Agus Shidiq
M. Fajar Sidiq
DASAR METALURGI
Pengetahuan Dasar dan
Wawasan Ilmu Logam
Editor
Hadi Wibowo
Diterbitkan oleh
Badan Penerbit Universitas Pancasakti Tegal
Jl Halmahera Km 01 Tegal 52122
Tlp (0283)351082
Dasar Metalurgi
KATA PENGANTAR
- Dasar Metalurgi
modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Pelatihan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dasar Metalurgi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENERBIT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
- Dasar Metalurgi
B. Pengujian Logam
1. Pengujian Merusak
2. Pengujian Tak Merusak
DAFTAR PUSTAKA
Dasar Metalurgi
- Dasar Metalurgi
BAB I
KLASIFIKASI DAN SIFAT MATERIAL
A. Pendahuluan
Perkembangan dan kemajuan masyarakat tidak terlepas
dari kemampuan menciptakan dan memanfaatkan bahan untuk
kebutuhan seseorang. Faktanya, peradaban awal ditentukan
oleh tingkat penemuan perkembangan material (Zaman Batu,
Zaman Perunggu, Zaman Besi). Manusia purba hanya memiliki
akses ke bahan alami dalam jumlah yang sangat terbatas: batu,
kayu, tanah liat, kulit, dll. Seiring waktu, mereka menemukan
cara untuk membuat bahan dengan sifat yang lebih baik
daripada bahan yang lebih alami; Bahan-bahan baru ini
termasuk keramik dan berbagai logam.
Dasar Metalurgi
pemilihan material dan proses pemesinan/manufaktur
B. Klasifikasi Material
Berbagai jenis material digunakan manusia untuk
memenuhi keperluan hidupnya. Namun secara garis besar
khususnya pada bidang teknik, material teknik dikelompokkan
pada tiga kelompok, yakni: logam, non logam, dan komposit.
1. Logam
- Dasar Metalurgi
dikelompokkan pada dua kelompok, yakni: logam ferro dan
logam non ferro. Logam ferro meliputi: besi (iron), baja (steel),
dan besi cor (cast iron). Logam non ferro adalah logam selain
logam besi, seperti, aluminum, tembaga, magnesium, dan
paduan-paduannya dalam jumlah yang relatif kecil atom dalam
logam dan paduannya diatur dengan sangat teratur dan
dibandingkan dengan keramik dan polimer, relatif padat
(Gambar 1.2)
Dasar Metalurgi
elektron ini. Misalnya, logam adalah konduktor listrik dan panas
yang sangat baik, dan tidak transparan terhadap cahaya
tampak; permukaan logam yang dipoles memiliki tampilan yang
berkilau. Selain itu, beberapa logam (yaitu, Fe, Co, dan Ni)
memiliki sifat magnet yang diinginkan.
2. Ceramics
3. Polymers
4. Komposit
Dasar Metalurgi
kawat baja sebagai bahan logamnya.
- Dasar Metalurgi
C. Sifat Material
Material dimanfaatkan oleh manusia karena material
punya sifat-sifat (propertis) yang dibutuhkan manusia, seperti
logam dimanfaatkan karena punya sifat kuat, keras, pengantar
panas, pengantar listrik, dan diforinable (mudah dibenruk).
Sedangkan sifat-sifat (proferties) itu sendiri secara garis besar
dikelompokkan pada tiga, yakni: sifat fisik, sifat mekanik, dan
sifat teknologi.
Contoh sifat-sifat tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Sifat fisik : kapasitas panas, koefisien muai, ketahanan
korosi, dan koefisien gesek
2. Sifat mekanik : kuat, keras, ulet, dan tangguh.
3. Sifat teknologi : mampu bentuk, mampu las, dan mampu
mesin.
Dasar Metalurgi
berpengaruh satu dengan yang lainnya dan memungkinkan
pengetahuan berkembang terus. Kalau sifat mekanik bagus,
maka sifat teknologinya tidak. Kalau sifat teknologinya bagus,
sifat yang lainnya tidak. Contoh: Baja yang kuat maka tidak
tahan korosi, maka dilapisi Zn (seng), sehingga ketahanan
korosi naik. Sifat keras, maka tak mudah dibentuk. Struktur
suatu material biasanya berkaitan dengan penataan internal
komponennya. Struktur subatomik melibatkan elektron di dalam
atom individu dan interaksi dengan inti mereka.
- Dasar Metalurgi
elastisitas dan kekuatan. Untuk sifat kelistrikan, seperti
kelistrikan konduktivitas dan konstanta dielektrik, stimulusnya
adalah medan listrik. Perilaku termal padatan dapat
direpresentasikan dalam hal kapasitas panas dan konduktivitas
termal. Sifat magnet menunjukkan respon material terhadap
penerapan medan magnet. Untuk sifat optik, stimulusnya adalah
elektromagnetik atau radiasi cahaya; indeks bias dan reflektifitas
adalah sifat optik yang representatif. Akhirnya, karakteristik
deterioratif berhubungan dengan reaktivitas kimiawi bahan yang
selanjutnya membahas properti yang termasuk dalam masing-
masing dari enam klasifikasi ini.
Dasar Metalurgi
- Dasar Metalurgi
BAB II
BAHAN TEKNIK
A. Besi
Bijih-bijih besi diambil dari alam dengan cara digali , dibor
atau diledakkan.Hasil dari penambangan tersebut bijih-bijih besi
(Fe2O3, Fe3O4) diolah terlebih dahulu sebelum diproses dalam
dapur tinggi yaitu dibersikan dari bahan-bahan ikutan, untuk
bijih-bijih besi yang berbentuk bongkahan-bongkahan yang tidak
sama ukurannya harus disamakan terlebih dahulu ukurannya
,apabila mengandung unsur-unsur yang lain seperti zat arang,
zat asam, dihilangkan terlebih dahulu dengan cara
pemanggangan, dan bijih-bijih berbentuk pasir atau butir-butir
halus dibuat sinter atau briket sebelum diproses dalam dapur
tinggi . Pengolahan pendahuluan ini dimaksudkan untuk
menghemat waktu, memudahkan proses dan menghemat biaya
produksi.
