Anda di halaman 1dari 21

Pengantar

Dalam proses manufaktur Material atau Bahan adalah salah satu


faktor utama selain Mesin yang juga menunjang Metode dalam
pembutannya.

J
 Sifat Fisik B e Seorang perancang harus
 Ciri Permesinan a n mempertimbangkan hal-hal
n i tersebut dalam memilih bahan
 Cara Pemberian Bentuk y s yang paling ekonomis dan
 Pengunaan dan Fungsi a n proses yang terbaik untuk
k y
bahan produk yang dirancangnya.
a
Pengelompokan Bahan
Besi
 Ada ribuan jenis bahan logam murni ataupun paduannya
Logam dan juga bahan bukan logam. Sehingga untuk menentukan
Non besi pilihan yang tepat diperlukan pengetahuan yang memadai.
Bahan
Teknik  Bahan teknik jarang ditemukan sebagai bahan siap pakai
Organik di alam semesta ini. Logam ditemukan sebagai mineral
Non logam dalam bentuk Oksida, Sulfida atau Karbonat. Sebelum
diolah lebih lanjut dia harus dimurnikan terlebih dahulu.
Non organik

Besi (Fe), baja karbon (Fe3C), molybdenum (Fe2C-Mo),


Besi, Baja dan Paduannya (Ferrous)
triple alloy steels (FeCrNiMo) dan lain-lain.
Logam timah (Sn), alumunium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel
Selain besi dan paduannya (Non-Ferous) (Ni), mangan (Mn), vanadium (V), tintanium (Ti), wolfram (W)
dan lain-lain
Organik, berasal dari alam (tumbuhan, hewan karet alam, kertas, minyak bumi, gas alam, kayu, kulit dan
Non atau bahan yang mengandung unsur karbon). plastik.
Logam mineral-mineral, batuan-batuan, semen, beton, keramik,
Anorganik
gelas dan grafit (memiliki struktur tersendiri).
Karakteristik Bahan Mekanik
Sebagian besar bahan mekanik adalah berupa bahan Logam, karena selain memiliki
kekuatan yang tinggi dan sifat homogenitas, juga memiliki karakter sbb.:
Fusibility, bahan logam jika dipanaskan akan mencair, kemudian jika didinginkan akan menjadi
padat kembali dan memiliki kekuatan seperti semula. Sifat ini duganakan untuk proses
pengecoran (casting), pengelasan (welding), dst.

Plasticity, bahan logam jika diberi gaya yang besar akan terjadi deformasi plastis (mulur).
Sifat ini digunakan untuk proses forging, rolling, form rolling, extrusion, shearing, bending,
drawing, dst.

Machinability, bahan logam dapat dipotong/dihilangkan bagian yang tidak diperlukan dalam
bentuk geram. Sifat ini digunakan untuk proses bubut, milling, drilling, grinding, dst.
Ketiga karakter (fusibility, plasticity, dan machinability) itu disebut workability, yaitu karakter
yang menunjukkan kemampuan bahan untuk diproses.
Pemilihan Bahan

Penentuan bahan yang tepat pada dasarnya merupakan kompromi antara


berbagai sifat bahan, lingkungan dan cara pemakaian.serta sampai dimana sifat
bahan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Karena ada beberapa jenis bahan yang masih diimpor, maka masalah
pengadaan, persediaan dan harga memegang peranan yang penting. Faktor ini
berubah dari waktu ke waktu maupun dari tempat ke tempat dan sangat
tergantung dari situasi. Jadi dapat dikatakan bahwa pemilihan bahan merupakan
suatu proses berkesinambungan yang perlu ditinjau secara teknis – ekonomis dan
objektif.
Ada beberapa sifat teknis yang harus diperhatikan seorang perancang mesin
sewaktu memilih bahan :

Sifat mekanik.
Modulus Elastisitas - Tahan aus
Batas mulur - Daya tahan thd : tekuk, torsi dan geser
Kekuatan tarik - Peka takik
Sifat fatik - Fatik takik
Keuletan - Impak

Sifat yang diperlukan selama proses pembentukan.


 Mampu mesin (machinability)
 Mampu las (weldability)
 Mampu tempa.
 Karakteristik pengerjaan dingin.
 Karakteristik pengerjaan panas.
Sifat yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan. Antara lain :
 Daya tahan korosi : dalam cuaca atau lingkungan biasa dan di bawah
pengaruh unsure- unsur kimia, minyak, gemuk, pelumas, korosi lubang dsb.
 Daya tahan panas.
 Ketahanan aus.
 Pelapukan.
Struktur Logam

Dalam keadaan padat struktur logam memiliki atom-atom yang tersusun mengikuti pola
geometri tertentu, sehingga berbentuk kristal.
Dikenal ada 7 sistim kisi ruang kristal logam, yaitu : Kubik, Tetragonal, Orthorombik,
Monoklinik,Triblinik, Heksagonal dan Rombohedral.
Bentuk dan ukuran atom kisi tersebut dapat ditentukan secara difraksi sinar – X .

