Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REVIEW

HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA DAN WARGA NEGARA

Dosen Pengampu:
Prayetno, S. I. P., M. Si

Disusun Oleh:

Nama : Ruth Thifany Simanihuruk


NIM : 4193240004
Prodi : Fisika A 2019
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Hari, Tanggal: Jumat, 20 November 2020

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(The Character Building University)
2020
KATA PENGANTAR

.
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan anugrah-Nya yang memberikan kepada saya kemampuan untuk menyelesaikan tugas
Critical Jurnal Review dengan materi Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Bapak Prayetno, S. I. P., M. Si atas bimbingan dan
arahannya kepada saya dalam proses pengerjaan Critical Journal Review dengan materi
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Saya berharap semoga tugas Critical Journal Review ini mampu menambah
wawasan mahasiswa maupun pembaca. Saya tahu bahwa hasil dari laporan Critical Journal
Review ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil Critical Journal Review selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Medan, 20 November 2020


Penulis

Ruth Thifany Simanihuruk


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................................
1.3 Manfaat......................................................................................................

BAB II IDENTITAS JURNAL...........................................................................


2.1 Jurnal 1........................................................................................................
2.2 Jurnal 2........................................................................................................

BAB III REVIEW JURNAL..............................................................................


3.1 Latar Belakang ....................................................................................
3.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
3.3 Tujuan Riset ........................................................................................
3.4 Kajian Pustaka/Kajian Teoritis ...........................................................
3.5 Metode Penelitian ...............................................................................
3.6 Jenis Penelitian ...................................................................................
3.7 Hasil Penelitian ...................................................................................
3.8 Kesimpulan .........................................................................................
3.9 Pembahasan.........................................................................................

BAB IV PENUTUP..............................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negara dan warga negara memiliki hubungan timbal balik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggungjawab terhadap warga
negaranya begitu juga sebaliknya. Untuk memfomulasikan Menurut Miriam Budiardjo
“Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya di perintah oleh sejumlah pejabat
dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangan melalui penguasaan monopolistis terhadap kekuasaan yang sah”.
Dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang menjadi tujuan negara
adalah “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi dan
keadilan sosial”. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa hubungan antara negara dan warga
negaranya memiliki relevansi dalam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun demikian, negara yang berkewajiban dalam memenuhi hak-hak warga
negaranya tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa dukungan warganya. Dukungan
yang dimaksud adalah adanya bentuk pelaksanaan kewajiban sebagai warga negara. Dalam
pemenuhan hak warga negaranya haruslah sejalan dengan pelaksanaan kewajibannya,
salah satunya warga negara harus menunjukkan sikap patuh terhadap peraturan yang
diberlakukan.
Sebagai warga negara, bentuk keterikatan kita bterhadap negara adalah adanya hak
dan kewajiban secara timbal balik (resiprokalitas). Warga negara memiliki hak dan
kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
warga negara. Hak dan kewajiban warga negara merupakan isi konstitusi negara perihal
hubungan antara warga negara dengan negara. Di Indonesia, pengaturan hak dan
kewajiban warga negara diatur dalam UUD NRI 1945.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan hak warga Negara?


2. Apakah kewajiban warga Negara sudah terlaksana dengan baik?
3. Apakah Negara sudah memberikan hak warga Negara?
4. Apa saja kewajiban warga Negara?
5. Sudahkah seimbang pelaksanaan hak dan kewajiban di Indonesia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari critical journal review ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk memahami pentingnya pelaksanaan antara hak dan kewajiban
3. Untuk memahami konsep hak dan kewajiban warga Negara di Indonesia
4. Untuk memahami konsep hak dan kewajiban Negara di Indonesia
5. Untuk melatih pemahaman mahasiswa dalam menganalisis beberapa jurnal
BAB II

IDENTITAS JURNAL
2.1 Identitas Jurnal I

1. Judul Jurnal Politik Hukum dan HAM (Kajian Hukum Terhadap


Kewajiban Pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi
Manusia dalam Konstitusi Indonesia)

2. Nama Jurnal Jurnal Panorama Hukum

3. Edisi Terbit Desember 2016

4. Pengarang Jurnal Naya Amin Zaini

5. Volume, Nomor dan Vol. 1; No.2 ; Hal. 1-16


Halaman

6. Kota Terbit Jakarta

7. Nomor ISSN 2527-6654

2.2 Identitas Jurnal II

1. Judul Jurnal Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 di Kota
Medan

2. Nama Jurnal Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik

3. Edisi Terbit 2015

4. Pengarang Jurnal Agung Suharyanto

5. Volume, Nomor, dan Vol. 3 ; No. 2 ; Hal 175-186


Halaman

6. Kota Terbit Medan

7. Nomor ISSN p-ISSN : 2549-1660


e-ISSN : 2550-1305
BAB III

REVIEW JURNAL
3.1 Latar Belakang

3.1.1 Jurnal I
The 1945 Constitution explain that Indonesia is a country based on law,
that law as the main parameter in making policy and directing ideal of the country.
Policy and orientation of country is inseparable from an Indonesian nation ideology
and Indonesian basic norms. Because nation ideology is an characteristic of
Indonesian nation in inspiring the material substance of constitution and legislation.
In recognizing fundamentally ideology values of Indonesian nation can be traced in
the thinking of the founders of Indonesian nation. The founders of Indonesian nation
has initiated a debate, design structure, crystallization great ideas to directing the ark
of Indonesian toward a
law nation-country that modern, large and create a better fate. Debate and
formulation of basic values integrated in constitution and legislation is related to
format of citizens' basic values that must be respected, protected and fulfilled by the
Republic of Indonesia named human rights (HAM).

