Anda di halaman 1dari 13

Alat – Alat Pengukur Debit Air

1. Alat Hitung Manual


a. Dengan Menggunakan Current Meter
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus) dilakukan dengan
cara merawas, dari jembatan, dengan menggunakan perahu, dengan menggunakan winch
cable way dan dengan menggunakan cable car.
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel penduga tidak
tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi dengan besarnya sudut
penyimpangan.

Pengukuran debit dengan current meter


Pengukuran dengan merawas dilakukan apabila kedalaman air tidak lebih dari 1,2 m dan
kecepatan air lebih kecil dari 1 m/detik, apabila kedalaman dan kecepatan arus air lebih dari
kriteria tersebut maka pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu
pengukuran yang lain.
Tahapan pengukuran dengan menggunakan current meter adalah sebagai berikut:
1) Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu:
 1 (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap
 2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masing-masing 1 m
 Kartu Pengukuran
 Alat Tulis
 Alat pengambilan sample air
 Botol tempat sample air
 Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll.
2) Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak lurus
dengan arah arus air dan tidak melendut
3) Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal ± 1/20 dari lebar sungai dan jarak
minimum = 0.50 m
4) Berikan tanda pada masing-masing titik
5) Baca ketinggian muka air pada pelskal
6) Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada kartu pengukuran seperti nama sungai
dan tempat, tanggal pengukuran, nama petugas dll.
7) Catat jumlah putaran baling – baling selama interval waktu yang telah ditentukan (40 –
70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik), apabila
arus air cepat waktu yang digunakan lebih pendek (misal 40 detik)
8) Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan rumus
baling – balingtergantung dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan berat
bandul)
9) Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan rumus :
 Apabilapengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d) contoh (vertikal 2) maka v rata
– rata = v pada titik tersebut
 Apabilapengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d) contoh (vertikal 3) maka v rata –
rata = (v0.2 + v0.8) / 2
 Apabilapengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 – 0.8 d dan 0.6 d) contoh (vertikal 4) maka
v rata – rata = [{(v0.2 + v0.8) / 2} + (v0.5 atau v0.6 )] / 2
10) Hitung luas sub/bagian penampang melintang
11). Hitung debit pada setiap sub/bagian penampang melintang
12). Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12 untuk seluruh sub bagian
penampang
13). Hitung debit total (Q total)
Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan debit dari seluruh debit pada sub/ bagian
penampang
Q (total) = q1 + q2 + q3 + … + qn
14). Hitung luas seluruh penampang melintang (A)
Luas seluruh penampang melintang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh luas pada
sub/bagian penampang dengan : A = a1 + a2 + a3 + … + an
15). Hitung kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang (V)
Kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang = debit total / luas seluruh penampang
melintang atau V = Q total / A
16). Catat waktu dan tinggi muka air pada pelskal segera setelah pengukuran selesai pada
kartu pengukuran.
17). Catat hasil perhitungan butir 14 sampai dengan 16 pada kartu pengukuran
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya:

a. Merawas
Pengukuran debit dengan cara merawas adalah petugas pengukur langsung masuk
ke dalam badan air. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang
petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas
2. posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak boleh
menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang diukur
3. letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara 2,5 – 7,5 cm di hilir kabel
baja yang telah dibentangkan
4. hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan penampang
melintang
5. apabila posisi current meter (arah aliran) tidak tegak lurus terhadap penampang
melintang sungai, maka besarnya sudut penyimpangan perlu dicatat untuk menghitung
koreksi kecepatan di vertikalnya.
n menggunakan perahu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. dilakukan apabila tidak memungkinkan pengukuran dengan cara merawas
2. alat ukur arus dilengkapi dengan alat penggulung kabel (sounding reel) dan
pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan)
3. posisi alat ukur harus berada di depan perahu
4. kabel yang digunakan untuk mengukur lebar sungai (tagline) harus terpisah dari
kabel yang digunakan untuk menggantungkan perahu
5. apabila lebar sungai lebih dari 100 m, atau sungai digunakan untuk transportasi
air maka kabel penggantung perahu tidak dapat digunakan. Pengaturan posisi
perahu diatur dengan menggunakan sextant meter agar lintasan pengukuran
tetap berada pada satu jalur sehingga lebar sungai sesuai dengan lebar sungai
sesungguhnya. Metode ini disebut metode sudut (angular method). Selain
metode ini dapat juga digunakan metode perahu bergerak.