Logam biasanya mempunyai struktur Kubik, yaitu :


1. Kubik pemusatan ruang (kpr), yang mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan
sebuah dipusatnya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu ruang, khrom, molibden, vanadium dan
tungsten (wolfram).
2. Kubik pemusatan sisi (kps), mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan sebuah
atom pada bagian tengah setiap sisinya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu tinggi, alumunium, perak, emas, tembaga dan
nikel.

3. Heksagonal tumpukan padat (htp).

Logamnya adalah : berilium, kadmium, titanium dan magnesium.

Dengan demikian besi (Fe) memiliki struktur yang berbeda pada suhu yang berlainan, sifat ini
disebut alotropi. Pada suhu ruang , besi mempunyai struktur kpr yang disebut juga sebagai
besi ( - Fe). Pada suhu diatas 910o C, strukturnya berubah menjadi kps atau Besi ( - Fe).

Sifat logam berkaitan erat dengan strukturnya. Logam dengan struktur htp umumnya kurang
kenyal dan rapuh bila ditekuk atau dimesin, sedangkan logam kps umumnya lebih kenyal.

Paduan logam akan menghasilkan susunan atom yang berlainan dengan logam induknya.
Diantaranya :
Larutan padat subtitusi, seperti pada paduan seng dan tembaga yang membentuk
kuningan, dimana atom-atom seng menggantikan atom-atom tembaga pada kisi.

Larutan padat interstisi, seperti pada paduan karbon dengan besi. Karena ukuran atom
karbon lebih kecil dari atom besi, maka atom karbon menempati ruang kosong disela- sela
atom-atom besi dalam kisi.

Ikatan atom logam paduan akan mencair pada suhu tertentu dan memiliki konduktivitas
dan keuletan yang lebih rendah, sebaliknya memiliki kekuatan dan kekerasan yang lebih
tinggi. Contoh lainnya adalah Alumunium – tembaga, Tembaga – magnesium dan timah
putih – antimony.
Pembentukan Butir
Terjadi pada saat logam cair membeku, atom-atomnya mengatur diri mengikuti suatu pola
geometris tertentu. Mula-mula terbentuk inti yang kemudian tumbuh menjadi kristal dengan
susunan kisi yang teratur. Inti terbentuk sewaktu logam cair mulai membeku dengan arah
pertumbuhan yang acak. Fasa padat Fasa cair

Pertemuan antara kristal yang satu dengan kritas lain yang atomnya sama-sama sedang
tumbuh, menghentikan pertumbuhan tersebut pada permukaan singgung diantaranya yang
disebut batas butir. Orientasi (arah) kristal akan selalu berbeda pada batas butir.
Pada umumnya pertumbuhan kristal tidak merata, ada yang cepat ada yang lambat
dan strukturnya menyerupai dahan dan ranting pepohonan.
Besar butir tergantung laju pendinginan pada saat proses pengerjaan panas dan
pengerjaan dingin, sewaktu logam dibentuk.

Logam dengan butiran yang halus umumnya memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih
baik dibanding logam berbutir kasar. Karena pada proses deformasi yang dialaminya, logam
berbutir halus memiliki hambatan slip yang lebih besar dibanding yang berbutir kasar. Selain
itu logam berbutir halus tidak mudah retak sewaktu dicelup (didinginkan dengan tiba-tiba).

Logam berbutir kasar lebih mudah pemesinannya, lebih mudah dikeraskan melalui
perlakuan panas, memiliki daya hantar panas dan listrik yang lebih baik serta merata
tingkat kekerasannya.
Besarnya ukuran butir menentukan sekali pada sifat-sifat logam. Penambahan zat-zat
tertentu pada logam yang sedang mencair dapat mengendalikan pertumbuhan butirnya.
Pemberian alumunium pada baja dapat menghasilkan butir-butir yang halus. Kuningan
pada selonsong peluru, butirnya yang kasar akan memudahkan pada proses
pembentukan.

Pembentukan butir yang halus setelah proses pencetakan akan menghasilkan permukaan
yang lebih halus dan meningkatkan keuletan logamnya.
Dengan demikian tingkat kekerasan maupun ukuran butir logam tergantung dari riwayat
thermalnya. Pendinginan logam dari suhu tinggi secara cepat dengan
mencelupkannya dalam air, akan meningkatkan kekerasannya. Sebaliknya pendinginan
secara perlahan dengan celupan minyak melalui proses Anil, akan melunakkannya,
meningkatkan keuletan dan ketangguhan serta meniadakan tegangan-tegangan.
Sifat Bahan
Jenis bahan baku yang digunakan industri saat ini sudah sangat manca ragam. Masing-
masing memiliki keunggulan yang saling berbeda antara satu dengan lainnya. Pemilihan
tidak lagi berdasarkan pertimbangan teknis belaka, karena pertimbangan ekonomis
memegang peran
yang sangat penting pula.