3.1.2 Jurnal II
Status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan dan sebagainya)
dihubungannya dengan masyarakat sekitarnya. UU No.12 tahun 2006 yaitu undang-
undang yang mengatur Kewarganegaraan Republik Indonesia. Warga Negara
merupakan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur
negara. Kewarganegaraan adalah keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau
ikatan antara Warga Negara dengan warga lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui status kewarganegaraan etnis Tionghoa setelah adanya UU No.12 tahun
2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan pelaksanaan UU No.12
tahun 2006 pada etnis Tionghoa. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan di Kecamatan
Medan Sunggal Kota Medan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan cara observasi dan penyebaran angket. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 285 KK dan sampel yang ditentukan adalah sebesar 20% dari
jumlah populasi yaitu 57 KK. Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data
dapat disimpulkan setelah lahirnya atau adanya UU No.12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia masyarakat etnis Tionghoa di Lingkungan VII
Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan memiliki status
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
3.2 Rumusan Masalah

3.2.1 Jurnal I
Negara merupakan organisasi besar dan kuat dengan dijamin dan dilindungi
atas nama hukum / undang-undang yang mempunyai kewenangan (otoritas), kekuatan
memaksa, mengatur, penganggaran dan pengguna anggaran (eksekutif, legislatif,
yudikatif), pasukan tempur (TNI) dan institusi-institusi penegakan hukum (kepolisian,
kejaksaan, peradilan, KPK, dll), dengan diberi atribut kekuatan-kekuatan
konstitusional yang menempelnya tersebut, disisi lain negara juga diberi atribut
kewajiban-kewajiban konstitusional yang menempel pula. Dalam pembentukan atribut
hukum dalam suatu negara hukum sangat menentukan karakteristik negara dalam
implementasi tugas, fungsi dan kewenangannya, jika negara berkarakter demokratis
maka penyusunan hukumnya pun responsif, sebaliknya jika negara berkarakter
otoriter maka penyusunan hukumnya pun represif.
Bahwa atribut hukum yang dimiliki oleh negara dalam rangka melaksanakan
kewajiban-kewajiban konstitusional untuk warga negaranya adalah dijamin dan
dilindungi oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Bahwa kewajiban negara tersebut disisi lain adalah hak yang dimiliki oleh
warga negara (rakyat Indonesia) Bahwa didalam konstitusi, negara sudah menegaskan
dan mendeklarasikan diri untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya dalam rangka
memenuhi hak-hak dasar warga negara (hak asasi manusia), hak-hak tersebut tersebar
dan tertulis jelas baik didalam pembukaan konstitusi UUD 1945 dan batang tubuh
maupun peraturan perundang-undangan, beberapa kewajiban negara yang merupakan
bagian melekat hak-hak warga negara (rakyat Indonesia) sebagaimana yang tercantum
didalam pembukaan konstitusi UUD 1945 yakni hak untuk merdeka / terbebas
penjajahan, hak bahagia dan sentausa sebagai rakyat, hak kedaulatan, keadilan,
kemakmuran, hak kesejahteraan umum, perlindungan seluruh tumpah darah, hak
pencerdasan kehidupan berbangsa, hak mendapatkan ketertiban, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, hak mendapatkan penyelenggaraan pemilihan pimpinan yang hikmat,
kepemimpinan musyawarah dan keterwakilan. Sedangkan hak-hak dasar warga Negara
(hak asasi manusia) yang tercantum didalam batang tubuh konstitusi UUD 1945 yakni
hak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 UUD 1945), hak
kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran, hak kawin, hak anak,
hak kebutuhan dasar, hak jaminan perlindungan kepastian hukum, hak imbalan dan
perlakuan adil dalam kerja, hak status kewarganegaraan, hak bebas ibadah dan
memeluk agama, hak bebas dari penyiksaan, hak jaminan sosial (Pasal 28 UUD 1945),
hak berketuhanan dan kemerdekaan memeluk agama dan berkeyakinan,
berkepercayaan (Pasal 29 UUD 1945). Hak pertanahan dan keamanan hidup di NKRI
(Pasal 30 UUD 1945), hak mendapatkan pendidikan, pendidikan dasar, hak
mendapatkan pembiayaan atas kewajiban pemerintah, hak pendidikan minimal 20 %
dari APBN (Pasal 31 UUD 1945), hak kebudayaan nasional dan pengembangan nilai
budayaan sebagai kekayaan nasional (Pasal 32 UUD 1945), hak demokrasi ekonomi
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 UUD 1945), hak fakir miskin,
anak-anak terlantar dipelihara negara, hak jaminan sosial dan pemberdayaan
masyarakat lemah dan tidak mampu, hak mendapat fasilitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan umum yang layak (Pasal 34 UUD 1945).

