengestimasikan akan memperoleh deviden setiap akhir
tahun sebesar Rp. 3 juta selama 4 tahun dan pada akhir tahun keempat ia juga
bisa menarik modal awalnya. Hitunglah ROR dari investasi tersebut.
4. Sebuah proyek diestimasikan memiliki aliran kas selama 5 tahun sebagai berikut :
tahun 0 1 2 3 4 5
a. Hitung dan plot nilai sekarang (PV) pada tingkat bunga 0%, 10%, 20%, 30%,
dan 40%.
b. Perkirakan nilai ROR dari grafik tersebut. (c) Gunakan persamaan ROR untuk
menentukan nilai ROR dari aliran kas tersebut.
5. Sebuah peralatan untuk pekerjaan kontraktor dibeli seharga Rp, 18 juta. Umur
alat tersebut adalah 5 tahun dengan nilai
n ilai sisa Rp. 2 juta. Data tentang pendapatan
dan pengeluaran tahunan dicantumkan pada tabel berikut :
Akhir penerimaan nilai sisa pengeluaran aliran kas
p - - -18,Ojuta -18,0juta
a. IRR
b. ERR
8. Sebuah perusahaan membeli komputer analog seharga Rp. 30 juta. Komputer ini
akan bisa dipakai selama 4 tahun dan akhirnya akan dijual dengan perkiraan harga
Rp. 2 juta. Pengeluaran per tahun untuk operasional dan perawatan adalah Rp. 6
juta per tahun. Komputer ini dipakai untuk mengganti sistem lama yang
membutuhkan biaya Rp. 16 juta per tahun. Dengan MARR = e = 15%, tentukanlah
apakah keputusan yang akan diambil perusahaan untuk mengganti sistem manual
dengan komputer bisa menguntungkan secara ekonomis. Gunakan analisa :
a. IRR
b. ERR
A B C
ongkos awal 20 juta 25 juta 38,0 juta
Tentukan alternatif mana yang akan dipilih bila MARR = 12% dengan metode rate
of return meningkat.
11. Dari alternatif-alternatif berikut, pilihlah yang terbaik dengan metode analisa ROR
meningkat bila MARR = 14% dan umur proyek 15 tahun. Asumsikan bahwa harga
tanah akan tertutupi pada saat proyek berakhir.
alternatif
1 2 3 4 5
ongkos tanah 50 juta 40 juta 70 juta 80 juta 90 juta
ongkos konstruksi 200 juta 150 juta 170 juta 185 juta 165 juta
12. Kelima mesin pada tabel berikut bisa digunakan untuk proses produksi lilin. Semua
mesin memiliki umur 10 tahun. Data-data ongkos mesin juga terlihat pada tabel.
Dengan MARR 18%, tentukanlah alternatif yang terbaik dengan metode RpR
meningkat.
Mesin
1 2 3 4 5
ongkos awal 28 juta 32 juta 22 juta 51 juta 48 juta
13. Misalkan ada 5 proyek yang bersifat 'mutually exclusive' sedang dipertimbangkan
dan perusahaan harus memilih salah satu dari kelima yang ada (alternatif do
nothing tidak dipertimbangkan) MARR tidak diketahui dan data IROR dari semua
alternati adalah sebagai berikut.
Alternatif IROR %
0 A B C D
A 26
B 28 9
C 29 27 4
D 19 15 21 21
E 32 2 19 12 8
6.1. Pendahuluan
1. Kemungkinan estimasi yang tidak akurat digunakan dalam studi atau analisa.
Apabila hanya tersedia sedikit sekali informasi-informasi faktual tentang aliran kas
masuk maupun keluar maka estimasi akan bisa akurat, tergantung pada cara
estimasi yang digunakan. Estimasi yang diperoleh dengan prosedur-prosedur ilmiah
yang mempertimbangkan berbagai faktor secara sistematis tentu akan lebih baik
daripada yang sekedar diperkirakan.
2. Tipe bisnis dan kondisi ekonomi masa depan. Beberapa tipe bisni akan mengandung
ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkai dengan tipe bisnis yang lain.
Perusahaan-perusahaan hiburai rnisalnya, relatif menanggung ketidakpastian yang
lebih tingg dari perusahaan grosir yang besar. Ketidakpastian ini akan ber tambah
tinggi bila data-data historis tidak tersedia dan kondis ekonomi mendatang berubah
cukup dramatis karena siklus bisni yang sulit dikendalikan.
4. Panjang periode studi (horizon perencanaan) yang dipaka Semakin panjang periode
studi (pada kondisi lain yang tetal maka ketidakpastian akan semakin tinggi j uga.
Ada beberapa cara atau metode yang bisa digunakan untuk menangani
ketidakpastian yang diakibatkan oleh empat faktor atas. Diantara metode-metode
tersebut adalah :
2. Analisa Sensitivitas.
3. Analisa Resiko.
Apabila nilai-nilai suatu faktor dianggap mengikuti suatu distribusi probabilitas yang
merupakan fungsi dari variabel random menganalisa resiko perlu dilakukan.
Dengan mengetahui fungsi disttibusi probabilitas dari hasil-hasil yang mungkin
dicapai setiap alternatif maka pengambil keputusan akan bisa menentukan
keputusan terbaik dengan mempertimbangkan faktor resiko tersebut.
Analisa titik impas adalah salah satu analisa dalam ekonomi teknik yang sangat
populer digunakan terutama pada sektor-sektor industri yang padat karya. Analisa ini
akan berguna apabila seorang akan mengambil keputusan pemilihan alternatif yang
cukup sensitif terhadap variabel atau parameter dan bila variabel-variabel tersabut
sulit diestimasi nilainya. Melalui analisa titik impas seseorang akan bisa mendapatkan
nilai dari parameter tersebut yang menycbabkan dua atau lebih alternatif dianggap
sama baiknya, dan oleh karenanya bisa dipilih salah satu diantaranya. Nilai suatu
parameter atau variabel yang menyebabkan dua atau lebih alternatif sama baiknya
disebut nilai titik impas (break even point, disingkat BEP). Apabila rrantinya pengambil
keputusan bisa mengestimasi besarnya nilai aktual dari variabel yang bersangkutan
(lebih besar atau lebih kecil dari rrilai BEP) maka akan bisa ditentukan alternatif rnana
yang lebih baik.
Metode titik impas ini bisa digunakan untuk melakukan analisis pada berbagai
macam permasalahan, diantaranya a.dalah :
1. Menentukan nilai ROR dimana dua alternatif proyek sama baiknya. Misalkan kedua
alternatif proyek tersebut sama baikrlya pada ROR sebesar 12% maka titik impas
dari ROR kedua alternatif tersebut adalah 12%. Bila ROR ternyata lebih besar atau
lebih kecil dari 12% maka alternatif yang sattr akan lebih baik dari alternatif yang
lain.
2. Menentukan tingkat produksi dari dua atau lebih fasilitas produksi yang memiliki
konfigurasi ongkos-ongkos yang berbeda sehingga pada tingkat tersebut ongkos
tahunan yang terjadi adalah sama antara fasilitas yang satu dengan fasilitas yang
lainnya. Misalkan dua alternatif fasilitas produksi akan mengakibatkan ongkos-
ongkos tahunan yang sama pada tingkat produksi 2000 unit per tahun maka
tingkat produksi 2000 unit per tahun ini disebut tingkat produksi impas. Bila
ternyata perusahaan harus berproduksi pada tingkat 3000 unit per tahun atau 1500
unit per tahun maka salah satu alternatif tersebut akan lebih baik dari yang
lainnya.
3. Melakukan analisa jual-beli. Pada tingkat produksi tertentu, biaya biaya yang terjadi
akan sama antara membeli suatu komponen atau tnembuatnya sendiri. Jadi, pada
tingkat impas ini, pilihan untuk rnembuat sendiri suatu komponen atau peralatan
akan sam efisiennya dengan pilihan untuk metnbelinya dari luar perusahaa, Bila
perusahaan membutuhkan jumlah komponen yang lebih besar dari titik impas tadi
maka biasanya biaya membuat akan lebih murah dari biaya rnembeli untuk tiap
satuan komponen.
4. Menentukan berapa tahun yang dibutuhkan. (atau berapa prode yang harus
dihasilkan) agar perusahaan berada pada titik impas yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan sama persis dengan pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Bila suatu
alternatif proy, bisa berproduksi di atas titik impas ini maka alternatif tersebut
layak dilaksanakan.
