SEMINAR
Disusun Oleh:
Luthfiya Naifa Putri 1606871392
SEMINAR
Disusun Oleh:
Luthfiya Naifa Putri 1606871392
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Seminar ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Oleh:
Luthfiya Naifa Putri
1606871392
Dosen Pembimbing
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng. ( )
Penguji I : ( )
Penguji II : ( )
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
26 Oktober 2019
Penulis
Kelapa Gading is one of the densely populated areas in DKI Jakarta with
an increasing population level each year. With increasing population, energy
needs are likely to increase to meet household and commercial needs, such as
restaurants. Alternative energy that can be used for daily needs is to use natural
gas. Compared to LPG, natural gas is cheaper, has abundant availability, and is
environmentally friendly. This research focuses on a feasibility study on the
construction of a city gas distribution network infrastructure to increase interest
and accessibility to the use of natural gas in Kelapa Gading. The first stage is to
collect data on the geography and topography of Kelapa Gading and the gas
requirements required by the customer. Then, a simulation using PipelineStudio is
performed to obtain piping specifications and operating conditions. After the
pipeline component specifications are obtained, the total investment in the
development of the gas distribution network can be calculated and an economic
evaluation of the feasibility of the project development is based on 3 parameters,
namely NPV, IRR, and PBP.
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
2. Untuk mendapatkan evaluasi keekonomian terkait rancangan teknis
jaringan perpipaan gas kota untuk sektor rumah tangga dan komersial di
Kelapa Gading.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
6. Memiliki batas pemabakaran, sehingga gas tidak akan menyala jika
hanya ada campuran udara dan gas kota kurang dari 5% atau lebih dari
15%.
Tabel 2. . Karakteristik Pembakaran Gas Kota
Karakteristik Nilai
Ignition point 593oC
Flammability limit 4% - 16% (volume in air)
Theoritical flame temperature 1960oC
Maximum flame velocity 0.3 m/s
Heat release 102 Btu/ft3
Calorific value 900 – 1100 Btu/ft3
Specific gravity 0.55 - 1
(sumber: Union Gas, 2017)
Universitas Indonesia
pemrosesan gas. Kondisi operasi pada pipa pengumpul adalah tekanan
berkisar sebesar 715 psi, jarak jaringan pipa sepanjang 200 meter, dan
diameter lebih kecil daripada jaringan pipa transmisi, yaitu dibawah
18”. Di pabrik pemrosesan, gas alam akan diolah untuk
menghilangkan impurities dan hidrokarbon lainnya untuk
menghasilkan gas alam yang memenuhi standar distribusi gas melalui
pipa dengan kandungan metana dalam gas adalah sebesar 95-98%.
3. Transmisi: tahap transportasi gas alam yang telah diolah ke city gate,
tangki penyimpanan gas alam, serta pengguna akhir industri. Jaringan
pipa transmisi umumnya terbentang panjang melewati beberapa
negara, kota, dan kontinental untuk menyalurkan gas alam dari daerah
produksi ke pusat distribusi. Pipa pada jaringan transmisi beroperasi
pada tekanan tinggi mulai dari 200 hingga 1200 psi dan menggunakan
stasiun compressor di setiap jalur transmisi, dengan diameter pipa
mulai dari 10” sampai 48”.
4. Distribusi: distribusi merupakan tahap transportasi gas alam ke
pelanggan rumah tangga, komersial, maupun industri melalui pipa
bertekanan lebih rendah. Prinsip dasar distribusi gas kota adalah gas
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Jaringan pipa gas distribusi terdiri dari dua sistem, yaitu jaringan pipa
induk dan jaringan pipa servis. Jaringan pipa induk berfungsi untuk menyalurkan
gas bumi dari sistem meter pengukur dan pengatur tekanan sampai dengan pipa
servis, menggunakan material pipa baja, plastik, tembaga, dan iron cast. Tekanan
pada jaringan pipa ini sangat bervariasi dan dapat meningkat hingga sekitar 200
psi dengan diameter pipa berukuran 2” sampai 24”.
