Anda di halaman 1dari 26

BAB VI

METODE PERBANDINGAN ALTERNATIF

Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat menyebutkan metode pemilihan
alternatif dan dapat memilih alternatif terbaik secara ekonomi.

6.1 PENDAHULUAN
Suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan suatu proyek maupun investasi adalah
memilih beberapa alternatif yang ada dalam merealisasi alternatif yang dianggap paling layak.
Metode-metode perbandingan ekonomi diperlukan sebagai pertimbangan teknis yang cermat
dalam pemilihan alternatif untuk melakukan suatu investasi atau pembiayaan suatu proyek.
Dana untuk investasi tidak selalu tersedia dalam jumlah besar, sehingga langkah yang
diambil adalah mencari pinjaman modal yang dibutuhkan, dengan alasan bahwa pekerjaan
yang dilaksanakan dapat diperhitungkan sebagai jaminan berdasarkan kemampuannya
menghasilkan pendapatan apabila telah selesai dilaksanakan (memperoleh pendapatan untuk
membayar pinjaman + bunga). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pinjaman
modal, yaitu:
1. Membayar angsuran untuk memperkecil pinjaman
2. Membayar bunga terhadap pinjaman sampai saat pelunasan
Didalam suatu kegiatan ekonomi atas kegiatan proyek, akan dijumpai dua komponen
aliran kas (cash flow), yaitu kas keluar (cash outflow) dan kas masuk (cash in flow). Penguasaan
terhadap cash flow tersebut sangat menunjang dalam perhitungan-perhitungan untuk
menganalisis alternatif proyek. Oleh karena itu manfaat bagi pelaksana/site engineer/desicion
maker sangat besar, misalnya dalam pemilihan peralatan dalam pelaksanaan proyek,
pengambilan keputusan dalam feasibility study dari suatu proyek, akan melakukan investasi
atau tidak.
Investor memerlukan adanya studi kelayakan untuk mengetahui dan memperkirakan
keadaan proyeknya di dalam suatu kondisi yang tidak pasti atau berubah-ubah agar dapat
mengambil suatu keputusan investasi dengan menekan tingkat resiko dan mengharapkan
tingkat keuntungan yang maksimal. Bagi pemilik proyek swasta seperti pengembang, titik
berat keberhasilan diletakkan pada aspek finansial dan ekonomi.
Studi Kelayakan dari segi finansial adalah menganalisa kelayakan proyek berdasarkan
biaya dan manfaat. Apakah biaya yang dikeluarkan pihak investor sebanding dengan
keuntungan-keuntungan yang diperoleh. Namun analisis ini tidak hanya untuk mencari suatu
alternatif berdasarkan keuntungan dan biaya sesaat, tetapi juga mencoba mengevaluasi
keuntungan dan biaya sesaat ini untuk sepanjang usia proyek (Ashworth, 1994:47).
Keuntungan yang dimaksud adalah laba yang diperoleh pihak investor sebagai pihak
yang berinvestasi, serta keuntungan lain yang dirasakan oleh pihak konsumen yang berupa
keamanan, kenyamanan, dan lingkungan sekitarnya. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya
investasi, biaya gaji pegawai, dan biaya operasional.
Kegiatan dalam mengalokasikan dana tentu menginginkan suatu metodologi atau
prosedur yang dapat dipakai sebagai alat bantu untuk membuat keputusan investasi. Dalam
proses mengkaji kelayakan proyek dari aspek finansial untuk suatu investasi, pendekatan
konvensional yang digunakan adalah menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama
umur proyek atau investasi.
Pengkajian dari segi finansial dilakukan karena tujuan perusahaan untuk menaikkan
kekayaan. Kajian aspek finansial meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Besaran investasi
2. Membuat perkiraan biaya investasi
3. Proyeksi pendapatan
4. Melakukan penilaian dan menyusun rangking alternatif
5. Analisis resiko
Dengan ringkas bisa dikatakan, bahwa tujuan dilakukannya studi kelayakan finansial
adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Muhammad, 2000:7).

Pada umumnya masalah finansial atau arus kas suatu investasi mencakup periode waktu
yang cukup lama, bertahun-tahun, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap
nilai uang (Soeharto, 1995:417). Untuk melakukan ekivalensi nilai uang menurut Pujawan
(2004), perlu diketahui tiga hal, yaitu:
1. Jumlah uang yang dipinjam atau diinvestasikan.
2. Periode/waktu peminjaman atau investasi.
3. Tingkat bunga yang dikenakan.
Dalam menilai kelayakan proyek, konsep nilai waktu dari uang (time value of money) ini
sangatlah penting. Faktor-faktor yang perlu diketahui dalam mengevaluasi proyek adalah
menggunakan bunga berganda (interest compound) dan metode penggandaan yang berperiode
(discrete compounding).
Dalam menilai kelayakan finansial proyek dengan menganalisis aliran kas yang memakai
parameter yang telah dipakai secara luas untuk memilih mana yang dapat diterima dan yang
akan ditolak. Parameter kelayakan tersebut berhubungan dengan ekonomi teknik, diantaranya
adalah konsep ekivalen, yaitu pengaruh waktu terhadap nilai uang.
Parameter kelayakan finansial proyek yang secara luas digunakan adalah:
1. Tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang:
a. Periode Pengembalian (Pay Back Period)
b. Pengembalian Investasi (Return On Investment - ROI)
2. Memperhitungkan nilai waktu dari uang:
a. Nilai Sekarang Neto (Net Present Value - NPV)
b. Laju Pengembalian Internal (Internal Rate of Return - IRR)
c. Indeks Profitabilitas
d. Perbandingan Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio - BCR)
Di dalam mengkaji arus pengembalian atau tingkat keuntungan dikenal parameter yang
disebut arus pengembalian minimal yang menarik (Minimum Attractive Rate Of Return –
MARR). MARR adalah nilai minimal dari tingkat pengembalian atau bunga yang bisa diterima
oleh investor. Dengan kata lain bila suatu investasi menghasilkan bunga atau tingkat
pengembalian yang lebih kecil dari MARR maka investasi tersebut dinilai tidak ekonomis
sehingga tidak layak untuk dikerjakan.