Aplikasi analisa titik impas pada permasalahan produl biasanya digunakan udtuk
menentukan tingkat produksi yang mengakibatkan perusahaan berada pada kondisi
impas. Untuk mendapatkan titik impas ini maka harus dicari fungsi-fungsi biasa
AR = 15.000 X
sehingga :
Jadi, PT. ABC Indonesia harus memproduksi sebanyak 11.362 unit per tahun agar
berada pada kondisi impas. Dengan demikian maka perusahaan harus berproduksi di
atas 11.362 unit per tahun agar berada pada kondisi untung.
Sebagai contoh perhatikanlah gambar 6.3 yang menyatakan peril aku ongkos dua
alternatif (A dan B). Alternatif A memiliki ongkos awal lebih tinggi namun ongkos-
ongkos variabelnya lebih rendah (ditunjukkan oleh gradien yang lebih kecil pada garis
ongkos). Sebaliknya alternatif B memiliki ongkos awal (FC) yang lebih rendah tetapi
ongkos-ongkos variabelnya lebih tinggi. Kedua alternatif akan sama baiknya (impas)
bila unit variabelnya (misalnya tingkat produksinya) adalah sebesar X. bila unit
variabelnya kurang dari X maka alternatif B yang lebih baik, dan bila unit variabelnya
lebih dari X rnaka alternatif A yang lebih baik.
l
a
t
o
T
s
B
o
k
g
n
O
A
BEP
Unit Variabel
Alternatif kedua adalah mesin semiotomatis yang memiliki harga awal Rp. 8
juta dengan masa pakai ekonomis 5 tahun dan tanpa nilai sisa. Ongkos tenaga kerja
per jam bila mesin ini dioperasikan adalah Rp. 24.000 dan ongkos-ongkos operasional
dan perawatannya Rp. 1,5 juta per tahun. Perkiraan outputnya adalah 6 ton pei jam.
MARR yang dipakai analisa adalah 10%.
a. Berapa lembaran logam yang harus diproduksi tiap tahun agar mesin otomatis lebih
ekonomis dari mesin semiotomatis ?
b. Apabila manajemen menetapkan tingkat produksi sebesar 2.000 ton per tahun,
mesin mana yang sebaiknya dipilih.?
Solusi
a. Penyelesaian dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah di atas.
Rp.12.000
= X
8
EUAC1 =23 juta (A/P, 10%, 10)-4 juta (A/P, 10%, 10) + 3,5 juta + 12.000 X/8
Dengan cara yang sama akan diperoleh ongkos variabel tahunan untuk mesin
semiotomatis adalah :
= Rp. 4.000 X
EUAC1 = EUAC2
Jadi, mesin otomatis akan lebih ekonomis dipakai bila dibandingkan dengan mesin
semiotomatis bila tingkat produksinya lebih besar dari 1 .352,8 ton per tahun.
b. Apabila manajemen memutuskan tingkat
produksi sebesar 2.000 ton per tahun maka mesin
otomatis yang harus dipilih (karena lebih besar
dari titik impas).
C o n t oh 6 . 4
n (juta) 20 16 5
umur proyek (tahun)
10 10 10
ongkos/unit produk
200 150 100
Bila MARR adalah 10%, pada interval tingkat produksi per tahu berapa alternatif B
paling ekonomis ?
Solusi
Misalkan X adalah jumlah produk yang dibuat per tahun, maka:
EUACB = 150 juta (A/P, 10%, 10) + 16 juta - 25 juta (, F, 10%a, 10) + 150 x
3. bila pendapatan tahunan turun 251% :
= -1,8892 juta
= -3,511 juta
Alternatif di atas akan menjadi tidak layak bila pendapatan tahunan turun
sampai di bawah 2,774 juta per tahun atau bila terjadi penurunan sekitar 7,47%.
Silakan anda hitung sendiri dengan cara yang serupa di atas.
G
Gambar
ambar 6 .8 . Hu bung an antara
antara perubahan p endapata
endapatann tahunan terhadap
terhad ap nilai
NPW.
C o n t oh
oh 6 . 7
Alat-alat lama yang tidak dipakai dalam sistem baru diperkirakan memiliki nilai
sisa sebesar Rp. 600 juta. Dengan adanya sistem baru, perusahaan juga harus
menanggung ongkos-ongkos penggantian peralatan dengan nilai sekarang Rp. 200
juta. Karena peralatan hanya berumur ekonomis 15 tahun maka disini diasumsikan
bahwa ongkos-ongkos peralatan akan tetapi identik setelah penggantian dilakukan.
MARR yang akan digunakan adalah 15%.
Data data-data di atas maka aliran kasnya bisa diringkas seperti pada tabel 6.3
berikut.
T a be
b e 6 . 3 E s t i m a s i a lili r a n k a s u n t u k c o n t o h 6 . 7 ( a n g k a da
d a la
la m j u t a an
an r u p i a h )
Akhir tahun 0 1 – 15 15 16 – 30 30
Bangunan -2.500 0
pW ≥ 0
atau
Y ≥ -0,2004 + 0,47505 X.
Dari persamaan tersebut bisa disimpulkan, bila X = 0 maka nilai Y = -0,2004 atau
-20,04%. Artinya, bila tidak ada kesalahan pada estimasi ongkos investasi peralatan
maka penurunan penghematan ongkos tenaga kerja masih bisa ditolerir sampai
20,04%. Sebaliknya, bila Y = 0 maka nilai X adalah 0,42185 atau 42,185% yang
berarti bahwa bila tidak ada kesalahan pada estimasi penghematan ongkos tenaga
kerja maka investasi ini akan tetap layak bila ongkos investasi peralatannya tidak
meningkat melebihi 42,185% dari estimasi semula. Bila diplot dalam graft maka
daerah layak dan tidak layak dibatasi oleh persamaan garis Y = -0,2004 + 0,47505 X
seperti terlihat pada gambar 6.9.
∑ p
j =1
j = 1 (6.7)r
n
W atau E(x) = ∑ p x
j =1
j j (6.8)
∞
2
µ atau E (x)
(x) = ∫ x f(x) dx
−∞
(6.10)
∞
= ∫ x p (x) dx
−∞
(6.10)
Dimana f(x) atau p(x) adalah fungsi yang menyatakan probabilitas terjadinya suatu
nilai x.
n
σ 2
= ∑ p x
j=1
j j
2
.μ 2 (6.11)
Apabila fungsi dari nilai-nilai yang mungkin terjadi adalah diskrit maka secara
lebih spesifik varian dari variabel acak xj bisa di rumuskan sebagai berikut :
n 2
σ 2
= ∑ [x .μ ] p
j=1
j j (6.12)
n
= ∑ p[ .x
j=1
j j
2
.2μ 2 + μ 2 ]
n
= ∑ p[ .x
j=1
j j
2
]
.μ 2 (6.13)
n
2
E(x ) = ∑x
j=1
j
2
p j (6.14)
Dan
2
n
µ atau [E(x)] = ∑ x j p j
2 2
(6.15)
j =1
Apabila x j, adalah nilai-nilai variabel random yang fungsinya kontinyu maka nilai :
∞
E (x ) = ∫x
2 2
f(x) dx (6.17)
−∞
Dan
2
∞
[E (x)] = ∫ x f ( x ) dx
2
(6.18)
−∞
Standar deviasi adalah ukuran yang lebih riil dari dispersi nilai-nilai suatu variabel
acak. Nilainya bisa diperoleh dengan mencari akar kuadrat dari varian. Bila standar
deviasi dinotasikan dengan σ maka berlaku hubungan :
s = s2 (6.19)
atau
1/ 2
n
= ∑ p j x j .μ
2
σ (6.20)
j=1
s
c =
μ
Sedangkan interval nilai (range) adalah selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil
yang mungkin terjadi.
C o n t oh
oh 6 . 8
(x j) (p j)
10 juta 0,3
Tentukan nilai harapan, varian, koefisien variansi, dan interval nilai dari nilai-nilai NPV
yang mungkin terjadi.
S o lu s i
Nilai harapan :
n
µ atau E(x) = ∑ x p
j=1
j j
= 149 juta
Varian :
2 2 2
3
2
E(x ) = ∑x
j=1
j
2
p j
= 1,031 x 1017
Standar deviasi :
σ = 1,301x1017
= 360,694 juta
s 360,694
c = =
μ 149 juta
koefisien variansi :
= 2,4208
= 460 juta
C o n t oh
oh 6 . 9
T a be l 6 . 5 D a t a u n t u k c o n to h 6 . 9
S olu s i
Probabilitas kerusakan pada tahun tertentu dari altematif A adalah 0,12 sehingga
ekspektasi ongkos kerusakan per tahun adalah 8,6 juta x 0,12 = 1,032 juta.