Sedangkan, jaringan pipa servis merupakan percabangan dari pipa utama
yang mengalirkan gas ke pressure regulator dan gas meter konsumen. Material
pipa yang digunakan pada jaringan pipa servis adalah plastik, baja, atau tembaga.
Tekanan keluaran dari pipa servis sangat rendah (dibawah 6 psi) dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan gas konsumen dengan diameter pipa kurang dari
2”.
Universitas Indonesia
2.3. Mekanika Fluida Pada Gas
Distribusi gas kota menggunakan prinsip mekanika fluida gas, dimana laju
aliran gas di dalam pipa yang akan ditransportasikan bergantung pada bilangan
Reynolds, faktor friksi, kekasaran pipa (pipe roughness), jatuh tekanan (pressure
drop), diameter dan panjang pipa, tekanan dan suhu aliran, serta tekanan dan suhu
lingkungan (Ouyang, L. et al, 1995).
2.3.1. Persamaan Umum Untuk Gas
Gas kota adalah fluida yang kompresibel, dimana densitas (kepadatan) dan
viskositas (kekentalan) akan meningkat seiring meningkatnya tekanan, tetapi
cenderung tetap pada tekanan tinggi. Hubungan yang menyatakan perubahan
densitas fluida gas ditunjukkan oleh persamaan fluida kompresibel, yaitu:
PM
ρ= (2.1)
ZRT
dengan,
ρ = densitas gas (kg/m3)
P = tekanan (Pa)
M = massa (gr)
Z = faktor kompressibilitas (tidak berdimensi, menunjukkan deviasi gas
yang sesungguhnya terhadap gas ideal)
R = 8.314 J/Kmol
T = suhu (Kelvin)
Fluida yang melewati pipa dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan
vibrasi serta erosi di pipa dan akan mengikis pipa seiring berjalannya waktu. Oleh
karena itu, kecepatan gas pada pipa harus dibatasi agar tidak melewati kecepatan
erosional untuk meminimalisir vibrasi dan erosi (Mohitpour, et. al., 2000).
Batas kecepatan gas minimum yang mengalir dalam pipa untuk
menghindari terbentuknya cairan adalah 10 – 15 ft/s, sedangkan batas kecepatan
gas maksimum dalam pipa adalah 60 – 80 ft/s untuk meminimalisir suara yang
dihasilkan dan memungkinkan proteksi terhadap korosi (Mokhatab et al., 2015).
Persamaan yang digunakan untuk mencari kecepatan gas rata-rata sepanjang pipa
adalah:
748.7 QT
v= (2.2)
D P2 (520)
Universitas Indonesia
Dengan,
v = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter (m)
Q = laju alir volumetrik (m3/s)
T = suhu (K)
P = tekanan gas rata - rata (Pa)
Tekanan gas rata-rata dapat diketahui melalui persamaan:
2 PA PB
P Avg =
3(P A + PB −
P A + PB ) (2.3)
Keterangan
PA = tekanan gas masuk (Pa)
PB = tekanan gas keluar (Pa)
Persamaan aliran gas saat steady-state dapat diketahui dari persamaan:
Tb 1
Q=38.774
√
Pb f
¿ ¿ (2.4)
Dimana:
Qb = laju alir gas pada kondisi basis, SCF/D
Tb = suhu pada kondisi basis, oR
Pb = tekanan pada kondisi basis, psia
1
√ f
= faktor transmisi
Universitas Indonesia
Pave = tekanan rata-rata, psia
Tave = suhu rata-rata, oR
Zave = faktor kompresibilitas rata-rata
L = panjang pipa, miles
D = diameter pipa dalam, in
2.3.2. Penurunan Tekanan Aliran
Penurunan tekanan (pressure drop) adalah peristiwa terjadinya penurunan
tekanan gas dari satu titik dalam pipa ke hilir pipa. Peristiwa ini disebabkan
karena adanya resistansi fluida yang dipengaruhi oleh kecepatan dan viskositas