3.2.2 Jurnal II
Penentuan Warga Negara Republik Indonesia ditetapkan menurut
persetujuan kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda pada
tanggal 27 Desember 1949, Selanjutnya diterbitkan lagi aturan kewarnegaraan yang
diatur dalam UU No.3 tahun 1946, selanjutnya diterbitkan lagi aturan
kewarganegaraan UU No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Adapun latar belakang diterbitkannya UU No.12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, karena untuk memenuhi tuntutan masyarakat
dan melaksanakan amanat UUD 1945. Menurut Penjelasan Umum UU No.12 tahun
2006(2006: 27) menyatakan: ”UU No. 62 tahun 1958 tersebut secara filosofis, yuridis
dan sosiologis sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan
ketatanegaraan Republik Indonesia. Secara filosofis, UU tersebut masih mengandung
ketentuan-ketentuan yang belum sejalan dengan falsafah pancasila, antara lain karena
bersifat diskriminasi, kurang menjamin pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) dan
persamaan antar warga negara serta kurang memberikan perlindungan antar Warga
Negara serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan UU tersebut adalah UUD
Sementara tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak dikeluarkan dekrit presiden 5
Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada UUD 1945 Republik Indonesia setelah
mengalami perubahan terhadap undang-undang sebelumnya. Secara sosiologis,UU
tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat
Indonesia setelah terjadinya reformasi, dalam pergaulan yang menghendaki adanya
persamaan perlakuan dan kedudukan Warga Negara di hadapan hukum serta adanya
kesetaraaan dan keadilan gender.”
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat UUD
1945, oleh karena itu pemeritah mengeluarkan UU No.12 tahun 2006 sebagai landasan
yuridis tentang Kewarganegaran Republik Indonesia. UU NO.12 tahun 2006 lebih
menjamin HAM dan persamaan di hadapan hukum bagi setiap orang terutama orang-
orang asing yang tinggal di Indonesia dan menikah dengan Warga Negara Indonesia
serta anak-anak yang berasal dari perkawinan antara Warga Negara Indonesia dengan
Warga Negara Asing.
Menurut Gautama (1996: 2-4) menyatakan: ”Pentingnya kewarganegaraan
dapat dilihat dari dua perspektif yaitu: Dalam hukum Perdata internasional; dikenal
adanya asas kewarganegaraan. Menurut asas ini hukum yang berlaku bagi seseorang
warga negara mengenai ” status, hak-hak dan kewenangannya” tetap melekat padanya
di mana pun ia berada. Ini berarti apabila yang bersangkutan merantau ke luar negeri
maka hukum yang berlaku baginya tetap hukum nasionalnya.
Dalam hukum publik; hubungan antar negara dengan perseorangan lebih
memperjelas status kewarganegaraan seseorang. Seseorang yang berstatus warga
negara dengan seseorang berstatus asing membawa konsekuensi yang sangat nyata
dan besar dalam kehidupan publik.” Menurut Harefa (2006: 24) menyatakan:
”Kewarganegaran seseorang merupakan satu faktor yang mempengaruhi kewenangan
berhak seseorang; misalnya: Pasal 21 ayat (1) UUPA yang memutuskan bahwa hanya
Warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik. ”
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewarganegaraan
seseorang merupakan hal yang sangat penting. Karena kewarganegaraan akan
menimbulkan hubungan timbal balik antara Warga Negara dengan Negara, yaitu
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai seorang Warga Negara. Akan tetapi
pada kenyataannya sekaran ini masih ada juga kendala yang menghambat terwujudnya
cita-cita bangsa hak dan kewajiban telah disamakan, tidak jarang sebagian masyarakat
keturunan Tionghoa mengabaikan hak dan kewajiban sebagai warga negara Republik
Indonesia. Pada dasarnya hanya sebagian kecil masyarakat keturunan Tionghoa yang
melaksanakan kewajibannya. Rasa nasionalisme masyarakat keturunan Tionghoa ini
sangat kurang terhadap bangsa Indonesia, hal ini dapat di lihat dalam penggunaan
bahasa Tionghoa di tempat-tempat umum, misalnya; sekolah.

3.3 Tujuan Riset

3.3.1 Jurnal I
-

3.3.2 Jurnal II
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kewarganegaraan etnis
Tionghoa setelah adanya UU No.12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia dan pelaksanaan UU No.12 tahun 2006 pada etnis Tionghoa.

3.4 Kajian Pustaka/Kajian Teoritis


3.4.1 Jurnal I
-

3.4.2 Jurnal II
-

3.5 Metode Penelitian


3.5.1 Jurnal I
-

3.5.2 Jurnal II
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Sunggal Kota
Medan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
observasi dan penyebaran angket. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 285 KK
dan sampel yang ditentukan adalah sebesar 20% dari jumlah populasi yaitu 57 KK.
Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan setelah lahirnya
atau adanya UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
masyarakat etnis Tionghoa di Lingkungan VII Kelurahan Lalang Kecamatan Medan
Sunggal Kota Medan memiliki status Kewarganegaraan Republik Indonesia.