Sedangkan ongkos operasional dari alternatif A tiap tahun adalah 4,5 juta x 0,2 juta =
0,9 juta. Dengan demikian maka ongkos total tiap tahun untuk alternatif A adalah
1,032 juta + 0,9 juta = 1,932 juta. Selengkapnya perhitungan untuk ketiga alternatif
diperlihatkan pada tabel 6.6.
Dengan melihat hasil pada tabel 6.6 maka dapat disimpulkan bahwa alternatif
B yang terbaik karena memberikan ekspektasi ongkos t otal tahunan yang terkecil.
T ab el 6 . 6 P e r h i t u ng a n on g k o s - o n g k o s t a h un a n u nt u k c o n to h 6 . 9
B 5,0 it. (0,2) = 1,0jt. 8,6 it. (0,06)= 0,516 it. I,516juta
C 7,5 it. (0,2) = l,5 jt. 8,6 it. (0,01) = 0,086 it. 1,S86juta
6.4.2 Tinjauan Singkat Distribusi Probabilitas
• llustribusi Beta
Untuk mendapatkan nilai rata-rata (nilai harapan) maupun varian dari
distribusi beta maka sifat-sifat distribusi beta bisa digunakan. Distribusi beta biasanya
condong ke kiri atau ke kanan, tergantung pada besarnya nilai-nilai parameternya.
Untuk menghitung estimasi rata-rata maupun varian, kita perlu mendefinisikan
terlebih dahulu nilai batas bawah yang disebut estimasi pesimis, nilai modus atau
estimasi nilai yang paling mungkin terjadi, dan nilai batas atas yang disebut estimasi
optimis. Ilustrasi grafis distribusi beta terlihat pada gambar 6.10.
Pada prinsipnya distribusi beta sama dengan distribusi normal, hanya saja
kurva distribusi beta biasanya condong ke kiri atau ke kanan, tidak seperti pada
distribusi normal yang biasanya simetris. Disamping itu, ujung-ujung kurva distribusi
beta biasanya lebih sempit batasnya, sedangkan pada distribusi normal, nilai ujung-
ujungnya tak terbatas.
O − P
s2 = (6.23)
6
C o nt oh 6 . 1 0
Misalkan PT. ABC sedang mempertimbangkan sebuah proposal investasi dan data-
data perkiraan aliran kas dan umur investasi terlihat pada tabel 6.7.
T a be l 6 . 7 E s t i m a s i p a r a m e t e r u n t u k p r o p o s a l c o n to h 6 . 1 0
Hitunglah :
a. Nilai harapan dari ongkos awal, pendapatan per tahun, dan nilai sisa.
c. Bila MARR perusahaan adalah 15%, apakah investasi tersebut layak dilakukan ?
S olu s i
P + 4M + O
a. E (ongkos awal) =
6
= 82,5 juta
Jika kedua alternatif memiliki umur 10 tahun dan tingkat bunga adalah 12%,
berapa jam dalam setahun motor harus dioperasikan agar kedua sistem tersebut
berada pada kondisi 'break even' ?
9. Dua buah kondensor sedang dipertiinbangkan untuk dipilih salah satu oleh
perusahaan ABC. Kondensor pertama harganya Rp. 6 juta dan ongkos-ongkos
operasional dan perawatannya Rp. 1 juta per tahun. Alternatif kedua adalah
kondensor seharga Rp. 5 juta,.namun ongkos-ongkos operasional dan
perawatannya belum diketahui. Nilai sisa untuk kedua kondensor diestimasikan
sebesar 25% dari harga awalnya. Horizon studi yang dipakai adalah 5 tahun dan
MARR 18%. Tentukanlah berapa ongkos-ongkos operasional dan perawatan dari
kondensor yang kedua agar kedua kondensor berada pada posisi impas (break
even) ?
10. Dalam melakukan studi buat beli sebuah komponen dari produknya. PT. XYZ
menemukan fungsi ongkos-ongkos untuk masingmasing alternatif sebagai
berikut :
Ongkos membuat :
Ongkos membeli :
11. Sebuah proyek diperkirakan membutuhkan dana awal investasi sebesar Rp. 50
juta dengan umur 6 tahun dan nilai sisa Rp. 4 juta. Perusahaan diperkirakan
memperoleh pemasukan sebesar Rp. 8 juta pada tahun pertama dan selanjutnya
meningkat Rp. 1 juta tiap tahun. Dengan menggunakan tingkat bunga 10% :
13. Perusahaan BCA memiliki estimasi nilai-nilai keuntungan yang bisa diperoleh
dengan probabilitas sebagai berikut:
(x1) (P1)
Tentukanlah :
a. Ekspektasi
b. Varian
c. Standar deviasi
d. Interval (range)
e. Koefisien variansi
14. Seorang analis ekonomi teknik sedang melakukan perhitunga n kelayakan sebuah
proyek yang memiliki estimasi nilai pesimis, modus, dan nilai optimis dari nilai-
nilai parameternya sebagai berikut :
b. carilah ekspektasi nilai ROR. Bila MARR petusahaan adalah 13%, apakah
proyek ini layak dilaksanakan ?
15. Hitunglah nilai ekspektasi present worth dari estimasi aliran kas yang
probabilitasnya seperti pada tabel berikut. Asumsikan bunga sebesar 15 %.
situasi NYV
p B C
resesi -10 juta -2 juta 3 juta
Apabila probabilitas terjadinya resesi adalah 0,2 dan probabilitas terjadinya situasi
ekonomi stabil adalah 0,5 :
17. Apabila ketidakpastia.n pada soal 6.16 di atas sanga.r, tinggi sehingga
probabilitas terjadinya masing-masing situasi ekonomi tidak diketahui, pilihlah
alternatif dengan kriteria yang mencerminkan optimisme.
T a be l 7 . 2 T i n g k a t d e pr e s i a s i d e n g a n S O Y D p ad a a s e t y a n g u m u r n y a 6 t ah u n
t 1 2 3 4 5 6
C o n t oh 7 . 2
Solusi
N − t + 1
D1 = (P − S)
SOYD
6 −1 +1
D1 = (39 juta − 3 juta)
21
6 − 2 +1
D2 = (36 juta)
21
= Rp.8,571 juta
T a be l 7 . 3 J a d w a l d e p r e s i a s i d a n n i l ai b u k u u n t u k c o n to h 7 . 2 .
0 0 39,000 juta
Bila diplot dalam grafik maka hubungan antara umur aset dengan nilai buku tampak
seperti gambar 7.2.
Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t adalah :
D = dBV (7.9)
dimana :
Dengan rumus rekursif 7.11, besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t juga
bisa dinyatakan dengan :
Demikian pula nilai buku pada akhir tahun ke-t bisa diekspresikan dengan :
selama BV' lebih besar atau sama dengan nilai sisa (S) yang telah ditetapkan.
G a m b ar 7 . 2 . G r a f i k n i l ai b u k u V s u m u r a s e t d e ng a n m e to de d ep r e s i a s i S O Y D
u n t u k c o n t oh 7 . 2 .
DS = 4/50 (10 juta) = Rp. 0,8 juta
Metode depresiasi sinking fund adalah metode yang terbalik dengan metode DB
atau SOYD, karena besarnya depresiasi justru lebih kecil pada tahun-tahun awal
dibandingkan dengan pada tahunrahun berikutnya. Dari segi beban pajak, metode ini
tidak memberikan keuntungan sehingga hampir tidak ada perusahaan yang
menggunakannya. Sedangkan metode unit produksi tidak memiliki pola yang jelas
karena besarnya depresiasi akan tergantung pada penjadualan produksi, bukan pada
masa pakai aset atau alat yang bersatlgkutan. Oleh karenanya, metode ini bisa
metnpercepat atau memperlambat depresiasi.
Pada organisasi atau perusahaan yang besar yang memiliki berbagai macam
aset dalam jumlah yang banyak, depresiasi bisa lakukan atas dasar kelompok-
kelompok tertentu dari aset tersebut. pengelompokan-pengelompokan ini dilakukan
untuk memudahkan perhitungan depresiasi dalam catatan akuntansi perusahaan.
Pada depresiasi aset yang masa pakainya sudah habis maka diasumsikan
bahwa aset tersebut diganti dengan aset yang baru dan sama dengan yang
sebelumnya, namun pada deplesi penggantian ini tidak mungkin dilakukan. Pada
proses manufakturing misalnya, besarnya nilai yang dibebankan pada depresiasi
diinvestasikan kembali pada aset baru untuk menjaga kelanjutan produksi. Akan
tetapi, pada proses pertambangan batubara, tidak mungkin untuk menginvestasikan
beban deplesi menjadi sumber-sumber batubara yang baru.
