Anda di halaman 1dari 33

PENGENALAN PERENCANAAN

PERKERASAN JALAN
PENDAHULUAN

• Jaringan jalan umumnya direncanakan untuk memenuhi mobilitas


dan aksessibilitas pergerakan orang dan barang dalam suatu wilayah.
• Perencanaan dan pembinaannya dilakukan dengan penekanan pada
efisiensi, dengan pendayagunaan semaksimal mungkin dari sumber
daya yang ada dan terbatas.
• Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban
kendaraan di atasnya sehingga diperlukan suatu konstruksi yang
dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang
diterimanya.
• Jenis Konstruksi ini dikenal dengan Perkerasan (Pavement) jalan
yang didefinisikan sebagai lapisan yang relatif stabil yang dibangun di
atas tanah asli atau tanah dasar yang berfungsi untuk menahan dan
mendistribusikan beban kendaraan serta sebagai lapisan penutup
permukaan
Perkembangan Perkerasan

• Sejalan dengan perkembangan pengangkutan barang.


• Sebelum mengenal hewan sebagai alat angkut
• Setelah mengenal hewan sebagai alat angkut
• Diikuti juga dengan perkembangan bahan perkerasan dan metode
perencanaannya
• Awalnya adalah jalan setapak berupa jalan tanah
• Lalu diikuti dengan Jalan tanah dengan meratakan permukaan yang
dipadatkan secara sederhana, -- Mudah rusak dan sangat sensitf
terhadap beban berat
• Untuk meningkatkan kualitas jalan tanah lalu dilapisi dengan blok-
blok batu di Mesir (bangsa Yunani Abad 5), dan abad ke 12 bangsa
INCA yang hidup di pegunungan Andes di pantai Barat Amerika
Selatan juga membuat perkerasan jalan dari blok-blok batu besar
• Setelah mengenal kendaraan beroda bangsa Romawi mulai abad 4
SM sampai abad 4 M telah membuat perkerasan jalan secara
berlapis.
Perkembangan Perkerasan
• Pada Abad ke 18 “Thomas Telford” (1757 – 1834) ahli jembatan
lengkung dari batu menciptakan konstruksi jalan yang perinsipnya
seperti jembatan lengkung “desak-desakan” dengan menggunakan
batu-batu belah yang dipasang berdiri. (Sistem Telford)

• Pada waktu yang sama “John London Mc Adam” (1756 – 1836)


memperkenalkan konstruksi perkerasan dengan prinsip tumpang
tindih dengan menggunakan batu-batu pecah berukurab terbesar 3”.
Perkerasan ini sangat berhasil dan merupakan prinsip pembuatan
jalan secara masinal (memakai mesin) disebut juga dengan”Sistem
Macadam.

• Pada Abad ke 20, setelah perang dunia I (1920) banyak negara


mulai memperhatikan pembangunan jalan raya karena makin
banyaknya angkutan barang dengan kendaraan bermotor
Sistem Perkerasan Jalan

Sistem Jalan Zaman Romawi

Macadam

Sistem Telford
Konstruksi Jalan Secara Umum

• Tanah dasar, Merupakan badan jalan yang disiapkan sedemikian


rupa sehingga cukup padat, kedap air, stabil, tidak retak waktu
kemarau dan tidak licin diwaktu hujan. Tanah dasar harus memberi
bentuk jalan dan mempertahankan bentuk tersebut pada saat
lapisan diatasnya dihampar.
• Lapis Pondasi, biasanya lapis pondasi bawah dan lapis pondasi
atas, yang merupakan pondasi dari struktur perkerasan. Distribusi
beban dan kekuatan struktur ditentukan pada lapisan ini.
• Lapis Permukaan, merupakan lapisan yang kontak langsung
dengan beban (roda kendaraan). Lapis permukaan sudah
termasuk lapis aus, tetapi tidak jarang ada beberapa lapisan
ditambah dengan lapis aus khusus. Karena kontak langsung
dengan beban kendaraan maka lapisan ini akan mengalami
tekanan, geser, dan bahkan torsi sekaligus sehingga lapisan ini
selain harus kuat, juga harus stabil dan memiliki daya tahan yang
cukup baik
Bentuk Konstruksi Perkerasan Jalan Yg Lazim

LAPISAN PE¿IUTUP/ASPALAN
I SURFACE )
JALUR LALU-LINTAS
PUI\IDAK JALAN
( BERM. SHOULDER )

PERKERASAf4 BAWAH
( SUB—BASE )
TANAH DASAR PERKERASAN ATAS
(SU8-GRADE) ( BASE )

A - LAPISAN PENUTUP/ A6PALAN


* Aj = LAPISAN PGNUTUP
( SURFACE )
B1 A$ = LAPISAN PENGIKAT
[ BINDER )
B = PERKERASAN
1 - ERKERASAN ATAS
(BASE)
9g - PERKERASAN BAWAH
(SUB-BASE}
C = TANAH DASAR (SUB—GRADEJ,
Tipe Struktur Perkerasan
• Struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 3 tipe
1. Struktur Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
2. Struktur Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
3. Struktur Perkerasan Komposit (Composite Pavement)

• Pengelompokan struktur perkerasan tersebut umumnya lebih


didasarkan pada bahan perkerasan yang digunakan (lebih pada
bahan pengikatnya)

• Struktur perkesaran lentur umumnya menggunakan lapisan beton


aspal sebagai lapis permukaan, dan kadang-kadang lapisan
dibawahnya
• Sementara struktur perkerasan kaku menggunakan plat beton
sebagai komponen struktur utamanya
Struktur Perkerasan Jalan

