Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEROLEHAN BAJA DAN KLASIFIKASINYA

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Muh. Fadhil Ikram D071171001


2. Muh. Razi Ihsan Muammar R. D071171002
3. Nurul Mutmainnah D071171003
4. Nur Alam Putri D071171004
5. Syatila Aticha Pratiwi D071171006
6. Muhammad Akmal D071171007
7. Mersita Amelia D071171008
8. Yusril Irgi Wafir D071171009
9. Titania Rahmadani D071171011
10. Anita Sari D071171012
11. Srinaina Nurainun D071171013
12. Ergi Zair D071171015

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah “Perolehan Baja dan
Klasifikasinya” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah material teknik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. Eng.
Lukmanul Hakim Arma, S.T., M.T., selaku dosen pada mata kuliah material
teknik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gowa, 05 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Baja ....................................................................................... 3
B. Klasifikasi Baja ....................................................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam perut bumi ternyata banyak sekali mengandung zat-zat
yang berguna untuk keperluan hidup kita sehari-hari, misalnya minyak
tanah, bensin, solar dan lainlainnya yang disebut minyak bumi. Di
samping itu juga terdapat unsur-unsur kimia yang berguna bagi manusia
seperti bijih besi, nikel, tembaga, uranium, titanium, timah dan masih
banyak lagi, beserta mineral dan batu-batuan. Salah satu zat yang terdapat
di dalam bumi yang sangat berguna bagi manusia ialah air dengan rumus
kimianya H2O, sebab tanpa air manusia sukar sekali mempertahankan
kehidupannya. Mineral adalah suatu bahan yang banyak terdapat di dalam
bumi, yang mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus serta mempunyai
susunan kimia yang tetap. Sedangkan batubatuan merupakan gabungan
antara dua macam atau lebih mineral-mineral dan tidak mempunyai
susunan kimia yang tetap. Bijih ialah mineral atau batu-batuan yang
mengandung satu macam atau beberapa macam logam dalam prosentase
yang cukup banyak untuk dijadikan bahan tambang. Banyaknya logam
yang terkandung dalam bijih itu berbeda-beda. Logam dalam keadaan
murni jarang sekali terdapat di dalam bumi, kebanyakan merupakan
senyawa-senyawa oksida, sulfida, karbonat, dan sulfat yang merupakan
bijih logam yang perlu diproses menjadi bahan logam yang bermanfaat
bagi manusia.
Besi dan baja merupakan logam yang banyak sumbangannya bagi
perkembangan kebudayaan manusia. Hal ini disebabkan karena jumlahnya
yang cukup melimpah, memiliki sifat mekanik yang menarik, mudah
dikerjakan dengan forming maupun dengan machining, harganya relative
murah, dan lain-lain. Pemanfaatanya besi dipergunakan dalam keadaan
paduan bukan dalam keadaan murni. Paduan besi umumnya dengan
karbon, yang dikenal sebagai baja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan baja?
2. Bagaimana klasifikasi baja?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari baja.
2. Untuk memahami klasifikasi dari baja.

1
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan diatas, manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1. Pembaca mampu mengetahui pengertian baja.
2. Pembaca mampu mengidentifikasi baja-baja sesuai dengan
klasifikasinya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baja
Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur karbon (C)
sebagai unsur utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2%
hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai
unsur pengeras. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon
adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan nikel. Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength),
namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility) (Anonimous A, 2012).
Pengaruh utama dari kandungan karbon dalam baja adalah pada kekuatan,
kekerasan, dan sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon yang besar dalam
baja mengakibatkan meningkatnya kekerasan tetapi baja tersebut akan rapuh
dan tidak mudah dibentuk (Davis, 1982).
Baja yang pada dasarnya adalah besi (Fe) namun baja memiliki sifat
mekanis dan fisik yang membedakannya dengan besi. Adapun sifat-sifatnya
yaitu:
1. Sifat Mekanis
Sifat mekanis adalah kemampuan bahan tersebut memberikan
perlawanan apabila diberikan beban pada bahan tersebut. Berikut
adalah sifat mekanis pada baja karbon:
a. Regangan (e) : besar deformasi perpanjang awal (tanpa satuan)
b. Tegangan (s) : gaya per satuan luas dalam satuan Mpa.
c. Elongation : pertambahan panjang pada pengujian tarik (%).
d. Kekuatan tarik (tensile strength) : besar tegangan (gaya) yang
diperlukan unutk mematahkan atau memutuskan benda uji.
e. Kekuatan leleh (yield strength) : besar tegangan yang diperlukan
untuk mencapai regangan plastis 0.2%.
f. Keliatan (ductility) : besar regangan maksimal yang dapat terjadi
pada saat benda uji patah atau putus dalam satuan persen (%).
g. Kekerasan (hardness) : ketahanan bahan terhadap penetrasi
dipermukaannya, yang dinyatakan dalam Bilangan kekerasan
Brinell (BHN), Vickers (DPH) dan atau kekerasan Rockwell (R).
BKB dihitung berdasarkan luas daerah lekukan yang ditimbulkan,
sedangkan R dihitung berdasarkan dalamnya lekukan.

