Anda di halaman 1dari 14

TUGAS REVIEW JURNAL

METODOLOGI PENELITIAN

Dosen Pengampu :

Reni Karno Kinasih ST, MT

Disusun Oleh :
Arya Febri Dewanto (41116010082)

Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana
2019/2020
REVIEW JURNAL 1

Judul PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU


TERHADAP FLOWABILITY DAN KUAT TEKAN SELF
COMPACTING CONCRETE
Volume & Halaman VOLUME 12 NO. 2,
Tahun Oktober/2016
Penulis Dhany Setyawan, Fadillawaty Saleh, Hakas Payuda
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan abu
ampas tebu sebagai pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan
beton Self Compacting Concrete (SCC), mengetahui hasil
pengujian beton segar SCC (filling ability, passing dan ability)
dengan penambahan abu ampas tebu, mengetahui pengaruh
superplasticizer viscocrete-1003 untuk pengujian Self Compacting
Concrete (SCC) dan memperoleh hasil mengenai perilaku kuat
tekan beton Self Compacting Concrete (SCC) dengan tambahan
abu ampas tebu sebagai bahan tambahan pengganti semen dan
superplasticizer Sika Viscocrete-10 pada umur 28 hari .
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode perbandingan dimana ampas abu tebu
dicampur kedalam campuran beton Self Compacting Concrete
(SCC) dengan perbandingan antara 5-15 % penambahan abu ampas
tebu.
Hasil Penelitian Berdasarkan spesifikasi dari (EFNARC, 2002), campuran beton
segar dapat dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi
kriteria filling ability, passing ability, dan segregation resisitance.
Cara mendapatkan ketiga kriteria tersebut dilakukan pengujian
workabilitas. Berdasarkan hasil pengujian-pengujian terlihat bahwa
nilai-nilai setiap parameter yang
diperoleh untuk jenis ke tiga campuran SCC yang menggunakan
abu ampas tebu sebanyak 5 % - 15% berbeda secara signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa workabilitas ke tiga jenis campuran
tersebut sangat berbeda. Hasil pengujian j-ring terdapat beberapa
campuran beton yang memiliki sifat passingability yang baik
karena sebaran diameter dan waktu alir dari ketiga variasi abu
ampas tebu yang dihasilkan baik dan memenuhi syarat sebagai
beton SCC, oleh karena itu dapat dikatakan beton tersebut
merupakan self compacting concrete (SCC). Dibandingkan dengan
variasi kadar 10% -15%, beton SCC dengan kadar 5% memiliki
tingkat keenceran yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
pengujian T50 cm dan slump flow. Pada pengujian T50 cm dan
slump flow, campuran beton SCC dengan abu ampas tebu 5%
membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk
mengalir dan mencapai diameter 50 cm dibandingkan dengan
campuran beton SCC dengan penggantian kadar abu ampas tebu
10-15%. Demikian juga pada pengujian, V-funnel, tampak bahwa
campuran beton SCC dengan abu ampas tebu 5 % lebih cepat keluar
dari alat V-funnel.
Kondisi ini menunjukkan bahwa beton SCC dengan abu ampas tebu
memiliki segregation resistance yang lebih baik. Demikian juga
dari pengujian L-box, diketahui campuran beton SCC dengan abu
ampas tebu 5 %-15% memenuhi syarat, Artinya, campuran beton
SCC tersebut memiliki passing ability yang lebih baik. Hal lain
yang menunjukkan indikator suatu beton dikatakan memiliki sifat
SCC adalah bila perbandingan h1/h2 adalah ≥ 0,8.
Kekuatan Penambahan abu ampas tebu terhadap pengujian beton pada
kondisi segar (fresh properties) dari variasi 3 % , 5 % dan 15 %
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh EFNARC.
Pada pengujian J-Ring (T50 cm dan slump flow) campuran beton
SCC dengan abu ampas tebu 5 % memiliki sifat passingability yang
baik yaitu 2,38 detik untuk mengalir dan mencapai
diameter 50 cm dengan waktu yang lebih pendek dibandingkan
dengan campuran beton SCC dengan penggantian kadar abu ampas
tebu 10 -15 %. Pada pengujian V-Funnel menunjukkan bahwa
campuran beton SCC paling optimum adalah7,15 detik dengan abu
ampas tebu 5 % lebih cepat keluar dari alat V-funnel. Kondisi ini
menunjukkan bahwa beton SCC dengan abu ampas tebu memiliki
filling ability yang lebih baik. Sedangkan pada pengujian passing
ratio dengan alat L-Box meningkat dengan peningkatan persentase
abu ampas tebu dalam SCC. Campuran SCC menggunakan abu
ampas tebu paling optimum untuk persentase 10 % yaitu sebesar
1,66.
Kelemahan Penambahan viscocrete-1003 dari ke tiga pengujian yaitu J-ring, V-
funnel, dan L-box dengan variasi kadar viscocrete-1003 yang
berbeda ternyata dapat meningatkan flowability dari beton.
Hal ini dikarenakan reaksi pada superplasticizer yang
menyebabkan fluiditas pada campuran sehingga mampu
meningkatkan flowability. Semakin banyak kadar viscocrete-1003
yang digunakan akan semakin bepengaruh pada flowability dan
workability, hanya saja karena pengaruh kadar ampas tebu yang
menyerap air.
Kuat tekan maksimal pada umur 28 hari didapat pada komposisi
campuran variasi abu ampas tebu dengan persentase 5 % dari berat
semen yaitu sebesar 21,50 Mpa, sedangkan pemakaian abu ampas
tebu sebesar 10%, dan 15 % menyebabkan penurunan kuat tekan.
Besarnya kuat tekan untuk kadar abu ampas tebu 5 % dan 10 %
berturut-turut adalah 20,50 MPa dan 16,10 MPa. Penambahan abu
ampas tebu pada kadar 5% ke 10% mengalami penurunan kuat
tekan sebesar 6,96% dan penurunan juga terjadi pada kadar 10% ke
15% sebesar 25,1%.