Soal
1. Sebuah mesin memiliki harga awal Rp. 12 juta, umur 8 tahun, dan nilai sisa Rp. 2
juta. Hitunglah beban depresiasi dan nilai bttku dari mesin tersebut setiap tahun
dengan met-ode SL. Berapakah tingkat depresiasinya.
2. Sebuah truk yang harga awalnya Rp. 46 juta diestimasikan memiliki umur 8 tahun
dengan nilai sisa Rp. 6 juta. Berapakah beban depresiasi tiap tahun dari truk
tersebut dan berapakah nilai yang tak terdepresiasi (undepreciated) pada akhir
tahun ke-5 bila digunakan metode SL?
3. Sebuah aset memiliki harga awal Rp. 60 juta dengan nilai sisa Rp. 5 juta
setelah 11 tahun. Apabila digunakan metode depresiasi DB dengan tingkat 10%,
hitunglah :
a. beban depresiasi pada tahun ke-2
b. beban depresiasi pada tahun ke-9
c. c. nilai buku pada akhir tahun ke-9.
4. Sebuah aset dibeli 10 tahun yang lalu seharga Rp. 4,8 juta. Aset ini telah
didepresiasi dengan metode SL dengan estimasi umur total 20 tahun dan nilai sisa
Rp. 0,8 juta. Berapakah selisih nilai buku saat ini (dengan metode SL) dan nilai
buku aset tersebut bila menggunakan metode DB dengan tingkat bungal 0% ?
5. Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp. 32 juta dan estimasi umurnya adalah 5
tahun. Nilai sisanya . diperkirakan Rp. 3,5 juta,
a. metode SL
b. metode SOYD c. metode DDB
c. metode SF dengan tingkat bunga 10%.
d. DB ?
CG = pendapatan kapital
dan nilai CG > 0. Apabila penjualan berlangsung dalam selang yang kurang
dari satu tahun sejak saat pembelian aset yang bersangkutan maka
pendapatan kapital ini dinamakan pendapatan kapital jangka pendek (short
term gain = STG), dan bila selang itu lebih dari setahun, pendapatannya
dinamakan pendapatan kapital jangka panjang (long term gain = LTG). STG
dan LTG biasanya dikenakan pajak dengan cara yang berbeda.
• Kerugian kapital
kapital (capital
(capital loss) terjadi bila harga jual suatu aset kurang dari nilai
bukunya. Kerugian kapital dihitung sebagai berikut :
CL = BV - SP (8.3)
dimana :
CL = kerugian kapital
Istilah kerugian kapital jangka pendek (short-term loss STL) dan kerugian
kapital jangka panjang (long-term loss = LTL) didefinisikan dengan cara yang
serupa dengan STG dan LTG, yakni sama-sama menggunakan selang waktu
satu tahun sebagai pembatasnya. Konsep `sunk cost' yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya sebenarnya sama dengan konsep kerugi an kapital ini.
RD = SP - BV (8.4)
dimana RD > 0. Bila harga jualnya melebihi harga belinya maka akan diperoleh
pendapatan kapital.
8.2. Perhitungan-perhitungan Dasar Perpajakan
Besarnya pajak pendapatan yang harus ditanggung oleh sebuah usahaan bisa
dihitung dengan rumus dasar sebagai berikut :
P = (TI) T (8.5)
Dimana :
P = besarnya pajak
T = tingkat pajak yang dikenakan untuk pendapatan terkena pajak sebesar TI.
P=(GI-E-D)T (8.6)
C o n t oh
oh 8 . 1
Pada tahun 1994 PT. BCD memiliki pendapatan kotor sebesar 5,5 milyar
dengan total pengeluaran dan depresiasi untuk tahun tersebut adalah Rp. 3,7 milyar.
Berapakah pajak pendapatan yang dibayar oleh perusahaan bila pada interval TI
tersebut.tingkat k yang dikenakan adalah 45 % ?
S o lu s i
Besarnya nilai present worth pajak yang ditanggung secara langsung akan
dipengaruhi oleh besarnya pajak yang harus dibayar pada setiap periode akuntansi.
Perbedaan ini bisa dimengerti karena besarnya depresiasi secara langsung akan
mempengaruhi besarnya pendapatan terkena pajak. Secara matematis hal ini bisa
dirumuskan :
TI = BTCF – D (8.7)
dimana BTCF adalah aliran kas sebelum pajak. Kalau depresiasi dibuat besar pada
tahun-tahun awal dari umur suatu aset maka pada tahun-tahun awal tersebut nilai TI
akan kecil. Bila nilai TI kecil pada tahun-tahun awal maka besarnya pajak yang
dibayar pada tahunttthun awal juga kecil. Akibatnya, total present worth dari pajak
yang ditanggung akan lebih kecil bila depresiasi dibuat besar pada tahun-tahun awal
periode depresiasi.
Apabila kita membahas besarnya aliran kas setetah pajak maka ;a harus
mengetahui besarnya aliran kas tersebut sebelum pajak n besarnya pajak yang
dikenakan. Hubungan ini terjadi sebagai berikut :
nama ATCF adalah aliran kas setelah pajak dan P adalah besarnya jarak pada periode
yang bersangkutan.
C o n t oh
oh 8 . 2
Misalkan harga awal sebuah aset adalah Rp. 50 juta dengan iur 5 tahun. Aliran
kas sebelum pajak setiap tahunnya adalah Rp. juta. Apabila tingkat pajak yang
dikenakan adalah 30% dan ROR elah pajak adalah 10%, bandingkan nilai present
worth dari pajak ig dikenakan apabila digunakan metode :
Bila menggunakan model depresiasi garis lurus, besarnya depresiasi tiap tahun adalah
sama, yaitu :
Rp. 50 juta
Dt =
5
Karena besarnya aliran kas sebelum pajak (BTCF) tiap tahun selam a5 tahun adalah
sama yaitu Rp. 20 juta dan besarnya depresiasi adalah Rp. 10 juta maka besarnya
pendapatan terkena pajak adalah :
= Rp. 10 juta
Dengan tingkat pajak sebesar 30% maka besarnya pajak tiap tahun adalah
= Rp. 3 juta.
Bila ditabulasikan dalam bentuk tabel maka hal itti akan terlihat seperti pada tabel 8.1
T a be
b e l 8 . 1 P e r h i t u n g a n pa
pa j a k p a d a c o n t oh
oh 8 . 2 d e n g a n m o d e l D e p r e s i a s i g a r i s
Lurus
0 -50 juta
Besarnya nilai nominal pajak yang dibayar adalah 5 x Rp. 3 juta = Rp. 15 juta dan
besarnya nilai present worth dari pajak tersebut adalah :
= 11,373 juta.
b. Apabila digunakan metode depresiasi SOYD maka konfigurasi aliran kas sebelum
pajak, depresiasi, dan pajak dari aset ini terlihat pada tabel 7.2.
T ab
a b e l 7 . 2 P e r h i t u n g a n p aj
aj a k d en
e n g a n d ep
ep r e s i a s i S O Y D
1 20 juta
20 juta 16,667 juta
16,667 juta 3,333 juta
3,333 juta 1,000 juta
2 20 juta 13,333 juta
13,333 juta 6,667 juta
6,667 juta 2,000 juta
2,000 juta
3 20 juta
20 juta 10,000 juta 10,000 juta 3,000 juta
3,000 juta
q 20 juta
20 juta 6,667 juta
6,667 juta 13,333 juta
13,333 juta 4,000 juta
5 20 juta
20 juta 3,333 juta
3,333 juta 16,667 juta
16,667 juta 5,000 juta
5 − t + 1
Dt = 15 50 juta
Besarnya nilai nominal pajak yang dikenakan adalah Rp. 15 juta, sama dengan nilai
nominal yang dikenakan pada model depresiasi garis lurus di atas. Sedangkan nilai
present worth dari total pajak tersebut adalah :
= 10,653 juta.