3.6 Jenis Penelitian


3.6.1 Jurnal I
-

3.6.2 Jurnal II
Jurnal ini memiliki jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

3.7 Hasil Penelitian


3.7.1 Jurnal I
Perspektif Yuridis Dan Empiris Hak Asasi Warga Negara Indonesia
Banyak sekali kewajiban negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan
hak dari pada warga negara (rakyat Indonesia) yang terjamin/tergaransi dalam
konstitusi republik Indonesia, terkait penyebaran hak-hak yang dimiliki oleh warga
negara, maka negara harus melaksanakan kewajiban tersebut, paling tidak ada 2 (dua)
mekanisme/jalur dalam melihat hak-hak warga negara untuk dijadikan indikator
parameter implementasi dalam kerangka hak asasi manusia (HAM), Pertama:
Paradigma HAM melihat hak sebagai nilai (Value) yang harus dipenuhinya
(pemenuhan) (Fullfil), dipenuhi dalam hal ini adalah hak-hak dasar yang
berhubungan/berkaitan dengan hak ekonomi, sosial, budaya (Cultural, Social,
Economic Right) istilahnya (Hak Ekosob), dengan mengandung konsekuensi jika tidak
dipenuhi maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup warga negara (rakyat), hak
Ekosob yang harus dipenuhi paling tidak ada beberapa contoh yang fundamental
yakni: hak mendapatkan pendidikan yang terjangkau/murah/gratis, hak
mendapatkan/menyediakan lapangan pekerjaan untuk bekerja yang terserap dan layak
di dalam negeri, hak mendapatkan kesehatan yang terjangkau/murah/gratis, hak
mendapatkan kemakmuran, kesejahteraan dari sumber daya alam yang kaya dan “ruah
melimpah” di NKRI, dll. Kedua: Paradigma HAM melihat hak sebagai nilai (Value)
yang harus dilindunginya (perlindungan) (Protected), dilindungi dalam hal ini adalah
hak-hak dasar yang berhubungan/berkaitan dengan hak sipil dan politik (Political and
Civil Right) istilahnya (Hak Sipol), dengan mengandung konsekuensi jika tidak
dilindungi maka akan tercipta ketidakamanan dan ketidaknyamanan, ada beberapa
contoh hak sipol yang harus dilindungi yakni: hak berkeyakinan, beragama, beribadah,
hak berserikat, berkumpul, berorganisasi, hak bicara dan menyampaikan gagasan, hak
hidup, hak nikah, hak mendapatkan kedaulatan dan kemanan, hak tidak untuk disiksa,
hak pelayanan yang baik dan layak, hak tidak diskriminasi, dan lain-lain.

Kajian Perbandingan, Sejarah, Konsep Welfare State Pada Abad XVIII


Sejarah munculnya Konsep Welfare State dimulai pada abad 18 dengan
tokoh Jeremi Bentham (1748 – 1832) mempromosikan gagasan bahwa pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk menjamin kepada rakyatnya tentang kebahagiaan
yang sebesarbesarnya Jeremi Bentham dalam konsep-konsepnya sering menggunakan
istilah “utility” (kegunaan) untuk menjelaskan konsep kebahagiaan atau kesejahteraan,
berdasarkan prinsip utilitarianisme yang dikembangkan bahwa Jeremi Bentam
berpendapat bahwa suatu yang dapat menimbulkan kebahagiaan ekstra (seluas-
luasnya) adalah sesuatu yang baik, namun sebaliknya bahwa sesuatu yang
menimbulkan sakit adalah not good (buruk), oleh karena itu pemerintah harus
melakukan aksi – aksi (kebijakan dan program) yang selalu diarahkan untuk
meningkatkan kebahagiaan se-ekstra mungkin kepada rakyat sebanyak mungkin,
gagasan Jeremi Bentham untuk mewujudkan Welfare State berkaitan langsung dengan
reformasi hukum, peranan konstitusi didukung dengan sebuah penelitian social dan
pengembangan kebijakan sosial dengan demikian Jeremi Betham terhadap pemikiran-
pemikiran tersebut dikenal dengan sebagai “Bapak Kesejahteraan Negara” (The father
of welfare state). Banyak pemikir tentang kesejahteraan memberikan artikulasi yang
variatif, karena dilatarbelakangi dengan ruang dan waktu yang berbeda, pola dan
corak kenegaraan yang berbeda, merujuk pada pendapat Spiker (1995), Midgley,
Tracy dan Livermore (2000), Thompson (2005), Suharto (2005), Suharto (2006),
pengertian tentang Kesejahteraan paling tidak mengandung empat (4) makna,yakni:
1. Sebagai Kondisi Sejahtera (Well-Being)
2. Sebagai Pelayanan Sosial
3. Sebagai Tunjangan Sosial
4. Sebagai Proses atau Usaha Terencana