REVIEW JURNAL 2

Judul PENGGUNAAN ABUAMPAS TEBU UNTUK


MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON DARI AGREGAT
BETON BEKAS
Volume & Halaman Vol. I4/No. 1
Tahun Maret/2013
Penulis Rosyid Kholilur Rohman , Setiyo Daru Cahyono
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan abu ampas tebu terhadap kuat tekan beton dengan
menggunakan agregat beton bekas. Selanjutnya dapat diperoleh
prosentase pemakaian abu ampas tebu optimum sehingga
didapatkan kuat tekan yang paling tinggi. Hasil penelitian ini dapat
dipergunakan untuk konstruksi beton dari material beton bekas dan
limbah abu ampas tebu yang mempunyai kuat tekan sama atau
hampir sama dengan beton dari agregat baru dari alam sehingga
mampu digunakan untuk pembangunan infrastruktur bangunan
baru serta terciptanya kualitas bangunan yang baik dan ramah
lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada pelaku usaha konstruksi tentang kemungkinan pemanfaatan
agregat daur ulang untuk pekerjaan beton dan kemungkinan
pemanfaatan abu ampas tebu untuk meningkatkan kuat tekannya.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
eksperimental untuk mendapatkan hasil ataupun data-data yang
menunjukkan hubungan antara variable yang diuji. Perlakuan yang
diberikan dalam penelitian ini adalah dengan mempergunakan
campuran bahan beton yang berbeda, yaitu dengan memberi
tambahan penggunaan prosentase abu ampas tebu yang berbeda
pada campuran beton normal.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian kuat tekan dapat diketahui bahwa prosentase
penambahan abu ampas tebu berpengaruh terhadap kuat tekan
beton. Prosentase penambahan abu ampas tebu sampai 10 % kuat
tekan beton, namun di atas nilai tersebut kuat tekan beton turun.
Penambahan abu ampas tebu sampai 20 % masih dimungkinkan
karena pada penambahan 10 % kuat tekan beton yang didapat 246,5
kg/cm2 masih lebih tinggi dari beton kontrol, sedangkan
penambahan di atas 25 % kuat tekannya lebih rendah dari beton
kontrol.
Kekuatan Penambahan abu ampas tebu pada campuran beton akan
meningkatkan kuat tekan beton, namun pada prosentase
penambahan di atas 10 % kuat tekan beton akan turun. Hubungan
antara penambahan abu ampas tebu terhadap kuat tekan beton dapat
diperoleh persamaan y = -1657x2 + 381,7x + 238,2 dengan R2
0,919.

