Anda di halaman 1dari 11

Modul Ekonomi Teknik

PERTEMUAN 12:
BAB VI.
ANALISIS TITIK IMPAS DAN ANALISIS
SENSITIVITAS
(Bagian 1)

A. PENDAHULUAN
Faktor-faktor yang mengakibatkan ketidakpastian cukup banyak jumlah
maupun variansinya. Secara umum ada empat faktor yang dianggap menjadi
sumber ketidakpastian yang hampir selalu muncul dalam studi ekonomi teknik,
yaitu:
1. Kemungkinan estimasi yang tidak akurat digunakan dalam studi atau
analisis.
2. Tipe bisnis dan kondisi ekonomi masa depan.
3. Tipe pabrik dan peralatan yang digunakan.
4. Panjang periode studi (horizon perencanaan) yang dipakai.

Ada beberapa cara atau metode yang bisa digunakan untuk menangani
ketidakpastian yang diakibatkan oleh empat faktor di atas. Diantara metode-
metode tersebut adalah:
1. Analisa Titik Impas (Break Event Analysis)
Analisis ini digunakan apabila pemilihan alternatif sangatlah dipengaruhi
oleh suatu faktor tunggal yang tidak pasti, misalnya utilitas kapasistas.
Titik impas dari faktor tersebut akan ditentukan sedemikian sehingga
kedua laternatif sama baiknya ditinjau dari sudut pandang ekonomi.
Dengan mengetahui titik impas maka akan bisa ditentukan alternatif yang
lebih baik pada suatu yang nilai tertentu dengan faktor yang tidak pasti
tersebut.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 5


Modul Ekonomi Teknik

2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas cocok diaplikasikan pada permasalahan yang
menandung satu atau lebih faktor ketidakpastian. Pertanyaan utma yang
akan dijawab pada analisis sensitivitas adalah:
a. Bagaimana pengaruh yang timbul pada ukuran hasil (misal nilai NPW)
bila suatu faktor individu berubah pada selang X%, dan
b. Berapakah besarnya perubahan yang mengakibatkan keputusan
pemilihan suatu alternatif bisa berubah.

3. Analisis Resiko
Apabila nilai-nilai suatu faktor dianggap mengikuti suatu distribusi
probabilitas yang merupakan fungsi dari variabel random maka analisis
resiko perlu dilakukan. Dengan mengetahui fungsi distribusi probabilitas
dari hasil-hasil yang mungkin dicapai setiap alternatif maka pengambilan
keputusan akan bisa mengakomodasikan pertimbangan resiko dalam
mengambil keputusan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari ini mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
berbagai teknik analisis titik impas pada permasalahan produksi, analisis titik
impas pada pemilihan alternatif investasi, analisis titik impas pada keputusan
buat-beli, analisis sensitivitas.

C. URAIAN MATERI

1. Analisis Titik Impas


Analisis titik impas adalah salah satu analisis dalam ekonomi teknik yang
sangat populer digunakan terutama pada sektor-sektor industri yang padat karya.
Ananlisis ini akan berguna apabila seseorang mengambil keputusan pemilihan
alternatif yang cukup sensitif terhadap variabel atau parameter dan bial variabel-
variabel tersebut sulit diestimasikan nilainya. Melalui analisis titik impas
seseoarang akan mendapatkan nilai dari parameter tersebut yang menyebabkan

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 6


Modul Ekonomi Teknik

dua atau lebih alternatif dianggap sama baiknya, dan oleh bkarenanyabisa dipilih
salah satu diantaranya.
Nilai suatu parameter atau variabel yang menyebabkan dua atau lebih
alternatif sama baiknya disebut nilai titik impas (Break even Point-BEP). Apabila
nantinya pengambilan keputusan bisa mengestimasi besarnya niali aktual dari
variabel yang bersangkutan (lebih besar atau lebih kecil dari BEP) maka akan bisa
ditentukan alternatif mana yang lebih baik.
Metode analisis titik impas dapat digunakan untuk melakukan analisis
pada berbagai macam permaslahan, antara lain:
a. Menentukan nilai ROR dimana dua alternatif proyek sama baiknya.
b. Menentukan tingkat produksi dari dua atau lebih fasilitas produksi
yang memiliki konfigurasi ongkos-ongkos yang berbeda sehingga pada
tingkat tersebut ongkos tahunan yang terjadi adalah sama antara
fasilitas yang satu dengan fasilitas lainnya.
c. Melakukan analisis buat-beli.
d. Menentukan berapa tahun yang dibutuhkan agar perusahaan ada pada
titik impas.