Dasar Metalurgi
Semua logam murni, seperti juga paduannya, memiliki
konstitusional atau diagram fase tersendiri. Biasanya, persentase
dari dua elemen utama ditampilkan pada gambar sumbu
horizontal, sedangkan variasi suhu ditampilkan pada sumbu
vertikal. Namun, diagram dari logam murni adalah garis vertikal
sederhana. Diagram konstitusi untuk besi murni komersial
disajikan pada Gambar 2.1 Diagram khusus ini adalah lurus.
- Dasar Metalurgi
delta ferit; yang membentuk di bawah A3 sebagai ferit alfa,
meskipun keduanya secara struktural serupa. Dalam urutan
huruf Yunani ini, austenit adalah besi gamma, dan pertukaran
istilah-istilah ini seharusnya tidak membingungkan fakta bahwa
hanya dua ada bentuk-bentuk besi yang secara struktural
berbeda. Gambar 2.1 dan 2.2 dengan demikian menggambarkan
alotropi besi.
- Dasar Metalurgi
konsentrasi yang kecil, namun efek belerang dan fosfor dapat
mempengaruhi sifat baja dan dapat merugikan, oleh karena itu
umumnya konnsentrasi belerang dan fosfor tidak diperbolehkan
melebihi 0,05%. Begitu pula konsentrasi paduan unsur mangan
dan silikon dalam baja dijaga di bawah 0,8% dan 0,3%.
Meskipun efeknya tidak merusak sifat dari baja, bahkan untuk
mangan dapat melawan efek buruk pada belerang.
a. Baja karbon rendah (Low carbon steel) atau dead mild steel
memiliki kandungan karbon di bawah 0,15%.
Dasar Metalurgi
b. Baja ringan (Mild steel) memiliki kandungan karbon antara
0,15-0,3%.
- Dasar Metalurgi
Gambar 2.4 Mikrostruktur, mechanical properties, dan
penggunaan plain carbon steels
2. Alloy Steels
Dasar Metalurgi
a) Baja paduan dapat dikeraskan dengan proses perlakuan
panas sampai lebih dalam dan dengan sedikit distorsi dan
kemungkinan retak yang lebih kecil.
b) Paduan mengembangkan sifat tahan korosi seperti pada baja
tahan karat.
c) Paduan mengembangkan properti kekerasan merah seperti
pada alat pemotong.
d) Paduan mengembangkan kekuatan dan ketangguhan baja
seperti pada baja paduan rendah berkekuatan tinggi (HSLA).
e) Beberapa baja paduan menunjukkan ketahanan yang nyata
terhadap pertumbuhan butir dan oksidasi pada suhu tinggi,
dll.
- Dasar Metalurgi
pengolahan makanan, industri kimia, dll.
2. Baja tahan karat martensitik. Baja tahan karat ini memiliki
12–18% kromium tetapi mengandung persentase karbon
yang lebih tinggi (0,15–1,2%). Baja ini dapat dikeraskan
dengan perlakuan panas, tetapi ketahanan korosinya
berkurang. Baja ini digunakan untuk membuat pisau bedah,
jarum suntik, baut, mur, sekrup dan pisau dll.
3. Baja tahan karat Austenitik. Ini adalah yang paling penting
dan paling mahal di antara semua baja tahan karat. Pada
baja ini, selain kromium, juga ditambahkan nikel. Nikel
adalah penstabil austenit yang sangat kuat dan oleh karena
itu struktur mikro dari baja-baja ini bersifat austenitik pada
suhu kamar. Yang paling umum di antara baja tahan karat
adalah baja 18/8. Komposisinya adalah kromium 18%, nikel
8%, karbon 0,08–0,2%, maksimum mangan 1,25% dan
silikon 0,75% maksimum.
Dasar Metalurgi
adalah nama yang diberikan untuk baja perkakas yang paling
umum. Namanya menyiratkan bahwa ia dapat memotong baja
dengan kecepatan potong tinggi. Pada kecepatan potong tinggi,
kenaikan suhu lebih tinggi tetapi tool baja kecepatan tinggi dapat
mempertahankan kekerasannya hingga 600–625 ° C. Komposisi
khas H.S.S. adalah tungsten 18%, kromium 4%, vanadium 1%,
karbon 0,75–1%, sisa besi.
- Dasar Metalurgi
50%. Nikel membuat baja sangat tahan terhadap korosi,
non-magnetik, dan memiliki koefisien muai panas yang
sangat rendah. Baja semacam itu digunakan untuk bilah
turbin, katup mesin pembakaran internal, dll.
➢ Baja kromium. Chromium membuat baja tahan korosi, dan
meningkatkan UTS-nya. dan kekuatan IZOD. Sangat sering
baja paduan digunakan dengan penambahan kromium dan
nikel. Kabel baja Ni-Cr sering digunakan di tungku,
pemanggang roti, dan pemanas.
➢ Baja silikon. Sebuah baja yang mengandung 0,05% karbon,
sekitar 0,3% Mn dan 3,4% silikon memiliki histeresis
magnetis yang sangat rendah dan digunakan secara luas
untuk membuat laminasi mesin listrik. Baja silico-mangan
juga sering digunakan untuk membuat pegas.