Dari sini bisa dilihat bahwa nilai present worth dari pajak yang dikenakan dengan
menggunakan model depresiasi SOYD lebih kecil dibandingkan jika menggunakan
1
model depresiasi garis lurus. Hal ini bisa dimengerti karena dengan metode
depresiasi -SOYD, besarnya depresiasi lebih besar pa.da tahun-tahun awal
dibandingkan dengan pada tahun-tahun berikutnya. Dengan menurunnya nilai
depresiasi maka besarnya TI meningkat dari tahun ke tahun mengingat besarnya
pendapatan kotor (BTCF) adalah sama, yaitu Rp. 20 juta tiap tahun. Akibatnya, pajak
yang dikenakan akan lebih kecil pada tahun-tahun awal yang pada akhirnya akan
membuat nilai present wotthnya menjadi lebih kecil (bila dibandingkan dengan jumlah
pajak yang merata tiap tahunnya).
Sbelum melakukan analisis lebih jauh tentang kas setelah pajak, itu hal yang penting
diketahui adalah cara mentabulasikan aliran setelah dikurangi pajak. Analisa-analisa
seperti analisa present Drth, analisa annual worth, analisa ROR, dan sebagainya pada
insipnya tetap sama antara sebelum dan sesudah pajak. Namun rena nilai-nilai aliran
kas antara sebelum pajak dan sesudah pajak rbeda maka kesimpulan dari anal isis-
analisis di atas bisa berbeda. berikut ini disertakan beberapa contoh cara
mentabulasikan aliran s setetah pajak termasuk juga analisis nilai present worth,
analisa MARR, dan sebagainya.
Contoh 8.3
Sebuah peralatan penunjang produksi direncanakan akan dibeli pada tahun ini
oleh PT. ABC. Harga awal dari alat tersebut adalah Rp. 50 juta dengan masa pakai 5
tahun dan nilai sisa nol. Selama 5 tahun, pendapatan yang diharapkan adalah sebesar
(28 juta - 1 juta n) dimana n adalah tahun terjadinya aliran kas. Sedangka n
pengeluaran tahunan diperkirakan sebesar (9,5 juta + 0,5 juta n)
a. Apabila tingkat pajak efektif adalah 30% dan metode depresiasi yang
digunakan adalah garis lurus, tabulasikanlah aliran kas setelah pajak dari alat
tersebut.
b. Hitung nilai present worth dari aliran kas tersebut bila MARR setelah pajak
adalah 8%.
S o lu s i
T a be
b e l 8 . . 3 T a bu
b u l as
as i a lili r a n k a s s e t e la
la h p a j a k u n t u k c o n t oh
oh 8 . 3
( d a la
la m j u t a r u p i a h )
1 27 10 17 10 7 2,1 14,9
3 25 11 14 10 4 1,2 12,8
5 23 l2 11 10 1 0,3 10,7
P = -50 juta + 14,9 juta (P/F, 8%, 1) + 13,95 (p/F, 8%, 2) + 12,8 juta (P/F,
8%, 3) + 11,75 juta (P/F, 8%, 4) + 10,7 juta (P/F, 8%, 5)
= -50 juta + 14,9 (0,9259) + 13,95 (0,8573) + 12,8 juta (0,7938) + 11,75
juta (0,7350) + 10,7 juta (0,6806)
(0,6806)
C o n t oh
oh 8 . 4
Asumsikan suatu investasi membutuhkan modal awal sebesar D. 500 juta dan
akan menghasilkan aliran kas sebelum pajak sebesar P. 200 juta setiap tahun selama
6 tahun. Nilai sisa diestimasikan besar Rp. 50 juta pada akhir umurnya dan tingkat
pajak efektif yang erlaku adalah 35%. Gunakanlah metode depresiasi garis lurus tn
tentukan :
S o lu s i
500 juta − 50 juta
Dt =
6
= Rp. 75 juta
T a be
b e l 8 . 4 A l i r a n k a s s e t e la
la h p aj
aj a k u n t u k c o n to
to h 8 . 4 ( d a la
la m j u t a
rupiah)
0 -500 -500
50 50
NPW = 0
atau :
Untuk mencapai ruas kanan 500 juta digunakan interpolasi linier sehingga ROR
sebelum pajak adalah :
538,96 juta - 500 juta
ROR seb. pajak = 30% + x 10%
538,96 juta - 440,240 juta
= 33,94 %
d. ROR setelah pajak :
NPW = 0
atau :
523,96 juta - 500 juta
ROR set. Pajak = 20% + x 5% 5
523,96 juta - 463,133 juta
= 21,97 %
Seperti telah dijelaskan pada awal bab ini, pendapatan kapital adalah selisih
antara jual dengan nilai buku suatu aset pada saat aset tersebut dijual. Apabila aset
tadi dijual setelah setahun dari saat pembeliannya maka pendapatan kapital
dikenakan pajak lebih rendah dari pendapatan lain yang diperoleh perusahaan. Pada
saat terjadi inflasi tnaka harga jual suatu aset biasanya meningkat, namun nilai buku
dari aset tersebut tidak bisa disesuaikan dengan terjadinya inflasi. Dengan demikian
maka pada saat-saat terjadi inflasi, penjualan suatu aset biasanya menghasilkan
pendapatan kapital.
CG, = pendapatan kapital yang diperoleh pada saat aset di jual pada tahun ke-t
Tc = tingkat pajak yang dikenakan pada pendapatan kapital
Pc = TcCG1
C o n t oh 8 . 5
Sebuah traktor memiliki harga Rp. 60 juta dengan umur 7 tahun dan nilai sisa
Rp. 4 juta. Dengan menggunakan metode apresiasi garis lurus maka nilai buku traktor
tersebut pada akhir hun ke-3 adalah Rp. 36 juta.
a. Misalkan traktor tadi dijual seharga Rp. 40 juta pada akhir tahun ke-3 dan
pendapatan kapital dikenakan pajak dengan tingkat 28%, berapakah pajak dari
pendapatan kapital tersebut ?
b. Bila traktor tadi tetap dipakai dan baru dijual di akhir tahun ke-7 dengan harga
Rp. 10 juta, berapakah pajak pendapatan kapital yang dikenakan ?
Solusi
CG s = 40 juta - 36 juta
= Rp. 4 juta
Dengan demikian maka besarnya pajak pendapatan kapital yang dikenakan adalah :
Pc = Tc CG 3
C o n t oh 8 . 6
Seorang pengusaha ptoperti membeli sebidang tanah seharga Rp. 100 juta dan
menyediakan uang sebesar Rp. 1,6 milyar untuk membangun apartemen di atas tanah
tersebut. Pendapatan tahunan sebelurn pajak dari penyewaan apartemen diperkirakan
sebesar Rp, 300 juta selama 40 tahun dengan dasar nilai uang sekarang. Pengusaha
tadi merencanakan akan menjual apartemen tadi pada akhir tahun ke-6 pada saat
nilai properti tersebut diperkirakan mengalami peningkatan. Sesuai dengan aturan
pajak, harga tanah tidak bisa didepresiasi, tetapi diperhitungkan sebagai nilai sisa.
Sedangkan ongkos konstruksi bisa bisa didepresiasi selama 32 tahun dengan metode
garis lurus. Pengusaha menetapkan MARR setelah pajak sebesar 10% tidak termasuk
inflasi. Tingkat pajak pendapatan yang dikenakan adalah 34% dan tingkat pajak
pendapatan kapitalnya adalah 28%. Apabila diasumsikan tidak ada inflasi dan harga
jual properti termasuk tanahnya adalah Rp. 2,1 milyar di akhir tahun ke-6, berapakah
NPV dari investasi tersebut.
S olu s i
P −S
Dt =
N
= 1/32
Dengan demikian maka nilai buku dari properti tersebut pada akhir tahun ke-6
adalah :
BV6 = P - tD
Pendapatan bersih setelah dikurangi pajak setiap tahun sampai tahun ke-6 adalah :
Pajak pendapatan kapital dari penjualan properti tersebut di akhir ahun ke-6 adalah :
Pc = Tc CG6
NPV = -1,7 milyar + 215 juta (P/A, 10%, 6) + (2,1 milyar-196 juta) (P/F, 10%, 6)
Soal
Bila tingkat pajak pendapatan yang dikenakan pemerintah sesuai dengan tabel
berikut. Hitunglah pajak pendapatan perusahaan pada tahun tersebut.