Metode merawas

b. Perahu
Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas pengukur menggunakan
sarana perahu sebagai alat bantu pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri
dari 3 orang, 1 orang petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang
petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data
pengukuran.
Petugas pelaksanaan pengukuran denga

Metode perahu

c. Sisi jembatan
1. Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran dilakukan dari sisi
jembatan bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan yang digunakan tidak
terdapat pilar. Peralatan yang digunakan adalah bridge crane, sounding reel,
tagline, dan 1 set current meter + pemberat yang beratnya tergantung dari
kecepatan aliran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang
petugasmengoperasikan bridge crane dan peralatan pengukur dan 1 orang
petugas mencatat data pengukuran.
2. Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat fasilitas
jembatan, dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya
cukup deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan
menggunakan perahu.

Metode Jembatan

d. Cable Car (Kereta Gantung)


Cable car adalah alat bantu pengukuran berupa kereta gantung yang
digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat ukur lebar
sungai, dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur dan
dudukan sounding reel. Peralatan yang digunakan adalah current meter lengkap
dengan ekor panjang dan pemberat yang disesuaikan dengan kondisi kecepatan
dan kedalaman aliran. Petugas pengukur terdiri dari 2 orang, 1 orang
petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data
pengukuran.
Metode Kereta Gantung

e. Winch Cable Way


Pengukuran debit dengan menggunakan winch cable way dilakukan dari pinggir
sungai dengan menggunakan peralatan winch cable way. Petugas pengukur
minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1
orang petugas mencatat data pengukuran.
Lokasi penempatan winch cable way harus memenuhi persyaratan teknis seperti
halnya tempat pengukuran dengan metode lainnya. Persyaratan tersebut antara
lain pada bagian alur sungai yang lurus, aliran laminar dan merata, dll.
Peralatan winch cable way yang terdiri dari:
1. Kabel pengukur lebar sungai
2. Kabel pengukur kedalaman air juga berfungsi sebagai kabel penghantar listrik
untuk menghitung jumlah putaran dan juga berfungsi sebagai
penggantung current meter + pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran
(kedalaman dan kecepatan)
3. Kabel utama (main cable) yang berfungsi sebagai penggantung semua peralatan
yang digunakan. Kabel utama diikatkan pada dua buah tiang yang dipasang pada
kedua tebing sungai, dan salah satu tiangnya digunakan untuk menempatkan
pengerek (winch)
4. Pengerek (winch) yang berfungsi untuk menggulung kabel pengukur lebar sungai
dan kabel pengukur kedalaman air. Winch dapat terdiri dari 2 (double drum
winch) atau hanya terdiri dari 1 winch (single drum winch)
Metode Winch cable