Molybdenum 4XXX
C-Mo (0.25% Mo) 40XX 4024-4068
Cr-Mo (Cr, 0.70%; Mo, 0.15%) 41XX 4130-4150
Ni-Cr-Mo (Ni 1.8%, Cr, 0.65°%) 43XX 4317-4340
Dasar Metalurgi
Ni-Mo (1.75% Ni) 46XX 4608-4640
Ni-Cr (0.45%)-Mo (0.2°i°) - 47XX
Ni-Mo (3.5% Ni, 0.25% Mo) 48XX 4812-4820
Chromium 5XXX
0.5% Cr 50XX
1.0% Cr 51 XX 5120-5152
1.5% Cr 52XXX 52095-52101
Corrosion-heat resistant 514XX (AISI 400 series)
Chromium-Vanadium 6XXX
1% Cr.-0.12V, 61XX 6120-6152
Silicon-Manganese
0.85 Mn, 2% Si 92XX 9255-9262
Triple-alloy steels
0.55% Ni, 0.50% Cr, 0.20°ro Mo 86XX 8615-8660
0.55% Ni, 0.50% Cr, 0.25% Mo 87XX 8720-8750
3.25% Ni, 1.20% Cr, 0.12% Mo 93XX 9310-9317
0.45% Ni, 0.40% Cr, 0.12% Mo 94XX 9437-9445
0.45% Ni, 0.15% Cr, 0.20% Mo 97XX 9747-9763
1.00% Ni, 0.80% Cr, 0.25% Mo 98XX 9840-9850
Boron (about 0.005% (Mn)). XXBXX
- Dasar Metalurgi
diproduksi di pengecoran besi tuang terbuat dari besi tuang abu-
abu. Ini murah dan banyak digunakan. Ada banyak jenis besi
cor. Ini tercantum di bawah ini:
- Dasar Metalurgi
Besi cor putih mempunyai bidang perpatahan yang putih
warnanya, karbon di sini terikat sebagai karbida, Fe3C. Fe3C atau
karbida bersifat keras, sehingga besi cor putih yang banyak
mengandung karbida sulit di mesin. Pada Gambar 2.6 tampak
struktur mikro besi cor yang terdiri dari sementit dan perlit.
Daerah yang berwarna putih adalah sementit dan yang berwarna
gelap adalah perlit.
Besi cor ini juga dikenal dengan nama besi cor grafit
bulat. Jika sedikit magnesium (0,5%) ditambahkan ke besi tuang
cair, grafit, yang biasanya terdapat dalam besi abu-abu dalam
bentuk serpihan grafit, berubah bentuk menjadi bola / bola kecil
dan tetap didistribusikan ke seluruh massa cetakan. besi.
Perubahan bentuk partikel grafit ini memiliki efek yang sangat
besar pada sifat coran yang dihasilkan dan sifat mekaniknya
meningkat pesat. Kekuatan meningkat, titik luluh meningkat dan
kerapuhan berkurang. Pengecoran semacam itu bahkan dapat
menggantikan beberapa komponen baja.
Dasar Metalurgi
Gambar 2.8 Struktur mikro
besi cor Nodular. b. Malleable cast iron.
Dasar Metalurgi
dan menurunkan titik cair. Oleh karena itu biasa digunakan
fosfor sampai 1% dalam benda cor kecil dan benda cor yang
mempunyai bagian yang tipis. Benda cor besar tidak
memerlukan kadar fosfor yang tinggi karena tidak diperlukan
fluiditas tambahan. Sewaktu peleburan umumnya terjadi
peningkatan kadar fosfor sampai 0,02%. Unsur fosfor sulit
beroksidasi, kecuali bila dipenuhi beberapa persyaratan tertentu.
Untuk mengendalikan kadar fosfor, perlu dipilisr grade besi
bekas yang tepat. Fosfor juga membentuk ikatan yang dikenal
dengan nama steadit, yaitu campuran antara besi dan fosfida,
ikatan ini keras, rapuh dan mempunyai titik cair yang lebih
rendah. Steadit mengandung fosfor sebanyak 10%. Dengan
demikian besi dengan 0,50% fosfor akan mengandung sekitar
5% (Volum) steadit.
- Dasar Metalurgi
BAB III
METALURGI DAN PENGUJIAN LOGAM
A. Pengertian Metalurgi
Pesatnya perkembangan industri di Indonesia, terutama
industri manufaktur dapat menyebabkan meningkatnya
penggunaan material sebagai bahan untuk komponen-
komponen pada berbagai peralatan (mesin-mesin produksi,
konstruksi, kendaraan, peralatan rumah tangga, pesawat
terbang, dan lainlain). Untuk itu pengetahuan yang baik akan
sifat-sifat bahan menjadi bagian yang sangat penting dalam
rangkaian pembuatan suatu peralatan. Selain itu komponen-
komponen peralatan yang digunakan akan mengalami perilaku
yang berbeda dengan berbedanya penggunaan (misalnya
beban, temperatur, waktu dan lingkungan yang berbeda) yang
akan menyebabkan komponen tersebut mengalami kerusakan.
Kerusakan akan dapat diatasi apabila pengetahuan yang
berkaitan dengan sifat-sifat bahan, fungsi dan penggunaannya
diketahui dikuasai dengan baik.
- Dasar Metalurgi
Secara umum, metalurgi merupakan ilmu rekayasa dari
wujud metalik mulai dari mikrostruktur dan pengaruhnya
terhadap dinamika yang mencakup multidisiplin yang mencakup
bahan logam. Keterkaitan antara bidang ilmu keteknikan dengan
metalurgi sangat memberi arti dalam pengembangan mengenai
metalurgi. Secara garis besar metalurgi sangat berperan
terhadap perkembangan bidang teknik khususnya mengenai
ilmu bahan. Modifikasi bahan teknik harus memperhatikan
metalurginya.
B. Pengujian Logam
Kegagalan suatu alat transportasi, seperti kecelakaan
kapal merupakan kejadian yang sangat serius karena tidak saja
menimbulkan kerugian harta dan jiwa manusia, tapi juga
merusak kepercayaan industri yang memproduksi kapal
tersebut. Kegagalan struktur pada komponen berakibat
rusaknya produk. Bila terbukti dari data yang dikumpulkan oleh
tim pencari data di lapangan bahwa kecelakaan disebabkan oleh
kegagalan komponen dari kapal yang terbuat dari logam
maupun non logam.
Dasar Metalurgi
Sebuah ilustrasi dari beberapa kejadian, seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.1 bahwa patahnya badan kapal
Liberty disebabkan oleh perubahan struktur logam dari liat
menjadi getas. Pesawat ulang alik chalenger gagal menjalankan
misinya disebabkan kegagalan 0- 9 ring yang terbuat dari bahan
polymer pada salah satu komponennya.