Penambahan abu ampas tebu sampai 20 % masih dimungkinkan


karena pada penambahan 20 % kuat tekan beton yang didapat 246,5
kg/cm2 masih lebih tinggi dari beton kontrol.

Kelemahan Penambahan prosentase abu ampas tebu dalam campuran beton


akan mengurangi workability beton. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya penurunan nilai slumpnya.
Untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan penelitian terhadap
material beton bekas sebagai agregat halusnya untuk pembuatan
beton baru sehingga diperoleh beton yang ramah lingkungan.
Pemanfaatan limbah industri untuk material bangunan harus terus
dikembangkan sehingga dapat membantu mengurangi pencemaran
lingkungan.

REVIEW JURNAL 3

Judul PEMANFAATAN SISA PEMBAKARAN AMPAS TEBU


SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PROSES PEMBUATAN
PAVING
Volume & Halaman Vol. 14/No. 2
Tahun Juli/2012
Penulis Endah Kanti Pangestuti
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jumlah subtitusi SPAT yang optimal untuk
pembuatan paving block dengan semen jenis PPC.
2. Untuk mencari kuat tekan maksimal paving block yang
diperoleh dari subtitusi SPAT pada paving block dengan semen
jenis PPC.
3. Untuk mencari besar seraparan air pada paving block tersebut.
Metode Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah benda uji paving dengan
perbandingan volume pasir dan semen sebesar 5 : 1. Faktor air
semen (fas) yang digunakan sebesar 0,2. Variasi penambahan
SPAT.
Hasil Penelitian Hasil pengujian porositas paving block menunjukkan terjadinya
peningkatan porositas paving block yang signifikan. Untuk
subtitusi 0%,10%,20%,30% dan 40% berturut-turut diperoleh
sebesar 6,35%; 8,57%; 9,41%;10,21%; dan 10,33%. Hal ini
disebabkan karena proses pemadatan dalam pembuatan paving
block dalam penelitian ini dilakukan secara manual. Hal ini sangat
mungkin menyebabkan kepadatan paving yang dihasilkan terbatas.
Sehingga terdapat banyak rongga yang ada dalam paving. Rongga
yang banyak tersebut menyebabkan peningkatan serapan karena air
akan mengisi rongga-rongga tersebut.
Sisa Pembakaran ampas tebu yang digunakan memiliki sifat
hidrolisis (menyepap air). Sifat hidrolisis yang dimiliki limbah abu
ampas tebu tersebut menyebabkan paving block tersebut memiliki
daya serap air yang tinggi.
Kekuatan Berdasarkan hasil penelitian ini SPAT yang diambil dari PTPN IX
PG Rendeng Kudus dapat digunakan sebagai bahan subtitusi
pembuatan paving block.
Ada pengaruh penambahan SPAT terhadap kuat tekan paving. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya penurunan kuat tekan paving
dengan semakin bertambahnya subtitusi SPAT dalam paving block.
Subtitasi SPAT yang optimal untuk paving sebesar 10% dari
volume pasir.
Kelemahan 1. Perlu diadakan penelitian sejenis dengan proses pemadatan
mesin untuk mengurangi faktor-faktor bias pada pembuatan benda
uji
2. Perlu diadakan penelitian penyempurnaan dengan tambahan
pengujian terhadap kuat tekan paving ketika umur paving block
mencapai 90 hari.
3. Perlu penelitian dan pengujian lebih lanjut terhadap paving
yaitu kuat geser, lentur, aus dan senyawa-senyawa yang
terkandung dalam limbah abu ampas tebu