b. Dengan Menggunakan Pelampung


Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan metode
konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung.
Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasa digunakan pada saat
banjir dimana pengukuran dengan cara konvensional tidak mungkin dilaksanakan karena
faktor peralatan dan keselamatan tim pengukur.
 Lokasi Pengukuran
Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan syarat-syarat lokasi sebagai
berikut :
1. Syarat lokasi pengukuran seperti pada metode konvensional
2. Kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah
3. Geometri alur dan badan sungai stabil
4. Jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar sungai pada kondisi banjir
 Peralatan Pengukuran
1. alat pengukur jarak
2. alat pelampung
3. alat pengukur waktu (stop watch)
4. alat penyipat ruang (theodolith)
 Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang basah dapat dilakukan pada saat sungai tidak sedang banjir yaitu
sesudah atau sebelum banjir. Pengukuran paling sedikit 2 penampang melintang yaitu di
hulu dan di hilir yang merupakan titik awal dan titik akhir lintasan penampang. Luas
penampang basah sungai didapat dengan cara merata-rata luas kedua penampang basah
yang telah diukur.
 Tahapan Pengukuran
a. Persiapan
1. Pilih lokasi pengukuran
2. Siapkan pelampung
3. Siapkan peralatan untuk mengukur jarak antara dua penampang
4. Siapkan peralatan untuk menentukan posisi lintasan pelampung
5. Siapkan peralatan untuk memberi aba-aba
6. Siapkan alat pencatat waktu
7. Siapkan alat tulis
b. Pelaksanaan Pengukuran
1. Lakukan pembacaaan tinggi muka air pada pos duga air di awal pengukuran
2. Letakan alat penyipat ruang di tengah-tengah antara penampang hulu & hilir
3. Ukur jarak antara penampang hulu dan penampang hilir
4. Lepaskan pelampung kira-kira 10 meter di hulu penampang hulu
5. Ukur sudut azimuth posisi pelampung pada saat pelampung melalui penampang hulu dan
penampang hilir. Pada saat itu juga catat waktunya
6. Ulangi pekerjaan (d) dan (e) sampai pelampung terakhir
7. Catat tinggi muka air pada akhir pengukuran
c. Perhitungan Debit
1. Gambar penampang basah di hulu dan hilir
2. Gambar lintasan pelampung
3. Hitung panjang tiap lintasan pelampung
4. Hitung kecepatan aliran permukaan tiap pelampung, untuk mendapatkan kecepatan
aliran sebenarnya maka kecepatan aliran permukaan tiap pelampung harus dikalikan
dengan koreksi yang besarnya berkisar antara 0.7 dan 0.8 tergantung dari panjang
pelampung dan proses lintasan pelampung
5. Gambar grafik kecepatan aliran
6. Tentukan bagian penampang basah
7. Tentukan nilai kecepatan aliran pada setiap batas bagian penampang
8. Hitung kecepatan rata-rata pada setiap bagian penampang basah
9. Hitung luas bagian penampang basah
10. Hitung debit untuk setiap bagian penampang basah
11. Hitung debit total
12. Hitung tinggi muka air rata-rata

Metode Pelampung
c. Dengan Menggunakan Larutan
Debit aliran dapat diukur dengan menggunakan larutan zat kimia. Metode larutan ini baik
digunakan pada lokasi pengukuran yang alur sungainya dangkal, aliran relatif turbulens dan
kecepatan aliran cukup tinggi. Larutan zat kimia yang biasa digunakan adalah Sodium
Chlorida (NaCl) atau yang biasa kita kenal dengan garam dapur.
Metode Larutan
 Tahapan Pengukuran
1. tentukan lokasi pengukuran
2. ukur penampang basah di hulu dan di hilir dengan jarak antara dua penampang tersebut
L
3. tuangkan larutan zat kimia secara terus menerus di hulu dari penampang basah hulu
4. ukur konsentrasi di penampang hulu dan penampang hilir hingga puncak konsentrasi
sampai normal dengan alat electric conductivity
5. hitung waktu antara puncak konsentrasi di penampang hulu dan penampang hilir (T)
Pada metode ini larutan zat kimia dapat pula diganti dengan menggunakan zat warna.
Perjalanan zat warna dari penampang hulu ke penampang hilir dapat diamati secara
manual.

d. Dengan Menggunakan Bangunan Hidraulik


Debit aliran dihitung dengan menggunakan rumus hidrolika dimana koefisiennya dapat
ditentukan dari hasil kalibrasi di laboratorium dengan model tes atau dapat dilakukan
pengukuran debit dengan current meter pada berbagai elevasi muka air untuk mencari
koefisiennya.

2. Alat Ukur Digital


A. Flowatch FL-03,Alat Ukur Arus,Debit Air Sungai dan kecepatan Angin
FLOWATCH FL-03 adalah Alat pengukur Multifungsi dapat mengukur kecepatan Arus
Air, debit sungai, Dan Laut juga dapat mengukur kecepatan angin. kemampuan
mengukur Arus untuk Artikel satuan km / jam, mph, knot, m / s, cm / detik akurasi
hingga kurang lebih 5% bahasa Dari - 10 ' + 50' C Dan kemampuan pengukuran bahasa
Dari 2 hingga 150 km / Jam.