- Dasar Metalurgi
b. Sifat-sifat magnet yaitu permeabilitas, koresivitas, histrisis
dan lain sebagainya.
c. Sifat-sifat listrik yaitu kemampuan hantaran listrik dan
dielektrisitas.
d. Sifat-sifat termal yaitu : Panas jenis, pemuaian, konduktivitas
dan lain sebagainya.
e. Sifat-sifat kimia yaitu : reaksi kimia, kombinasi, segregasi,
ketahanan korosi, komposisi.
f. Sifat-sifat fisik yaitu : ukuran, massa jenis, struktur dan lain
sebagainya.
g. Sifat-sifat teknologi yaitu : mampu mesin dan mampu keras.
1. Pengujian Merusak
a) Uji Tarik
Dasar Metalurgi
adalah dasar dari pengujian-pengujian dan studi mengenai
kekuatan bahan, hal ini disebabkan beberapa alasan yaitu
mudah dilakukan, menghasilkan tegangan uniform pada
penampang, kebanyakan bahan mempunyai kelemahan untuk
menerima beban tegangan tarik yang merata pada penampang.
Gambar 3.2 memperlihatkan ilustrasi pengujian tarik statis.
Dalam pengujian bahan atau bahan industri, kekuatan adalah
paling sering ditentukan oleh penarikan statik. Untuk
memberikan evaluasi secara industri terhadap bahan-bahan,
setiap negara menentukan batang uji sesuai dengan standard
yang ada di negara tersebut. penentuan tersebut tidak dilakukan
dalam penelitian, kecuali karena alasan penggunaan praktis
maka batang uji standard industri dapat dipakai.
- Dasar Metalurgi
membutuhkan persiapan spesimen uji, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.2.a Meskipun sebagian besar spesimen uji
tegangan padat dan bulat, mereka juga bisa datar atau
berbentuk tabung. Spesimen disiapkan secara umum sesuai
dengan spesifikasi ASTM; berbagai spesifikasi lain juga tersedia
dari organisasi terkait di seluruh dunia.
Dasar Metalurgi
melepaskannya. Tegangan teknik (tegangan nominal)
didefinisikan sebagai rasio dari beban yang diterapkan, R
terhadap luas penampang asli, AO, dari spesimen.
𝑃
𝜎=𝐴 (3.1)
0
(𝑙−𝑙0 )
𝜀= 𝑙0
(3.2)
b) Uji Kekerasan
Kekerasan (hardness) adalah properti yang biasa digunakan; itu
memberikan indikasi umum kekuatan bahan dan ketahanannya
terhadap goresan dan keausan. Kekerasan biasanya
didefinisikan sebagai resistensi terhadap lekukan permanen;
- Dasar Metalurgi
jadi, baja lebih keras dari aluminium, dan aluminium lebih keras
dari timah. Kekerasan, bagaimanapun, bukan properti
fundamental, karena ketahanan terhadap indentasi tergantung
pada bentuk indentor dan pada beban yang diterapkan.
Dasar Metalurgi
permukaan, dengan beban 500, 1500, atau 3000 kg (Gbr 3.6).
Angka kekerasan Brinell (I-IB) didefinisikan sebagai rasio beban
P dengan luas permukaan melengkung dari lekukan. Semakin
sulit bahan untuk diuji, semakin kecil kesan; karenanya, beban
1500 kg atau 3000 kg biasanya direkomendasikan untuk
mendapatkan tayangan yang cukup besar untuk pengukuran
yang akurat.
- Dasar Metalurgi
Tes Vickers. Tes ini, dikembangkan pada tahun 1922 dan
sebelumnya dikenal sebagai uji kekerasan piramida berlian,
menggunakan indentor berlian berbentuk piramida (Gambar
2.16) dan beban yang berkisar dari 1 kg hingga 120 kg. Angka
kekerasan Vickers ditunjukkan oleh HV. Tayangan yang
diperoleh biasanya kurang dari 0,5 mm pada diagonal. Tes
Vickers pada dasarnya memberikan angka kekerasan yang sama
terlepas dari beban, dan cocok untuk menguji bahan dengan
berbagai kekerasan, termasuk baja yang dipanaskan. Baru-baru
ini, prosedur uji telah dikembangkan untuk melakukan tes tipe
Vickers dalam mikroskop gaya atom dan nanoindenters, untuk
memperkirakan kekerasan pada kedalaman penetrasi serendah
20 nm.
Dasar Metalurgi
untuk logam anil, kekerasannya sekitar lima kali Y.
- Dasar Metalurgi
Gambar 3.7 Bagan untuk mengkonversi berbagai skala
kekerasan
Dasar Metalurgi
spesimen seperti itu sensitif terhadap cacat permukaan dan
takik, dan menjepit spesimen uji rapuh untuk pengujian sulit.
Juga, penyelarasan yang tidak tepat dari spesimen uji dapat
menghasilkan distribusi tegangan tidak seragam sepanjang
penampang.
- Dasar Metalurgi
Gambar 3.8. Dua metode uji tekuk untuk bahan rapuh:
(a) tekuk tiga titik; (B) lentur empat titik.
d) Uji Impak
Dasar Metalurgi
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi
tidak tahan dengan beban kejut. Untuk menentukannya perlu
diadakan pengujian impak. Ketahanan impak biasanya diukur
dengan metode Charpy atau Izood yang bertakik maupun tidak
bertakik. Beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul
benda uji, yang kemudian diukur energi yang diserap oleh
perpatahannya
- Dasar Metalurgi
Gambar 3.9 Ilustrasi skematis pengujian Impak
1) Metoda Charpy
Pada metoda ini banyak digunakan di Amerika
Serikat, dan merupakan cara pengujian dimana spesimen
dipasang secara horizontal dengan kedua ujungnya berada
pada tumpuan, sedangkan takikan pada spesimen diletakkan
di tengah-tengah dengan arah pembebanan tepat diatas
takikan. Pada metoda memiliki beberapa kelebihan seperti:
a) lebih mudah dipahami dan dilakukan
b) Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang
Dasar Metalurgi
penampang
c) Harga alat lebih murah
d) Waktu pengujian lebih singkat
- Dasar Metalurgi
Gambar 3.11 Peletakan spesimen berdasarkan metoda izood
Dasar Metalurgi
Gambar 3.11 Kurva Uji Impak
- Dasar Metalurgi
Sehingga harga Energi yang diserap dinyatakan dengan:
𝐸𝑝1− 𝐸𝑝2 = .𝑔.(𝐻1−𝐻2) (3.8)
Dan Harga Impak (HI)
𝑬𝒑𝟏 −𝑬𝒑𝟐
𝐻𝐼 = 𝑨
(3.9)
Dasar Metalurgi
tesebut gagal ditengah operasinya. Secara definisi Pengujian Tak
Merusak (Non Destructive Testing) adalah suatu proses uji untuk
mengetahui sifat suatu bahan tanpa merusak benda uji, dapat
dilakukan di laboratorium atau dilapangan.