3
h. Keuletan (toughness) : daya tahan bahan terhadap lenturan dan
puntiran – puntiran berulang – ulang yang diukur dari besarnya
energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda uji yang
dinyatakan dalam satuan joule. Penilaian keuletan dilakukan
dengan tes Charpy atau Izod.
2. Sifat Fisik
Sifat fisik adalah segala aspek dari suatu objek atau zat yang dapat
diukur atau dipersepsikan tanpa mengubah identitasnya. Berikut
adalah sifat fisik pada baja karbon :
a. Titik didih : 1550OC
b. itik lebur : 2900OC
B. Klasifikasi Baja
Baja dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1. Komposisi Kimia
Klasifikasi baja berdasarkan komposiasi kimianya, yaitu :
a. Baja Karbon
Baja karbon sendiri dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Baja karbon rendah (low carbon steel) mengandung karbon 0,05 %-


0,30%. Sifatnya mudah ditempa dan mudah dimesin.
Penggunaannya:

a) 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains,


rivets, screws, nails.
b) 0,20 % – 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges,
buildings
2) Baja karbon menengah (medium carbon steel), mengandung karbon
0,3% - 0,6%. Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Baja jenis ini
dapat dikeraskan dan di tempering, dapat dilas dan mudah dikerjakan
pada mesin dengan baik.
Penggunaan
a) 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
b) 0,40 % – 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger
bits, screwdrivers.
c) 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges
3) Baja karbon tinggi (high carbon steel. Kandungan 0,60 % – 1,50 %
C. Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Karena kadar
karbon yang tinggi maka baja ini lebih mudah dan cepat dikeraskan
dari pada yang lainnya dan memiliki kekerasan yang baik, tetapi

4
susah di bentuk pada mesin dan sangat susah untuk dilas.
Penggunaan:
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives,
screws, hammers, vise jaws, knives, drills. tools for turning brass and
wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting steel,
wire drawing dies, fine cutters
b. Baja Paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1) Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan
tarik dan sebagainya)
2) Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendahUntuk
meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan
reduksi)
3) Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi
menjadi:
1) Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
2) Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
3) High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja
campuran khusus (special alloy steel) &high speed steel.

1) Baja Paduan Khusus (special alloy steel)


Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam
seperti nikel, chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan
vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja
maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan
kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila
dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).

2) High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel


Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan
membuat alat-alat potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe
tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat
potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan
dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan
harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon
steel
2. Mikrostrukturnya
Berdasarkan mikrostrukturnya, baja diklasifikasikan:

5
a. Baja Eutectoid
Jika baja eutectoid dengan kadar C=0,8 % didinginkan dari suhu
misal 800 °C sampai suhu kamar, maka akan terjadi serangkaian
perubahan fasa (transformasi fasa) seperti pada gambar 1.3 di bawah.