fluida terhadap aliran, sehingga terjadi gaya gesek antara fluida yang mengalir
dengan pipa. Perubahan bentuk energi yang menyebabkan penurunan tekanan
dapat ditinjau dari persamaan Bernoulli:
P A V 2A PB V 2B
+ + Z A= + + Z B +h f (2.7)
ρA 2 g ρB 2 g
Dimana,
PA = tekanan masukan fluida (N/m2)
PB = tekanan keluaran fluida (N/m2)
ρ A = densitas masukan fluida (kg/m3)
ρ B = densitas keluaran fluida (kg/m3)
G = percepatan gravitasi (m/s2)
VA = kecepatan gas masukan fluida (m/s)
VB = kecepatan gas keluaran fluida (m/s)
ZA = elevasi masukan fluida (m)
ZB = elevasi keluaran fluida (m)
Hf = kehilangan head akibat friksi (head loss, m)
Untuk mengetahui nilai head loss, persamaan yang umum digunakan
adalah persamaan Darcy-Weisbach, yaitu:
L v2
( )( )
h f =f
D 2g
(2.8)
Universitas Indonesia
fL v 2 ρ
∆ p= (2.9)
2d
Saat gas dialirkan, asumsi yang dibuat adalah gas mengalir secara
isothermal. Berdasarkan hukum gas ideal, saat kondisi pipa horizontal maka
perbedaan ketinggian antara titik A dan B dapat diabaikan, sehingga persamaan
(2.9) dapat disederhanakan menjadi:
2
f L ṁ
∆ P=
2D A ( ) 1ρ (2.10)
1 2
Untuk pipa lurus tanpa fitting, ṁ=Qρ dan A= π D , sehingga persamaan
4
(2.10) dapat diubah menjadi:
∆ P=
( DL )∗ρ∗Q
C∗ f 2
(2.11)
4
D
∆ P∗D 4
Q=
√[ (
C∗ f
L
D
∗ρ ) ]
Jika di jaringan pipa terdapat fitting, maka persamaan (2.13) akan menjadi:
(2.12)
L
∆ P=
C∗ f ( D )
+ Σ fK ∗ρ∗Q 2
(2.13)
4
D
Dimana,
C = faktor koreksi
Q = laju alir volumetrik gas (m3/s)
K = panjang ekuivalen dari fitting (m)
d = diameter pipa bagian dalam (inner diameter, m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan gas (m/s)
∆ p = pressure drop (Pa)
f = koefisien friksi atau faktor gesekan Darcy (tidak berdimensi)
ρ = densitas gas (kg/m3)
Dengan L/D untuk beberapa fitting yang umum digunakan untuk sistem
perpipaan pada table 2. 4.
Universitas Indonesia
Tabel 2. . L/D pada Fitting
Jenis Fitting L/D
Gate Valve 13
Globe Valve 340
Angle Valve 145
Check Valve 135
Standard Elbow 90o 30
Standard Elbow 45o 16
Long Radius Elbow 90o 20
(sumber: Introduction to Fluid Mechanics, 1998)
Faktor friksi (f) merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan untuk
menentukan kehilangan tekanan akibat adanya friksi didalam pipa. Saat bilangan
Re>4000, maka aliran fluida yang terjadi adalah aliran turbulen, dimana
pergerakan partikel fluida tidak teratur. Faktor friksi pada aliran turbulen tidak
hanya bergantung pada bilangan Re, tetapi juga bergantung pada kekasaran pipa
relatif (relative roughness, ε /D). Ketika kekasaran pipa relative meningkat, maka
faktor friksi akan meningkat.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung faktor friksi pada aliran
turbulen adalah Persamaan Colebrook-White, yaitu:
Universitas Indonesia
1 ε 2.51
√f
=−2 log 10
[(
3.7 D
+
R √f ) ( )] (2.16)
ε =ε s +ε i + ε d (2.17)
Dengan,
ε = kekasaran dinding pipa rata-rata (in)
D = diameter pipa bagian dalam (in)
ε s = surface roughness (in)
ε i = interfacial roughness (in)
ε d = kekasaran terhadap las, bengkokan, fittings (in)
Nilai kekasaran permukaan pipa (ε) sangat berpengaruh untuk menentukan
laju alir dan pressure drop di dalam pipa saat aliran turbulen.