- Dasar Metalurgi
Pengujian tak merusak yang secara umum dilakukan adalah:
1. Visual Optical, melihat/mencari retak (crack) yang berada
dipermukaan bahan dengan bantuan optik.
2. Penetrasi Cairan pewarna (Liquid Penetrant), yaitu dengan
menyemprotkan /mengulaskan cairan berwana pada
permukaan material.
Pada prinsipnya teknik ini untuk mempermudah penglihatan
saja. Cara ini dipakai untuk mendeteksi cacat dengan
penembusan zat pada celah cacat di permukaan. Cairan
fluoresen atau cairan pewarna dipakai untuk maksud ini.
Pengamatan pertama di bawah sinar ultra violet dengan
panjang gelombang 330 - 390 mm, dan yang terakhir diamati
dibawah sinar tampak terang.
3. Magnet partikel (Pengujian dengan bubuk magnet).
Jika bahan yang dapat dimagnetkan, misalnya baja berada
dalam medan magnet, fluks magnet pada baja akan terputus
oleh adanya retakan atau inklusi disekitar permukaan jadi
bubuk magnet akan diabsorb, kepakaan pengamatan sangat
tinggi kalau konduksinya baik. Magnetic Particles, cara ini
dengan menggunakan serbuk magnetik yang di sebarkan
dipermukaan benda uji. Pada saat crack ada dalam
perbukaan benda uji, maka akan terjadi kebocoran medan
magnit di sekitar posisi crack, sehingga dengan mudah akan
bisa dilihat oleh mata. Setelah pengujian magnetik, maka
benda uji akan menjadi bersifat magnet, krn pengaruh
serbuk magnet tersebut, maka untuk menghilangkan effek
itu digunakan metoda demagnetization (proses
menghilangkan medan magnet pada benda uji), salah satu
caranya dengan menggunakan hammering (benda uji dipikul
dengan hammer, sehingga timbul getaran yang akan
melepaskan partikel magnet)
4. Pengujian dengan Arus Eddy.
Dasar Metalurgi
Eddi current, prisipnya hampir sama dengan teknik medan
magnet, tetapi disini medan listrik yang dipancarkan dari
arus listrik bolak-balik, ketika ada crack maka medan listrik
akan berubah dan perubahannya itu akan terbaca pada alat
Prinsip ini erat kaitannya dengan impedansi, maka halinya
sangat dipengruhi oleh jarak antara benda uji dengan alat
ukurnya. Kalau batang uji ditempatkan dalam lilitan yang
dialiri arus listrik frekuensi tinggi, maka arus Eddy yang
mengalir pada batang uji berubah kalau ada cacat, yang
akan memberikan induksi perubahan tegangan listrik oleh
impedansi lilitan atau lilitan sendiri, jadi dihasilkan sinyal
listrik.
- Dasar Metalurgi
digunakan berbeda (lebih pendek). Dengan mempergunakan
sinar X, sinar gamma dan sinar netron yang memiliki daya
tembus besar melalui benda, memungkinkan untuk mengetahui
adanya cacat dari bayangan pada film yang ditempatkan di
belakang benda, yang menunjukkan variasi intensitas, karena
perbedaan bsorpsi sinar oleh rongga dan kepadatan di dalam
benda.
5. Pengujian ultrasonic
Ultrasonik, dengan menggunakan gelombang
ultrasonic dengan frequensi antara 0.1 ~ 15 Mhz. Prinsipnya,
gelombang ultrasonic dipancarkan dalam material dan
gelombang baliknya atau gelombang yang sampai di sisi
yang lain di bandingkan dengan kecepatan suara dari
material itu sendiri untuk mendapatkan gambaran posisi dari
crack. Gelombang ultrasonik 1 - 5 MHz merambat dalam
bahan dan memantul ditempat cacat, dari diteksi gelombang
pantulan dapat diketahui adanya cacat. Untuk memancarkan
dan menerima gelambang ultrasonik dipergunakan kristal
barium titanat atau lainnya. Gelombang ultrasonik memantul
100 % dari celah dan retakan, oleh karena itu, kepakaan
Dasar Metalurgi
pengamatan sanat tinggi dibandingkan dengan pengujian
dengan penyinaran yang tidak dapat mengamati cacat
kecuali jika benda ujinya mempunyai ketebalan 1 - inchi.
tetapi yang terditeksi adalah puncak gelombang pantulan
yang memerlukan pengalaman untuk menetukan keadaan
cacat pada bahan.
6. Pengujian pancaran akustik (Acoustic emission test)
Kalau deformasi plastis atau patahan terjadi
gelombang suara dibangkitkan oleh pembebasan gelombang
tekanan. Hal ini dinamakan pancaran akustik yang
dipergunakan dalam pengujian tak merusak bentuk baru.
Bila dipergunakan secara sempurna, dapat dipakai untuk
mendeteksi retak lelah atau retak korosi tegangan dalam
komponen mesin.
- Dasar Metalurgi
BAB IV
PEMILIHAN BAHAN LOGAM
Dasar Metalurgi
komponen tersebut.