Model Sistem Negara Kesejahteraan


Menurut Aidul Fitriciada azhari, bahwa sistem negara adalah tatanan
Negara hukum yang bersifat makro dan strategis berkaitan banyak hal, proses negara
untuk mencapai tujuan bernegara, menurut Edi Suharto, bahwa model pendekatan
pembangunan / teori pembangunan, bahwa sistem kesejahteraan negara tidak
homogeny dan statis, sistem kesejahteraan negara beragam dan dinamis mengikuti
perkembangan dan tuntutan peradapan, meski beresiko menyedarhanakan keragaman,
sedikitnya ada 4 (empat) model Kesejahteraan Negara yang sampai saat ini masih
beroperasi, meliputi:
1. Model Negara Kesejahteraan Sosial
2. Model Negara Kesejahteraan Korporasi atau Work Merit Welfare States
3. Model Negara Kesejahteraan Residual
4. Model Negara Kesejahteraan Minimal

Tantangan Negara Kesejahteraan


Menurut Amien Rais, bahwa kesenjangan negara kaya dan negara miskin,
juga antara kelas kaya dan kelas miskin dalam sebuah Negara, cenderung makin
menganga lebar. Diakhir dasawarsa 1990-an, memasuki abad dua puluh satu, 20
persen penduduk dunia yang kebetulan hidup di negara-negara maju menikmati 86
persen penghasilan dunia, sedangkan 20 persen paling bawah hanya mendapat 1
persen penghasilan dunia. Sekitar 1,3 milyar atau 1/6 penduduk dunia
berpenghasilan kurang dari satu dolar sehari, ternyata kesenjangan semakin
memburuk, bukan membaik.
Menurut Mansour Faqih, bahwa Globalisasi adalah proses pengintegrasian
ekonomi nasional menjadi ekonomi global (globalisasi) hal ini merupakan harapan
da hasil perjuangan dari perusahaan-perusahaan transnasional (Trans-Nasional
Corporations / TNCs), karena pada dasarnya merekalah yang paling diuntungkan
dari proses tersebut.

Formulasi Nilai Hak Asasi Dalam Konstitusi Indonesia


Produk hukum piagam madinah tersebut mengandung muatan – muatan
nilai tata aturan bersama yang bersifat penghormatan, perlindungan, pemenuhan
terhadap diri manusia maupun terhadap eksistensi negara. piagam Madinah adalah
prinsip fundamental sebuah negara yang disebut negara Madinah. Secara komparasi
ada sebuah kesamaan dan kemiripan antara Piagam Madinah dengan Konstitusi
UUD 1945 Negara Republik Indonesia, bahwa kesamaan dan kemiripan tersebut
sebagai berikut: pengakuan dan perlindungan serta pemenuhan nilai Hak Asasi
Manusia (HAM) seperti: pendidikan (education), kesehatan (healthy), kesejahteraan
(welfare), persamaan didepan hukum (equality before the law), aturan yang bersifat
tertulis (legalitas), pembagian kekuasaan (sharing of power), demokrasi, peradilan
yang adil dan tidak memihak (justice and imparsial).
Menurut Moh Mahfud MD, bahwa perdebatan konsep dan nilai dalam
rumusan konstitusi UUD 1945 oleh para pendiri bangsa Indonesia (The Founding
Fathers) terutama konsep berkaitan pemasukan nilai-nilai jati diri bangsa, nilai
HAM, nilai-nilai agung, yang tidak lepas dari pada latar belakang (beground) yakni
Soekarno, Soepomo dengan kubu Hatta, Muhammad Yamin, yaitu:
a.Soekarno dan Soepomo berpemikiran bahwa untuk merancang konsep Negara
yang berkekeluargaan, melainkan menolak konsep dan nilai Individualisme dalam
HAM.
b.Hatta dan Moh Yamin berpemikiran bahwa untuk merancang konsep Negara yang
bersifat pengkontrolan (mengontrol) kekuasaan negara dengan nilai-nilai HAM.
c.Dalam sidang BPUPKI Soekarno berpidato tentang konsep dasar negara yakni
“…..buanglah sama sekali paham / nilai individualisme itu, janganlah dimasukkan
di dalam undang-undang dasar kita yang dinamakan “rights of the citizen” sebagai
yang dianjurkan oleh republik Perancis itu adanya, kita menghendaki keadilan
sosial, Soekarno tidak menghendaki HAM yang mengutamakan nilai-nilai
Individualisme.
d.Dalam sidang BPUPKI pidato Soekarno diperkuat oleh pidato Soepomo tentang
konsep dasar negara, yakni:”…dalam undang-undang dasar kita tidak bisa
memasukkan pasal-pasal yang tidak berdasarkan aliran kekeluargaan, meskipun
sebenarnya kita ingin sekali memasukkan…”
e.Dalam sidang BPUPKI pidato Hatta dalam konsep dasar negara yang
mengutamakan pemasukan nilai HAM secara kuat, yakni:”….ada baiknya dalam
salah satu pasal mengenai warga Negara disebutkan juga di sebelah hak yang
sudah diberikan kepadanya misalnya tiap-tiap warga Negara jangan takut
mengeluarkan suaranya..”
f. Dalam sidang BPUPKI pidato Muhamad Yamin yang memperkuat pidato Hatta,
yakni:”…..supaya aturan kemerdekaan warga Negara dimasukkan dalam undang-
undang dasar seluas-luasnya. Saya menolak segala alasan alasan yang dimajukan
untuk tidak memasukkannya..”
Menurut Moh Mahfud MD, bahwa konstitusi Indonesia muncul sebuah
jalan persimpangan antara ius constituendum dengan ius constitutum, kebijakan
Negara tentang hukum dalam negara dapat berupa pembentukan hukum baru atau
pencabutan hukum lama, sistem hukum nasional harus dibangun berdasarkan cita-
cita bangsa, tujuan negara, cita hukum dan penuntun yang terkandung didalam
pembukaan UUD 1945, menurut Lassalle dalam pidatonya yang termashur Uber
Verfassungswessen tentang Konstitusi yakni “konstitusi suatu negara bukanlah
undang-undang dasar tertulis yang hanya merupakan “secarik kertas”, melainkan
hubungan-hubungan kekuasaan yang nyata dalam suatu negara.