Gambar 2.1. Baja eutectoid

Saat suhu mencapai 723 °C, reaksi eutectoid terjadi menurut


persamaan :  = α + Fe3C . Stuktur mikro yang terbentuk berupa lapisan
a (ferrite) dan cementite (Fe3C). Struktur ini dinamakan perlit
(pearlite). Struktur perlit ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi C
antara fasa  (0,8 %C), ferit (0,02 %C) dan cementite (6,7 %C)
sehingga terjadi difusi. Atom-atom karbon pada ferit akan bergerak
menuju interface/batas antara Fe3C/ sehingga membentuk fasa Fe3C.

b. Baja Hypoeutectoid
Baja hypoeutectoid adalah baja dengan kadar C antara 0,02-0,76
%. Jika baja dengan kadar Co = 0,4 %C didinginkan dan suhu 900 °C
(titik a) pada gambar 1.4 maka akan terjadi perubahan struktur mikro
sbb. :Pada suhu 900 °C, baja dalam bentuk austenit. Jika suhunya turun
sampai titik b, ferit mulai tumbuh pada butir austenit. Ferit ini
dinamakan proeutectoid ferrite. Pendinginan selanjutnya pada suhu c
menyebabkan bertambahnya jumlah proeutectoid ferrite sampai semua
batas butir austenit dipenuhi proeutectoid ferrite. Pada suhu di bawah
723 °C (titik d), sisa austenit berubah menjadi perlit menurut reaksi :
 = α + Fe3C (perlit). Jadi struktur akhir berupa ferit pada batas butir
(proeutectoid ferrite) dan perlit.

6
Gambar 2.2 Baja hypoeutectoid

c. Baja Hypereutectoid
Baja hypereutectoid adalah Baja dengan kadar C antara 0,8-2,14
%. Perubahan fasa yang terjadi selama pendinginan dapat dijelaskan
sbb. :

Gambar 2.3 Baja hypereutectoid

Pada titik a, baja hypereutectoid berada dalam bentuk austenit. Jika


suhu turun sampai titik b, cementite (Fe3C) mulai terbentuk sepanjang
batas butir austenit. Pada titik b, jumlah cementite bertambah sampai batas
butir austenit tertutupi oleh cementite. Di bawah suhu eutectoid, sisa
austenit akan berubah menjadi perlit. Hasil akhir berupa cementite yang

7
terbentuk sebelum reaksi eutectoid (dinamakan proeutectoid cementite)
dan perlit.
3. Cara Pembuatan
Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam
dan basa yang berhubungan dengan sifat kimia yang menghasilkan
terak dari lapisan dapur. Proses asam digunakan untuk memurnikan besi
kasar yang persentasenya rendah dalam fosfor dan sulfur. Besi kasar ini
dihasilkan dari bijih besi yang kaya silikon yang akan menghasilkan
terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu silika (SiO3) dan
mempunyai sifat yang sama dengan terak, sehingga mencegah reaksi
antara unsur fosfor dengan lapisan dapur. Proses basa digunakan untuk
memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Untsur itu hanya dapat
dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur selama
berlangsung pross pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak.
Lapisan dapur harus dapat terbuat dari batu kapur untuk mencegah
reaksi antara lapisan dapur dengan unsur silikon.
Untuk membuat baja, maka “pig iron” atau besi tuang yang
dihasilkan dari tanur tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar karbonnya (dari 5% diturunkan sampai di bawah 1.5
%), dan untuk menghilangkan bahan/unsur lain yang mengotori besi
(belerang, fosfor, silikon dan sebagainya) dilakukan pemurnian melalui
berbagai metode, yaitu:
a. Proses Menggunakan Konvertor
1) Proses Bassemer
2) Proses Thomas
3) Proses Siemens Martin
b. Proses Dapur Listrik
1) Dapur busur cahaya
2) Dapur induksi

8
Gambar 2.4 Diagram Pembuatan Baja

a. Proses Menggunakan Konvertor


Konvertor terbuat dari pelat baja dengan mulut terbuka
(untuk memasukkan bahan baku dan mengeluarkan cairan
logam) serta dilapisi batu tahan api. Konverter diikatkan pada
suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat
digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan
mengeluarkan bahan yang diproses dan pada posisi vertikal
untuk pengembusan selama proses berlangsung. Konvertor ini
dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil (diameternya
sekitar 15-17 mm) dalam jumlah yang banyak (sekitar 120-150
buah pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara dihembuskan ke dalam
konvertor melalui pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4
kg/cm2 dan langsung dihembuskan ke cairan untuk
mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon.
Kandungan karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi
kasar yang kaya akan mangan, seterusnya baja cair dituangkan ke
dalam panci-panci dan dipadatkan menjadi batang-batang
cetakan.
Kapasitas konvertor sekitar 25-60 ton dan setiap proses
memerlukan waktu 25 menit. Proses pembuatan baja yang
menggunakan konvertor adalah sebagai berikut.
1) Proses Bassemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang
dilakukan di dalam konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan
api dari kuarsa asam atau oksida asam (SiO2), sehingga proses ini