6.2 PERIODE PENGEMBALIAN


Menurut Soeharto (1995:423), periode pengembalian (pay-back period) adalah jangka
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas
bersih (net). Adapun pengertian aliran kas bersih adalah selisih pendapat (revenue) terhadap
pengeluaran (expenses) per tahun.
Dalam menganalisis periode pengembalian dapat dimasukkan faktor-faktor seperti
modal kerja, depresiasi, dan pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih realistis. Tetapi
langkah ini akan mengurangi kesederhanaan dan kemudahan periode sebagai alat analisis
pendahuluan.
Kelebihan dari penggunaan kriteria ini menurut Soeharto (2002: 94) adalah sebagai
berikut:
a. Sederhana, menghitungnya tidak sulit dan memberikan pengertian yang mudah tentang
waktu pengembalian modal (capital recovery).
b. Untuk proyek yang memiliki resiko makin lama makin tinggi, atau peka terhadap
likuiditas pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan pengembalian modal
selesai, akan membantu keputusan kelayakan proyek tersebut.
c. Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau usang,
perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian.
Sedangkan keterbatasan dalam kriteria ini adalah :
a. Tidak menggambarkan bagaimana situasi aliran kas sesudah periode pengembalian
selesai.
b. Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dasar
aspek ekonomi.
c. Sulitnya menentukan metode pay back maksimum yang diisyaratkan untuk dipergunakan
sebagai angka pembanding.
Walaupun terdapat banyak keterbatasan, tetapi dalam kenyataannya PP masih banyak
dipakai secara luas, terutama karena perhitungannya mudah dan cepat untuk mengetahui
tentang risiko investasi. Untuk memperbaiki beberapa kelemahan diats dilakukan modifikasi
dengan memasukkan unsur biaya modal.
Evaluasi ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek dengan periode
pengembalian lebih cepat akan lebih disukai, terutama pemilik ataupun para investor proyek.
Pihak pemilik perlu menentukan batasan maksimum waktu pengembalian, berarti lewat waktu
tersebut tidak diperhitungkan (Soeharto, 1995:425). Penentuan PP dapat dibedakan
berdasarkan arus kas tahunan dengan jumlah tetap dan tidak tetap (Soeharto, 2002: 92).

6.2.1 Arus Kas Tahunan Dengan Jumlah Tetap


Dalam hal ini selisih antara pendapatan dan pengeluaran pertahun atau arus kas bersih
pertahun adalah tetap. Rumus 6.1 digunakan untuk menghitung PP dengan kasus seperti ini.
PP = Cf/A (6.1)
Dimana:
Cf = Biaya pertama
A = Arus kas bersih per tahun
Contoh:
Suatu perusahaan sedang mengkaji PP atas suatu rencana investasi dengan modal awal Rp 60
juta. Diharapkan arus kas bersih per tahun adalah Rp 15 juta selama umur investasi. Tentukan
Periode Pengembalian investasi tersebut!
Penyelesaian:
Dengan menggunakan rumus 6.1, maka akan diperoleh nilai PP:
PP = Cf / A = Rp 60 juta / (Rp 15 juta/tahun) = 4 tahun
Bila dibuat dalam bentuk diagram akan terlihat seperti gambar 6.1. Pada gambar 6.1
terlihat bahwa arus kas bersih per tahun berjumlah sama, sehingga arus kas kumulatif akan
merupakan garis lurus. Titik potong garis arus kas kumulatif dengan garis waktu (tahun)
menunjukkan periode pengembalian. Bila dibuat dalam bentuk tabel akan terlihat seperti pada
tabel 6.1.

PP

A = Rp 15 juta

0 Tahun
1 2 3 4 n-1 n

Arus Kas Kumulatif

Cf = Rp 60 juta

Gambar 6.1 Periode Pengembalian dengan Arus Kas yang Sama

Tabel 6.1 Periode Pengembalian dengan Arus Kas yang Sama


Akhir Arus Kas
Keterangan
Tahun Ke- Bersih (Rp) Kumulatif (Rp)
0 -60.000.000 -60.000.000
1 15.000.000 -45.000.000
2 15.000.000 -30.000.000
3 15.000.000 -15.000.000
4 15.000.000 0 artinya PP terjadi
… 15.000.000 15.000.000
n-1 15.000.000 >15.000.000
n 15.000.000 …

6.2.2 Arus Kas Tahunan Dengan Jumlah Tidak Tetap


Dalam aliran kas ini nantinya selisih antara pendapatan dan pengeluaran per tahun akan
mengalami perubahan-perubahan. Ini akan mengakibatkan bentuk garis kumulatif aliran kas
tidak lurus. Rumus 6.2 digunakan dalam menentukan periode pengembalian dengan kasus ini,
yaitu:
 1 
Periode pengembalian = (n − 1) + C f −  An 
n −1
 (6.2)
 1  An 

Dimana:
Cf = Biaya pertama
An = Aliran kas pada tahun ke-n
n = Tahun pengembalian ditambah 1

Contoh:
Suatu proyek penanaman modal mengikuti arus kas bersih seperti pada tabel 6.2.
Tabel 6.2 Arus Kas Bersih Penanaman Modal
Akhir Arus Kas n −1

Tahun Ke-
 An (Rp)
Bersih (Rp) Kumulatif (Rp) 1

0 -30.000.000 -30.000.000 -
1 +4.000.000 -26.000.000 +4.000.000
2 +8.000.000 -18.000.000 +12.000.000
3 +9.000.000 -9.000.000 +21.000.000
4 +7.000.000 -2.000.000 +28.000.000
5 +4.000.000 +2.000.000

Pada tahun ke berapa terjadi periode pengembalian?


Penyelesaian:
PP = 4,5 tahun

Rp 9 juta
Rp 8 juta
Rp 7 juta
Rp 4 juta Rp 4 juta

0 Tahun
1 2 3 4 5

Arus Kas Kumulatif

Cf = Rp 30 juta

Gambar 6.2 Periode Pengembalian dengan Arus Kas yang Tidak Sama
Dengan menggunakan rumus 6.2, maka akan diperoleh nilai PP:
 1 
PP = (n − 1) + C f −  An 
n −1

 1  An 
PP = (5-1) + (30.000.000 – 28.000.000)(1/4.000.000) = 4,5 tahun
Bila dibuat dalam bentuk diagram akan terlihat seperti gambar 6.2. Pada gambar 6.2
terlihat bahwa arus kas bersih per tahun berjumlah tidak sama, sehingga arus kas kumulatif
bukan merupakan garis lurus. Titik potong garis arus kas kumulatif dengan garis waktu (tahun)
menunjukkan periode pengembalian.