2. Sebuah aset memiliki harga awal Rp. 120 juta dengan umur 7 tahun. Aliran kas
netto sebelum pajak adalah Rp. 40 juta per tahun. Tingkat pajak pendapatan yang
harus ditanggung perusahaan adalah seperti pada tabel di soal 8.1. Apabila ROR
setelah pajak adalah 12%, bandingkan nilai present worth pajak yang dikenakan
dengan menggunakan metode depresiasi :
a. Garis lurus
3. Sebuah perusahaan kecil beroperasi dengan modal awal sebesar Rp. 800 juta
dengan petkiraan umur 8 tahun. Pendapatan yang diharapkan adalah Rp. 150 juta
pada tahun pertama dengan kenaikan 15% tiap tahunnya. Sedangkan pengeluaran
untuk operasional dan perawatan adalah Rp. 60 juta pada tahun pertarrra dan
akan naik setiap tahun sebesar Rp. 4 juta.
a. Tabulasikanlah aliran kas setelah pajak dengan memakai patokan tingkat pajak
pada tabel diatas.
b. Hitung nilai present worth dari pajak yang dibayar. Metode depresiasi yang
digunakan adalah SOYD.
4. Sebuah mesin fotocopy memiliki harga awal Rp. 10 juta dan tanpa-nilai sisa pada
akhir tahun ke-4. Depresiasi dari mesin ini akan dihitung dengan metode SOYD.
Pajak pendapatan yang dikenakan pada perusahaan adalah 34% dan MARR setelah
pajak adalah 6%. Berapakah pendapatan tahunan seragam minimal yang
seharusnya dihasilkan oleh mesin ini agar pembeliannya menguntungkan ?
5. Sebuah mesin pengangkat beban memiliki hatga Rp. 70 juta dan akan didepresiasi
dengan metode garis lurus selama 5 tahun sampai nilai sisanya nol. pEndapatan
kotor yang dihasilkan oleh mesin ini adalah Rp. 45 juta per tahun. Pengeluaran
operasional untuk tahun 1 sampai 5 masing-tnasing adalah Rp. 15 juta, 16 juta, 17
juta, 18 juta, dan 19 juta. Pajak pendapatan yang dikenakan adalalt 34% dan
MARR setelah pajak adalah 8%. Hitunglah NPV dari aliran kas setelah pajak untuk
mesin tersebut.
7. Sebuah truk dibeli oleh perusahaan konstruksi 4 tahun yang lalu dengan harga Rp.
6,5 juta dengan umut 8 tahun dan nilai sisa Rp. 10 juta. Truk ini didepresiasi
dengan metode SOYD. Apabila truk ini dijual pada tahun ini (setelah 4 tahun sejak
saat pembeliannya) dengan harga Rp. 35 juta, berapakah pajak pendapatan kapital
yang berlaku adalah 20% ?
8. Sebuah bangunan apartemen seharga Rp. 4,4 tnilyar (termasuk harga tanahnya
Rp. 800 juta) telah dibangun oleh sebuah perusahaan real estate. Perusahaan
berharap bisa mendapatkan pemasukan bersih sebelum pajak sebesar Rp. 620 juta
tiap tahun selama 8 tahun. Setelah 8 tahun, bangunan tadi akan dijual seharga Rp.
5,2 milyar termasuk tanahnya. Pajak pendapatan yang dikenakan pada perusahaan
adalah 36% dan pajak pendapatan kapital adalah 28%. MARR setelah pajak dari
perusahaan ini adalah 8%. Depresiasi yang digunakan 'adalah garis lurus dan
diasumsikan tidak ada inflasi. Hitunglah NPV dari proyek tadi bila :
ANALISA PENGGANTIAN
9.1 Pendahuluan
• Penurunan output baik ditinjau dari kuantitas yang bisa dihasilkan dalam suatu
satuan waktu maupun kualitas dari outputnya.
• Peningkatan kebutuhan battan bakar dan peningkatan persentase material
yang terbuang sehingga berakibat pada peningkatan ongkos-ongkos
operasional.
• Peningkatan kebutuhan suku cadang dan tenaga perawatan yang berarti bahwa
ongkos-ongkos perawatan meningkat.
• Kerusakan alat terjadi lebih sering dan setiap kerusakan membutuhkan waktu
yang lebih lama ttntuk lnemperbaikinya.
4. Adanya alternatif untuk menyewa suatu peralatan dan kebijakan ini lebih ekonomis
dari membeli atau memiliki sendiri alat tersebut.
• Ada alat sejenis yang baru yang bisa menjanjikan produk yang lebih disukai di
pasaran.
• Ada alat sejenis yang baru yang bisa beroperasi dengan ongkos-ongkos
operasional dan perawatan yang lebih rendah.
• Ada alat sejenis yang baru yang bisa beroperasi dengan produktivitas yang
lebih tinggi.
Penurunan fungsi fisik dan keusangan suatu peralatan bisa ;rjadi secara
independen ataupun bisa berkaitan antara satu dengan ang lainnya. Tidak ada suatu
metode standar yang bisa dipakai ntuk mengkuantifikasikan penurunan fungsi fisik
maupun keusangan ari suatu peralatan. Untuk menentukan karakteristik penurunan
isik ataupun keusangan suatu peralatan dibutuhkan observasi dan nalisis data dengan
seksama.
Dengan tingkat bunga IS % lakukanlah analisa biaya tahunan untuk menentukan
apakah cukup ekonomis untuk melakukan penggantian pada mesin tersebut.
BAB 10
INFLASI
10.1. Pendahuluan
Ada beberapa teori yang berbeda tentang inflasi, namun tidak ada satupun yang
bisa menjelaskan setiap situasi yang mungkin terjadi. Disamping itu sumber inflasi
pada suatu saat mungkin berbeda pada negara-negara maju maupun negara-ttegara
berkembang, pada negara-negara yang kolusi burulmya kuat maupun pada yang
kolusi buruhnya lemah, dan pada negara-negara yang struktur ekonominya cukup
kompetitif dan tertutup maupun yang ekonominya cukup terbuka dalam percaturan
ekonomi dunia. Secara umum, para ekonotn membedakan inflasi dalam 3 kategori
berbeda, yaitu (1) inflasi yang diakibatkan oleh tekanan permintaan, (2) inflasi yang
diakibatkan oleh dorongan ongkos, dan (3) inflasi struktural.
Jenis inflasi ini, yang sering juga disebut kelebihan permintaan, paling umum
terjadi diantata ketiga jenis yang disebutkan disini. Secara umum, inflasi ini bisa
terjadi karena tersedia terlalu banyak uang untuk jumlah barang yang relatif
sedikit. Dengan kata lain, penawaran tidak mampu memenuhi permintaan
sehingga harga-harga barang akan terdorong untuk naik. Hat ini biasanya terjadi
pada kondisi dimana tingkat pengangguran sangat rendah dan ada batasan untuk
memproduksi barang biasa dalam jumlah yang lebih banyak pada suatu negara
untuk memenuhi permintaan. Defisit permintaan yang terlalu unsur atau suplai
uang yang meningkat lebih cepat dari suplai barang dan jasa juga menjadi
penyebab dari inflasi ini.
3. Inflasi Struktural
Secara umum ada dua sisi yang berbeda dari perubahan harga. Sisi yang
pertama adalah perubahan pada daya beli uang yang akan mengakibatkan perubahan
tingkat harga secara umum. Kondisi ini dinamakan inflasi. Sisi yang kedua adalah
perubahan harga diferensial yang mengakibatkan harga beberapa jenis komoditi
berubah pada tingkat yang berbeda dari perubahan harga yang'terjadi secara umum.
Perubahan yang seperti ini dinamakan eskalasi.
Indeks harga implisit menentukan efek dari perubahan tingkat harga secara
umum pada produk nasional bruto yang dinyatakan dalam nilai pasar keseluruhan dari
barang maupun jasa yang diproduksi oleh suatu negara. Tentu saja, peningkatan nilai-
nilai indeks di atas mengindikasikan pe»ingkatan harga yang juga berarti penurunan
daya beli uang.
Indeks harga konsumen pada tahun 1981, 1982, 1983, dan 1984 berturut-
turut adalah 81,66; 89,45; 100, dan 106,42. Hitunglah persentase perubahan CPI
(atau tingkat inflasi) untuk tahun 1982, 1983, dan 1984.
1981 81,66
1982 89,45
1983 100
1984 106,42
Solusi
Persentase perubahan CPI tahun 1982 berdasarkan nilai pada tahun sebelumnya
adalah :
CPI 1982 − CPI 1981
∆CPI1982 = x 100%
CPI 1981
89,45 − 81,66
= x 100 %
81,66
= 9,54 %
CPI 1983 − CPI 1982
∆CPI1983 = x 100%
CPI 1982
100 − 89,45
= x 100 %
89,45
= 11,80 %
CPI 1984 − CPI 1983
∆CPI1984 = x 100%
CPI 1983
106,42 − 100
= x 100 %
100
= 6,42 %
Adanya inflasi mengakibatkan nilai present worth dari uang tintuk masa-masa
mendatang akan semakin berkurang. Dengan pengaruh ini 'maka sudah sewajarnya
inflasi mendapatkan perhatian serius sehingga bisa dikendalikan pada tingkat yang
wajar. Pemerintah biasanya selalu berusaha menekan laju inflasi sehingga perekono-
mian bisa berlangsung secara wajar.