a. Analisis Titik Impas pada Permasalahan Produksi


Analisis titik impas pada permasalahan produksi biasanya
digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan
perusahaan berada pada kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas ini
maka harus dicari fungsi-fungsi biaya maupun pendapatannya. Pada saat
kedua fungsi tersebut bertemu maka total biaya sama dengan total
pendapatan. Dalam melakukan analisis titik impas, sering kali fungsi
biaya maupun fungsi pendapatan diasumsikan linier terhadap volume
produksi. Ada tiga komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisis
yaitu:
1) Biaya tetap (Fixed Cost), yaitu biaya-biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh volume produksi. Contoh: biaya sewa gedung,
biaya asuransi, biaya penyusutan dan sebagainya.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 7


Modul Ekonomi Teknik

2) Biaya variabel (Variable Cost), yaitu biaya-biaya yang besarnya


tergantung terhadap volume produksi. Contoh: biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
3) Biaya total (Total Cost), merupakan jumlah biaya-biaya tetap dan
biaya-biaya variabel.

Contoh Soal 1.
Misalakan PT. ABC merencanakan memproduksi produk baru yang
memnbutuhkan biaya awal sebesar Rp.150.000.000 dan ongkos
operasional serta perawatan sebesar Rp.35.000 per jam. Disamping itu
perusahaan harus membayar ongkos-ongkos lain sebesar RP.75.000.000
pertahun. Berdasarkan waktu standar yang diperoleh dari studi teknik tata
cara dan pengukuran kerja dapat diestimasikan bahwa untuk memproduksi
1000 unit produk dibutuhkan waktu 150 jam. Selanjutnya diestimasikan
juga bahwa harga per unit produk sebesar RP.15.000 dan investasi
diasumsikan akan berumur 10 tahun dan nilai sisa nol. Dengan MARR
20%, hitunglah berapa unit yang harus diproduksi agar perusahaan ini
berada pada kondisi titik impas.

Penyelesaian Contoh Soal 1.


Misalkan:
X : Jumlah produk (unit) yang harus diproduksi
dalam setahun agar mencapai titik impas.
AC (Annual Cost) : Ongkos tahunan
AR (Annual Revenue) : Penjualan tahunan

 150 
AC  150.000.000  A / P, 20%,10   75.000.000   x 35.000 X 
 1000 
AC  150.000.000  0, 2385  75.000.000  5.250 X
AC  35.775.000  75.000.000  5.250 X
AC  110.775.000  5.250 X

Sedangkan

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 8


Modul Ekonomi Teknik

AR  15.000 X

Maka,
AC  AR
110.775.000  5.250 X  15.000 X
110.775.000  15.000 X  5.250 X
110.775.000  9.750 X
110.775.000
X  11.361,53  11.362 unit (dibulatkan)
9.750
Jadi, PT. ABC harus memproduksi sebanyak 11.362 unit pertahun agar
berada pada kondisi impas.