6.3 PENGEMBALIAN INVESTASI


Menurut Soeharto (2002: 95), pengembalian atas investasi atau asset (Return On
Investment/ROI) adalah perbandingan dari pemasukan (income) per tahun terhadap dana
investasi, dengan demikian memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi. ROI ditentukan
dengan rumus 6.2.
Pemasukan
ROI = x100% (6.2)
Investasi

Karena investasi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk seperti biaya pertama, investasi

rata-rata dan lain-lain, demikian pula perhitungan pemasukan dapat dimasukkan faktor-faktor

depresiasi, pajak, bunga, dan lain-lain, maka akan dihasilkan banyak sekali variasi ROI, antara

lain seperti pada rumus 6.3 – 6.5.

PemasukanNetoSebelumPajak
a. ROI = (6.3)
BiayaPertama

PemasukanNetoSebelumPajak
b. ROI = (6.4)
Rata − rataInvestasi

PemasukanNetoSetelahPajak
c. ROI = (6.5)
Rata − rataInvestasi

Dari analisa diatas terlihat bahwa makin besar ROI, makin disukai oleh calon investor.
Menurut Soeharto (1995:426), kriteria ini memiliki keterbatasan antara lain:
a. Terdapat berbagai variasi cara menghitung ROI, sehingga sulit menentukan besar angka
ROI yang akan dipakai patokan menerima atau menolak usulan investasi.
b. Tidak menunjukkan profil laba terhadap waktu. Hal ini dapat menyebabkan keputusan
yang kurang tepat.
c. Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang.
Keterbatasan-keterbatasan diatas menyebabkan kriteria ini disarankan agar dipakai sebagai
tambahan atau pelengkap dari kriteria yang lain.

Contoh:
Suatu usaha rental peralatan konstruksi memerlukan biaya awal sebesar Rp 500 juta dengan
perkiraan nilai sisa Rp 200 juta pada akhir tahun ke-4. Proyeksi pemasukan bersih sebelum
pajak setiap tahunnya seperti pada tabel 6.3.

Tabel 6.3 Proyeksi Pemasukan Bersih


Akhir Pemasukan
Tahun Ke- Bersih (Rp) Kumulatif (Rp)

0 - -

1 50.000.000 50.000.000

2 75.000.000 125.000.000

3 100.000.000 225.000.000

4 90.000.000 315.000.000

Hitunglah ROI dengan menggunakan ke tiga rumus ROI tersebut diatas!

Penyelesaian:
Pemasukan bersih rata-rata pertahun adalah: Rp 315.000.000/4 = Rp 78.750.000,-
a. ROI = 78,75 juta / 500 juta = 15,75%
b. ROI = 78,75 juta / (0,5 (500 juta + 200 juta)) = 22,5%
c. Jika tariff pajak adalah 30%, maka ROI setelah pajak adalah:
ROI = 78,75 juta (1 – 0,30) / (0,5 (500 juta + 200 juta)) = 15,75%

6.4 NILAI SEKARANG NETO (NET PRESENT VALUE )


Kriteria ini menghitung antara selisih nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih operasional maupun terminal cash flow (aliran kas) dimasa
yang akan datang. Dengan demikian akan sangat membantu pengembalian keputusan untuk
menentukan pilihan. Net Present Value menunjukkan jumlah lump-sum yang dengan arus
diskonto tertentu memberikan angka yang menunjukkan seberapa besar usaha pada saat
sekarang ini (Soeharto, 1995:426). Aliran kas bersih dalam bentuk Present Value dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus 6.6.
n (C )t n (C o )t
NPV =  −
t =0
(1 + i )t t =0
(1 + i )t (6.6)
Dimana:
NPV = Nilai sekarang netto
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = Aliran kas keluar tahun ke-t
n = Umur unit usaha hasil investasi
i = Arus pengembalian = bunga
t = Waktu
Menurut Soeharto (1995:428), dalam mengkaji usulan proyek dengan NPV akan
memberikan petunjuk sebagai berikut:
1. NPV bernilai positif (+), berarti usulan proyek dapat diterima dan semakin tinggi nilai
NPV maka semakin baik atau semakin menguntungkan.
2. NPV bernilai negatif (-), berarti usulan proyek ditolak.
3. NPV bernilai nol (0), berarti netral atau dengan kata lain nilai proyek sama dengan nilai
investasi.

6.5 LAJU PENGEMBALIAN INTERNAL

Pengertian secara mendasar dari laju pengembalian internal (Internal Rate Of


Return/IRR) adalah besarnya tingkat suku bunga (discount interest rate) yang menjadikan
biaya pengeluaran dan pemasukan besarnya sama. Untuk perhitungan IRR ini, selisih dari
biaya pengeluaran dan pemasukan pada kondisi harga sekarang adalah nol (Kodoatie, 1995).
Setelah menentukan NPV = 0, selanjutnya baru menghitung nilai arus pengembalian
internal dengan menggunakan rumus 6.7.


n (C )t − n (Co )t =0
t =0 (1 + i )t t =0 (1 + i )t
(6.7)
Dimana:
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = Aliran kas keluar tahun ke-t
n = Umur unit usaha hasil investasi
i = Arus pengembalian
t = Waktu
Karena aliran kas keluar proyek pada umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka
persamaan 6.7 dapat disederhanakan menjadi persamaan 6.8.


(C )t − (Cf ) = 0
(1 + i )t (6.8)
Dalam menganalisis usulan proyek dengan IRR menurut Soeharto (1995), akan
memberikan petunjuk sebagai berikut:
Jika IRR > arus pengembalian (i) yang diinginkan, maka proyek dapat diterima, dalam
1.
arti investasi ini menguntungkan.
Jika IRR < arus pengembalian (i) yang diinginkan, maka proyek ditolak, dalam arti
2.
investasi ini rugi.

6.6 INDEKS PROFITABILITAS (IP)

Kriteria ini menunjukkan kemampuan mendatangkan laba per satuan nilai investasi. Nilai
IP dapat ditentukan dengan menggunakan rumus 6.9.