Tabel 2. . Kekasaran Pipa Berdasarkan Jenisnya
Bahan Pipa Kekasaran Permukaan Pipa, ε (in)
Concrete 0.012 – 0.12
Cast Iron 0.01
Galvanized Iron 0.006
Asphalted Cast Iron 0.0048
Welded Steel 0.0018
PVC, Drawn Tubing (brass,
0.00006
lead, glass, etc)
(sumber: Pipe Flow, n.d)
Universitas Indonesia
Komponen paling penting dalam sistem jaringan distribusi gas adalah pipa
yang berfungsi untuk mengalirkan gas. Pipa yang digunakan dalam distribusi gas
mengikuti standar API 5L, dimana standar ini menentukan pembuatan pipa
seamless dan welded sesuai dengan level produknya (PSL 1 dan PSL 2). Material
umum yang digunakan untuk pipa distribusi bertekanan tinggi adalah pipa carbon
steel, untuk pipa distribusi bertekanan rendah digunakan pipa plastik atau pipa PE
(polyethylene). Persamaan desain yang telah ditetapkan untuk mencari ketebalan
nominal dinding pipa sesuai ASME B31.8 adalah:
P do
t= (2.18)
2∗( F∗E∗T ∗S γ )
Sehingga untuk mencari tekanan desain pipa, persamaannya menjadi:
2∗S γ∗t
P= [ D ] F∗E∗T (2.19)
Dimana:
t = desain ketebalan pipa minimum (in)
P = tekanan masukan pipa atau design pressure (psig)
do = diameter dalam pipa, OD (in)
Sγ = kekuatan pipa minimum (specified minimum yield stress, psi)
F = design factor (tertera pada tabel 2.6)
E = faktor longitudinal sambungan (weld-joint factor, tertera pada tabel 2.7)
T = faktor penurunan suhu (derating factor, tertera pada tabel 2.8)
Tabel 2. . Design Factor untuk Pipa
Design Factor, F
Aplikasi Kelas 1 Kelas Kelas Kelas
Div 1 Div 2 2 3 4
Pipeline, pipa utama, dan pipa servis 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
Persimpangan dengan jalan dan jalur kereta tanpa casing:
a. Jalan pribadi 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
b. Jalan umum sederhana 0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
c. Jalan umum dan jalan tol dengan
0.6 0.6 0.5 0.5 0.4
permukaan keras, jalur kereta
Persimpangan dengan jalan dan jalur kereta dengan casing:
a. Jalan pribadi 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
b. Jalan umum sederhana 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
c. Jalan umum dan jalan tol dengan
0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
permukaan keras, jalur kereta
Jalur perpipaan paralel dengan jalan dan jalur kereta:
Universitas Indonesia
a. Jalan pribadi 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
b. Jalan umum sederhana 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
c. Jalan umum dan jalan tol dengan
0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
permukaan keras, jalur kereta
Jalur perpipaan diatas jembatan, fasilitas
0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
gas meter dan pressure/flow control
Pipa pada stasiun kompressor 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4
(sumber: ASME B31.8-2003)
Keterangan dari kelas penentuan design factor:
Kelas 1 = setiap bagian pipa dengan panjang 1 mil yang memiliki 10
bangunan atau kurang yang ditujukan untuk hunian manusia di lahan kosong,
gurun, atau lahan agrikultur.