b. Analisis Titik Impas pada Pemilihan Alternatif Investasi


Pemilihan alternatif-alternatif investasi sering kali mengakibatkan
keputusan yang berbeda apabila tingkat produksi atau tingkat utilitas dari
investasi tersebut berbeda. Daam pemilihan fasilitas produksi misalnya,
perusahaan akan cenderung membeli mesin-mesin atau fasilitas lain yang
harganya lebih murah walaupun ongkos variabelnya tinggi. Bila
produksinya tinggi maka perusahaan lebih baik apabila membeli fasilitas-
fasilitas yang berteknologi tinggi yang ongkos investasinya lebih tinggi
namun ongkos variabelnya lebih rendah. Untuk mendapatkan keputusan
yang baik dari persoalan seperti ini maka harus dicari suatu titik yang
menyatakan tingkat produksi dimana alternatif A akan impas (sama
baiknya) dengan suatu alternatif B.
Analisis titik impas pada permasalahan pemilihan alternatif
investasi biasnya diselesaikan dengan menggunakan alat bantu analisi
EUAC atau niali sekarang (PW). Langkah-langkah beriku ini untuk
menentukan alternatif investasi berdasarkan titik impas:
1) Definisikan secara jelas variabel yang akan dicari dan tentuak
satuan atu unit dimensinya.
2) Gunakan analisis EUAC atau nilai sekarang (PW) untuk
menyatakan total ongkos setiap alternatif sebagai fungsi dari
variabel yang didefinisikan.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 9


Modul Ekonomi Teknik

3) Ekuivalen persamaan-persamaan ongkos tersebut dan carilah nilai


impas dari variabel yang didefinisikan.
4) Bila tingkat utilitas yang diinginkan lebih kecil dari nilai titik
impas maka pilih alternatif yang memiliki ongkos variabel yang
lebih tinggi (gradiennnya lebih besar). Bila titik utilitas yang
diinginkan diatas nilai titik impas, pilih alternatif yang memiliki
ongkos variabel yang lebih rendah (gradiennya lebih kecil).

Contoh Soal 2.
Sebuah perusahaan pelat baja sedang mempertimbangkan 2 alternatif
mesin pemotong plat yang bisa digunakan dalam proses produksinya.
Alternatif pertama: Mesin otomatis yang memiliki harga awal
Rp.23.000.000 dan nilai sisa Rp.4.000.000 setealh 10 tahun. Bila mesin ini
dibeli maka opertor harus dibayar Rp.12.000 per jam. Output mesin ini
adalah 8 ton per jam. Ongkos operasi dan perawatan tahunan dipekirakan
Rp.3.500.000.
Alternatif kedua: Mesin semiotomatis yang memiliki harga awal
Rp.8.000.000 dengan masa pakai ekonomis 5 tahun dan tanpa nilai sisa.
Ongkos tenaga kerja per jam bial mesin dioeprasikan adalah Rp.24.000
dan ongkos-ongkos operasional dan perawatannya Rp.1.500.000 pertahun.
Perkiraan output adalah 6 ton per jam. Jika nilai MARR adalah 10%,
tentukanlah:
a. Berapa lembaran logam yang harus diproduksi tiap tahun agar mesin
otomatis lebih ekonomis dari mesin semi otomatis?
b. Apabila manajemen menetapkan tingkat produksi sebesar 2.000 ton
per tahun, mesin mana yang sebaiknya akan dipilih?

Penyelesaian Contoh Soal 2.


a. Misalkan X adalah jumlah lembaran logam logam (ton) yang
diproduksi dalam setahun,
Maka :
Ongkos-ongkos variabel tahunan untuk mesin otomatis adalah:

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 10


Modul Ekonomi Teknik

Rp.12.000 1 jam X ton


AC1  x x
jam 8 ton tahun
Rp.12.000
AC1  X
8

Sehingga ongkos ekuivalen tahunannya adalah:


12.000
EUACC1  Rp.23.000.000  A / P,10%,10   Rp.4.000.000  A / F ,10%,10   Rp3.500.000  X
8
12.000
EUACC1  Rp.23.000.000  0,16275   Rp.4.000.000  0,06275   Rp.3.500.000  X
8
EUACC1  Rp.3.743.250  Rp.250.3000  Rp.3.500.000  1.500 X
EUACC1  Rp.6.992.950  1.500 X

Ongkos-ongkos variabel tahunan untuk mesin otomatis adalah:


Rp.24.000 1 jam X ton
AC2  x x
jam 6 ton tahun
AC2  Rp.4.000 X

Sehingga ongkos ekuivalen tahunannya adalah:

EUACC2  Rp.8.000.000  A / P,10%,10   1.500.000  4.000 X


EUACC2  Rp.8.000.000  0, 26380   Rp.1.500.000  4.000 X
EUACC2  Rp.2.110.400  Rp.1.500.000  4.000 X
EUACC2  Rp.3.610.400  4.000 X