9
disebut “Proses Asam”. Besi kasar yang diolah dalam konvertor
ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur silikon dan
rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal 0,1%). Besi kasar yang
mengandung fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak
dapat direduksi dari dalam besi kasar apabila tidak diikat dengan
batu kapur. Di samping itu, fosfor dapat bereaksi dengan lapisan
dapur yang terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini membahayakan
atau menghabiskan lapisan konvertor. Oleh karena itu, sangat
menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dari proses ini
adalah besi kasar kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% -
2%. Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan
sewaktu konvertor dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar
30°). Sementara itu, udara diembuskan dalam posisi vertikal
disebut juga kedudukan proses.
Dalam metode ini, ke dalam Conventer Bassemer
ditambahkan senyawa lain seperti dolomite (MgCO3 dan CaCO3),
untuk mengikat zat pengotor di dalam besi. Sambil diputar terus
dibawah tanur, melalui lubang-lubang dibawah tanur dimasukan
gas oksigen agar bereaksi dengan karbon, silikon, fosfor dan
belerang menjadi oksida-oksidanya. Oksida-oksida ini akan diikat
oleh oksida-oksida magnesium dan kalsium (MgO dan CaO)
sebagai hasil penguraian MgCO3 dan CaCO3 yang sebelumnya
dimasukan, menjadi kerak yang mengapung diatas cairan besi.
Selanjutnya besi cair yang sudah mendekati murni dikeluarkan
melalui lubang pada converter. Dan kerak yang tertinggal dalam
converter dapat dibuang.
Dalam konvertor, yang pertama terjadi adalah proses
oksidasi unsur silikon yang menghasilkan oksida silikon.
Kemudian diikuti oleh proses oksidasi unsur fosfor dan mangan
yang menghasilkan oksida fosfor dan oksida mangan, ditandai
dengan adanya bunga api yang berwarna kehijau-hijauan.
Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon.
Proses ini berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala
api berwarna putih dengan panjang sekitar 2 meter, kemudian
nyala api mengecil. Sebelum nyala api padam, ditambahkan besi
kasar yang banyak mengandung mangan, kemudian baja cair
dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan dipadatkan dalam
bentuk batang-batang baja. Secara umum proses kerja Bassemer
adalah:

10
a) Dipanaskan dengan kokas sampai suhu 1500oC.
b) Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (+1/8 dari
volume konverter).
c) Konverter ditegakkan kembali.
d) Dihembuskan udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dengan
kompresor.
e) Setelah 20 – 25 menit konverter dijungkirkan untuk
mengeluarkan hasilnya
Jenis baja yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan
dengan mengontrol karbon yang dikandungnya, serta jenis logam
lain yang dicampurkan untuk membuat logam aliasi

Gambar Konverter Bassemer

2) Proses Thomas
Konvertor Thomas juga disebut konvertor basa dan
prosesnya adalah proses basa, sebab batu tahan apinya bersifat
basa serta digunakan untuk mengolah besi kasar yang bersifat
basa. Muatan konvertor Thomas adalah besi kasar putih yang
banyak mengandung fosfor. Proses pembakaran sama dengan
proses pada konvertor Bessemer, hanya saja pada proses Thomas
fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar. Pengaliran udara
tidak terus-menerus dilakukan karena besinya sendiri akan
terbakar.