Kelas 2 = setiap bagian pipa sepanjang 1 mil yang memiliki lebih dari 10
tetapi kurang dari 46 bangunan yang ditujukan untuk hunian manusia, kawasan
industri, dan peternakan.
Kelas 3 = setiap bagian pipa sepanjang 1 mil yang memiliki lebih dari 46
bangunan yang dimaksudkan untuk kebutuhan manusia, seperti pengembangan
perumahan di pinggiran kota, pusat perbelanjaan, area perumahan, dan industri.
Kelas 4 = setiap bagian pipa sepanjang 1 mil yang memiliki lebih dari 46
bangunan, dimana bangunan merupakan bangunan bertingkat, lalu lintas padat,
dan kawasan yang mungkin ada banyak utilitas lain (air, listrik) di bawah tanah.
Tabel 2. . Faktor Sambungan Pipa (E) untuk API 5L
Kelas Pipa E
Seamless 1.0
Electric Resistance Welded (ERW) 1.0
Electric Flash Welded (EFW) 1.0
Submerged Arc Welded (SAW) 1.0
Furnace Butt Welded 0.6
(sumber: ASME B31.8-2003)
Faktor penurunan suhu (T) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. . Faktor Penurunan Suhu (T)
Suhu (oF) T
< 250 1
300 0.967
350 0.933
400 0.9
450 0.867
Universitas Indonesia
(sumber: ASME B31.8-2003)
Berdasarkan kelas lokasinya, tekanan operasi minimum yang diizinkan
atau maximum allowable operating pressure (MAOP) dibedakan menjadi:
Tabel 2. . Maximum Allowable Operating Pressure (MAOP) pada Pipa
Kelas Lokasi Pipa Baja Pipa Plastik
1, Divisi 1 Test pressure/1.25 N/A
1, Divisi 2 Test pressure/1.10 Test pressure/1.5
2 Test pressure/1.25 Test pressure/1.6
3 Test pressure/1.41 Test pressure/1.7
4 Test pressure/1.41 Test pressure/1.8
(sumber: ASME B31.8-2003)
Untuk pipa PE, maka persamaan yang digunakan adalah:
2 HDS FT A F
P= (2.20)
( IDR+1)
Dimana:
P = pressure rating, psi
HDS = hydrostatic design stress, psi
AF = faktor aplikasi lingkungan (table 2.11)
FT = faktor penurunan suhu (table 2.8)
IDR = rasio dimensi diameter dalam pipa ( D I /t ¿
t = ketebalan pipa minimal, in
Di = diameter dalam pipa, in
Tabel 2. . Faktor Aplikasi Lingkungan (AF)
Faktor Aplikasi
Lingkungan Pipa
Lingkungan (saat 23oC)
Air, alkohol, Air bekas limbah, limbah kotoran,
1.0
glycol
Nitrogen, carbon dioxide, methane, hydrogen
1.0
sulfide, gas yang non-reaktif, gas alam kering
Crude oil, diesel, gasoline, bahan bakar
0.5
hidrokarbon, bensin, gas alam basah
Universitas Indonesia
harga dari pipa, ketersediaan pipa di pasar, dan kemudahan untuk melakukan
pengelasan dan manufaktur dari pipa. Untuk pipa bertekanan tinggi, pipa yang
umum digunakan adalah pipa berbahan baja. Pipa dengan material baja memiliki
karakteristik kekuatan dan ketangguhan yang tinggi dan ketahanan terhadap
korosi yang baik.
Standar untuk pipa distribusi diatur dalam API 5L-2003. Berdasarkan
fabrikasinya, pipa baja terbagi menjadi seamless dan welded. Pipa seamless
merupakan pipa yang difabrikasi tanpa membuat sambungan sama sekali,
sehingga tidak ada bagian dari pipa yang berubah materialnya akibat panas
pengelasan. Sementara itu, pipa welded merupakan jenis pipa yang terbuat dari
plat atau strip baja yang disambung dengan pengelasan. Terdapat 2 jenis teknik
pembuatan pipa welded yang sering digunakan, yaitu electric resistance welding
(ERW) dan submerged arc welding (SAW). Pipa seamless jarang digunakan
dalam jaringan perpipaan karena biayanya tinggi dan ketersediannya terbatas.