3.7.2 Jurnal II
Menurut UU No. 62 tahun 1958 pasal 1 dikenal ada dua istilah status
kewarganegaraan yaitu; kewarganegaraan ganda (bipatride) dan tanpa
kewarganegaraan (apatride). Hal ini menimbulkan kesulitan seseorang baik berstatus
sebagai bipatride maupun apatride dalam konteks menjadi penduduk pada suatu
negara, yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai Warga Negara dan jaminan
persamaan dihadapan hukum. Namun setelah adanya UU No.12 tahun 2006 tidak
terdapat istilah bipatride dan apatride, sehingga mempertegas status
kewarganegaraan seseorang khususnya dalam hal ini adalah Warga Asing yang
tinggal di Indonesia dan anak-anak yang lahir dari perkawinan antara Warga Negara
Indonesia Asli dengan Warga Asing.
Status kewarganegaraan secara yuridis di atas oleh peraturan
perundangundangan, menetapkan siapa-siapa yang menjadi Warga Negaranya dan
syaratsayarat yang harus dipenuhi. Status kewarganegaraan seseorang menimbulkan
hubungan timbal balik antara Warga Negara dengan Negaranya. Hubungan akan
berakibat pada pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sebagai Warga Negara. Hak
dan kewajiban Warga Negara dijamin oleh UUD 1945.
Berikut ini adalah hak-hak Warga Negara yang terdapat dan dijamin dalam
UUD 1945 adalah sebagai berikut: Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (pasal 27 ayat 1); Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
(pasal 27 ayat2); Hak atas kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal28); Hak
untuk hidup (pasal 28 A); Hak untuk membentuk keluarga (pasal 28B ayat); Hak atas
kebebasan beragama (pasal 29); Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat1); Hak atas status
kewarganegaraan (pasal28 D ayat 4); Dan sebagainya.
Berikut ini adalah kewajiban Warga Negara yang dijamin dalam UUD 1945
adalah sebagai berikut: Kewajiban Warga Negara dalam bidang hukum dan
pemerintahan (pasal 27 ayat 1); Kewajiban Warga Negara dalam bidang hukum dan
pemerintahan (pasal 27 ayat 1); Kewajiban Warga Negara dalam bidang politik dan
HAM (pasal 28 A- J); Kewajiban Warga Negara dalam bidang agama (pasal 29);
Kewajiban Warga Negara dalam bidang HANKAM (pasal 30); Kewajiban Warga
Negara dalam bidang pendidikan (pasal 31); Kewajiban Warga Negara dalam budaya
(pasal 32); Kewajiban Warga Negara dalam bidang ekonomi (pasal 33); Kewajiban
Warga Negara dalam bidang sosial (pasal 33).
Menurut penjelasan umum UU No.12 tahun 2006 (2006: 28) menyatakan:
”terdapat asas-asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang; yaitu: Asas
keturunan (ius sanguinis) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran; Asas kelahiran
(ius soli) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan bagi setiap orang; Asas
kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang; Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
UU No. 12 tahun 2006.”

Menurut penjelasan umum UU No.12 tahun 2006 (2006: 29) menyatakan:


”Asas- asas khusus dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang; Yaitu:
Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan
kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuannya sendiri; Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan
bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga
Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam maupun luar negeri; Asas
persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa
setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum
dan pemerintahan; Asas kebenaran substantive adalah prosedur pewarganegaraan
seseorang tidak hanya bersifat diskriminatif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-
syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya; Asas
nondiskrimnatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal
ihwal yang berhubungan dengan Warga Negara atas dasar suku, ras, agama, golongan
dan jenis kelamin dan gender; Asas pengakuan dan penghormatan terhadap HAM
adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan Warga Negara
harus menjamin, melindungi dan memuliakan HAM pada umumnya dan hak Warga
Negara pada khususnya; Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa
dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan Warga Negara harus dilakukan
secara terbuka; Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan
dalam berita negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.”
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan pada umumnya telah mengetahui
tentang asas kewarganegaraan yang berlaku berdasarkan UU No.12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Membicarakan status
kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara maka akan dibahas beberapa
persoalan yang berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai Warga Negara
dalam sebuah negara. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan
amanat UUD 1945, maka UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaran Republik
Indonesia memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum atau universal, asas ius
soli, asas ius sanguinis, asas kewarganegaraan campuran dan asas kewarganegaraan
ganda.
UU No.12 tahun 2006 pada dasarnya tidak mengenal adanya
kewarganegaraan ganda ataupun tanpa kewarganegaraan. Kewarganegaraan ganda
yang diberikan kepada anak dalam hal ini adalah suatu pengecualian.
Kewarganegaraan menimbulkan hubungan antara Warga Negara dengan Negara
yaitu dalam pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai seorang Warga Negara. Hak dan
kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh negara, bahkan hak dan kewajiban tersebut
dijamin oleh UU.
Masyarakat etnis Tionghoa di Medanmasih banyak yang belum menerapkan
UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Pelaksanaan UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, menjadi tantangan bagi pemerintahan atau orang-orang yang
berwenang untuk melakukan sosialisasi terhadap UU No.12 tahun 2006 kepada
seluruh etnis Tionghoa baik yang di Lingkungan VII Kelurahan Lalang Kecamatan
Medan Sunggal Kota Medan maupun bagi seluruh etnic Tionghoa yang ada di
Indonesia.
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan masih belum dapat memahami UU No.
12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia. Pemahaman terhadap
UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sangat
dibutuhkan untuk mengetahui aturan-aturan yang digunakan oleh bangsa Indonesia
sebagai aturan tentang kewarganegaraan yang baru. Hal ini diperlukan agar
masyarakat etnis Tionghoa tahu tentang bagaimana hak dan kewajiban sebagai
Warga Negara.