NilaiSekarangAliranKasMasuk
Indeks Profitabilitas = (6.9)
NilaiSekarangAliranKasKeluar

Menurut Soeharto (1995), dalam menganalisis usulan proyek dengan IP akan


memberikan petunjuk sebagai berikut:
IP > 1, usulan proyek diterima.
1.
IP < 1, usulan proyek ditolak.
2.
6.7 PERBANDINGAN MANFAAT BIAYA (BENEFIT COST RATIO)

Untuk mengkaji kelayakan proyek, sering digunakan pula kriteria yang disebut Benefit
Cost Ratio (BCR). Metode BCR digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek kepentingan
umum, yang penekanannya ditujukan atas manfaat (benefit) bagi kepentingan umum dan bukan
keuntungan finansial perusahaan (Soeharto, 1995:433). Nilai BCR dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus 6.10.
nilaisekarangbenefit ( PV ) B
BCR = = ..............................................(6.10)
nilaisekarangbiaya ( PV )C
Dimana:
BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya
(PV)B = Nilai sekarang benefit
(PV)C = Nilai sekarang biaya
Adapun kriteria BCR menurut Soeharto (1995:433), akan memberikan petunjuk sebagai
berikut:
BCR > 1, maka usulan proyek diterima atau layak.
1. BCR < 1, maka usulan proyek ditolak.
2. BCR =1, maka bersifat netral atau layak
3.

6.8 CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN

1. Pada suatu tempat pertambangan batu bara yang terbuka, direncanakan untuk memelihara
jalan-jalan angkutan sementara dari penggalian dengan pekerjaan tangan. Jalan-jalan
angkutan tersebut terbentuk dari tanah yang ada. Ada 15 pekerja yang dipekerjakan, dengan
mendapat upah tahunan sebesar Rp.13.000.000,-. Ditambah pengeluaran-pengeluaran
lainnya, jumlah biaya yang dibayarkan kepada kontraktor adalah sebesar Rp.18.000.000,-
per tahun. Produksi dari pertambangan batu bara tersebut diharapkan dapat diperhitungkan
untuk jangka waktu 6 tahun, dan beberapa alternatif metode konstruksi dan pemeliharaan
jalan-jalan angkutan perlu diteliti.
Alternatif #1:
Membeli satu unit motor grader seharga Rp 18.000.000,- dan mengurangi jumlah pekerja
menjadi 6 orang termasuk operator motor grader tersebut. Biaya pemeliharaan untuk motor
grader diperkirakan rata-rata Rp 300.000,- per tahun selama jangka waktu 6 tahun, dan
akan mempunyai nilai jual kembali sebesar Rp 750.000,-. Upah pekerja sehubungan
dengan penggunaan motor grader adalah Rp 10.000.000,- per tahun.
Alternatif #2:
Perataan jalan-jalan dalam tahap pertama dan yang diperluas setelah 2 tahun dan kemudian
lagi setelah 4 tahun. Biaya permulaan adalah Rp 12.000.000,- yang kemudian dilanjutkan
dengan investasi sebesar Rp 7.000.000,- sesudah 2 tahun, dan menyusul Rp 6.500.000,-
sesudah 4 tahun. Berhubung ada permintaan untuk mengurangi biaya pemeliharaan, maka
total biaya pekerja untuk rencana ini adalah Rp 8.000.000,- per tahun.
Apabila pengembalian modal diinginkan paling sedikit dengan tingkat bunga 10% per tahun,
rencana manakah yang paling ekonomis jika menggunakan: a) metode Nilai Tahunan yang
Merata (Annual Series) dan b) metode NPV?

Petunjuk penyelesaian:
Untuk metode NPV dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu apabila menggunakan Ms. Excel
maka lebih baik menggunakan rumus 6.6, akan tetapi jika diselesaikan secara manual maka
menggunakan rumus-rumus yang ada di bab 5 untuk menentukan nilai yang ekivalen dengan
nilai sekarang bersih.

Penyelesaian:
a. Metode biaya tahunan ekivalen:
Untuk melakukan pemilihan alternative berdasarkan Metode Biaya Tahunan Ekivalen
dapat dilakukan dengan cara menentukan nilai yang ekivalen dari semua cash flow yang
ada dengan nilai rangkaian seragam (nilai tahunan seragam = A) pada periode yang sama.

Dari permasalahan pada contoh soal 1, diketahui :

Alternatif 0:
▪ Ada 15 pekerja dengan upah tahunan Rp.13.000.000,-
▪ Jumlah yang dibayarkan pada kontraktor = biaya upah pekerja + biaya lainnya menjadi
Rp.18.000.000,- per tahun (lihat gambar 3)
▪ Masa produksi pertambangan batu bara = 6 tahun
▪ Ada beberapa alternatif metode konstruksi + pemeliharaan jalan-jalan yang perlu
diteliti, dengan i = 10% per tahun

Alternatif 0
0 1 6

 0 = 18 jt

Gambar 6.3 Diagram Cash Flow Nilai Tahunan Alternatif 0

Alternatif 1:
▪ Beli motor grader Rp 18.000.000,-
▪ Jumlah pekerja dikurangi menjadi 6 pekerja (termasuk operator)
▪ Biaya pemeliharaan motor grader = Rp 300.000/tahun selama 6 tahun
▪ Nilai jual lagi Rp 750.000,-
▪ Upah pekerja Rp 10.000.000,- per tahun
▪ Semua komponen biaya pada alternatif 1 dapat disajikan dalam bentuk diagram cash
flow seperti gambar 6.4.
s = 0,75 jt

0 1 6

A = 10 jt + 0,3 jt
18 jt

Gambar 6.4 Diagram Cash Flow Alternatif 1

Biaya tahunan ekivalen dari gambar 6.4 adalah:


A1 = 18 jt (   ,10%,6) + 10,3 jt – 0,75 jt (  F ,10%, 6)
= 18 jt (0,22961) + 10,3 jt – 0,75 (0,12961)
= Rp 14.335.773,-

Alternatif 2:
▪ Perataan jalan (tahap I) dan diperluas setelah 2 tahun dan setelah 4 tahun
▪ Biaya awal = Rp 12.000.000,-
▪ Setelah 2 tahun ada investasi Rp 7.000.000,-
▪ Setelah 4 tahun → Rp 6.500.000,-
▪ Biaya pekerja → Rp 8.000.000,- per tahun
▪ Semua komponen biaya pada alternatif 2 dapat disajikan dalam bentuk diagram cash
flow seperti gambar 6.5.
0 1 2 3 4 5 6
tahun

