Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGUATAN LOGAM
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Metalurgi Fisik
Dosen pengampu: Ratna Dewi Anjani, S.T., M.T.

Oleh:
Muhammad Faisal Aldriansyah : 1910631150106
Muhammad Fathurrahman Trihono : 1910631150110

S-1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan, Rahmat, Inayah,Taufik
dan Hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana . Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, penunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pengetahuan tentang
penguatan logam.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Karawang, 06 Januari 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1
D. Metode Penulisan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Mekanisme Penguatan Logam ........................................................................................ 2
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
A. Saran ............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli material dan metalurgi memiliki tugas untuk membuat sebuah
paduan logam yang memiliki kekuatan tinggi namun dengan mengorbankan keuletan
serta ketangguhan dari paduan tadi. Biasanya, digunakan mekanisme penguatan
logam untuk mendapatkan kekuatan yang tinggi pada material untuk sejumlah
aplikasi.
Mekanisme penguatan berkaitan erat dengan yang namanya gerak dislokasi
dan sifat mekanik dari suatu material. Hal ini dikarenakan keadaan deformasi plastis
bergantung kepada pergerakan dari dislokasi material. Semakin jauh suatu material
dapat berdeformasi secara plastis maka sifatnya akan semakin ulet dan akan
menurunkan kekuatannya. Oleh karena itu, mekanisme penguatan bertujuan untuk
mencegah pergerakan dislokasi yang besar sehingga akan didapatkan kekuatan yang
baik dari suatu material. Mekanisme penguatan dengan menggunakan metode reduksi
ukuran butir, paduan larutan padat, dan penguatan regangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep konsep dan jenis jenis Penguatan Logam?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui Konsep-Konsep Dasar dari Penguatan Logam
2. Mengetahui jenis-jenis Penguatan Logam

D. Metode Penulisan
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai
literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan
diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
Data data yang didapat berasal dari artikel ilmiah atau jurnal ilmiah yang bersumber
dari internet.

1
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Mekanisme Penguatan Logam
Sifat mekanik logam, khususnya kekuatannya, secara langsung dapat dikaitkan
dengan sukar atau mudahnya logam tersebut berdeformasi. Secara makro, dapat
dikatakan bahwa kekuatan logam adalah indentik dengan ketahanannya terhadap
deformasi plastis.Secara mikro, deformasi plastis baru terjadi bila mana ada bidang
bidang atom yang bergeser. Pergeseran bidang atom atau slip ini terjadi bila ada
dislokasi yang bergerak dan mencapai permukaan.

Deformasi plastis makroskopis berhubungan dengan pergerakan dislokasi dalam


jumlah besar. Kemampuan sebuah logam untuk berubah bentuk secara plastis
bergantung pada kemampuan dari dislokasi untuk bergerak. Semua mekanisme
penguatan berdasar pada prinsip: membatasi atau menghalangi pergerakan dislokasi
yang menghasilkan bahan yang lebih keras dan kuat
Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan antar
pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu material logam
untuk diubah secara plastis tergantung pada kemampuan dislokasi untuk dapat
bergerak. Dengan mengurangi pergerakan dislokasi, kekuatan mekanik dapat di
tingkatkan, dimana di sebabkan energi mekanik yang di butuhkan untuk membuat
deformasi plastis akan semakin besar. Sebaliknya apabila pergerakan dislokasi tidak
ada yang menahan, logam akan lebih mudah untuk terdeformasi. Secara umum
mekanisme penguatan yang di gunakan pada material logam adalah melalui
pengerasan regang, penguatan larutan padat, penguatan presipitasi, dan penguatan
batas butir. Mekanisme penguatan memiliki 3 metode yaitu pengerasan tegangan
(strain hardening), penguatan larutan padat (solid-solution strengthening),
penghalusan butir (grain-size reduction).
a. Reduksi Ukuran Butir (Grain Size Reduction)
Ukuran dari suatu butiran atau diameter dari butir mempengaruhi kekuatan
dari suatu material. Kita tahu bahwa masing- masing butir akan memiliki orientasi
gerak yang berbeda- beda antara satu dengan yang lain. Selama deformasi plastis,
dislokasi tadi akan menabrak bagian yang disebut batas butir. Pada mekanisme
ini, batas butir tadi lah yang akan menjadi penghalang dari terjadinya dislokasi.
Sebagai contoh, pada gambar diatas antara butir A dengan butir B memiliki
orientasi pergerakan yang berbeda. Jika dislokasi bergerak searah dengan
pergerakan butir A, maka ketika dislokasi tadi bergerak kearah butir B, maka ia
akan terlebih dahulu menabrak bagian batas butir untuk kemudian mengubah arah
orientasinya mengikuti butir B. Oleh karena itu, batas butir disini dapat diartikan
sebagai barrier (penghalang). oleh Karena itu, semakin kecil ukuran dari butir atau
semakin kecil diameternya maka akan semakin banyak terdapat daerah batas butir
yang akan menjadi penghalang dari terjadinya dislokasi. Dengan demikian,
2
material dengan butir yang baik (Butir kecil) akan memiliki kekuatan yang lebih
tinggi dibanding material yang memiliki butir kasar (Butir besar) karena memiliki
lebih banyak batas butir.