REVIEW JURNAL 4

Judul PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG SEBAGAI


SUBSTITUSI PASIR DAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI
SUBSTITUSI SEMEN PADA CAMPURAN BETON MUTU K-
225
Volume & Halaman Vol. 2/No. 3
Tahun Sept/2014
Penulis Gemelly Katrina
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Kota Palembang sebagai kota besar tentunya turut pula
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi bangsa, dalam hal ini
khususnya pada sektor industri baik yang berskala besar maupun
kecil. Salah satu industri yang ada di kota Palembang adalah
industri kerang kupas dan pabrik gula, dimana kedua industri ini
tentunya menghasilkan limbah dari kegiatannya. Kulit kerang dan
ampas tebu memiliki kandungan mineral / zat yang dapat dijadikan
sebagi bahan pengganti untuk material pembentuk beton. Sehingga
akan coba digunakan sebagai pengganti sebagian semen dan
agregat halus, untuk melihat apakah dapat memberikan dampak
yang positif
pada kuat tekan beton.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode perbandingan
menggunakan sample, Untuk pembuatan benda uji dibagi menjadi
3 sampel untuk masing-masing persentase kombinasi abu ampas
tebu dan kulit kerang yaitu 8%+9%, 10%+11%, dan 12%+13% jadi
total benda uji yang dibuat sebanyak 36 buah. Pengujian kuat tekan
pada umur 7, 14 dan 28 hari dengan mutu K-225
Hasil Penelitian Pengujian material penyusun beton untuk pembuatan benda uji
telah dilakukan baik pada agregat halus yaitu Pasir Tanjung Raja
dan Pasir Kulit Kerang maupun pada agregat kasar yaitu Batu
Pecah Lahat. Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel dengan
Compression Testing Machine maka didapatkan nilai kuat tekan
beton. Dari hasil yang diperoleh bahwa variasi persentase
kombinasi abu ampas tebu dan kulit kerang sebesar 8%+9%
menunjukkan kuat tekan beton yang signifikan, dimana nilai kuat
tekannya paling optimum. Untuk kombinasi juga mengalami
peningkatan namun tidak terlalu jauh dengan beton normal,
sedangkan 12%+13% terjadi penurunan kuat tekan beton normal.
Kekuatan Kombinasi ampas tebu dan kulit kerang sebagai bahan substitusi
paling baik adalah variasi persentase sebesar 8%+9% karena
mampu meningkatkan kuat tekan beton dengan nilai paling
optimum, untuk
persentase 10%+11% kuat tekan hanya sedikit lebih tinggi dari
beton normal.
Penerapan peraturan SNI dalam penelitian ini untuk perencanaan
campuran beton (Job Mix Formula) menghasilkan kuat tekan yang
sesuai dengan kuat tekan yang direncanakan.
Kelemahan 1. Penggunaan abu ampas tebu dan kulit kerang sebagai bahan
substitusi sebaiknya dengan persentase sekitar 8%+9%.
2. Kehalusan abu ampas tebu sebagai bahan substitusi semen
haruslah dibuat semirip mungkin dengan kehalusan yang dimiliki
semen, sebab semakin halus abu ampas tebu maka semakin baik
interaksinya dengan campuran dan semakin bagus pula kinerjnya
dalam meningkan mutu beton.
3. Kulit kerang sebagai bahan substitusi pasir sebelum dihaluskan
sebaiknya dibersihkan, sehingga kandungan organiknya bisa hilang
atau berkurang.
4. Ditinjau dari berat benda uji terhadap perentase penambahan
bahan substitusi abu ampas tebu dan kulit kerang, semakin banyak
penambahan bahan substitusi maka berat benda uji semakin ringan.
REVIEW JURNAL 5