Spesifikasi :

- Berat ( Tampilan Unit) 8.3 oz ( 230 g)


- Dimensi ( Display Unit) 2.5 " x 2, 5" x 5, 1 " ( 6, 4 × 6, 4 × 13 cm).
- Dimensi ( Kasus Termasuk) 25" × 13.5 " × 3, 5" ( 63, 5 × 34 × 9 cm).
- Arus kecepatan Unit km / jam, mph, knot, m / s dan cm / detik Kecepatan.
- Arus Akurasi + / - 5% dari - 10 ° + 50 ° C.
- Arus Rentang Kecepatan 2 sampai 150 km / jam.
- Temp Unit ° C, ° F dan angin dingin Akurasi Temp + / - 1 ° Temp Fungsi Sekarang,
minimum, rata-rata, suhu maksimum dan Kit angin dingin faktor Termasuk:
- Waterproof Display-60mm Air Impeller-25mm Air Impeller-1.2m telescoping Karbon
Rod w / 2m

Cara Kerja:
-Siapkan alat ukur digital / current meter Flowatch FL-03
- Ukur kedalaman sungai (H)
- Pasang alat pada (kedalaman sungai (H) x 0.6) dari permukaan air
-Catat debit yg tertera pada layar digital

B. Dengan Menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)


ADCP adalah alat pengukur arus dimana kecepatan arus air dapat terpantau dalam 3
dimensi pada suatu penampang melintang sungai dengan menggunakan efek
dari doppler pada gelombang supersonic. Alat ini dipasang di perahu dan akan mengukur
air di sungai secara cepat bila perahu melalui suatu penampang sungai.

Cara bekerjanya peralatan ADCP adalah air sungai yang mengandung larutan sedimen,
tanaman, kayu, dll. merupakan media untuk memantulkan
gelombang supersonic didalam air secara tegak lurus dalam 2 arah yang dikirim oleh
peralatan ADCP. Dengan menghitung data sistim transmisi, distribusi kecepatan arus 3
dimensi pada tampang aliran dapat diketahui. Profil kecepatan arus digunakan untuk
mengintegrasikan arah aliran vertikal dan susunan keepatan arus terhadap tampang
horizontal sungai dan digunakan untuk menghitung debit aliran
Keuntungan dan kerugian menggunakan peralaran ADCP ini :
 Pengukuran kecepatan dapat dilakukan secara cepat
 Distribusi kecepatan arus secara 3 dimensi dapat teramati
 Kondisi kecepatan aliran, dan debit dapat langsung diketahui
 Pada kondisi dimana banyak kayu besar yang terbawa dapat menghantam alat ADCP
 Pengukuran sulit untuk dilakukan pada malam hari dan sungai yang berkelok-kelok
 Komunikasi antara perahu radio kontrol dan kontrol transmisi radio maksimum berjarak
1000 meter
Sumber:
https://raharjabayu.wordpress.com/2011/06/13/pengukuran-debit-dan-pengambilan-
sampel/

http://homestore76.blogspot.com/2013/07/flowatch-fl-03alat-ukur-arusdebit-air.html
SEMIMEN – SEDIMEN YANG BERASAL DARI PERISTIWA ERUPSI
GUNUNG BERAPI
1) SUNGAI TUKAD DAN GUNUNG AGUNG
Sungai Tukad Unda di Klungkung jadi
salah satu spot foto yang populer di mata
traveler. Namun kini, 'tirai air' cantik itu
dipenuhi aliran lahar dingin Gunung
Agung.

Pantauan detikcom di Tukad Unda,


Semarapura, Klungkung, Bali, Selasa
(28/11/2017) pukul 11.30 WITa, aliran
lahar dingin membuat sungai yang
biasanya bening itu menjadi cokelat.
Sedimen abu vulkanik mulai menumpuk
di pinggir sungai.
SUMBER :
https://travel.detik.com/domestic-
destination/d-3746469/sungai-cantik-di-
klungkung-jadi-korban-lahar-dingin-
gunung-agung

2) SUNGAI BADENG DAN GUNUNG RAUNG

Hujan lebat yang mengguyur mengakibatkan


lereng Gunung Raung dilanda banjir. Air
terlihat membesar di sepanjang aliran
Sungai Badeng di Desa Sumberbulu,
Kecamatan Songgon.
Air banjir terlihat keruh disertai material
lumpur yang diduga berasal dari sedimen
lereng gunung yang mengalami longsor.
Banjir menghantam seluruh sisi sungai
hingga menyebabkan kerusakan.
Lahan pertanian, maupun jembatan
penghubung terlihat rusak parah akibat
kuatnya terjangan air. Hingga saat ini,
dilaporkan hujan masih turun dan banjir
semakin membesar menuju ke arah
hulu.“Sepanjang hari bahkan sampai saat
laporan ini disampaikan hujan masih turun
dg intensitas tinggi mengakibatkan debit air di semua Daerah Aliran Sungai di wilayah
Kecamatan Songgon meningkat diantaranya Sungai Badeng, Sungai Binau dan Sungai Kumbo
SUMBER :https://www.senayanpost.com/hujan-lebat-lereng-gunung-raung-banjir-bandang/