- Dasar Metalurgi
Gambar. 4.1 Berbagai Jenis Logam
Sebagai langkah awal perencanaan diperlukan kejelasan
tentang fungsi dari komponen yang akan direncanakan
mencakup kemampuan memikul beban dan
meneruskan/transfer beban serta karakteristik fisik dan kimiawi
dari komponen. Kritis tidaknya komponen tersebut dinilai
berdasarkan besar kerugian yang ditimbulkan sekiranya terjadi
kegagalan. Semua faktor tersebut perlu dipertimbangkan
sekiranya mengubah geometri, proses, sifat, dan lain-lainnya.
Seiring dengan itu masalah kendali mutu dan pengujian perlu
dilakukan. Akhirnya kajian mengenai pembebanan
sesungguhnya perlu dilaksanakan karena ujian terakhir
ditentukan oleh daya guna komponen tersebut selama
pemakaian.
Dasar Metalurgi
bahan akan lebih jelas bila diingat bahwa jenis logam sangat
beraneka ragam dan lingkaran bahan dalam proses perencanaan
juga cukup rumit. Ahli teknik yang terlibat dalam perencanaan
hendaknya menyadari hal tersebut. Ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan dalam memilih bahan, seperti sifat
umum dan khas dari logam sebagai berikut:
• Kekuatan mekanik
• Mampu bentuk dan keuletan
• Kekerasan dan ketahanan keausa.
• Ketangguhan
• Daya tahan terhadap korosi
• Sifat listrik
• Sifat magnetik
• Warna
• Mampu sambung
• Mampu bentuk
- Dasar Metalurgi
Ahli perencanaan dan ahli bahan dapat mengikuti
prosedur penyesuaian bahan dengan empat karakteristik dasar
dalam spesifikasi perencanaan adalah:
• Geometri
• Tegangan
• Lingkungan
• Pemrosesan
Dasar Metalurgi
Gambar. 4.2 Kriteria Pemilihan Bahan
B. Ruang Lingkup
Bidang ilmu terapan dan ahli teknologi selalu
berhubungan dengan bahan (material). Teknologi bahan dan
metalurgi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal ini
meliputi berbagai pengembangan bahan dan penerapan
pengetahuan, serta perkembangan mengenai hubungan antara
komposisi, struktur dan pemrosesan bahan dengan sifat-sifat
dan pemakaiannya. Mulai dari penambangan, pengolahan,
peleburan dan pengecoran dan pembuatan bahan sehingga
menghasilkan suatu produk benda.
- Dasar Metalurgi
Banyak macam bahan baku industri yang kadang-kadang
dapat menyulitkan dalam pemilihan yang tepat. Pemilihan sering
tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan teknik selain itu
juga pertimbangan ekonomis. Pemilihan bahan ditentukan oleh
cara pembuatan / pembentukan. Penentuan bahan yang tepat
merupakan kompromi antara berbagai sifat, cara penggunaan,
memenuhi syarat yang telah ditentukan dan sesuai dengan
standard.
Dasar Metalurgi
tekuk, torsi, dan geser.
- Dasar Metalurgi
atau elemen mesin cukup tepat penggunaannya. Pada kondisi
sekarang selain logam ferro juga sangat banyak logam non ferro
yang digunakan pada komponen. Hal ini dimungkinkan bahwa
dalam logam non ferro mempunyai sifat-sifat logam yang tidak
dimiliki oleh logam ferro. Logam non ferro merupakan bahan
logam yang tidak mengandung besi (ferro). Karakteristik dari
logam non ferro ini juga merupakan salah satu alasan yang tepat
dalam pemakaiannya.
Dasar Metalurgi
Metalurgi serbuk dipergunakan bagi bahan yang tidak
dapat atau sukar di proses dengan jalan mencairkan dan bagi
bahan yang memerlukan pemrosesan yang lebih murah dengan
kualitas lebih baik. Kerugian metalurgi serbuk disebabkan oleh
yang berasal dari serbuk logamnya sendiri dan yang berasal dari
peralatan
- Dasar Metalurgi
Faktor penting dalam korosi lingkungan adanya hujan,
kabut atau pengembunan akibat kelembaban relatif yang tinggi.
Dalam suatu struktur harus diperhatikan rancangan struktur
agar mengalir dengan bebas air dan cukup ventilasi untuk
mengeringkan seluruh permukaan. Kabut dan pengembunan
bisa mengakibatkan korosi membasahi seluruh permukaan.
Selapis tipis air yang tidak kelihatan sudah cukup membuat suatu
sel korosi yang baik. Adanya tiga faktor sel korosi yaitu anoda,
katoda dan elektrolit. Lapisan tipis embun yang terbentuk dari
embun dari kabut atau dari kelembaban tinggi mudah jenuh
dengan oksigen dari udara sehingga terjadi daerah katodik. Laju
atau tingkat keparahan suatu logam pada korosi lingkungan
umumnya ditentukan konduktivitas elektrolit yang terlarut. Salah
satunya yaitu lingkungan yang mengandung ion-ion klorida atau
lingkungan laut. Korosi pada logam akan mengakibatkan
kegagalan.
Dasar Metalurgi
(elevated temperature) yang terjadi sebagai suhu dimana bahan
mengalami perubahan struktural semasa pemakaian. Tentu saja,
perubahan struktural yang terjadi mempengaruhi sifatsifat
sehingga perlu dipertimbangkan dan diperhatikan dalam
perencanaan.
- Dasar Metalurgi
BAB V
PROSES PEMBENTUKAN LOGAM
Dasar Metalurgi
c. Sifat-sifat fisik meningkat,
d. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk
logam dalam keadaan plastik lebih rendah
- Dasar Metalurgi
Gambar 5.1. Proses pengecoran logam
Dasar Metalurgi
Gambar 5.2. Dimensi benda kerja yang akan dibuat
(a) menutupi permukaan pola dalam rangka cetak dengan pasir
(b) cetakan siap
(c) proses penuangan
(d) dan produk pengecoran
- Dasar Metalurgi
Pasir cetak yang sudah digunakan untuk membuat
cetakan, dapat dipakai kembali dengan mencampur pasir baru
dan pengikat baru setelah kotoran- kotoran dalam pasir
tersebut dibuang. Pasir cetak dapat digunakan berulang-
ulang. Setelah digunakan dalam proses pembuatan suatu
cetakan, pasir cetak tersebut dapat diolah kembali tidak
bergantung pada bahan logam cair. Prosesnya dengan cara
pembuangan debu halus dan kotoran, pencampuran, serta
pendinginan pasir cetak.