Dalam kaitannya dengan analisa finansial, ada beberapa hat yang bisa
dilakukan terhadap inflasi dan deflasi, diantaranya adalah :
1. Konversikan semua aliran kas kedalam nilai riil uang saat ini untuk mengeleminasi
efek inflasi, kemudian gunakan tingkat bunga reguler (tingkat bunga tanpa efek
inflasi) pada rumus-rumus bunga. Metode ini lebih tepat untuk analisa-analisa
sebelum pajak karena semua komponen aliran kas terinflasi pada tingkat yang
seragam.
2. Nyatakan aliran kas mendatang menjadi nilai saat ini dan gunakan tingkat bunga
yang telah mengandung efek inflasi. Tingkat bunga yang telah memper timbangkan
efek inflasi dinamakan tingkat bunga terinflasi atau kombinasi tingkat bunga-
inflasi. Metode ini biasanya lebih mudah digunakan dan dimengerti serta lebih
luwes dibandingkan dengan metode pertama di atas.
C o nt oh 1 0 . 2
Sebuah usulan proyek memiliki harga awal Rp. 20 juta dan diharapkan bisa
memberikan pendapatan selama 4 tahun masingmasing Rp. 7 juta yang dinyatakan
dalam nilai uang saat ini. Asumsikan bahwa MARR sebesar 20% sudah tertnasuk
inflasi yang diestimasikan 5 % di masa yang akan datang. Dengan kondisi di atas
apakah ttsulan tersebut layak diterima ?
Solusi :
Dengan menggunakan nilai-nilai aktual dari aliran kas maka diperoleh NPW dari
usulan tersebut pada MARR 20% adalah :
NPW = -20 juta + 7,35 juta (P/F, 20%, 1) + 7,718 juta (P/ F, 20%, 2) +
8,103 juta (P/F, 20%, 3) + 8,509 juta (P/F, 20%, 4)
= 0,272 juta.
dengan demikian maka usulan tersebut diterima karena NPW lebih besar dari not.
Bila ir adalah tingkat bunga atau ROR setelah intlasi yang harus diperoleh oleh
seorang investor dari investasinya yang membutuhkan biaya awal sebesar P dan i r
adalah tingkat inflasi maka nilai tnendatang dari investasi tersebut setelah N tahun
adalah :
N N
Atau
F = P (1 + ic)N
dimana i. adalah kombinasi tingkat bunga-inflasi yang menunjukkan tingkat maupun
ROR minimum yang disyaratkan agar suatu investasi bisa dinyatakan layak.
ic = (1 + i) (1 + i )
r - 1 (10.3)
atau
Jika i r dan Ir kecil maka perkalian kedua faktor ini nilainya kecil sekali sehingga bisa
diabaikan. Dengan demikian maka i c bisa dinyatakan dengan pendekatan sebagai
berikut:
Dari persamaan 10.4 bisa dinyatakan bahwa tingkat ROR tahunan setelah inflasi
yang diperlukan untuk suatu investasi adalah
i c − i f
ir = (10.6)
1 − i f
Atau
ic + 1
ir = -1 (10.7)
1 + i f
Sebagaimana dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa deflasi adalah kebalikan
dari inflasi. Dengan demikian maka efek yang ditimbulkan oleh deflasi juga
merupakan kebalikan dari efek yang ditimbulkan oleh inflasi: Dengan kata lain, deflasi
menurunkan harga dari barang atau jasa sehingga meningkatkan nilai riil atau daya
beli dari uang.
Dengan mengingat efek deflasi maka persamaan 10.1 bisa dinyatakan kembali
dalam bentuk persamaan :
atau
atau
Bila ia dan i, nilainya kecil maka perkalian keduanya akan menghasilkan bilangan yang
sangat kecil. Bila nilainya diabaikan maka persamaan 10.11 bisa didekati d engan :
Tingkat ROR tahunan setelah deflasi yang dibutuhkan untuk suatu investasi bisa
diperoleh berdasarkan persamaan 10.11 sebagai berikut :
i c − i d
ir = (10.13)
1 − i d
atau
1 + ic
ir = -1 (10.14)
1 - i d
(10.11)
C o nt oh 1 0 . 3
Misalkan tingkat bunga per tahun adalah 8% dan inflasi sebesar 5% per tahun,
hitunglah kombinasi tingkat bunga-inflasi yang terjadi.
S olu s i :
Ir = 8 %, ir = 5 % sehingga
= 0,1340
= 13,40%
Bila kita anggap perkalian kedua faktor di atas cukup kecil maka
Ic = 0,08 + 0,05
= 0,13
= 13%
C o nt oh 1 0 . 4
Misalkan nilai Rp. 2 juta saat ini ekuivalen dengan nilai Rp. 6 juta 3 tahun mendatang,
dan tingkat inflasi adalah 5%, tentukanlah :
Solusi:
F = P (1 + i c)N
6 ju ta = 2 ju ta(1 + ic)N
, atau
(1 + ic)3= 3
(1 + ic)N= 31/3
ic =31/3 -1
Tampak pada tabel 12.3 bahwa nilai NPW terbesar dihasilkan oleh proyek yang
ke-6 yaitu BE. Dengan demikian maka perusahaan sebaiknya memilih proyek B dan E
sekaligus.
Pada permasalahan penganggaran modal biasanya diasumsikan bahwa proyek
tidak akan berulang pada akhir umurnya. Oleh karenanya apabila ada proyek-
proyek yang umurnya berbeda maka perbandingannya tidak dilakukan dengan
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari masing-masing umur proyek tersebut
seperti yang dilakukan pada analisa present worth, tetapi tetap menggunakan
umurnya masing-masing sebagai dasar perhitungan. Contoh 12.3 berikut akan
memperjelas aturan ini.
Cuntoh 12.3
Misalkan umur masing-masing proyek pada contoh 12.2 di atas ternyata
bervariasi seperti pada tabel 12.4, pilihlah proyek atau kombinasi proyek mana yang
terbaik. Tingkat bunga tetap 18%.
C 10 3,5 00 6
D 7 2,75 0 5
E 5 2,2 00 6
Solusi
Karena umur proyek berbeda-beda maka aliran kasnya juga bervariasi.
Alternatif proyek BD misalnya, akan menghasilkan aliran kas positif sebesar Rp.
1,820 milyar tiap tahun selama 4 tahun dan sebesar Rp. 2,750 milyar tiap tahun
selama 5 tahun. Ini berarti pada 4 tahun pertama, proyek ini akan menghasilkan
Rp. 4,570 milyar per tahun dan pada tahun ke lima Rp. 2,750 milyar.
Perhitungan nilai present worth dari alternatif proyek BD ini menjadi sebagai
berikut :
P = -11 milyar +- 1,820 milyar (P/A, 18%, 4) + 2,750
milyar (P/A, 18%, 5)
= -11 milyar + 1,820 milyar (2,690) + 2,750 milyar (3,127)
= 2,495 milyar.
Atau dengan cara lain :
P = -11 milyar + 4,570 milyar (P/A, 18%, 4) + 2,750
milyar (P/F, 18%, 5)
= -11 milyar + 4,570 milyar (2,690) + 2,750 milyar
(0,4371)
= 2,495 milyar.
Dengan cara yang sama maka bisa diperoleh nilai present worth dart semua
proyek seperti terlihat pada tabel 12.5
aliran kas
investasi awal Present worth
Proyek
(milyar rupiah) tahun besarnya (milyar rupiah)
(milyar rupiah)
B 4 1-4 1,820 0,896
Dengan melihat tabel 12.5 di atas maka dapat disimpulkan hahwa alternatif
proyek DE adalah yang terbaik karena memberikan nilai NPV yang paling besar.
Perhitungan nilai NPV tiap-tiap proyek juga bisa dilakukan dengan mengambil
horizon yang sama sebesar umur proyek yang paling lama. Pada contoh ini
perhitungan bisa dilakukan selama 6 tahun. Disini diasumsikan bahwa pada
akhir umur suatu proyek, aliran kas akan menghasilkan sebesar tingkat hunga
atau MARR. Dengan tetap menghitung nilai NPV dari periode terlama ini maka nilai
NPV masing-masing proyek akan masih sama dengan yang kita hitung di atas.
