Anda di halaman 1dari 19

Geometri Jalan

Pertemuan ke 4
Konsep Dasar Tikungan

Oleh:
Ir. Kurnia Hadi Putra, S.Pd., MT.
dwi sapto

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN


RAYA
dwi sapto

KESELARASAN ALINYEMEN
TRASE JALAN :
Pemilihan trase jalan perencanaan jalan tergantung dari faktor-
faktor sbb:
A. TOPOGRAFI
Mempengaruhi aspek perencanaan seperti : landai jalan, jarak
pandang, penampang melintang dan lain-lain.
Kondisi medan seperti bukit, lembah, sungai dan danau sering
jadi pembatas terhadap pemilihan lokasi perencanaan trase
jalan karena menentukan :
❑ Tikungan; R tikungan, Lebar perkerasan dan pandangan
bebas yang cukup agar jalan berkeselamatan .
❑ Tanjakan; Tanjakan yang curam merugikan kecepatan
kendaraan dan konsekuensinya adalah muatan kendaraan
harus dikurangi, yang berarti mengurangi kapasitas
angkutan dan tidak ekonomis. Karena itu diusahakan supaya
tanjakan dibuat landai sesuai dengan peraturan yang berlaku
❑ Bangunan pelengkap jalan; dibutuhkan jembatan, drainase
dan tembok penahan tanah etc, untuk mengatasi perbaikan
trase agar sesuai dengan peraturan
Tabel Klasifikasi Medan
Toprografi Medan Kemiringan medan

Datar (D) <3 %

Perbukitan (B) 3 % – 25 %

Pegunungan (G) > 25%


dwi sapto

KESELARASAN ALINYEMEN
TRASE JALAN :
B. GEOLOGI
Daerah yang rawan secara geologis seperti; daerah patahan
atau daerah bergerak baik vertical maupun horizontal akan
merupakan daerah yang sebaiknya dihindari untuk rencana
trase jalan, atau terpaksa perbaikan trase jalan dilakukan
dengan pemindahan trase.
Keadaan tahah dasar mempengaruhi lokasi, jenis konstruksi
jalan:
❑ Daya dukung tanah dasar
❑ Muka air tanah yang tinggi.
❑ Kondisi iklim
C. TATA GUNA LAHAN
Tata guna lahan biasanya merupakan hal yang penting dalam
perencanaan trase jalan, karena terkait dengan:
❑ Pembebasan/ pengadaan lahan sesuai RUTR, persil dll
❑ Rencana sarana transportasi
❑ Perubahan kualitas hidup masyarakat terdampak
❑ Perubahan nilai lahan.
dwi sapto

KESELARASAN ALINYEMEN
TRASE JALAN :
D. LINGKUNGAN
Kegiatan pembangunan jalan mempunyai pengaruh
terhadap lingkungan. Pembangunan jalan harus
mempertimbangkan Amdal (Analisis mengenai dampak
lingkungan).
Pelajari dokumen terkait yang mensyaratkan rekomendasi,
usaha kelola dan pemantauan terkait lingkungan
F. PENETAPAN STASIUN (STATIONING)
Tujuan dari penetapan stationing adalah untuk menetapkan
titik – titik lintasan suatu trase jalan, sekaligus untuk
menentukan panjang suatu trase jalan, atau jarak dari satu
tempat ke tempat yang lainnya pada suatu lokasi jalan
dwi sapto

PENENTUAN JUMLAH LAJUR


JUMLAH LAJUR :
1. Ditentukan berdasarkan prakiraan VLR (smp/hari) dan untuk volume
lalu lintas untuk kedua arah.
2. Dalam menghitung VLR, karena pengaruh berbagai jenis kendaraan,
digunakan faktor ekivalen mobil penumpang (emp).
3. Ketentuan nilai emp untuk ruas jalan yang arusnya tidak dipengaruhi
oleh persimpangan, seperti ditunjukkan pada Tabel
4. Bila arus lalu lintas ruas jalan dipengaruhi persimpangan dan akses
jalan, maka titik kritis perencanaannya ada pada arus lalu lintas
persimpang.

• Kendaraan tidak bermotor tidak diberi


nilai emp, karena sangat bervariasi
• Bila jumlahnya >10% atau beda
kecepatan >30 km/jam (dominan),
mungkin perlu perencanaan fasilitas
khusus, misalnya dengan pembuatan
jalur khusus
dwi sapto

PENENTUAN JUMLAH LAJUR


PENENTUAN JUMLAH LAJUR
Emp
Arus lalu lintas
MC
Tipe Jalan Total dua arah
(kend/ jam) HV Lebar Jalur lalu lintas Wc (M)
≤6 ≥6
Dua lajur tak terbagi 0 s/d 1.800 1.3 0.50 0.40
(2/2 UD) > 1.800 1.2 0.35 0.25
Empat Lajur tak terbagi 0 s/d 3.700 1.3 0.40
(4/2 UD) > 3.700 1.2 0.25

Arus lalu lintas Emp


Tipe Jalan per lajur
(kend/ jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) dan
empat lajur terbagi 0 s/d 1.050 1.3 0.40
(4/2 D) > 1.050 1.2 0.25

Tiga lajur satu arah (3/1) dan


0 s/d 1.100 1.3 0.40
enam lajur terbagi (6/2 D)
> 1.000 1.2 0.25

Keterangan : HV : kendaraan berat; kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya
beroda lebih dari 4 (termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi)
MC : sepeda motor; kendaraan bermotor beroda dua atau tiga,
LAJUR IDEAL JALAN RAYA

FUNGSI KELAS LEBAR LAJUR IDEAL (m)

Arteri I, II, IIIA 3,75


3,50
Kolektor IIIA, IIIB 3,00

Lokal IIIC 3,00


TAHAPAN PERENCANAAN JALAN

• Penentuan trase jalan


• Penetapan stasioning
• Perhitungan jarak trase (d)
• Perhitungan azimuth, untuk penentuan sudut tikungan
TRASE JALAN

• Beberapa kriteria perencanaan trase jalan :


– Jarak lintasan tidak terlalu panjang.
– Pelaksanaan dan pemeliharaan operasional mudah dan efesien.
– Ekonomis dari segi pelaksanaan, pemeliharaan dan operasionalnya.
– Aman dalam pelaksanaan, pemeliharaan dan operasionalnya.
– Memenuhi perencanaan desain.
PENETAPAN STATIONING
• Dari hasil pengukuran dan perhitungan maka akan didapatkan titik – titik tertentu yaitu : A; TC;
CT; TS1; SC1; CS1; SC1; dan B serta panjang d1; Lc; d2; Lt1; dan d3 seperti gambar dibawah ini :
PENENTUAN TITIK KOORDINAT

• Berdasarkan titik koordinat dan elevasi maka dapat dihitung jarak.


Menurut Saodang (2004), perhitungan jarak dari titik PI ke titik PI lainnya
dapat menggunakan persamaan berikut ini:
• 𝑑𝐴𝑃𝐼 = (XPI – XA)^2 + (YPI – YA)^2

• dimana, dA-PI = Jarak antara titik A ke PI (m)


• XPI,YPI = Koordinat dari titik PI (m)
• XA,YA = Koordinat dari titik A (m)
PENENTUAN SUDUT PUTAR/SUDUT
TIKUNGAN
LATIHAN SOAL
B D
A

Koordinat A (2300, 3000)


Koordinat B (2800, 3200)
Koordinat C ( 3100, 2700)
Koordinat D (3500, 3700)

Tentukan Jarak, dan Sudut Tikungan

Anda mungkin juga menyukai