Dasar Metalurgi
Adapun mesin-mesin yang dipakai dalam pengolahan pasir
sebagai berikut.
1. Penggiling Pasir
Penggiling pasir digunakan apabila pasir tersebut
menggunakan lempung sebagai pengikat, sedangkan untuk
pengaduk pasir digunakan jika pasir menggunakan bahan
pengikat seperti minyak pengering atau natrium silikat.
2. Pencampur Pasir
Pencampur pasir digunakan untuk memecah bongkah-
bongkah pasir setelah pencampuran. Jadi, pasir dari penggiling
pasir kadang-kadang diisikan ke pencampur pasir atau biasanya
pasir bekas diisikan langsung ke dalamnya.
3. Pengayakan
Untuk mendapatkan pasir cetak, ayakan dipakai untuk
menyisihkan kotoran dan butir-butir pasir yang sangat kasar.
Jenis ayakan ada dua macam, yaitu ayakan berputar dan ayakan
bergetar.
4. Pemisahan Magnetis
Pemisahan magnetis digunakan untuk menyisihkan
potongan-potongan besi yang berada dalam pasir cetak
tersebut.
5. Pendingin Pasir
Dalam mendinginkan pasir, udara pendingin perlu
bersentuhan dengan butir-butir pasir sebanyak mungkin. Pada
pendingin pasir pengagitasi, udara lewat melalui pasir yang
diagitasi. Adapun pada pendingin pasir tegak, pasir dijatuhkan
ke dalam tangki dan disebar oleh sebuah sudu selama jatuh,
yang kemudian didinginkan oleh udara dari bawah. Pendingin
pasir bergetar menunjukkan alat di mana pasir diletakkan pada
pelat dan pengembangan pasir efektif.
- Dasar Metalurgi
E. Jenis Jenis Pengecoran Logam berdasarkan
Media Cetakan
1) Pengecoran dengan Pasir (Sand Casting)
Pengecoran ini adalah teknik tertua dan paling dipahami
hingga sekarang Pengecoran dengan pasir membutuhkan waktu
selama beberapa hari dalam proses produksinya dengan hasil
rata-rata (1–20 lembar/jam proses pencetakan) dan proses
pengecoran dengan bahan pasir ini akan membutuhkan waktu
yang lebih lama terutama untuk produksi dalam skala yang
besar. Pasir ini disatukan dengan menggunakan tanah liat (sama
dengan proses pada pasir hijau) atau dengan menggunakan
bahan perekat kimia/minyak polimer.
Dasar Metalurgi
2). Pengecoran dengan Gips (Plaster Casting)
Pengecoran dengan gips hampir sama dengan
pengecoran dengan pasir kecuali pada bagian gips diubah
dengan pasir. Campuran gips pada dasarnya terdiri dari 70–80
% gipsum dan 20–30 % penguat gipsum dan air. Pada
umumnya, pembentukan pengecoran gips ini membutuhkan
waktu persiapan kurang dari 1 minggu, setelah itu akan
menghasilkan produksi rata-rata sebanyak 1–10 unit/jam
pengecorannya dengan berat untuk hasil produksinya maksimal
mencapai 45 kg dan minimal 30 kg, dan permukaan hasilnya pun
memiliki resolusi yang tinggi dan halus. Jika gips digunakan dan
Dasar Metalurgi
nonbelerang (yang tidakperlu sekuat, sekeras, atau setahan
panas seperti baja) dari keran cucian sampai cetakan mesin
(termasuk hardware, bagian-bagian komponen mesin, mobil
mainan, dan sebagainya).
- Dasar Metalurgi
Sebelum siklusnya dimulai, die harus diinstal pada
mesin die pengecoran, dan diatur pada suhu yang tepat.
Pengesetan membutuhkan waktu 1–2 jam, dan barulah
kemudian siklus dapat berjalan selama sekitar beberapa detik
sampai beberapa menit, tergantung ukuran pengecoran. Batas
masa maksimal untuk magnesium, seng, dan aluminium sekitar
4,5 kg, 18 kg, dan 45 kg.
Dasar Metalurgi
terpanas.
2. Pengerolan (Rolling)
- Dasar Metalurgi
Gambar 5.11 Proses pengerolan Pelat Tebal di Industri
Pengerolan dilakukan dengan menggunakan Motor Listrik
sebagai penggerak dan sistem penekannya Menggunakan
Hidrolik Sistem (Kalpajian,1984)
Dasar Metalurgi
Batangan baja yang membara, diubah bentuknya
menjadi produk berguna melalui pengerolan. Salah satu
akibat dari proses dari pengolahan adalah penghalusan butir
yang disebabkan rekristalisasi. Struktur yang kasar, kembali
menjadi struktur memanjang akibat pengaruh penggilingan.
Pada proses pengerolan suatu logam, ketebalan logam
mengalami deformasi terbanyak. Adapun lebarnya hanya
bertambah sedikit. Pada operasi pengerolan, keseragaman suhu
sangat penting karena berpengaruh pada aliran logam dan
plastisitas. Proses pengerjaan panas dengan pengerolan ini
biasanya digunakan untuk membuat rel, bentuk profil, pelat, dan
batang.
- Dasar Metalurgi
Tipe Susunan Rol
1. Tipe Jepit
2. Tipe piramide
Dasar Metalurgi
Gambar 5.14 . Susunan rol tipe Piramide
Mesin rol kombinasi tipe jepit dan piramide ini terdiri dari
4 rol Dua buah rol berada di tengah yang berfungsi menjepit
pelat dan sekalugus mendorong pelat ke arah rol penekan. Rol
penekan dan pengarah pada bagian depan dan belakang
masing-masing dapat diatur sesuai dengan ketinggian
kedudukan rol. Rol penggerak utama berada di bagian bawah.
Rol ini tidak dapat diatur atau tetap pada tempatnya.