Judul PEMAKAIAN ABU AMPAS TEBU DENGAN VARIASI SUHU


SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM
CAMPURAN BETON
Volume & Halaman Vol. 12/No. 3
Tahun -
Penulis Rofikotul Karimah & Yusuf Wahyudi
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Nurwaji Wibowo (2006), diketahui
ampas tebu apabila dibakar pada suhu 600 °C berhasil menaikkan
unsur silika (SiO2), aluminat (Al2O3), ferrit (Fe2O3) sebesar
77,33% dan memenuhi syarat sebagai pozzolan. Penelitian tentang
pemanfaatan AAT juga telah dilakukan oleh Rompas, dkk (2013)
yang hasilnya menunjukkan bahwa AAT yang dibakar kembali
pada suhu pembakaran 6000C menghasilkan kuat tekan terbesar
dicapai padakadar AAT sebanyak 5% . Namun demikian perlu
dilakukan penelitian lanjutan mengenai variasi suhu pembakaran
AAT (400, 500, 600, 700, 800)0C untuk mendapatkan nilai kuat
tekan dan absorsi beton maksimum dengan substitusi kadar abu
ampas tebu sebanyak 5% dari berat semen untuk masing-masing
variasi suhu pembakaran sesuai rencana campuran beton.
Metode Penelitian Penelitian ini pada prinsipnya dilakukan tiga tahap. Tahap pertama
adalah tahap persiapan diawali dengan pengadaan semen,kerikil,
pasir, air dan abu ampas tebu. Abu ampas tebu yang digunakan
adalah hasil variasi pembakaran yang dilakukan di pabrik keramik
Dinoyo. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan sifat fisik dan
kimia abu ampas tebu. Karena sifat fisik abu ampas tebu yang
hampir menyerupai semen maka untuk pemeriksaan materialnya
diperlakukan sama seperti pemeriksaan semen. Tahap kedua adalah
tahap pelaksanaan penelitian dengan penyusunan mix
design,pencampuran dan pembuatan benda uji silinder beton.
Jumlah benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60
buah silinder berukuran 15x30 cm dengan masing-masing variasi
suhu abu ampas tebu sebesar (400, 500, 600, 700, 800)C. Tahap
ketiga adalah tahap pengujian absorsi beton dan kuat tekan (SNI
03-1974-1990).
Hasil Penelitian Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa kandungan silika
dalam abu ampas tebu sebagian besar bersifat amorf, terlihat pada
grafik tersebut semakin tinggi suhu pembakarn maka silika amorf
yang dihasilkan semakin baik, kekristalannya semakin berkurang.
Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil difraksi gelombang sinar-X berpuncak tajam dan bersudut,
hal ini menunjukkan bahwa jumlah SiO2 kristlain juga semakin
kecil. Dengan demikian maka sebagian besar SiO2 dalam abu
ampas tebu bersifat amorf.
Kekuatan Semakin tinggi suhu pembakaran abu ampas tebu (AAT) yang
digunakan sebagai pengganti sebagian semen menyebabkan nilai
kuat tekan beton mengalami penurunan, Penurunan kuat tekan
disebabkan reaksi pozzolan (SiO2) dengan Ca(OH2) belum terjadi
secara sempurna pada umur 28 hari, sehingga kontribusinya
terhadap kekuatan beton membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Suhu pembakaran abu ampas tebu (AAT) pada 4000C – 8000C
meningkatkan nilai absorbs secara berturut-turut 0,522 %, 0,658 %,
0,790%, 0,923%, dan 1,061 % .
Kelemahan Untuk penelitian dengan variasi suhu pembakaran lebih baik
menggunakan sampel dalam bentuk ampas tebu, agar tercapai
pengendalian suhu yang baik. Pada saat melakukan pengadukan
dengan menggunakan molen, sebaiknya menyeragamkan waktu
pemutaran pada setiap campuran beton.