Lajur Lalu Lintas Elolxi Jalan

Lapisan
Psrmukaan

Lapisan Pondasi

Lapisan
Pondasi Bawah

Tanah Dasar

Gambar 1-1: Struktur perkerasan lentur tipikal

Lajur Lalu Lir/las Baht Jalan

Pglat Beton
SBm6n

Lspisan
Pondasi B8W8h

Tanah Dasar

Gambar 1-2: Stniktur perkerasan kaku tiplkal


Komponen Utama Perencanaan Perkerasan Jalan

• Umur Rencana : Ditentukan atas dasar pertimbangan klasifikasi


fungsional jalan, pola lalu lintas serta nilai ekonomi jalan yang
bersangkutan. Nilai ekonomi ini didasarkan antara lain denga
metoda Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), dan
Internal Rate of Return (IRR), atau kombinasi dari metoda-metoda
tersebut dan cara lainnya, yang tidak terlepas dari pola
pengembangan wilayah.
• Lalu Lintas dan Komposisinya : Volume dan komposisi beban
sumbu, kemungkinan pengembangan lalu lintas (baik pertumbuhan
normal, dialihkan, atau tertarik) terhadap rencana jalan baru ini.
• Daya dukung tanah dasar : dari data CBR dan penyelidikan tanah
lainnya
• Faktor Regional : Curah Hujan, Keadaan Medan, dan Persentase
kendaraan berat
Beban Kendaraan pada Jalan
• Beban sumbu standar kendaraan direpresentasikan dalam Muatan
Sumbu Terberat (MST), dimana untuk kelas jalan paling tinggi (arteri
kelas I) diizinkan dengan MST 10 ton, sedangkan untuk kelas jalan
paling rendah (kelas III C) hanya dengan MST 8 ton (UU No. 22
tahun 2009)
• Pengujian AASHO antara tahun 1957 dan 1961 yang dituangkan
dalam AASHTO (1972) dan AASHTO (1993) menunjukkan bahwa
efek kerusakan pada perkerasan jalan oleh kendaraan bergantung
pada beban sumbunya. Analisis statistik dari data yang ada
menunjukkan bahwa efek kerusakan akibat sumbu kendaraan
secara proporsional mendekati “pangkat empat” dari beban yang
dibawanya.
• Sumbu dengan beban 18.000 lbs (8.16 ton) didefinisikan dalam
AASHO sebagai sumbu standar dengan derajat kerusakan pada
jalan sebesar 1.00 (satu). Sementara faktor kerusakan pada jalan
untuk jenis kendaraan yang lebih ringan dan yang lebih besar
dinyatakan sebagai faktor ekivalen.
KERUSAKAN PERMUKAAN JALAN

1. RETAK (CRACKING) Terdiri dari :


• Retak halus, Kulit buaya, pinggir, retak sambungan bahu,
sambungan jalan, sambungan pelebaran, refleksi, susut, selip.
2. DISTORSI (DISTORSION) terdiri dari :
Alur, Keriting, Sungkur, Amblas, Jembul.
3. CACAT PERMUKAAN (DIINTEGRATION) terdiri dari :
Lubang, pelepasan butir, pengelupasan.
4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE) :
Permukaaan jalan menjadi licin.
5. KEGEMUKAN (BLEEDING OR FLUSHING) :
Bleeding atau Flushing.
6. PENURUNAN PD BEKAS PENANAMAN UTILITAS :
Bekas galian utilitas listrik, telpon dan telpon.
Retak halus
RETAK KULIT BUAYA
RETAK PINGGIR
RETAK PADA SAMBUNGAN JALAN
RETAK SAMBUNGAN PADA PELEBARAN JALAN
RETAK REFLEKSI
RETAK SUSUT
RETAK SLIP
ALUR
KERITING (CORRUGATION)
SUNGKUR (SHOVING)
AMBLAS (GRADE DEPRESSIONS)
CACAT PERMUKAAN (DESINTEGRASI)
KEGEMUKAN
LUBANG (POTHOLES)
PERBAIKAN LUBANG
PERBAIKAN LUBANG
PELEPASAN BUTIR
PENURUNAN PD BEKAS UTILITAS
• Referensi
• AASHTO, 1993, American Association of State Highway and Transportation Officials, Guide for
Design of Pavement Structures, Washington D.C.
• AASHTO, 1990, Standard Spesification for Transportation Materials and Methods of Sampling and
Testing, ed 25, Washington D.C.
• Bukhari, RA, dkk, 2004, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan Jalan Raya, Bidang Studi Teknik
Transportasi, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
• Depkimpraswil, 2002, Campuran Aspal Beton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
• Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Perencanaan
Perkerasan Lentur (Pt-T-01-2002-B), 2002, Jakarta.
• Kosasih, D., (n.d), Rekayasa Struktur & Bahan Perkerasan, Modul I, Penerbit ITB, Bandung.
• Oglesby, C.H., and R.G. Hick, 1996, Highway Engineering, Stanford Unversity & Oregon State
University.
• SK-SNI T-15-1991-03, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton.
• Saodang, H., 2004, Konstruksi Jalan Raya, Buku 2 Perancangan Perkerasan Jalan Raya, Penerbit
Nova, Bandung.
• Saodang, H., 2004, Konstruksi Jalan Raya, Buku 3 Struktur & Konstruksi Jalan Raya, Penerbit
Nova, Bandung.
• Sukirman, S, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.
• Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Granit, Jakarta.
• Suryawan, A., 2009, Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement), Seri Buku Teknik
Sipil Praktis, Cetakan ke-2, Beta Offset, Yogyakarta.
• Wignall. A., Kendrick, P.S., Ancill, R., Copson, M., 2003, Proyek Jalan (Teori dan Praktek), Edisi
ke-4, Penerbit Erlangga, Jakarta.
• Nicholas Garber and Hoel (2004), Traffic and Highway engieering, Brooks/Cole

Anda mungkin juga menyukai