Sifat bahan mencangkup berat jenis, tekanan uap, muai panas, daya hantar panas,
sifat listrik dan magnet serta sifat teknik lainnya.

Sifat teknik adalah kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan torsi, modulus elastisitas dan
kekerasan. Kekuatan tarik dan kekerasan adalah sifat utama dari logam.
Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik ditentukan pada percobaan tarik. Ia


merupakan salah satu sifat bahan yang dapat
digunakan untuk memperkirakan karakteristik bahan
sewaktu mengalami pelenturan dan pemesinan.

Dari data yang berhasil dihimpun selama


penarikan benda uji, dapat dibuat kurva tegangan
– regangan, dimana :
Bentuk kurvanya biasa jadi berbeda-
beda, tergantung pada jenis bahan
dan perlakuan panas yang diterima
logam. Dalam hal ini sebagai berikut :

Awal garis yang lurus akibat besarnya


tegangan sama dengan regangan
menunjukkan daerah batas sifat elastis
logam. Jadi jika pembebanan masih diwilayah
ini, maka perubahan bentuk dan ukuran
benda tidak bersifat permanen dan dapat
kembali kesediakala. Pada daerah inilah
terletaknya Modulus Elastisitas.
Kekuatan geser, tekan dan puntir

Kekuatan geser bahan besarnya sekitar 50% dari kekuatan tarik. Sedangkan besarnya
kekuatan torsi sekitar 75% dari kekuatan tarik.
Kekuatan tekan pada benda yang rapuh mudah ditentukan, karena mudah patah. Tapi pada bahan
yang ulet (duktil) kekuatan tekannya baru terlihat bila beban yang diberikan besar. Bahan rapuh
seperti besi cor kira-kira 3 – 4 kali kekuatan tarik. Tetapi untuk baja, karena sangat ulet sulit untuk
ditentukan.
Keuletan (ductility)

Bahan yang mudah untuk ditekuk, ditarik, diregang dan dibentuk (bentuknya dirubah secara
permanen) adalah bahan yang ulet. Bahan yang ulet memiliki sifat yang bertolak belakang
dengan bahan yang keras, karena bahan yang keras biasanya rapuh dan gampang patah.
Percobaan tarik dapat digunakan sebagai patokan suatu bahan dengan menentukan besar
regangannya (dalam %) saat benda uji putus.
Persentase perpanjangan =
x 100%

Percobaan Impak dan percobaan fatik

Suatu jenis logam bisa jadi keras dan kuat, namun tidak tahan terhadap beban kejut atau
impak.
Guna mengetahui ketahanan bahan dari beban kejut, pengujian yang lazim digunakan
adalah percobaan Charpy.
Untuk ini, benda uji yang sudah diberi takik di bagian tengah panjangnya, diletakkan pada
sebuah tumpuan. Ayunan palu bandul kemudian ditimpakan pas dibagian yang bertakik.
Dari besarnya gerakan akhir ayun bandul yang tercatat, akan dapat ditentukan besarnya
jumlah energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji, yang menjadi indikasi
ketahanan logam terhadap beban kejut.
Kekerasan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kekerasan bahan. Untuk
keperluan industri biasanya digunakan metode pengukuran ketahanan terhadap penetrasi
bola kecil, kerucut atau piramida

Dalam pelaksanaannya, alat tekan yang berujung bola kecil, kerucut atau piramida
ditekan kedalam bahan dengan beban mula tertentu. Kemudian beban dinaikkan,
sehingga akhirnya kekerasan dapat dibaca dari selisih kedalaman yang ditimbulkan oleh
beban akhir dikurangi beban mula. Sedangkan skala kekerasan tergantung dari bentuk
dan jenis penekan dan beban.

Pengujian kekerasan Rockwell dalam hal ini banyak digunakan, karena penekan
dan besarnya beban dapat diubah sesuai kebutuhan. Dengan demikian kekerasan dari
selaput tipis hingga logam yang paling keraspun dapat diukur oleh alat ini.
Bila penekannya terbuat dari intan dan beban yang digunakan besarnya 331 pound,
maka disebut kekerasan skala Rockwell C. Skala ini umumnya digunakan untuk baja
yang keras.
Pada bahan baja yg lebih lunak dan logam bukan ferrous, digunakan skala B.
Disini penekannya berbentuk bola berdiameter 1/16 inci dengan beban sebesar 220 lb.

Pada metode kekerasan Brinell digunakan bola berdiameter 10 mm dengan


pembebanan sebesar 3000 kg. Diameter jejak diukur melalui mikroskop yang mampu
mengukur hingga ketelitian 0,05 mm.
Pengukuran kekerasan dikelompokkan dalam bentuk pengujian tak merusak dan
diterapkan untuk inspeksi berbagai suku cadang. Karena mudah ditentukan dan tidak
merusak, jenis pengujian ini sering dimanfaatkan untuk pengendalian mutu pada
proses-proses perlakuan panas, pembentukan dingin dan panas.

Anda mungkin juga menyukai