REVIEW JURNAL 6

Judul KINERJA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET-WEARING


COURSE (HRS-WC) DENGAN FILLER ABU AMPAS TEBU
Volume & Halaman Vol. 22/No. 2
Tahun Okt/2017
Penulis Nikmatul Azizah & Boedi Rahardjo
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan sifat fisik dan
mekanik bahan-bahan penyusun campuran HRS-WC serta
mendeskripsikan kinerja campuran HRS-WC menggunakan filler
abu ampas tebu melalui pengujian Marshall.
Metode Penelitian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Jalan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Komponen utama
yang digunakan untuk penelitian meliputi agregat kasar, agregat
halus, filler, dan aspal. Spesifikasi campuran dan pengujian bahan
merujuk pada Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Tahun 2010
dan Manual Konstruksi dan Bangunan Pemeriksaan
Material/Bahan Jalan Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga Tahun 2009.
Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam campuran
berasal dari Desa Selorejo, Selorejo, Kabupaten Blitar. Filler abu
ampas tebu diperoleh dari PG. Ngadirejo, Kras, Kabupaten Kediri,
serta aspal yang digunakan adalah aspal pertamina penetrasi 60/70.
Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat meliputi analisa
saringan, pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar,
keausan agregat dengan mesin Los Angeles, pengujian berat jenis
dan penyerapan agregat halus, serta pengujian berat jenis filler abu
ampas tebu. Pemeriksaan pada aspal meliputi pengujian penetrasi,
daktilitas, titik lembek, titik nyala dan titik bakar, berat jenis, dan
kehilangan berat aspal. Desain campuran menggunakan HRS-WC
dengan gradasi semi senjang sebagaimana
Hasil Penelitian Berdasarkan pada hasil penelitian diperoleh nilai KAO campuran
sebesar 7,25%. Kadar aspal yang tinggi disebabkan oleh rongga-
rongga campuran pada gradasi semi senjang HRS-WC cukup besar
sehingga diperlukan aspal yang cukup untuk mengisi rongga-
rongga tersebut. Semakin banyak aspal yang ditambahkan semakin
sedikit rongga dalam campuran sehingga stabilitas campuran dapat
dipertahankan.
Stabilitas menunjukkan kekuatan jalan untuk menahan deformasi
dan kelelehan plastis akibat beban lalu lintas. Nilai stabilitas pada
KAO yaitu 1244,43 kg.Nilai stabilitas semakin naik hingga titik
maksimum pada kadar aspal tertentu. Kemudian turun seiring
penambahan kadar aspal. Hal tersebut disebabkan karena aspal
berubah fungsi menjadi pelicin dalam campuran. Nilai stabilitas
yang tinggi mengakibatkan lapis perkerasan menjadi kaku dan
mudah retak.
Semakin banyak aspal yang ditambahkan maka kelenturan
campuran semakin baik.
Marshall Quotient (MQ) adalah perbandingan antara stabilitas dan
flow. Nilai MQ pada KAO sebesar 319,2189 kg/mm. Nilai MQ
semakin kecil seiring penambahan kadar aspal disebabkan karena
penurunan nilai stabilitas dan kenaikan nilaiflow. Nilai MQ yang
kecil menyebabkan campuran bersifat plastis dan mudah
mengalami perubahan bentuk.
Kekuatan Kinerja campuran HRS-WC filler abu ampas tebu berdasarkan
pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar
7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan kemudian turun
kembali menunjukkan campuran memiliki kekuatan untuk
menahan beban lalu lintas pada kadar aspal tertentu sehingga lebih
elastis;
(3) nilai flow mengalami peningkatan seiring dengan penambahan
kadar aspal mengakibatkan campuran memiliki kelenturan yang
tinggi sehingga tahan pada retakan; (4) nilai MQ yang semakin
rendah seiring penurunan nilai stabilitas dan peningkatan nilai flow
membuat campuran lebih plastis dan mudah mengalami perubahan
bentuk; (5) nilai VIM yang semakin rendah mengakibatkan
campuran mudah mengalami deformasi plastis akibat beban yang
berulang; (6) nilai VMA yang turun hingga pada kadar aspal
tertentu kemudian naik kembali menunjukkan penambahan kadar
aspal akan menebalkan selimut aspal dan memperbesar jarak antar
agregat sehingga menurunkan stabilitas; dan (7) nilai VFB yang
semakin meningkat mengakibatkan aspal mudah mengalami
bleeding.
Kelemahan Sifat fisik dan mekanik bahan-bahan penyusun campuran HRS-WC
yaitu, (1) agregat kasar memiliki berat jenis bulk 2,54 gram/cm3,
berat jenis SSD 2,57 gram/cm3, berat jenis semu 2,63 gram/cm3,
penyerapan 1,2%, dan pemeriksaan keausan agregat 34,8%.
Pengujian agregat halus diperoleh nilai berat jenis bulk
2,5gram/cm3, berat jenis SSD 2,55 gram/cm3, berat jenis semu
2,61 gram/cm3, dan penyerapan air 1,63%;(2) filler memiliki berat
jenis 2,50 gram/cm3; (3) aspal yang digunakan adalah aspal keras
pertamina 60/70 dengan nilai penetrasi aspal rata-rata 67,7 dmm,
nilai daktilitas rata-rata aspal 117 cm, titik lembek aspal 48,8ºC,
titik nyala dan titik bakar aspal masing-masing 340ºC dan 350ºC,
berat jenis aspal 1,0715 gram/cm3, dan kehilangan berat aspal
sebesar 0,28%.