11
Pencegahan pembakaran itu dilakukan dengan menganggap
selesai prosesnya walaupun kandungan fosfor masih tetap tinggi.
Guna mengikat fosfor yang terbentuk pada proses ini maka diberi
bahan tambahan batu kapur agar menjadi terak. Terak yang
bersifat basa ini dapat dimanfaatkan menjadi pupuk buatan yang
dikenal dengan nama pupuk fosfat. Hasil proses yang keluar dari
konvertor Thomas disebut baja Thomas yang biasa digunakan
sebagai bahan konstruksi dan pelat ketel.
Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process”
yaitu proses Bessemer dalam keadaan basa. Proses ini memakai
Converter yang di bagian dalamnya dilapisi bahan tahan api
(refractory) bersifat basa seperti dolomite (MgCO3 + CaCO3).
Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi
mentah (pig iron) cair yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 -
2% ; dan sedikit Si dan S (0,6% Si, 0,07 % S).
Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu
pada saat penghembusan, unsur Fe, Si, Mn akan teroksidasu dan
terbentuklah terak basa (basic slag). Dengan adanya batu kapur,
akan terjadi kenaikan temperatur, tetapi unsur phosfor (P) yang
terkandung dalam besi mentah belum dapat dipisahkan dari Fe.
Pada periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon
blow) yang ditandai dengan adanya penurunan temperatur,
dimana karbon (C) akan terbakar, berarti kadar C menurun. Jika
kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur akan turun menjadi
1400 - 1420oC.
Setelah temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode
ke III (Reddish Smoke Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe
secara intensif dan terbentuklah terak. Peristiwa ini berlangsung
3-5 menit, dan selanjutnya terbentuklah terak Phospor
[CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur yang mendadak
menjadi 1600oC. Setelah periode ke III ini berakhir, hembusan
udara panas dihentikan dan converter dimiringkan untuk
mengeluarkan terak yang mengapung di atas besi cair.
Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya
Ferro Mangan, Ferro Silikon atau Aluminium untuk
menghilangkan Oksigen (O2) serta memberikan kadar Mn dan Si
supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja yang dihasilkan.
Terak yang dihasilkan mengandung 22% P2O5 merupakan hasil

12
ikatan yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pupuk
tanaman. Baja yang dihasilkan digunakan sebagai bahan dalam
proses pengecoran seperti pembuatan baja tuang atau baja profil
(steel section) seperti baja siku.
3) Proses Siemens Martin
Proses lain untuk membuat baja dari bahan besi kasar
adalah menggunakan dapurSiemens Martin yang sering disebut
proses Martin. Dapur ini terdiri atas satu tungku untuk bahan yang
dicairkan dan biasanya menggunakan empat ruangan sebagai
pemanas gas dan udara. Pada proses ini digunakan muatan besi
bekas yang dicampur dengan besi kasar sehingga dapat
menghasilkan baja dengan kualitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan baja Bessemer maupun Thomas.
Gas yang akan dibakar dengan udara untuk pembakaran
dialirkan ke dalam ruangan-ruangan melalui batu tahan api yang
sudah dipanaskan dengan temperatur 600 sampai 9000 C. dengan
demikian nyala apinya mempunyai suhu yang tinggi, kira-kira
18000 C. gas pembakaran yang bergerak ke luar masih
memberikan panas kedalam ruang yang kedua, dengan
menggunakan keran pengatur maka gas panas dan udara
pembakaran masuk ke dalam ruangan tersebut secara bergantian
dipanaskan dan didinginkan. Bahan bakar yang digunakan adalah
gas dapur tinggi, minyak yang digaskan (stookolie) dan juga gas
generator. Pada pembakaran zat arang terjadi gas CO dan CO2
yang naik ke atas dan mengakibatkan cairannya bergolak, dengan
demikian akan terjadi hubungann yang erat antara api dengan
bahan muatan yang dimasukkan ke dapur tinggi.Bahan tambahan
akan bersenyawa dengan zat asam membentuk terak yang
menutup cairan tersebut sehingga melindungi cairan itu dari
oksida lebih lanjut.
Setelah proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan
dengan memiringkan dapur tersebut dan kemudian baja cair dapat
dicerat. Hasil akhir dari proses Martin disebut baja Martin. Baja
ini bermutu baik karena komposisinya dapat diatur dan ditentukan
dengan teliti pada proses yang berlangsung agak lama.
Lapisan dapur pada proses Martin dapat bersifat asam atau
basa tergantung dari besi kasarnya mengandung fosfor sedikit
atau banyak. Proses Martin asam teradi apabila mengolah besi
kasar yang bersifat asam atau mengandung fosfor rendah dan
sebaliknya dikatakan proses Martin basa apabila muatannya