Standar API 5L meentukan pembuatan level produk (product specification level)
menjadi PSL 1 yang meliputi Grade A sampai X70 dan PSL 2 yang meliputi
Grade B sampai X80.
Universitas Indonesia
s
Universitas Indonesia
termoplastik, tahan terhadap tekanan operasi yang tinggi, karakteristik fleksibel,
kasar, tahan benturan, non-toxic sehingga aman digunakan untuk mengalirkan gas
agar gas tidak terkontaminasi, serta memiliki ketahanan retak dan kimia yang
sangat baik. Tekanan kerja maksimum untuk pipa high density polyethylene
(HDPE) adalah 20oC dengan batas suhu 60oC, dimana jika tekanan kerja pada pipa
HDPE melebihi batas maksimum maka akan mengakibatkan pengurangan life
time. Penyambungan pada pipa HDPE dilakukan menggunakan metode butt
fusion sehingga menghasilkan sambungan antar pipa dengan kekuatan yang sama
dan tidak akan terlepas meskipun terkena benturan pada sambunganya.
Fleksibilitas LDPE lebih baik dibandingkan dengan HDPE dan MDPE, namun
kekuatan dan ketahanannya lebih rendah. Dibandingkan dengan HDPE dan
LDPE, pipa MDPE paling banyak digunakan sebagai jaringan pipa distribusi
dibawah tanah. Pipa LDPE tidak digunakan untuk jaringan pipa bawah tanah
karena sifatnya yang rentan terhadap benturan fisik dan kekuatannya terhadap
tekanan relatif rendah (Nathanael, 2019).
Universitas Indonesia
diameter luar pipa
SDR= (2.21)
ketebalan dinding pipa minimum
Maximum allowable operating pressure (MAOP) pada pipa PE dapat
dihitung dengan persamaan:
2 MRS
MAOP= (2.22)
C(SDR−1)
Dimana:
MAOP = tekanan operasi pipa maksimum yang dibolehkan, MPa
C = faktor desain, untuk gas adalah 2
MRS = tekanan minimum yang dibutuhkan (minimum required stress)
SDR = standard dimensional ratio
Tabel 2. . Klasifikasi Pipa PE Berdasarkan Materialnya
Jenis Material MRS (bar) Aplikasi
PE 100 100 Sistem perpipaan tekanan rendah
PE 80 80 Sistem perpipaan tekanan rendah
Sistem perpipaan tekanan menengah, untuk
PE 63 63
irigasi dan air minum
Pipa untuk jaringan distribusi gas dengan tekanan
PE 40 40
sampai 4 bar
PE 32 32 Sistem perpipaan tekanan tinggi
(Sumber: Engineering Toolbox, 2006)
2. Fitting
Fitting merupakan komponen perpipaan yang berfungsi untuk merubah,
menyebarkan, membesarkan, maupun mengecilkan aliran dan digunakan untuk
menyambung pipa. Pada umumnya, fitting dapat dikategorikan menjadi seamless
component (fitting yang terbuat dari billet atau baja silinder pejal), welded
component (fitting yang disambung pada pipa dengan cara dilas) dan threaded
component (fitting yang disambung pada pipa dengan cara diulir sehingga bisa
dibuka kembali). Terdapat beberapa jenis fitting, yaitu elbow yang berfungsi
untuk membelokkan arah aliran, tee yang bertugas untuk membagi aliran ke
beberapa cabang, reducer yang memiliki fungsi untuk mengubah ukuran dari pipa
diameter besar ke yang lebih kecil serta perubahan ukuran pipa kecil ke yang
lebih besar, stub-in, dan cap untuk menghentikan aliran pada ujung pipa dan
biasanya cap akan langsung dilas pada ujung pipa.