REVIEW JURNAL 7

Judul PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI


PENGGANTI FILLER UNTUK CAMPURAN ASPAL BETON
JENIS “HOT ROLLED SHEET– WEARING COURSE“
Volume & Halaman -
Tahun -
Penulis Fajar Himawan W & M Bachtiar Mulia
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kinerja campuran aspal
beton HRS–WC bila menggunakan bahan filler dari abu ampas tebu
dibandingkan dengan campuran aspal beton jenis HRS-WC dengan
menggunakan bahan filler standar yaitu abu batu. Dan bertujuan
untuk Untuk mendapatkan filler alternatif pada campuran aspal
beton jenis HRS–WC dengan memanfaatkan limbah abu ampas
tebu.
Metode Penelitian Penelitian kali ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Teknik
Sipil Universitas Diponegoro Semarang baik dalam pengujian
agregat, aspal maupun Marshall. Standar pengujian karakteristik
agregat dan aspal berpedoman pada standar metode Spesifikasi
Umum Bina Marga 2010. Penelitian ini hanya didasarkan pada
hasil uji Marshall untuk mengetahui nilai Density/berat Jenis,
Stabilitas, flow, VMA, VIM, VFB dan Marshall Quotient serta
Marshall Immersion untuk mendapatkan indeks stabilitas sisa
(IRS).
Hasil Penelitian Kadar aspal optimum pada filler abu batu adalah 6.75% sedangkan
untuk abu ampas tebu adalah 6.95%. Hal ini mengindikasikan
bahwa komposisi filler berpengaruh terhadap kadar aspal
optimumnya. Karena perbedaan selisih ini, menandakan bahwa
penyerapan dengan filler abu ampas tebu lebih besar dari pada filler
abu batu.
Kekuatan Dari hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa Penggunaan filler
abu ampas tebu dengan campuran HRS-WC memenuhi persyaratan
memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2010,
sebagai bahan alternatif pengganti filler abu batu, sehingga limbah
abu ampas tebu bisa dimanfaatkan untuk campuran beton aspal
HRS-WC, yang mana hasilnya tidak berbeda jauh dengan campuran
HRS-WC yang menggunakan filler abu batu.
Kelemahan Kadar Aspal yang lebih banyak pada campuran HRS-WC dengan
filler abu ampas tebu berakibat pada nilai, VIM: 5.96% ,VMA:
21.36% dan VFB: 72.12%, menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan campuran filler abu batu yaitu, VIM: 5.95% ,VMA: 20.64%
dan VFB: 71.68%. Selain itu pada filler abu ampas tebu nilai
Stabilitas : 1231.07 Kg, Marshall Quotient: 260.58 Kg/mm dan
flow : 4.72 mm menjadi lebih rendah dari nilai Stabilitas : 1280.98
Kg, Marshall Quotient: 268.97 Kg/mm dan flow : 4.76 mm pada
filler abu batu.

REVIEW JURNAL 8

Judul BETON DARI ABU AMPAS TEBU DAN PUTIH TELUR


Volume & Halaman Vol. V/No.1
Tahun Juni/2019
Penulis Pan Surya Handika, Reskhi Dwi Putra Sianturi, Henny Puspita
Sari
Putri Lynna A Luthan
Reviewer Arya Febri Dewanto (41116010082)
Tanggal 13 November 2019