Gambar 1. Gerakan dislokasi terhalang dari batas butir

Gambar 2. Diagram yang menunjukan pengaruh ukuran butir terhadap Yield Strenght
Material
b. Mekanisme Penguatan Larutan Padat (Solid Solution Hardening)
Mekanisme lainnya dari penguatan material adalah dengan menggunakan
atom lain yang disisipkan atau mengganti salah satu atom dalam unit sel.
Berdasarkan keterangan diatas, logam dalam keadaan murninya memiliki sifat
yang lemah dan lebih lembut. Dengan ditambahkannya atom lain yang disisipkan
atau digantikan, maka kekuatan dan kekerasan dari suatu material akan lebih besar
dibanding dalam keadaan murninya. Hal ini dikarenakan, atom sisipan tadi akan
mengalami dislokasi. Ukuran atom yang kecil dan besar yang terlarut akan
menurunkan energi regangan. Atom sisipan yang berukuran kecil akan
menurunkan energi regangan tekan sedangkan atom sisipan berukuran besar akan
menurunkan energi regangan tarik. Semakin banyak terdapat atom sisipan tadi,
maka energi regangan lama kelamaan akan hilang dan dislokasi juga semakin
kecil hingga hilang.

3
Gambar 3. Variasi Komposisi Nikel Terhadap Yield Strenght, Tensile Strength, dan Elongasi

Gambar 4. Representasi dari kehadiran atom lain yang berukuran bedar dan kecil terhadap
sifat mekanis logam

c. Pengerasan Regangan (Strain Hardening)


Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk
deformasi plastik (perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali
seperti semula). Penguatan ini terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur

4
kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan oleh slip (pergeseran) pada
bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip ditentukan dengan
pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak bergeser,
maka gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang
dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang
menyebabkan deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil. Jika
kristal dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan
terlihat di bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi.
Dislokasi merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan bahan berkristal.
Karena adanya tegangan dari luar, dislokasi akan bergerak kepermukaan luar,
sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu sama lain.
Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit
bergerak berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi).
Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi,
maka semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik. Pada


proses uji tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur
dan kekerasannya akan meningkat pula sedangkan massa jenis dan hantaran
listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya keuletan. Kristal
logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan yang
luar biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat
ditingkatkan sampai kira–kira 900 MPa oleh pengerasan regangan (Surdia Tata:
1984). Inilah yang melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam
merupakan sesuatu yang berguna. Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik
mulur didapat dengan jalan membagi beban oleh luas penampang asal batang uji,
biasanya dipakai pada perencanaan mesin–mesin. Tegangan ini dinamakan
tegangan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah, maka luas
penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat dinyatakan
dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang
dinyatakan dalam tegangan teknis atau tegangan nominal sering dipakai dalam
bidang teknik, yaitu tegangan dalam ordinat fasa gambar 1.1 dinyatakan dalam
tegangan nominal. Jika tegangan dinyatakan dalam tegangan sebenarnya σ’ dan
regangan dalam regangan sebenarnya ε’

ε’=ln(l/lo)

dan dengan regangan teknik ε

ε’=l(1+ε)

Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh


persamaan

σ’=Kε’n

dengan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta

5
n = konstanta

K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan deformasi
tertentu. Gambar diatas menyatakan perbandingan antara kurva tegangan–
regangan teknis dan kurva tegangan regangan sebenarnya. Dan persamaannya
dapat dirumuskan log σ’ = log K + n ε’

Jadi jika tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik
logaritma, daerah deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya
merupakan harga n. Jika keadaan deformasi tertentu diperhitungkan, regangan
sebenarnya sama dengan perubahan regangan memanjang dan melintang, atau
regangan dari tarikan dan tekanan. Selanjutnya regangan ε’neck pada permulaan
pengecilan setempat dari pengujian tarik sama dengan harga n. Berikut adalah
nilai K dan n.

Hubungan antara elastisitas dan strain hardening Ø Pada daerah elastic bahan
mengikuti Hukum Hook (E = σ / ε) Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan
mengalami deformasi plastis. Seperti yang telah dijelaskan, deformasi berlanjut
jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n lebih dari 0. Flow
curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu logaritma.
Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini:

1. Faktor yg mempengaruhi
2. Dengan dislokasi
3. Dengan perlakuan panas
4. Contoh pengerjaannya d roll
5. Data yang mendukung contohnya material apa, kekuatannya, dan berapa, dll.

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di
bawah titik leleh (≤ 7230°C). Alasan untuk pengerasan regangan (strain
hardening) adalah meningkatkan kerapatan dislokasi dengan deformasi plastik.
Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan dislokasi mulai memblokir gerakan
satu sama lain. Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk menyatakan
tingkat deformasi plastis.