Kedua persamaan tadi diekuivalenkan sehingga diperoleh:


EUACC1  EUACC2
Rp.6.992.950  1.500 X  Rp.3.610.400  4.000 X
Rp.3.382.550  2.500 X
Rp.3.382.550
X  1.353,02 ton per tahun
2.500

Jadi mesin otomatis akan lebih ekonomis dipakai bila dibandingkan


dengan mesin semiotomatis bila tingkat produksinya lebih besar dari
1.353,02 ton per tahun.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 11


Modul Ekonomi Teknik

b. Apabila manajemen memutuskan untuk tingak produksi sebesar 2.000


ton per tahun maka mesin otomatis yang harus dipilih karena lebih
besar dari titik impas.

c. Analisis Titik Impas pada Keputusan Buat-Beli


Keputusan untuk membeli atau membuat sebuah komponen atau
produk kering harus didahului dengan analisa titik impas dari kedua
alternatif tersebut. Secara norml bila perusahaan membutuhkan produk
atau komponen dalam jumlah besar maka akan lebih efisien bila
perusahaan membuat sendiri produk atau komponen tersebut. Sebaliknya
bila kebutuhan suatu komponen atau produk hanya sedikit maka tidak
akan ekonomis bila komponen atau produk tersebut dibuat sendiri karena
dengan membuat sendiri berarti perusahaan harus menanggung biaya-
biaya tetap yang cukup signifikan per tiap produk atau komponen yang
dibuatnya.

Contoh Soal 3.
Seorang insinyur diserahkan tugas untuk melakukan analisa buat beli pada
2 komponen yang akan digunakan untuk melakukan inovasi pada produk-
produk tertentu yang menjadi anladaln perusahaan. Setelah melakukan
studi dan berhasil mengumpulkan data-data teknis maupun ekonomis dari
pembuatan kedua komponen tersebut diperoleh ringkasan data sebagai
berikut:
Variabel Komponen A Komponen B
Ongkos awal Rp.200.000.000 Rp.350.000.000
Ongkos tenaga kerja/unit Rp.2.000 Rp.2.500
Ongkos bahan baku/unit Rp.3.000 Rp.2.500
Nilai sisa Rp.10.000.000 Rp.15.000.000
Umur aset 5 tahun 7 tahun
BOP Rp.18.000.000/tahun Rp.15.000.000/tahun
Harga Beli Komponen Rp.10.000/unit Rp.15.000/unit

Bila diasumsikan tidak ada biaya-biaya lain yang terlibat dalam proses
pembelian produk dan i = 15% untuk analisis, maka tentukan:

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 12


Modul Ekonomi Teknik

a. Pada kebutuhan berapa komponen per tahunkan perusahaan sebaiknya


membuat sendiri komponen tersebut?
b. Bila masing-masing kebutuhan komponen adalah 2.000 unit per tahun,
keputusan apa yanga harus diambil perusahaan berkaitan dengan
permaslahan tersebut?

Penyelesaian Contoh Soal 2.


a. Misal:
XA = Kebutuhan komponen A
XB = Kebutuhan komponen B
Maka,
Untuk komponen A
 Biaya per tahun untuk alternatif membeli adalah kebutuhan per
tahun dikalikan dengan harga per unit yaitu:
UEAC beli  10.000 X A
 Biaya per tahun untuk alternatif membut sendiri adalah:

UEAC buat  Rp.200 jt  A / P,15%,5   Rp.18 jt   3.000  2.000  X A  Rp.10 jt  A / F ,15%,5 


UEAC buat  Rp.200 jt  0, 2983  Rp.18 jt  5.000 X A  Rp.10 jt  0,1483 
UEAC buat  Rp.59.660.000  Rp.18.000.000  Rp.1.483.000  5.000 X A
UEAC buat  Rp.79.143.000  5.000 X A

Untuk mencapai titik impas antar alternatif membuat dan membeli


maka harus dipenuhi:

UEAC beli  UEAC buat


10.000 X A  Rp.79.143.000  5.000 X A
5.000 X A  Rp.79.143.000
Rp.79.143.000
XA   15.828, 6  15.829 komponen (dibulatkan)
5.000

Untuk komponen B
 Biaya per tahun untuk alternatif membeli adalah kebutuhan per
tahun dikalikan dengan harga per unit yaitu:

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 13


Modul Ekonomi Teknik

UEAC beli  15.000 X B


 Biaya per tahun untuk alternatif membut sendiri adalah:

UEAC buat  Rp.350 jt  A / P,15%, 7   Rp.15 jt   2.500  2.500  X B  Rp.15 jt  A / F ,15%, 7 


UEAC buat  Rp.350 jt  0, 24036   Rp.15 jt  5.000 X B  Rp.15 jt  0, 09036 
UEAC buat  Rp.84.126.000  Rp.15.000.000  Rp.1.355.400  5.000 X B
UEAC buat  Rp.100.481.400  5.000 X B

Untuk mencapai titik impas antar alternatif membuat dan membeli


maka harus dipenuhi:

UEAC beli  UEAC buat


15.000 X B  Rp.100.481.400  5.000 X B
5.000 X B  Rp.100.481.400
Rp.100.481.400
XA   20.096, 28  20.960 komponen (dibulatkan)
5.000

b. Bila kebutuhan masing-masing komponen adalah 2.000 unit per tahun


maka perusahaan lebih baik membeli komponen A dan membuat
komponen B

2. Analisis Sensitivitas (berlanjut dipertemuan berikutnya)

D. LATIHAN
1. Misalakan PT. ABC merencanakan memproduksi produk baru yang
memnbutuhkan biaya awal sebesar Rp.350.000.000 dan ongkos
operasional serta perawatan sebesar Rp.45.000 per jam. Disamping itu
perusahaan harus membayar ongkos-ongkos lain sebesar RP.85.000.000
pertahun. Berdasarkan waktu standar yang diperoleh dari studi teknik tata
cara dan pengukuran kerja dapat diestimasikan bahwa untuk memproduksi
3000 unit produk dibutuhkan waktu 250 jam. Selanjutnya diestimasikan
juga bahwa harga per unit produk sebesar RP.25.000 dan investasi
diasumsikan akan berumur 15 tahun dan nilai sisa nol. Dengan MARR
10%, hitunglah berapa unit yang harus diproduksi agar perusahaan ini
berada pada kondisi titik impas.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 14


Modul Ekonomi Teknik

2. Sebuah perusahaan pelat baja sedang mempertimbangkan 2 alternatif


mesin pemotong plat yang bisa digunakan dalam proses produksinya.
Alternatif pertama: Mesin otomatis yang memiliki harga awal
Rp.33.000.000 dan nilai sisa Rp.5.000.000 setealh 12 tahun. Bila mesin ini
dibeli maka opertor harus dibayar Rp.15.000 per jam. Output mesin ini
adalah 10 ton per jam. Ongkos operasi dan perawatan tahunan dipekirakan
Rp.5.500.000.
Alternatif kedua: Mesin semiotomatis yang memiliki harga awal
Rp.10.000.000 dengan masa pakai ekonomis 8 tahun dan tanpa nilai sisa.
Ongkos tenaga kerja per jam bial mesin dioeprasikan adalah Rp.34.000
dan ongkos-ongkos operasional dan perawatannya Rp.2.500.000 pertahun.
Perkiraan output adalah 12 ton per jam. Jika nilai MARR adalah 12%,
tentukanlah:
a. Berapa lembaran logam yang harus diproduksi tiap tahun agar mesin
otomatis lebih ekonomis dari mesin semi otomatis?
b. Apabila manajemen menetapkan tingkat produksi sebesar 3.000 ton
per tahun, mesin mana yang sebaiknya akan dipilih?

E. REFERENSI
1. Punjawan, I Nyoman. 2012. Ekonomi Teknik. Edisi Kedua. Guna Widya.
Surabaya.
2. Siregar, Hasan Bisri. 2015. Ekonomi Teknik. Graha Ilmu. Yogyakarta.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang 15

Anda mungkin juga menyukai