Tujuan Penelitian Peneliti tertarik untuk memanfaatkan abu ampas tebu dan putih
telur sebagai substitusi parsial semen pembentuk beton dengan
perbandingan tertentu yang dapat meningkatkan kuat tekan beton.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh abu ampas tebu
dan putih telur terhadap kuat tekan beton.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Beton Fakultas
Teknik Universitas Negeri Medan. Kegiatan ini dilaksanakan
selama 5 (lima) bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen. Data diperoleh dari hasil pengujian
dengan mengunakan alat uji tekan Compression Machine,
kemudian membandingkan hasil yang diperoleh. Sebelum
dilakukan pemeriksaan fisik material terlebih dahulu dilakukan
pengadaan material ampas tebu dan putih telur. Ampas tebu yang
akan digunakan dalam penelitian ini didapat dari limbah para
penjual air tebu yangada di kota Medan, setelah limbah ampas tebu
terkumpul maka akan dilakukan pemotongan ampas tebu kemudian
ampas tebu dijemur. Setelah mengalami penjemuran kurang lebih
1 hari ampas tebu dibakar dengan derajat suhu lebih dari 600º C
menggunakan oven. Kemudian abu ampas tebu diayak dengan
saringan no.200 untuk memperoleh ukuran butiran yang sama
halusnya dengan semen. Putih telur yang digunakan pada penelitian
ini diambil dari limbah hasil penjualan jamu dan pembuatan roti.
Sebelum dilakukan pembuatan benda uji terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan fisik material penyusun beton. Pemeriksaan fisik
material bertujuan untuk menentukan kebutuhan semen, agregat
kasar, agregat halus, abu ampas tebu, dan putih telur yang akan
digunakan dalam campuran beton. Pemeriksaan ini dilakukan di
Laboratorium Beton Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik material selanjutan akan
dilakukan mix design.
Hasil Penelitian penambahan AAT dan PT mengakibatkan penurunan pada kuat
tekan beton bahwa kuat tekan minimum diperoleh dari substitusi
AAT dan PT pada persentasi campuran sebesar 5% ATT dan 15%
PT dengan nilai sebesar 3,38 MPa pada umur 14 hari dan kuat tekan
tertinggi terjadi pada substitusi AAT dan PT sebesar 0% (
BetonNormal ) tanpa campuran AAT dan PT dengan nilai sebesar
17,47 MPa pada umur 28 hari. Hal ini dapat terjadi karena
penambahan AAT dan PT pada campuran beton mengakibatan
pengikatan semen dan air tidak terjadi sempurna selain itu juga
mengakibatakan terjadinya gelumbung yang membuat ronga-ronga
atau pori kecil pada beton hal ini yang mempengaruhi penurunan
kuat tekan pada beton.
Kekuatan Kuat tekan yang dihasilkan dengan substitusi parsial semen dengan
AAT dan PT memberikan nilai lebih kecil dari kuat tekan yang
direncanakan pada beton normal tanpa campuran AAT dan PT dan
penurunan terbesar terjadi pada pada prosentase AAT 5% dan PT
15% pada umur 14 hari, kedua Semakin besar substitusi abu ampas
tebu dan putih telur maka semakin tinggi nilai sulmp yang
dihasilkan atau campuran beton semakin encer dan membuat
pengikatan air dan semen menjadi lama, ketiga Penambahan AAT
dan PT mengakibatkan penurunan pada berat beton bahwa berat
beton minimum diperoleh dari substitusi AAT dan PT pada
persentasi campuran sebesar 5% ATT dan 10% PT dengan nilai
sebesar 10,604 Kg dan ke empat dari hasil penelitian ini beton
dengan campuran AAT dan PT dengan kuat tekan yang dihasilkan
beton tidak dapat dijadikan sebagai kontruksi struktur utama namau
dari hasil kuat tekan yang didapat dan berat yang didapat beton ini
dapat digunakan sebagai dinding persyaratan sebagaai dinding
memiliki ketentuan MPa 0,35 – 7 MPa.
Kelemahan Perlu adanya penelitian mengenai pengaruh variasi suhu
pembakaran abu ampas tebu untuk memperoleh suhu pembakaran
yang menghasilkan abu ampas tebu dengan kandungan silikat yang
lebih baik, perlu adanya penelitian mengenai reaksi yang terjadi
pencampuran abu ampas tebu, air dan putih telur, dan yang perlu
adanya penelitian mengenai pemanfaatan abu ampas tebu dan putih
telur sebagai campuran pembuatan beton ringan.

Anda mungkin juga menyukai