- Dasar Metalurgi
Aplikasi
3. Penempaan (Forging)
Dasar Metalurgi
proses ini berkisar di atas daerah temperatur rekristalisasi
bahan logam yang akan di tempa. Baja mempunyai
temperatur rekristalisasi berkisar 723 º C. Pemanasan yang
dilakukan pada benda kerja bertujuan untuk merobahan
kekerasan logam menjadi bersifat lebih lunak .
- Dasar Metalurgi
Kecepatan gerak mesin hammer turun ini dapat diatur sesuai
dengan kecepatan yangdiinginkan. Kepala pemukul mesin
hammer dan landasan /anvil ini dapat diganti sesuai dengan
bentuk benda kerja yang ada pada gambar. Penggunaan mesin
hammer ini akan lebih efisien jika digunakan untuk memproduksi
dalam jumlah relatif besar.
Dasar Metalurgi
Bagian-bagain Utama Mesin Hammer
2. Kepala Gabungan
(head assembly)
3. Batang Penyangga
(column to anvil
pads).
4. Pegas Balik (steel
spring
replacements).
5. Tutup Landasan
(anvil cap or sow
block).
6. Isolasi blok landasan
(foundation block
isolation).
7. Landasan (anvil mat)
- Dasar Metalurgi
Gambar. 5.20 . Proses penempaan dengan mesin Hammer
4. EKSTRUSI
Dasar Metalurgi
batang silinder atau tabung berongga, tetapi bentuk-bentuk
penampang yang tidak teratur juga dapat dihasilkan,
dengan menggunakan logam yang mudah di ekstrusi, misalnya
aluminium.
- Dasar Metalurgi
Gambar. 4.23 . Mesin Ekstrusi Plastik
2. Indirect Extrusion
Dasar Metalurgi
Gambar. 5.25 . Proses Indirect Extrusion
3. Hydrostatic Extrusion
- Dasar Metalurgi
samping. Digunakan untuk melapisi kawat dan kabel plastic
5. Impact Extrusion
1. Hot extrusion
adalah proses ekstrusi yg dilakukan pada temperatur
tinggi (elevasi)
Dasar Metalurgi
1) Temperatur : ± 50-75% dari titik lebur logam
2) Tekanan : ± 35-700 MPa
- Dasar Metalurgi
o Motorcycle o Transportasi
o Bicycle o Peralatan perkebunan
o Alat-alat rumah tangga
Dasar Metalurgi
Gambar 5.30 Bentuk cetakan Holow die Bentuk profil Holow
die
- Dasar Metalurgi
Proses drawing dapat juga di artikan sebagai proses
pembentukan logam dari lembaran logam ke dalam bentuk
tabung (hallow shape).
Dasar Metalurgi
Gambar. 5.32 Proses Deep Drawing
- Dasar Metalurgi
BAB VI
UJI METALOGRAFI
Dasar Metalurgi
area/volume dan average diameter atau grain size number.
Penentuan grain size number dapat dihitung atau dibandingkan
dengan standarized grain size chart.
Standard ISO 17639 ada 2 istilah pengujian, yaitu
macroscopic examination dan microscopic examination.
Macroscopic examination didefinisikan sebagai pengujian dengan
mata telanjang atau dengan pembesaran rendah biasanya
kurang dari x 50 dengan atau tanpa proses etsa. Microscopic
examination didefinisikan sebagai pengujian menggunakan
mikroskop dengan pembesaran x 50 sampai dengan x 500
dengan atau tanpa proses etsa. Perbedaan antara uji macro dan
micro secara detail dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 di
bawah ini,
Tabel 6.1 Perbedaan Pengujian Makro dan Mikro
Poles kertas gosok hingga grit Poles kertas gosok hingga grit
400 1200 + 1µm serbuk alumina
- Dasar Metalurgi
Gambar 6.1. Perbedaan uji makro dan mikro
Dasar Metalurgi
Thermal etching, digunakan untuk etsa keramik, dilakukan
dengan cara dipanaskan dan di tahan pada temperatur di bawah
temperatur sintering.
Tabel 6.1 Etching Reagents untuk logam besi, baja karbon, baja
paduan rendah dan medium
- Dasar Metalurgi
Tabel 6.2. Etching reagents untuk baja paduan tinggi, stainless
dan tool steels.
G = Grain Size
Bila G besar maka ukuran butir semakin Kecil
G = 3 = Ø grain 350 µm
G = 6 = Ø grain 40 µm
Dasar Metalurgi
G = 12 = Ø grain 5,5 µm
Perhitungan Grain Size dengan Prosedur Intercept
(ASTM E 112). Dari foto mikro yang didapatkan dari
mikroskop optik, dibuat lingkaran dengan diameter
tertentu. Setelah itu dihitung jumlah titik yaitu perpotongan
garis lingkaran dengan batas butir. Untuk menentukan
ukuran butir bisa dilakukan sesuai dengan Rumus empiris
dibawah ini:
- Dasar Metalurgi
Semakin besar ASTM grain size numbernya maka diameter butir
semakin kecil, untuk lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 2 di bawah
ini: Tabel 2 Grain Size Number (Ukuran Butir)
Dasar Metalurgi
Acceptance Criteria :
• Pengujian Makro.
- Dasar Metalurgi
DAFTAR PUSTAKA
Dasar Metalurgi
M. Agus Shidiq
M. Fajar Sidiq
DASAR METALURGI
Buku ini adalah salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan
dasar dan wawasan tentang Ilmu Logam. Dalam kimia, sebuah
logam atau metal dalam bahasa Yunani disebut Metallon adalah
material sebuah unsur, senyawa, atau paduan yang biasanya keras
tak tembus cahaya, berkilau, dan memiliki konduktivitas listrik dan
termal yang baik. Logam umumnya liat, yaitu dapat ditempa atau
ditekan permanen hingga berubah bentuk tanpa patah atau retak
dan juga fusibel (bisa dilelehkan) dan ulet (dapat ditarik hingga
membentuk kawat halus). Sekitar 91 dari 118 unsur dalam tabel
periodik adalah logam; sisanya adalah nonlogam atau metaloid.