3.8 Kesimpulan
3.8.1 Jurnal I
Negara Indonesia sebagai negara hukum yang memiliki kewajiban untuk
memberikan pemenuhan hak asasi warga negara, agar hak-hak warga negara
terpenuhi dan kemudian menjadikan kualitas hidup warga negara yang baik dan
meningkat, hak-hak tersebut adalah hak pendidikan, hak kesehatan, hak sandang, hak
pangan, hak perumahan, sebagaimana diatur dalam konstitusi UUD 1945. Selain
kewajiban pemenuhan, bahwa negara Indonesia juga memiliki kewajiban
perlindungan hak asasi warga negara, hal ini juga agar memberikan kualitas yang
baik dalam perlindungan, perlindungan tersebut adalah hak hidup, hak aman tentram,
hak budaya, hak kawin, hak keyakinan, hak berorganisasi, sebagaimana diatur dalam
konstitusi UUD 1945. Ketika negara Indonesia tidak melaksanakan kewajiban
pemenuhan maupun perlindungan tersebut maka negara berpotensi besar melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap konstitusi UUD 1945, oleh karena itu negara
harus dan wajib untuk melaksanakan dan komitmen pada nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Substansi negara hukum Indonesia dalam melaksanakan
kewajiban pemenuhan dan perlindungan kepada hak asasi warga negara adalah untuk
mewujudkan kebahagiaan lahir dan batin seluruh warga negara Indonesia.

3.8.2 Jurnal II
Untuk mengetahui status kewarganegaraan etnis Tionghoa setelah adanya
UU No.12 tahun 2006. Diperlukan pemahaman masyarakat keturunan Tionghoa
tentang UU No.12 tahun 2006 agar dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai
Warga Negara Indonesia dan dapat meningkatkan rasa nasonalisme terhadap bangsa
Indonesia. Kondisi seperti ini harus dirubah seiring dengan kemajuan zaman,
diharapkan setelah adanya UU No.12 tahun 2006 ini, masyarakat keturunan
Tionghoa memiliki pemahaman akan adanya hak dan kewajiban sebagai Warga
Negara Indonesia serta dapat merasakan persamaan kedudukan di hadapan hukum.
Adanya UU No.12 tahun 2006 semakin menjamin persamaan kedudukan dihadapan
hukum, di mana dalam pasal 27 ayat (1) sebagai dasar untuk Negara Republik
Indonesia dalam menjamin setiap individu mempunyai kedudukan yang menyangkut
dalam hak dan kewajiban adalah sama tanpa memandang pada kedudukan, etnis, ras
dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman mengenai UU No.12
tahun 2006 kepada seluruh warga Negara Republik Indonesia, khususnya kepada
Warga Negara etnis atau Warga Negara keturunan Tionghoa. Sehinga masyarakat,
khususnya etnis Tionghoa tidak mengalami kekaburan terhadap adanya UU tersebut.
Masyarakat etnis Tionghoa yang ada Medan memiliki status kewarganegaraan etnis
Tionghoa adalah status kewarganegaraan Indonesia. Pelaksanaan UU No.12 tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia telah dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku, meskipun masih ada yang belum dapat
melaksanakannya dalam kehidupan mereka. Mereka telah lama tinggal dan menetap
di Indonesia, bahkan telah secara turun temurun tinggal menetap di Indonesia dan
dinyatakan sebagai Warga Negara Indonesia berdasarkan undang-undang, hal ini
semakin dipertegas dengan lahirnya UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia.