13
bersifat basa dan mengandung fosfor yang tinggi. Keuntungan
dari proses Martin disbanding proses Bessemer dan Thomas
adalah sebagai berikut :
1) Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang
lebih baik dengan jalan percobaan-percobaan.
2) Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran
dapat dihindarkan atau dibersihkan.
3) Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada
akhir proses menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-
baiknya.
Selain keuntungan di atas dan karena udara pembakaran
mengalir di atas cairan maka hasil akhir akan sedikit mengandung
zat asam dan zat lemas. Proses Martin basa biasanya masih
mengandung beberapa kotoran seperti zat asam, belerang, fosfor
dan sebagainya. Sedangkan pada proses Martin asam kadar
kotoran-kotoran tersebut lebih kecil.
b. Proses Dapur Listrik
Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila dilakukan
pengontrolan temperatur peleburan dan memperkecil unsur-unsur
campuran di dalam baja yang dilakukan selama proses pemurnian.
Proses pengolahan seperti ini dilakukan dengan menggunakan dapur
listrik. Pada awal pemurnian baja menggunakan dapur tungku
terbuka atau konvertor, selanjutnya dilakukan di dalam dapur listrik
sehingga diperoleh baja yang berkualitas tinggi.

Dapur listrik digunakan untuk pembuatan baja yang tahan


terhadap suhu tinggi. Dapur ini mempunyai keuntungan-keuntungan
sebagai berikut.
1) Jumlah panas yang diperlukan dapat dapat diatur sebaik-
baiknya.
2) Pengaruh zat asam praktis tidak ada.
3) Susunan besi tidak dipengaruhi oleh aliran listrik.
Sedangkan kekurangannya adalah harga listrik yang mahal.
Dapur listrik dibagi menjadi dua kelompok yaitu dapur listrik
busur cahaya dan dapur listrik induksi.
1) Dapur busur cahaya
Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari
busur api, dapur ini juga dikenal dengan sebutan dapur busur
nyala api. Dapur ini merupakan suatu tungku yang bagian atasnya
digantungkan dua batang arang sebagai elektroda pada arus bolak-
balik atau dengan tiga buah elektroda arang yang dialirkan arus

14
putar. Misalnya pada dapur Stassano busur api terjadi antara tiga
ujung elektroda arang yang berada di atas baja yang dilebur
melalui ujung elektroda itu dengan arus putar. Pada dapur Girod,
arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda yang membentuk
busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan
melalui enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke
dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang
dengan arus bolak-balik dan dapat juga menggunakan tiga buah
elektroda pada arus putar. Arus listrik membentuk busur nyala
dari elektroda kepada cairan dan kembali dari cairan ke elektroda
lainnya.
2) Dapur induksi
Dapur induksi dapat dibedakan atas dapur induksi frekuensi
rendah dan dapur induksi frekuensi tinggi. Pada dapur induksi
dibangkitkan suatu arus induksi dalam cairan baja sehingga
menimbulkan panas dalam cairan baja itu sendirii sedangkan
dinding dapurnya hanya menerima pengaruh listrik yang kecil
saja.
a) Dapur induksi frekuensi rendah, bekerja menurut prinsip
transformator. Dapur ini berupa saluran keliling teras dari
baja yang beserta isinya dipandang sebagai gulungan
sekunder transformator yang dihubungkan singkat, akibat
hubungan singkat tersebut di dalam dapur mengalir suatu
aliran listrik yang besar dan membangkitkan panas yang
tinggi. Akibatnya isi dapur mencair dan campuran-campuran
tambahan dioksidasikan.
b) Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur ini terdiri atas suatu kuali yang diberi
kumparan besar di sekelilingnya. Apabila dalam kumparan
dialirkan arus bolak-balik maka terjadilah arus putar didalam
isi dapur. Arus ini merupakan aliran listrik hubungan singkat
dan panas yang dibangkitkan sangat tinggi sehingga
mencairkan isi dapur dan campuran tambahan yang lain serta
mengkoksidasikannya. Hasil akhir dari dapur listrik disebut
baja elektro yang bermutu sangat baik untuk digunakan
sebagai alat perkakas misalnya pahat, alat tumbuk dan lain-
lainnya.