 = 8 jt
12 jt 7 jt 6,5 jt

Gambar 6.5 Diagram Cash Flow Alternatif 2

Biaya tahunan ekivalen dari gambar 6.5 adalah:


A2 = [12 jt + 7 jt (  F , 10%, 2) + 6,5 jt (  F , 10%, 4)] x (   , 10%, 6) + 8 jt
= [12 jt + 7 jt (0,82645) + 6,5 jt (0,68320)] x 0,22961 + 8 jt
= Rp 13.103.300,-
Kesimpulan: dipilih alternatif 2 karena A2 < A1 < A0
b. Penyelesaian menggunakan Metode Nilai Sekarang (NPV cara manual)

Alternatif 0 :
P0 = 18 jt (   , 10%, 6) = 18 jt x 4,3552 = Rp 78.393.600,-

Alternatif 1:
Semua komponen biaya pada alternatif 1 dapat disajikan dalam bentuk diagram cash flow
seperti gambar 6.6.

s = 0,75 jt

1 6
0

18 jt

 = 10,3 jt
NPV

Gambar 6.6 Diagram Cash Flow NPV Alternatif 1

P0 = 18 jt + 10,3 jt (   , 10%, 6) – 0,75 jt (  F , 10%, 6)


= 18 jt + 10,3 jt (4,3552) – 0,75 jt (0,56448)
= Rp 62.438.496

Alternatif 2 :
P0 = 12 jt + 7 jt (  F , 10%, 2) + 6,5 jt (  F , 10%, 4) + 8 jt (   , 10%, 6)
= 12 jt + 7 jt (0,82645) + 6,5 jt (0,68302) + 8 jt (4,3552)
= Rp 57.066.380,-

Pemilihan : P → diambil nilai yang terbesar untuk revenue


P → diambil nilai yang terkecil untuk cost
Kesimpulan: dipilih alternatif 2 karena merupakan biaya terkecil
c. Penyelesaian menggunakan Metode Nilai Sekarang (NPV rumus 6.6)
n (C )t n (C o )t
NPV =  −
t =0
(1 + i )t t =0
(1 + i )t
Penentuan NPV untuk ketiga alternatif dengan menggunakan rumus 6.6 disajikan dalam
tabel 6.4 sampai dengan 6.6.

Tabel 6.4 Perhitungan NPV Alternatif 0


Present Value Present Value
Tahun t Kas Keluar Kas Masuk Cash Out
i (1+i) Cash in NPV (Rp)
ke-t (C0)t (Rp) (Ct) (Rp) (C0 t / (1+i)t)
(Ct/(1+i)t) (Rp)
(Rp)
0 10% 1,0000 - 0 - 0 -
1 10% 1,1000 18.000.000 0 16.363.636 0 (16.363.636)
2 10% 1,2100 18.000.000 0 14.876.033 0 (14.876.033)
3 10% 1,3310 18.000.000 0 13.523.666 0 (13.523.666)
4 10% 1,4641 18.000.000 0 12.294.242 0 (12.294.242)
5 10% 1,6105 18.000.000 0 11.176.584 0 (11.176.584)
6 10% 1,7716 18.000.000 0 10.160.531 0 (10.160.531)
JUMLAH 78.394.693 0 (78.394.693)
Tabel 6.5 Perhitungan NPV Alternatif 1
Present Value Present Value
Tahun t Kas Keluar Kas Masuk Cash Out
i (1+i) Cash in NPV (Rp)
ke-t (C0)t (Rp) (Ct) (Rp) (C0 t / (1+i)t)
(Ct/(1+i)t) (Rp)
(Rp)
0 10% 1,0000 18.000.000 0 18.000.000 0 (18.000.000)
1 10% 1,1000 10.300.000 0 9.363.636 0 (9.363.636)
2 10% 1,2100 10.300.000 0 8.512.397 0 (8.512.397)
3 10% 1,3310 10.300.000 0 7.738.542 0 (7.738.542)
4 10% 1,4641 10.300.000 0 7.035.039 0 (7.035.039)
5 10% 1,6105 10.300.000 0 6.395.490 0 (6.395.490)
6 10% 1,7716 10.300.000 750.000 5.814.081 423.355 (5.390.726)
JUMLAH 62.859.185 423.355 (62.435.830)

Tabel 6.6 Perhitungan NPV Alternatif 2


Present Value Present Value
Tahun t Kas Keluar Kas Masuk Cash Out
i (1+i) Cash in NPV (Rp)
ke-t (C0)t (Rp) (Ct) (Rp) (C0 t / (1+i)t)
(Ct/(1+i)t) (Rp)
(Rp)
0 10% 1,0000 12.000.000 0 12.000.000 0 (12.000.000)
1 10% 1,1000 8.000.000 0 7.272.727 0 (7.272.727)
2 10% 1,2100 15.000.000 0 12.396.694 0 (12.396.694)
3 10% 1,3310 8.000.000 0 6.010.518 0 (6.010.518)
4 10% 1,4641 14.500.000 0 9.903.695 0 (9.903.695)
5 10% 1,6105 8.000.000 0 4.967.371 0 (4.967.371)
6 10% 1,7716 8.000.000 - 4.515.791 0 (4.515.791)
JUMLAH 57.066.797 0 (57.066.797)
Kesimpulan: Alternatif 2 adalah yang terbaik karena NPV paling kecil yaitu Rp
57.066.797,-

2. Sebidang tanah yang letaknya strategis dipertimbangkan kemungkinan akan naik nilainya.
Harga tanah sekarang Rp 80 jt. Diharapkan dalam 5 tahun nilainya menjadi Rp 150 jt.
Selama waktu ini dapat disewakan untuk padang rumput dengan Rp 1,5 jt / tahun. Pajak
tahunan pada waktu sekarang Rp 0,85 jt konstan.
a. IRR yang bagaimanakah akan didapatkan pada investasi tersebut jika perkiraan-
perkiraan tersebut adalah tepat?
b. Apakah layak investasi tanah ini dilakukan jika dianalisis dengan metode BCR?
Petunjuk penyelesaian: IRR dapat diselesaikan secara manual atau dengan cara Ms. Excel
menggunakan rumus 6.7. Demikian juga dengan BCR, dapat ditentukan secara manual atau
dengan rumus 6.10.