3) SUNGAI BATI DAN GUNUNG PENDIL & RAUNG

Sungai Bati atau sering disebut Kali


Badeng, Banyuwangi, mengalami
pendangkalan 6 bulan. Tak hanya
pendangkalan, air sungai yang
dinobatkan sungai terbersih di
Banyuwangi ini, berwarna coklat keruh.

Menurut Ali, pendangkalan dan


keruhnya air sungai Bate ini, disebabkan
adanya longsoran sedimen di Gunung
Pedil yang merupakan gunung api, yang
bersebelahan dengan Gunung Raung
berbatasan dengan Kabupaten
Bondowoso. Longsoran tersebut
mengarah ke daerah aliran sungai.
Sehingga beberapa dam yang berada di
bagian hulu di Desa Sumberarum
mengalami sedimentasi yang cukup
tebal. "Yang longsor adalah Gunung pendil dekat dengan Gunung Raung. Sebenarnya
perbatasan dengan Bondowoso namun arah longsorannya ke Banyuwangi dan yang
terdampak adalah daerah aliran sungai Bati atau Kali Badeng,"
SUMBER : https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3969568/sungai-ini-dulu-terbersih-
se-banyuwangi-sekarang-begini-kondisinya
4) SUNGAI CITARUM DAN GUNUNG SUNDA
Sungai Citarum, Warga bercocok tanam di
atas tanah hasil dari proses sedimentasi
aliran sungai Citarum di kampung haur hapit
desa Bojongsari kecamatan Bojong soang
kabupaten Bandung. Kamis, 5 April 2018 lalu.
Selain terdampak limbah, sungai Citarum
juga menghadapi penyempitan lebaran
aliran sungai akibat sedimentasi pada
bantaran sungai yang kini banyak
dipergunakan warga untuk bercocok tanam.
Pakar geologi, T Bachtiar dan Dewi Syafriani,
memaparkan bahwa setelah meletusnya
Gunung Sunda terbentuklah Danau Bandung
Purba dalam perkiraan antara 210-105.000
tahun yang lalu (TB dan DS, Bandung Purba,
2004: 201). Material letusan gunung
tersebut menyumbat Sungai Citarum Purba
sebelah barat di Cukangrahong dan Curug
Jompong di timur.
SUMBER:https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3969568/sungai-ini-dulu-terbersih-
se-banyuwangi-sekarang-begini-kondisinya

5) SUNGAI CILETUH DAN GUNUNG SEWU & KENDENG

Sungai-sungai di kawasan sukabumi (Sungai


Ciletuh) ini berwarna kecoklatan karena
sedimentasi lumpur akibat musim hujan dan
sedimentasi dari gunung sewu dan gunung
Kendeng yang merupakan gunung vulkanik , tapi
menurut warga sekitar aktivitas pertambangan
emas di hulu sungai juga punya andil. Material
lumpur mengendap di Pantai Palangpang, Teluk
Ciletuh sebagai mozaik kecil dari “nama besar”
Geopark Nasional Ciletuh-Pelabuhan Ratu seluas
126 ribu hektar.
Terungkap kandungan logam berat merkuri pada
air di hulu Sungai Ciletuh tercatat 0,013 mg/l,
padahal batas baku mutu air permukaan hanya
0,005 mg/l. Di sisi hilirnya malah lebih parah,
angkanya 0,027 mg/l. Hal yang sama terjadi pada
Sungai Cikanteh, yang kandungan merkuri di
hilirnya sempat tercatat 0,022 mg/l.
SUMBER :https://tirto.id/menyibak-harta-karun-
batuan-purba-di-ujung-selatan-jawa-barat-cC6Q

Anda mungkin juga menyukai