3.9 Pembahasan
Review Jurnal I Jurnal II
Kelengkapan Jurnal Untuk jurnal I memiliki jurnal Untuk jurnal II memiliki jurnal
yang lengkap dengan volume yang lengkap dengan volume
jurnal, nomor jurnal, tahun jurnal, nomor jurnal, tahun
terbit jurnal, penulis jurnal, terbit jurnal, penulis jurnal,
bahkan ISSN yang artinya bahkan ISSN yang artinya
jurnal ini sudah memiliki izin jurnal ini sudah memiliki izin
publikasi dan menjadi salah publikasi dan menjadi salah
satu factor yang mendukung satu factor yang mendukung
ketika akan digunakan sebagai ketika akan digunakan sebagai
sumber dalam melakukan sumber dalam melakukan
penelitian. penelitian.
Isi Jurnal Jurnal I memiliki materi yang Jurnal II juga memiliki materi
baik dan lengkap. Materi juga yang cukup lengkap. Kedua
tersusun dengan baik dan jurnal apabila digabungkan
mencantumkan UU sebagai menjadi kumpulan materi yang
bukti-bukti berbagai macam sangat lengkap karena terdapat
hak dan kewajiban Negara dan materi di jurnal II yang tidak
warga Negara. kita temukan pada jurnal I.

Jurnal ini juga memiliki hasil


dan pembahasan yang cukup
lengkap dan tersampaikan
dengan mendetail sehingga
pembaca dapat memahami
pembahasan materi dengan
baik.

Akan tetapi, jurnal ini tidak


menyampaikan metode dan
jenis penelitian sehingga
pembaca dapat bingung karena
tidak mengetahui sampel yang
menjadi focus penelitian.
Struktur Jurnal Pada Jurnal I tidak memiliki Memiliki masalah yang sama
point untuk penyampaian dengan jurnal I, jurnal II juga
kajian teoritis. Namun, apabila tidak memiliki point untuk
ditinjau kembali kajian teoritispenyampaian kajian teoritis.
ini dapat kita temukan pada Namun, apabila ditinjau
bagian struktur pendahuluan. kembali kajian teoritis ini dapat
kita temukan pada bagian
struktur pendahuluan.
Ejaan dan Tanda Jurnal I sudah menggunakan Pada jurnal II masih terdapat
Baca ejaan dan tanda baca yang tepat kesalahan dalam penulisan
sehingga sesuai dengan aturan judul jurnal.
KBBI. Tertulis:
“Status Kewarganegaraan Etnis
Tionghoa Pasca Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2006
di Kota medan”.

Seharusnya:
“Status Kewarganegaraan Etnis
Tionghoa Pasca Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006
di Kota Medan”.

Selain itu, pada kalimat


langsung, seharusnya terlebih
dahulu tanda baca
titik(.)sebagai akhir dari
kalimat baru dibubuhi tanda
baca petik tutup(“).
Bahasa Penyampaian Jurnal I memiliki bahasa Jurnal II memiliki bahasa
Materi penyampaian yang sesuai dan penyampaian yang sesuai dan
mudah untuk dipahami oleh mudah untuk dipahami oleh
pembaca. pembaca.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Warga Negara dari suatu Negara merupakan pendukung dan penanggung jawab
kemajuan dan kemunduran suatu Negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota
atau warga suatu Negara haruslah ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh Negara
tersebut. Beberapa hak warga Negara antara lain sebagai berikut:
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
2. Hak membela Negara
3. Hak berpendapat
4. Hak kemerdekaan memeluk agama
5. Hak mendapatkan pengajaran
6. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia
7. Hak ekonomi untuk mendapat dan kesejahteraan sosial
8. Hak mendapatkan jaminanan keadilan sosial
Berikut ini adalah kewajiban warga Negara Indonesia:
a. Wajib menaati hukum dan pemerintahaan.
b. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
c. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
d. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan undang-undang
e. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara
Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban Negara terhadap warga Negara. Hak
dan kewajiban Negara terhadap warga Negara pada dasarnya merupakan hak dan
kewajiban warga Negara terhadap Negara. Beberapa ketentuan tersebut, antara lain
sebagai berikut:
1. Hak Negara untuk ditaati hukum dan pemerintah
2. Hak Negara untuk dibela
3. Hak Negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan untuk kepentingan rakyat
4. Kewajiban Negara untuk menjamin sistem hukum yang adil
5. Kewajiban Negara untuk menjamin hak asasi warga Negara
6. Kewajiban Negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat
7. Kewajiban Negara memberi jaminan sosial

4.2 Saran

Untuk jurnal I dan jurnal II, saya sarankan untuk lebih memperhatikan struktur
jurnal dan terkhusus untuk jurnal II agar lebih memperhatikan ejaan dan tanda baca yang
tepat agar materi yang disampaikan lebih mudah dimengerti pembaca. Selain itu,
menggunakan kalimat yang efektif sehingga pembaca dapat lebih mudah dalam
memahami suatu penyampaian materi.
Saya harap jurnal I dan jurnal II tetap memberikan materi yang menarik seperti ini
dan disertai dengan ilustrasi baik gambar maupun cerita. Hal itu untuk mendukung
pemahaman pembaca dalam memahami materi yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Suharyanto, A. (2015). Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 di Kota Medan. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial
Politik. 3(2): 175-186.

Zaini, N. A. (2016). Politik Hukum dan HAM (Kajian Hukum Terhadap Kewajiban
Pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia).
Jurnal Panorama Hukum. 1(2):1-16.

Anda mungkin juga menyukai