a. Penyelesaian (cara manual dengan menggunakan tabel compound interest)

Dasar Perhitungan:
1. Dianalisa dalam Present Value (PV) atau dengan Nilai Tahunan (AV)
2. IRR yang dipilih adalah :
a. Biaya yang seimbang dengan tingkat revenue, atau
b. Rate (IRR) yang makin besar untuk investasi
3. Cara: Menentukan nilai i sehingga :
PV penerimaan – PV pengeluaran = 0 , atau
AV penerimaan – AV pengeluaran = 0

F = Rp 150 jt
A1 = Rp 1,5 jt

0 1 2 3 4 5
Thn
Gambar 6.7 Diagram Cash Flow (soal 2)

Gambar 6.7 menunjukkan cash flow yang terjadi pada contoh soal 2. Untuk menentukan
nilai dalam hal ini digunakan prinsip:
PV penerimaan = PV pengeluaran
F (  F , i, 5) + A1 (   , i, 5) = P + A2 (   , i, 5)
150 (  F , i, 5) + 1,5 (   , i, 5) – P – A2 (   , i, 5) = 0 → i = ?

Jika i = 0, maka :
150 (  F , i, 5) + 1,50 (   , i, 5) – 80 - 0,85 (   , i, 5) > 0
150 (1) + 1,50 (1) – 80 - 0,85 (1) > 0

Untuk mendapatkan i maka penerimaan harus > pengeluaran


Untuk mencoba nilai i dapat menggunakan peraturan 72 (the 72 rule) yang menyarankan

bahwa “suatu jumlah akan berlipat dua kali dalam nilainya setiap n = 72 tahun.
i

Karena Rp 80 jt dalam 5 tahun hampir menjadi dua kali lipatnya, yaitu : (Rp 150 jt/80
jt) = 1,875  2X, maka :
i sebaiknya dicoba dengan nilai yang mendekati berikut:
72 72
i= = = 14,4%
n 5
Dalam hal ini i dicoba antara i = 14% sampai 15%

▪ dicoba i = 15%
150 (  F , 15%, 5) – 80 + 0,650 (   , 15%, 5) = ?
150 (0,49718) – 80 + 0,650 (3,3521) = - 3,244 jt
tanda (-) menunjukkan i terlalu besar
Sehingga dapat diketahui bahwa i antara 0 s/d 15 %

▪ dicoba i = 14%
(  F , 14%, 5) – 80 + 0,650 (   , 14%, 5) =
150 (0,51957) – 80 + 0,650 (3,4330) = 0,137 jt
Nilai 0,317 jt merupakan nilai yang mendekati 0, artinya nilai i akan berada di sekitar
14% atau 14% < i < 15%. Untuk menentukan nilai dapat dilakukan interpolasi antara
i = 14% dan i = 15%.
Rp0,137 jt − 0
i = 14% + 1%
Rp3,4330 jt
= 14% + 1% (0,041) = 14,041%  14% → IRR = 14%

b. Penyelesaian (Metode BCR cara manual)

BCR = 1, alternatif dikatakan layak (feasible)


BCR dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:

A Penerimaan
1. BCR Konvensional =
A Pengeluara n

A Penerimaan - A Pengeluara n selain CR


2. BCR Modified =
A Pengeluara n akibat CR

Dengan i = 14% per tahun, maka


A1 + F (  , 14%, 5)
BCR Konvensional = F
(  , 14%, 5) + A2

1,5 + 150(0,15128 )
= = 1,001 (layak & untung)
80(0,29120 ) + 0,85
BCR Modified, bisa diterapkan dalam hal ini jika dalam suatu investasi yang dilakukan
pada awal periode mengalami penurunan nilai di akhir periode. Seperti dalam kasus ini
perlu ditinjau ulang apakah inverstasi tersebut mengalami penurunan nilai diakhir
periode?
Misalnya :
P = Rp 80 juta dengan i = 14%, n = 5 th, maka nilai F adalah:
F = P (F , 14%, 5) = 80 x 1,9254 = Rp 154 jt, dan

CR (Pengembalian Modalnya) = P (  , 14%, 5) – F (  , 14%, 5)
 F
= 80 x 0,29128 – 150 x 0,15128 = 0,6104 jt

Ternyata pada akhir periode didapat F = Rp 154 jt, artinya investasi awal seharusnya
dalam 5 tahun mendatang menjadi Rp 154 juta tetapi kenyataannya nilai yang diinginkan
hanya Rp 150 juta yang berarti ada penurunan Rp 4 juta. Maka Rp 4 jt ini harus
diinvestasikan ke A1 untuk tiap tahunnya sampai didapatkan pengembalian modal (CR)
sebesar Rp 0,6104 juta. Dalam hal ini BCR Modified dapat diterapkan.
1,5 jt − 0,85 jt
BCR Modified = = 1,065 (layak & untung)
0,6104 jt

Penyelesaian (Metode BCR rumus 6.10):

nilaisekarangbenefit ( PV ) B
BCR = =
nilaisekarangbiaya ( PV )C

Untuk menentukan nilai BCR dari contoh soal 2 dengan menggunakan rumus 6.10 harus

menghitung nilai sekarang benefit (Present Value Cash In) dan nilai sekarang biaya

(Present Value Cash Out) seperti pada tabel 6.7. Selanjutnya nilai BCR dapat

ditentukan, yaitu:
BCR = 83.054.921 / 82.231.503 = 1,002 > 1 (layak)

Tabel 6.7 Perhitungan Present Value


Present Value Present Value
Tahun t Kas Keluar Kas Masuk (Ct)
i (1+i) Cash Out Cash in
ke-t (C0)t (Rp) (Rp)
(C0 t / (1+i)t) (Ct/(1+i)t) (Rp)
0 14% 1 80.000.000 0 (Rp)
80.000.000 0
1 14% 1,14 850.000 1.500.000 745.614 1315789,47
2 14% 1,2996 850.000 1.500.000 654.047 1154201,29
3 14% 1,481544 850.000 1.500.000 573.726 1012457,27
4 14% 1,68896 850.000 1.500.000 503.268 888120,416
5 14% 1,925415 850.000 151.500.000 441.463 78.684.353
JUMLAH 82.918.119 83.054.921

6.9 PEMILIHAN LEBIH DARI DUA ALTERNATIF


Untuk melakukan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang jumlahnya lebih dari
dua digunakan cara yang sedikit berbeda dengan cara-cara sebelumnya. Untuk lebih jelasnya
diberikan contoh kasus dan penyelesaiannya sebaga berikut:
1. Empat buah rencana Investasi akan dilakukan oleh investor dengan periode investasi
selama 10 tahun serta perkiraan penerimaan dan pengeluaran seperti tabel 6.8.