Pembaca silakan membuktikannya sendi ri.
12.4. Penganggaran Modal dengan Analisa ROR
Metode ROR meningkat (incremental rate of return) seperti yang diuraikan pada
bab 5 juga bisa digunakan dalam melakukan pernilihan alternatif yang berkaitan
dengan keterbatasan anggaran atau modal. Prosedur yang digunakan pada
pembahasan di bab 5 juga bisa diaplikasikan pada bagian ini. Untuk jelasnya, berikut
ini diuraikan lagi langkah-langkah analisa ROR meningkat, terutama yang berkaitan
dengan permasalahan penganggaran modal. Langkahlangkah yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan alternatif-alternatif yang layak dan bersifat mutuallyexclusive dari
alternatif-alternatif awal yang tersedia (bisaberupa alternatif tunggal atau
kombinasi beberapa alternatiY).
2.Urutkan masing-masing alternatif menurut besarnya modal yang diperlukan,
mulai dari alternatif yang membutuhkan modal paling kecil sampai yang
terbesar.
3.Tentukan aliran kas masing-masing alternatif setiap tahun selama periode
analisa.
4.Hitung penambahan investasi maupun penambahan aliran kas dari alternatif
yang sam ke alternatif berikutnya (yang kebutuhan investasinya lebih besar).
Pertimbangkan juga alternatif `do nothing' atau alternatif nol.
5.Hitung ROR dari peningkatan tersebut. Karena kita mempertimbangkan
alternatif 'do nothing' maka pada langkah awal kita membandingkan
alternatif 'do nothing' ini dengan alternatif yang membutuhkan investasi
terkecil. Ini sama artinya dengan menghitung ROR dari alternatif yang
membutuhkan investasi terkecil tersebut.
6.Apabila ROR dari peningkatan investasi suatu alternatif ke alternatif berikutnya
lebih kecil dari MARR maka pilili alternatif yang membutuhkan investasi lebih
kecil. Langkah ini terus dilakukan sampai semua alternatif sudah
dibandingkan dan hanya saw alternatif yang terpilih.
Prosedur ini akan bisa menjamin bahwa tambahan investasi hanya akan dilakukan
bila tambahan ini menghasilkan ROR yang lebih besar atau saina dengan MARR.
Berikut ini akan diberikan contoh penentuan keputusan investasi dengan analisa ROR.
Perlu ditekan kan disini bahwa pada penentuan ROR kita tidak perlu tahu apakah ROR
tersebut lebih besar atau lebih kecil dari MARR. Keputusan pemiiihan alternatif
investasi sudah culcup hanya dengan mengeta hui apakah ROR dari peningkatan
modal investasi lebih besar atau lebih kecil dari MARR.
Pada dasarnya, hasil dari analisa present worth dan analisa ROR akan
menggiring keputusan ke arah yang sama.
Contoh 12.4
Tinjau kembali persoalan pada contoh 12.2. Selesaikanlah persoalan
tersebut dengan metode ROR.
S o lu s i
Langkah pertama sudah kita lakukan pada pembahasan contoh 12.2. Flasilnya
bisa dilihat kembali pada tabel 12.3. Dari tabel ini kita bisa menuju ke langkah
kedua, yaitu mengurutkan alternatifalternatif berdasarkan besarnya nilai
investasi yang dibutuhkan. Dengan demikian maka urutan pertama adalah
alternatif B, kemudian herturut-turut alternatif E, D, BE, C, BD, dan terakhir DE.
Urutan langkah-langkah sampai proses pemilihan alternatif yang terbaik
ditunjukkan pada tabel 12.6.
B E D BE C BD DE
Investasi
4 5 7 9 10 11 12
(milyar ntpiah)
Aliran kas tahunan
(milyar rupiah) 1 820 2 200 2,750 4 020 3,500 4,570 4,950
Perbandingan B vs 0 E vs B D vs E BE vs C vs BD vs DE vs
E BE BE BE
A I (milyar rupiah) 4 1 2 4 1 2 3
A A(milyar rupiah) 1,820 0,3 80 0,550 1 820 0 ,550 0,550 0,93 0
Pilih B E E BE BE BE BE
Bila Pk adalah nilai present worth dari aliran kas alternatif kek maka fungsi tujuan
dari programa linier integer model penganggaran modal adalah :
M
maximize Z = ∑ P X
k =1
k k (12.1)
Bila A adalah anggaran atau modal yang tersedia untuk proyekproyek yang akan
dilaksanakan maka A ini adalah kendala yang tidak hisa dilanggar. Hal ini bisa
diformulasikan sebagai berikut :
M
∑ I X
k =1
k k ≤ A (12.1)
dimana Ik adalah besarnya investasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan alternatif ke-
k. Kendala di atas memberikan batasan bahwa proyek atau proyek-proyek yang akan
dipilih tidak akan membutuhkan modal yang lebih besar dari modal yang dianggarkan
oleh perusahaan (yang tersedia).
Contoh 12.5
Tinjau kembali permasalahan pada contoh 12.2. Formulasikan persoalan
penganggaran modal tersebut dengan model programa integer.
Solusi :
Fungsi tujuan :
Maksimunilcan Z=1,691 X1 + 0,945 X2 + 1,599 X3 + 1,879 X4
dengan kendala :
1. Batasan anggaran/modaL :
4X 1 + IOX 2 + 7X 3 + SX 4 ≤ 12
2. Batasan variabel integer :
X1, X2,X3, X4 = O atau 1.
M
∑ X
k =1
k = 1 (12.3)
Demikian pula bila ada sekelompok proyek yang tergantung kepada proyek
yang lainnya maka harus dilakukan tambahan atau modifikasi kendala. Keputusan
k dikatakan tergantung pada keputusan j bila keputusan k bernilai 1 hanya jika
keputusan j nilainya 1 . Secara matematis, hal ini dinyatakan dengan :
sehingga bila Xi = l maka Xk bisa bernilai 1 atau 0. Sedangkan bila X i = 0 maka X k
harus bernilai 0 juga.
Corttoh 12.6
Suatu perusahaan sedang merencanakan untuk memperluas usahanya
dengan membangun sebuah pabrik dan sebuah gu:iang. Ada dua alternatif
lokasi yang sedang dipertimbangkan yaitu di Pasuruan, Jawa Timur atau di
Tangerang , Jawa Barat. Bila perusahaan akan membangun pabrik di Pasuruan
maka gudangnya juga akan di bangun di Pasuruan. Demikian p ula haln ya bila
pabriknya dibangun di Tangerang maka gudangnya harus juga berada di
Tangerang. Perusahaan juga inenganggarkan modal investasi sebesar Rp. 25
milyar untuk pembangunan pabrik maupun gudangnya. Setelah dilakukan
studi, diperoleh kebutuhan modal clan NPV dari masing-masing alternatif adalah
seperti pada tabel 12.7.
S olu s i :
Misalkan Xk adalah keputusan yang berkaitan dengan alternatif kek ditnana :
1 bila alternatif ke-k diterima
Xk
0 bila alternatif ke-k tidak diterima
dengan k = 1,2,3,4.
Karena perusahaan hanya akan membangun satu pabrik saja maka 2 alternatif
yang pertama bersifat `mutually exclusive' sehingga akan dibutuhkan kendala yang
bentuk formulasinya adalah :
X, +Xz= 1
Selanjutnya keputusan alternatif 3 maupun 4 tergantung pada keputusan
alternatif 1 dan 2. Secara matematis hal ini bisa dinyatakan dengan :
X3-X, 0
X4 -XZ <0
sehingga X3=0 bila X,=O dan X,=O bila X2 =0. Bila dibuat formulasi programa
integernya secara lengkap maka akan diperoleh :
Fungsi tujuan :
Apabila model ini diselesaikan dengan programa integer maka akan diperoleh
Tabel B. 12. Pemajemukan Diskrit i = 3%
Tabel Pemajemukan Diskrit
Tabel Pemajemukan Diskrit
Tabel B.20. Pemajemukan Diskrit i = 15%
Tabel B. 21. Pemajemukan Diskrit i = 18%
Tabel B. 22. Pemajemukan Diskrit i = 20%
Tabel B.44. Pemajemukan Kontinyu r = 50%
Tabel B.45. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu r = 4%
Tabel B.46. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu r = 5%
Tabel B.47. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu 6%
Tabel B.48. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu 8%
Tabel B.49. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu r = 10%
Tabel B.50. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu r = 15%
Tabel B.52. Pemajemukan Kontinyu dengan factor bunga kontinyu r = 25%