Universitas Indonesia
Gambar 2. . Jenis-Jenis Fittings
(Sumber: India Mart, 2019)
3. Flange
Flange merupakan komponen yang digunakan untuk menyambungkan
komponen sistem perpipaan serta menyediakan akses mudah untuk pembersihan,
inspeksi atau modifikasi sistem perpipaan. Untuk membentuk sambungan antara
komponen pipa, flange dapat dilas atau disekrup. Sambungan flange dibuat
dengan membaut menggunakan bolt dua flange dengan gasket ditengahnya.
Flange pada pipa dapat dibagi menurut ukuran pipanya. Standard yang digunakan
untuk menentukan ukuran flange adalah ANSI B16.5. Berdasarkan ANSI B16.5,
jenis flange terbagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tekanan kerjanya yaitu
ANSI 150#, 300#, 600#, 900#, 1500#, 2500#, dan 5000#.
Universitas Indonesia
Tabel 2. . Aplikasi Flange pada Pipa
Kapasitas Ukuran
Tipe Aplikasi
Tekanan Pipa
Threaded
Rendah Kecil Dilekatkan tanpa pengelasan
flange
Socket weld Dibutuhkan aliran fluida
Tinggi Kecil
flange yang lancar
Slip on Semua Biaya instalasi rendah,
Rendah
flange ukuran mudah untuk dipasang
Lap joint Semua Sistem membutuhkan
Rendah
flange ukuran pembongkaran yang sering
Weldneck Semua Temperature tinggi dan suhu
Tinggi
flange ukuran ekstrim
Untuk menutup aliran
Sangat Semua
Blind flange (diakhir pipa), uji tekanan
tinggi ukuran
aliran
(Sumber: L, 2017)
4. Bolt dan Gasket
Universitas Indonesia
Valve merupakan perangkat yang digunakan untuk mengatur,
mengarahkan, atau mengontrol aliran fluida dengan membuka, menutup, atau
menutup sebagian dari jalan alirannya. Tujuan dari valve adalah untuk mengotrol
aliran dann tekanan fluida dalam sistem. Standar dan kode untuk valve telah
diatur dalam ASME B16.34. Berdasarkan standar ini, valve terbagi menjadi kelas
150#, 300#, 600#, 1500#, dan 3000#.
Universitas Indonesia
Untuk mengatur gerak laju alir fluida dalam pipa.
Butterfly Valve Digunakan untuk gas yang memiliki tekanan
rendah atau cairan dengan konsentrasi tinggi.
Untuk mengalirkan fluida menuju satu arah agar
Check Valve
tidak terjadi back flow.
Untuk melepas tekanan berlebih pada sistem dan
Safety Valve
mencegah kerusakan alat.
Untuk mengatur aliran (throttling) dan sebagai
Diaphragm Valve on/off valve. Valve ini digunakan untuk
penanganan material kasar dan fluida korosif.
Untuk menangani fluida yang berlumpur dan fluida
Pinch Valve yang mempunyai kecenderungan untuk terjadi
kebocoran.
(Sumber: PT. Alvindo Catur Sentosa, 2019)
6. Gas Meter
Gas meter adalah alat untuk mengukur laju alir, volume, dan kecepatan gas
alam. Perhitungan volume gas alam sangat tergantung pada tekanan dan suhu gas
dan dapat berubah sewaktu-waktu. Gas meter digunakan di perumahan, komersial,
serta industri lain yang mengkonsumsi gas alam sebagai bahan bakar untuk
menghitung jumlah gas yang dikonsumsi secara otomatis. Terdapat dua macam
jenis gas meter yaitu positive displacement meter dan inferential meter. Positive
displacement meter menghitung volume gas secara langsung dengan prinsip kerja
membagi aliran gas ke segment didalam meter yang mengisi kemudian
dikosongkan saat meter berputar dan memiliki akurasi dan turndown (skala laju
alir minimum dan maximum) yang baik. Positive displacement meter terbagi
menjadi diaphragm meter dengan kapasitas sebesar 2.5 m3 sampai 25 m3 yang
sering digunakan untuk sektor rumah tangga serta komersial skala kecil dan
rotary meter dengan kapasitas meter sebesar 50 m3 sampai 250 m3.