Tabel 6.8 Rencana Cash Flow dari Empat Alternatif


Alternatif
Keterangan
A B C D
Investasi permulaan (IA) 520 340 660 600
Penerimaan tahunan (Tt) 240 228 294 260
Pengeluaran tahunan (Kt) 142 140 158 128

Jika tingkat bunga menarik minimum (MARR) = 10 % dan dana yang tersedia untuk
investasi tersebut tidak terbatas, maka alternative investasi mana yang paling
menguntungkan !
Analisa alternative yang menguntungkan dengan metode :
a. Internal Rate of Return (IRR) : tingkat pengembalian terhadap nilai sekarang (Present
Worth)
b. Benefit Cost Ratio (B/C) : perbandingan manfaat dan biaya terhadap nilai tahunan
(Annuity Worth)

Penyelesaian:
a. Dengan Metode IRR, caranya (seperti pada tabel 6.9)
1. Mengurutkan alternative investasi dari investasi permulaan terendah menuju ke
investasi permulaan tinggi;
2. Mencari IRR untuk masing-masing alternative, jika ada alternative dengan IRR <
MARR maka alternative tersebut diabaikan;
3. Menghitung kenaikan investasi permulaan, kenaikan penerimaan tahunan, dan
kenaikan pengeluaran tahunan;
4. Mencari IRR dari kenaikan investasi tersebut.

Tabel 6.9 Perbandingan Alternatif Dengan Metode IRR

Alternatif
Keterangan
B A D C
Investasi permulaan (IA) 340 520 600 660
Penerimaan tahunan (Tt) 228 240 260 294
Pengeluaran tahunan (Kt) 140 142 128 158
(P/A, i, 10) 3.86364 5,30612 4,54545 4,85294
IRR (%) 22.6 13.7 17.9 16.0
>MARR >MARR >MARR
>MARR (LAYAK) (LAYAK) (LAYAK)
keputusan
(LAYAK)

Perbandingan alternative terhadap NONE B B D


Kenaikan investasi permulaan - 180 260 60
Kenaikan penerimaan tahunan - 12 32 34
Kenaikan pengeluaran tahunan - 2 -12 30
(P/A, i, 10) - 18.0000 5.90909 15.0000
IRR (%) - I<1 10.9 I<1
<MARR >MARR <MARR
(TL), A (L), B (TL), C
GUGUR GUGUR GUGUR

Analisis :
1. Semua investasi sebenarnya layak dilaksanakan karena IRR dari masing-masing
alternative lebih besar dari MARR
2. Alternatif investasi B paling layak dilakukan (tahap 1)
3. Alternatif investasi A dibandingkan terhadap alternative B, kenaikan investasinya tidak
layak dilakukan
4. Alternatif investasi D dibandingkan terhadap alternative B, kenaikan investasinya layak
dilakukan
5. Alternatif investasi C dibandingkan terhadap alternative D, kenaikan investasinya tidak
layak dilakukan.
Kesimpulan :
Jadi alternatif investasi yang layak adalah alternative investasi D.

b. Dengan Metode Benefit Cost Ratio (BCR) :

1. Conventional Benefit-Cost Ratio, caranya (lihat tabel 6.10)


a. Mengurutkan alternative investasi dari investasi permulaan terendah menuju ke
investasi permulaan tertinggi;
b. Mencari BCR untuk masing-masing alternative, jika ada alternative dengan BCR
< 1 maka alternative tersebut diabaikan;
c. Menghitung kenaikan investasi permulaan, kenaikan penerimaan tahunan, dan
kenaikan pengeluaran tahunan;
d. Mencari BCR dari kenaikan investasi tadi.

Tabel 6.10 Perbandingan Alternatif Dengan Metode BCR Konvensional


Alternatif
Keterangan
B A D C
Investasi permulaan (IA) 340 520 600 660
Penerimaan tahunan (Tt) 228 240 260 294
Pengeluaran tahunan (Kt) 140 142 128 158
(A/P, 10 %, 10) 0.16275 0.16275 0.16275 0.16275
Pemulihan modal tahunan (CR) 55.335 84.630 97.650 107.415
BCR konvensional 1.17 1.06 1.15 1.11

Perbandingan alternatif terhadap - B B D


Kenaikan investasi permulaan - 180 260 60
Kenaikan penerimaan tahunan - 12 32 34
Kenaikan pengeluaran tahunan - 2 -12 30
(A/P, 10 %, 10) - 0.16275 0.16275 0.16275
Kenaikan pemulihan modal
- 29.295 42.135 9.765
tahun
BCR konvensional - 0.38 1.06 0.86

Kesimpulan :
Jadi alternatif investasi yang layak adalah alternatif investasi D.

