Anda di halaman 1dari 4

Nama : Novi Rahmatika Ikhtiyari

NIM : 190612642878

Offering : C21

Refleksi Materi Mata Kuliah Manajemen Inovasi

1. Latar Belakang

Saat ini Indonesia berada di era 4.0 dengan teknologi digital


sebagai kunci utama. Namun terdapat tantangan dalam menghadapi era ini
diantaranya adanya era disrupsi yang mengharuskan kita (khususnya
perusahaan) lebih kreatif dan inovatif untuk bertahan hidup. Dalam era
disrupsi ini terjadi perubahan besar seperti perubahan cara hidup, bekerja,
dan berhubungan satu sama lain mulai dari bidang industri hingga kondisi
sosial. Terdapat 5 ciri era disrupsi :

1. Bisnis lebih hemat biaya karena prosesnya lebih simpel


2. Peningkatan kualitas
3. Terbukanya pasar baru yang sebelumnya tertutup
4. Produk/jasa lebih mudah diakses
5. Segala sesuatu menjadi serba smart, lebih menghemat waktu dan lebih
akurat

Sumber daya manusia merupakan salah satu determinan utama


yang menentukan keberhasilan sebuah organisasi/perusahaan dalam
memanfaatkan peluang dari Revolusi Industri 4.0. pesatnya perubahan lini
kehidupan menjadi serba digital, bukan tidak mungkin robot akan
menggantikan pekerjaan manusia. SDM sebaiknya didorong untuk terus
belajar dan meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi, karena
tenaga kerja yang mampu mengaplikasikan dan mengontrol teknologilah
yang mampu terus bergerak maju. Terutama mengubah pola pikir dan
memiliki kesadaran untuk lebih cepat dalam mengadaptasi perubahan.
Dalam menghadapi era disrupsi 4.0 perlu untuk mengembangkan
manajemen inovasi. Manajemen Inovasi adalah pembelajaran untuk
melatih kemampuan berfikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif
dalam melakukan inovasi. Manajemen Inovasi identik dengan upaya
perusahaan agar survive berkembangkan dan maju di tengah persaingan.
Kemampuan yang dikembangkan dalam manajemen inovasi diantaranya
adalah berfikir kritis, berfikir kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi.

2. Manajemen Inovasi

Manajemen Inovasi adalah disiplin ilmu manajemen yang


berkaitan dengan pengelolaan inovasi dalam proses-proses, produk dan
pelayanan, organisasi, sampai pelanggan dan pasar. Manajemen inovasi
dapat digunakan untuk mengembangkan inovasi proses - proses, produk
dan pelayanan, organisasi, serta pasar dan pelanggan.

Manajemen inovasi terdiri dari serangkaian metode yang


memungkinkan manajer dan insinyur untuk bekerja sama dengan
kesamaan pemahaman mengenai proses dan tujuan. Manajemen inovasi
memungkinkan organisasi untuk menanggapi peluang eksternal atau
internal dan menggunakan kreativitas untuk memperkenalkan ide-ide,
proses, atau produk. Hal ini tidak diturunkan untuk R&D; melibatkan
pekerja pada setiap tingkat dalam memberikan kontribusi kreatif untuk
sebuah perusahaan pengembangan produk, manufaktur dan pemasaran.

Dengan memanfaatkan peralatan manajemen inovasi, manajemen


dapat memicu dan menyebarkan kemampuan kreatif tenaga kerja untuk
pengembangan yang berkesinambungan dari perusahaan. Alat Umum yang
meliputi brainstorming, virtual prototyping, produk manajemen siklus
hidup, ide manajemen, Fase–model gerbang, manajemen proyek, lini
produk perencanaan dan manajemen portofolio. Proses ini dapat dilihat
sebagai evolusi integrasi organisasi, teknologi, dan pasar oleh literasi
rangkaian kegiatan: mencari, memilih, menerapkan, dan menangkap.

3. Design Thinking

Design thinking atau berpikir desain adalah sebuah metodologi,


filosofi, atau pendekatan dalam memecahkan sebuah masalah dan
memberikan solusi-solusi yang bermakna. Berpikir desain tidak ada
hubungannya dengan keilmuan desain grafis. Proses berpikir desain bisa
digunakan oleh siapapun di bidang apapun, untuk memecahkan masalah
dan melahirkan ide-ide inovatif. Proses berpikir desain biasanya diajarkan
di sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki peminatan bisnis. Hal itu
karena berpikir desain dipercaya bisa meningkatkan kepuasan pelanggan
bagi sebuah perusahaan. Selain itu, berpikir desain juga membantu banyak
pebisnis untuk melahirkan ide-ide inovatif, yang nantinya bisa dihadirkan
dalam bentuk produk atau jasa.

Tahapan Design Thinking

Proses berpikir desain memiliki lima tahap. Proses berpikir desain


fokus pada inovasi dan solusi. Berpikir desain juga harus dilakukan
dengan sudut pandang manusia, alias costumer dari sebuah produk atau
jasa yang ditawarkan atau ingin diciptakan.

1. Empathize
Langkah pertama dalam proses berpikir desain adalah
berempati terhadap customer atau segolongan orang-orang
yang menjadi target dalam menyelesaikan masalah. Proses ini
bisa dilakukan dengan mewawancarai sasaran yang dituju
secara langsung. Proses ini harus menjawab siapa sebenarnya
orang-orang yang memiliki masalah tersebut.
2. Define
Setelah melakukan tahap empati dan mengumpulkan
informasi mengenai masalah yang dihadapi suatu golongan
tersebut, di tahap ini baru akan memulai untuk mendefinisikan
apa yang sebenarnya mereka butuhkan dari masalah itu.
Diakhir tahap ini lalu membuat sebuah kesimpulan atau
statement yang bisa merangkum apa sebenarnya masalah utama
mereka.
3. Ideate
Setelah berhasil merangkum masalah sasaran, ditahap ini
yang harus dilakukan adalah focus untuk melahirkan ide-ide
yang bisa memecahkan masalah itu.
4. Prototype
Setelah melahirkan banyak ide, ditahap ini kita perlu untuk
menyaring dari berbagai ide tersebut dengan melihat mana ide-
ide yang benar-benar cocok dengan situasi nyata kehidupan.
Selanjutnya yang dilakukan adalah membuat prototype
sederhana dari solusi atau ide inovatif tersebut. Prototype harus
bisa digunakan atau dites.
5. Test
Tahap terakhir adalah mengetes prototype yang sudah
dibuat. Tes prototype itu kepada user atau customer yang
sebelumnya sudah diinterview di tahap pertama. Ditahap ini
innovator perlu untuk mendengar apa kritik dan saran dari
sasaran tentang prototype yang telah dibuat, kemudian mundur
ke langkah sebelumnya, dan cari lagi solusi yang lebih baik.
Hal ini perlu untuk terus dilakukan hingga prototype benar-
benar berhasil dan menyelesaikan masalah secara nyata.

Anda mungkin juga menyukai