15
4. Penggunaan
a. Baja konstruksi (structural steel)
Dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur
pemadunya, yaitu baja paduan rendah (maksimum 2 %), baja paduan
menengah (2- 5 %), baja paduan tinggi (lebih dari 5 %). Sesudah di-
heat treatment baja jenis ini sifat-sifat mekaniknya lebih baik dari
pada baja karbon biasa. Baja konstruksi (structural steel), mengandung
karbon kurang dari 0,7 % C.
b. Baja perkakas (tool steel).
Dipakai untuk alat-alat potong, komposisinya tergantung bahan
dan tebal benda yang dipotong/disayat,kecepatan potong, suhu kerja.
Baja paduan jenis ini dibedakan lagi menjadi dua golongan, yaitu baja
perkakas paduan rendah (kekerasannya tak berubah hingga pada suhu
250 °C) dan baja perkakas paduan tinggi (kekerasannya tak berubah
hingga pada suhu 600°C). Biasanya terdiri dari 0,8% C, 18% W, 4%
Cr, dan 1% V, atau terdiri dari 0,9% C, 9 W, 4% Cr dan 2-2,5% V.
Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C
5. Bentuknya
a. Baja Pelat
1) Baja berupa pelat, baik pelat lembaran maupun pelat strip dengan
tebal antara 3 mm s.d 60 mm.
2) Baja pelat lembaran lebar antara 150 mm s.d 4300 mm dengan
panjang 3 s.d 6 meter.
3) Baja pelat setrip biasanya dengan lebar <600 mm dengan panjang 3
s.d 6 meter.
4) Ada yang polos dan ada yang bermotif. Namun untuk konstruksi
biasanya digunakan pelat polos. Sedangkan yang bermotif
digunakan untuk lantai bis. Cabin kapal, dll.
b. Baja Profil
Baja berupa batangan (lonjoran) dengan penampang berprofil
dengan bentuk tertentu dengan panjang pada umumnya 6 meter (namun
bisa juga dipesan di pabrik dengan panjang sampai 15 meter)
c. Baja Beton
Baja yang digunakan untuk penulangan atau pembesian beton
(untuk konstruksi beton). Pada umumnya berbentuk batangan atau
lonjoran dengan berbagai macam ukuran (dari pabrik 12 meter)
d. Baja Siku
Baja profil berbentuk siku sama kaki yang digunakan untuk
penggunaan umum dengan ukuran lebar kaki mulai 20 mm sampai 200
mm.

16
Kelebihan Baja Siku :
– Praktis,
– Mudah dalam pengerjaan,
– Dapat dibongkar pasang, dll.
Penggunaan Baja Siku :
– Atap,
– Rak Lemari,
– Sandaran buku,dll

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja
berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya.
2. Baja dapat diklassifikasikan berdasarkan:
a. Komposisi kimia
b. Mikrostruktur
c. Cara pembuatan
d. Penggunaan
e. Bentuk

B. Saran
Penulis berharap makalah ini mampu:
a. Menjadi bahan referensi bagi pembaca baik masyarakat umum maupun
mahasiswa teknik pada khususnya.
b. Menjadi referensi penunjang pada mata kuliah Material Teknik

18
DAFTAR PUSTAKA

Albert, Wina Savitri. 2012. Pengetahuan Baja-Baja Karbon


(http://caritah.blogspot.com/2012/07/baja-karbon_08.html, daikses pada 04
Oktober 2018).
Argarini, Sri. 2012. Makalah Industri Besi Baja (https://edoc.site/makalah-
industri-besi-baja-pdf-free.html, diakses pada 04 Oktober 2018).
Dany, Nova. 2016. Baja Paduan
(https://novadany11.wordpress.com/2015/06/04/baja-paduan/, diakses pada
04 Oktober 2018).
Davis, Troxell, dan Hauck. 1998. The Testing of Engineering Materials. Edisi
4.Penerbit Mc Graw Hill. New York.
Iwanuddin. 2015. Baja Karbon (https://bundaliainsidi.blogspot.com/2015/11/baja-
karbon.html?m=, diakses pda 04 Oktober 2018).
Panji, Rachmad. 2014. Baja
(http://rachmadpanji.blogspot.com/2014/08/baja.html, diakses pada 04
Oktober 2018)
Puady, Anwar. 2014. Makalah Diklat Kelompok Baja.
(http://anwarpuady.blogspot.com/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html,
diakses pada 04 Oktober 2018).

19

Anda mungkin juga menyukai