2. Modified Benefit Cost Ratio, caranya (lihat tabel 6.11):


a. Mengurutkan alternatif investasi dari investasi permulaan terendah menuju ke
investasi permulaan tertinggi;
b. Mencari BCR untuk masing-masing alternative, jika BCR < 1 maka alternatif
tersebut diabaikan;
c. Menghitung kenaikan investasi permulaan, kenaikan penerimaan tahunan dan
kenaikan pengeluaran tahunan;
d. Mencari BCR dari kenaikan investasi

Tabel 6.11 Perbandingan Alternatif Dengan Metode BCR Modified


Alternatif
B A D C
Investasi permulaan (IA) 340 520 600 660
Penerimaan tahunan (Tt) 228 240 260 294
Pengeluaran tahunan (Kt) 140 142 128 158
(A/P, 10 %, 10) 0.16275 0.16275 0.16275 0.16275
Pemulihan modal tahunan (CR) 55.335 84.630 97.650 107.415
BCR Modified 1.59 1.16 1.35 1.27
Perbandingan alternative terhadap None B B D
Kenaikan investasi permulaan - 180 260 60
Kenaikan penerimaan tahunan - 12 32 34
Kenaikan pengeluaran tahunan - 2 -12 30
(A/P, 10 %, 10) - 0.16275 0.16275 0.16275
Kenaikan pemulihan modal tahunan - 29.295 42.135 9.765
BCR Modified - 0.34 1.04 0.41

Kesimpulan :
Jadi alternative investasi yang layak adalah alternative investasi D.
6.10 SOAL-SOAL
1. Perbandingkan alternatif-alternatif di bawah ini dengan menggunakan metode nilai
sekarang jika tingkat bunga 15% per tahun :
Alternatif #1 Alternatif #2
Biaya investasi (Rp) 47.000.000,- 56.000.000,-
Pendapatan tahunan (Rp) 11.000.000,-*) 30.000.000,-**)
Nilai jual lagi investasi (Rp) 5.000.000,- 2.000.000,-
Umur investasi (tahun) 6 3
Catatan *) pada tahun pertama dan naik sebesr 5% per tahun
**) pada tahun pertama dan naik sebesar 3% per tahun

2. Dengan menggunakan metode tingkat pengembalian internal, perbandingkan alternatif-


alternatif pada soal 1 jika tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima ditetapkan
(MARR) sebesar 15%.

3. Jika pada soal 1 dianggap pendapatan tahunannya tetap (tidak mengalami kenaikan setiap
tahunnya) dan kemudian diusulkan lagi dua alternatif investasi, sebagai berikut :
Alternatif #3 Alternatif #4
Biaya investasi (RP) 50.000.000,- 56.000.000,-
Pendapatan tahunan (Rp) 11.000.000,- 15.000.000,-
Nilai jual lagi investasi (Rp) 3.000.000,- 10.000.000,-
Umur investasi (tahun) 6 6
Dengan menggunakan metode perbandingan manfaat-biaya, tentukan alternatif
yang paling layak !

4. Suatu investasi sebesar pada saat sekarang yang berjalan pada tingkat bunga sebesar i %,
mempunya nilai jual lagi sebesar S setelah n tahun mendatang.
S

0 1 2 n -1 n

Biaya tahunan dari investasi tersebut dapat didefinisikan sebagai sebagai biaya pemulihan
modal tahunan ditambah dengan bunga atas nilai jual lagi :
A = ( P − S )( A P , i%, n) + ( S  i)
Selain itu, dengan cara sederhana menggunakan faktor-faktor bunga majemuk, dapat dicari
biaya tahunan dari investasi tersebut, sebagai berikut :

A = P( A P , i%, n) − S ( A F , i%, n)
Anda diminta untuk membuktikan secara matematis bahwa :

( P − S )( A P , i%, n) + ( S  i) = P( A P , i%, n) − S ( A F , i%, n)

5. Pada soal 4, investasi sebesar Rp 150.000.000,- berjalan pada tingkat bunga 12% per tahun.
Aset yang diinvestasikan mempunyai nilai jual lagi sebesar Rp 30.000.000,- dengan umur
pemakaian selama 6 tahun.
Dari anda diminta untuk menghitung :
a. Biaya pemulihan modal tahunan dari investasi tersebut.
b. Jumlah bunga yang dibayarkan pada tahun ketiga.
c. Jumlah modal yang telah kembali sampai tahun kelima.
d. Jumlah bunga yang dibayarkan selama periode pemulihan modal.

6. Dewan direksi dari suatu perusahaan pabrik pupuk mempunyai pertimbangan untuk
mendirikan sebuah bangunan gedung untuk penyimpanan sebagian besar dari barang jadi.
Disarankan bahwa dua alternatif yang secara teknis dapat diterima adalah :
Alternatif #1:
Bangunan dengan kerangka atap beton yang mempunyai biaya permulaan Rp.160.000.000,-
. Usia bangunan beton diperkirakan mencapai 60 tahun dan baru ada biaya pemeliharaan
tahunan sebesar Rp.3.000.000,- setelah 10 tahun beroperasi. Nilai jual lagi bangunan beton
diperkirakan Rp.60.000.000,-.
Alternatif #2 :
Bangunan tertutup dengan kerangka baja dilapisi dengan lembaran-lembaran kalsiboard
dengan biaya permulaan Rp.100.000.000,-. Usia bangunan baja diperkirakan untuk 20 tahun
dengan suatu biaya pemeliharaan tahunan ekivalen dimulai dari tahun permulaan sebesar
Rp.1.150.000,-. Nilai jual bagi bangunan baja diperkirakan Rp.10.000.000,-.
Tingkat bunga pengembalian modal disetujui 10% per tahun. Bangunan manakah yang lebih
ekonomis?

7. Suatu perusahaan leasing peralatan berat ingin menginvestasikan dana yang dimilikinya
dengan membeli beberapa peralatan berat baru, dengan alternatif-alternatif sebagai berikut
:
Alternatif A Alternatif B
Biaya investasi Rp 130.000.000,- Rp 175.000.000,-
Biaya operasional tahunan Rp 24.000.000,- Rp 18.000.000,-
Biaya pemeliharaan tahunan Rp 7.000.000,- Rp 9.000.000,-
Estimasi pendapatan tahunan Rp 53.000.000,- Rp 58.000.000,-
Nilai jual lagi Rp 0,- Rp 0,-
Usia pemakaian 10 tahun 10 tahun

Pada evaluasi alternatif-alternatif tersebut biaya investasi tidak dianalisis sebagai modal
yang harus dipulihkan, tetapi depresiasi nilai investasi dianggap sebagai kehilangan manfaat
(disbenefit) yang harus ditanggung selama umur investasi.
Jika telah ditetapkan nilai pengembalian minimum yang menarik (MARR) = 10%, dari anda
diminta untuk :
a. Menentukan metode perbandingan ekonomi yang sesuai untuk analisanya. Apakah
menggunakan BCR konvensional, BCR modifikasi, ataukah keduanya? Apa alasannya?
b. Alternatif manakah yang paling layak untuk dilakukan berdasarkan metode analisis yang
telah anda pilih? Apa alasannya?

Anda mungkin juga menyukai