6
Gambar 5. Pengerasan Regangan

d. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening)

Pengerasan presipitasi, atau usia pengerasan, menyediakan salah satu


mekanisme yang paling banyak digunakan untuk penguatan paduan logam.
Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini didirikan pada awal bekerja di US
Bureau of Standards on Duralumin. Pentingnya saran teoritis untuk
pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah. Pada akhir abad ke-19, besi
cor adalah satu-satunya paduan komersial yang penting belum diketahui teknologi
barat pada zaman Romawi. Ketika usia pengerasan aluminium ditemukan secara
tidak sengaja oleh Wilm, selama tahun-tahun 1903-1911, dengan cepat menjadi
paduan komersial yang penting di bawah nama dagang Duralumin. Kekuatan dan
kekerasan dari beberapa paduan logam dapat ditingkatkan dengan pembentukan
seragam tersebar sangat kecil partikel fase kedua dalam fase matriks asli dalam
proses yang dikenal sebagai presipitasi atau usia pengerasan. Partikel endapan
bertindak sebagai hambatan untuk gerakan dislokasi dan dengan demikian
memperkuat paduan dipanaskan. Banyak paduan aluminium berbasis, tembaga –
timah, baja tertentu, nikel berbasis super-paduan dan paduan titanium dapat
diperkuat dengan proses pengerasan usia. Agar sistem paduan untuk dapat
menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada solusi yang solid terminal yang memiliki
kelarutan padat menurun karena penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin adalah
paduan aluminium kelompok 2XXX) menunjukkan jenis penurunan
sepanjang solvus antara α dan α + θ daerah. Pertimbangkan 96wt% Al – paduan
Cu 4wt% yang dipilih karena ada degrease besar di kelarutan padat larutan α padat
dalam mengurangi suhu dari 550°C sampai 75°C.

7
Gambar 6. Diagram fasa Al-Cu menunjukkan tiga langkah dalam perlakuan panas usia
pengerasan dan mikro yang dihasilkan
Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini, Paul D. Merica
dan rekan-rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas pada
kekerasan alloy dan pengaruh komposisi kimia pada kekerasan. Di antara yang
paling penting dari temuan mereka adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2
dalam aluminium meningkat dengan meningkatnya Suhu. Meskipun fase tertentu
yang bertanggung jawab untuk pengerasan ternyata terlalu kecil untuk diamati
secara langsung, pemeriksaan optik mikro memberikan identifikasi beberapa
tahapan lain yang hadir. Para penulis melanjutkan untuk mengembangkan
penjelasan mendalam untuk perilaku pengerasan Duralumin yang cepat menjadi
model yang tak terhitung yang modern paduan kekuatan tinggi telah
dikembangkan. Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli:
1. Usia-pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan-suhu kelarutan
konstituen pengerasan dalam aluminium.
2. Konstituen pengerasan adalah CuAl2.
3. Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam bentuk lain
daripada dispersi atom, dan mungkin dalam bentuk molekul, koloid, atau
kristal halus.
4. Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan dengan
ukuran partikel nya.

8
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam masa pemulihan atau disebut juga recovery, sebagian energi
regangannya di simpan logam di lepaskan akibat dari peningkatan dufusi atom pada
suhu di naikan. Karena energi tersebut, dislokasi yang semula saling menghambat,
mulai bergerak membentuk sususan stabil sehingga terjadi pengurangan jumlah
dislokasi. Dislokasi yang terbentuk pada tahap ini memiliki energi regang yang kecil,
dalam proses ini tidak mengubah stuktur butir logam. Rekristalisasi merupakan proses
pembentukan sejumlah butir baru yang rata sisi, bebas energi regangan dan kepadatan
dislokasinya cukup rendah. Kondisi tersebut memiliki ketika deformasi plastis belum
dilakukan. Selama proses ini berlangsung, sifat-sifat mekanis, seperti kekerasan dan
kekuatan menurun, serta kembali seperti kondisi sebelum pengerjaan dingin, pada
proses ini, atom-atom bergerak dan menata kembali dan penataan ini lebih mudah
pada suhu tinggi. Suhu rekristalisasi didefinisikan sebagai suhu dimana butiran baru
mulai muncul pada butiran yang lama.
A. Saran
Kebanyakan material aluminium ditingkatkan kekuatannya dengan suatu
mekanisme penguatan bahan logam yang disebut precipitation hardening. Paduan
aluminium AA2024 dengan kekuatan tinggi yang banyak dipakai pada struktur
pesawat terbang memiliki kekurangan dan keterbatasan, khususnya pada kombinasi
kekuatan dan ketahanan retaknya, oleh karena itu untuk para perekayasa material
dengan temper T6 disarankan:
a. Waktu penahanan (holding time) untuk perlakuan panas pelarutan dilakukan
lebih dari 6 jam.
b. Waktu penahanan (holding time) untuk perlakuan panas penuaan (aging)
dilakukan lebih dari 3 jam untuk mendapatkan partikel intermetalik yang lebih
banyak.

9
DAFTAR PUSAKA

Ichsan Madta. 2017. Mekanisme Penguatan Logam.Makalah UTS.


https://materialengineeringranggaagung.wordpress.com/2018/01/02/artikel-mekanisme-
penguatan-logam/
Ratna Dewi Anjani, 2021. Mekanisme Penguatan Logam. Ppt.

10

Anda mungkin juga menyukai