Universitas Indonesia
Prinsip kerja inferential meter adalah mengukur alir dengan melihat
volume yang mengalir melalui meteran tersebut dan disimpulkan dari pengamatan
dan pengukuran perubahan karakteristik fisik dari meteran tersebut. Contohnya
adalah turbine meter dan orifice meter. Klasifikasi standar untuk gas meter yang
digunakan telah diatur dalam ANSI B109. Berdasarkan standar ini, penggunaan
gas meter dibedakan berdasarkan laju alir maksimum per jam dengan
mempertimbangkan laju alir maksimum dari semua komponen sistem perpipaan.
Sementara itu, penentuan laju alir normal operasi ditentukan oleh rata – rata
kebutuhan gas dan penentuan laju alir minimum berdasarkan dari kebutuhan gas
minimum konsumen. Laju alir maksimum meter gas dapat dihitung dengan
persamaan:
Qmax
Q max = (12.22)
P min +1
Tabel 2. . Pemilihan Kelas G Meter Gas
Qmax meter (m3/jam) Kelas G
2.5 G1.6
4 G2.5
6 G.4
10 G.6
16 G.10
25 G.16
40 G.25
65 G.40
100 G.65
160 G.100
250 G.160
400 G.250
650 G.400
1000 G.650
1600 G.1000
2500 G.1600
4000 G.2500
Universitas Indonesia
(Sumber: PT. Perusahaan Gas Negara Tbk., 2018)
Universitas Indonesia
3. Pegas: untuk menghasilkan kesetimbangan tekanan.
4. Poppet valve: untuk membuka serta menutup aliran fluida.
5. Pressure adjustment handle: untuk mengatur set point tekanan kerja.
Saat tekanan fluida output menurun, maka pegas akan menekan diafragma
sehingga ruangan di dalam diafragma akan mengecil. Pegas kemudian akan
menekan poppet valve, menyebabkan tekanan fluida menjadi lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di dalam area diafragma sehingga aliran fluida
dapat masuk ke dalam area diafragma. Proses ini akan berlanjut supaya
menghasilkan tekanan fluida lebih rendah atau sama dengan set point yang telah
ditentukan. Beberapa jenis regulator yang digunakan untuk sistem perpipaan
bertekanan rendah adalah:
Line regulator: mengurangi tekanan tinggi dengan kisaran 20-50 psig ke
tekanan yang lebih rendah dari pipa distribusi utama ke tekanan yang
lebih rendah pada pipa servis untuk dialirkan ke konsumen.
Intermediate regulator: mengurangi tekanan dengan kisaran 3-5 psig ke
tekanan yang lebih rendah untuk digunakan oleh peralatan.
Appliance regulator: mengurangi tekanan sampai mencapai tekanan akhir
pada peralatan yang akan digunakan, biasa digunakan pada peralatan
individual konsumen.
2.4.3. Sistem Looping pada Jaringan Distribusi Gas
Dalam sebuah sistem jaringan gas, umum digunakan sistem looping
dimana pipa diletakkan sejajar dengan jaringan pipa gas utama. Looping akan
meningkatkan laju alir dan efisiensi pipa serta mengurangi terjadinya pressure
loss pada pipa. Hal ini dikarenakan oleh total laju alir pada ujung persambungan
pipa merupakan jumlah dari tiap laju alir pada tiap pipa (Satriaperdana, 2018).
Universitas Indonesia
jaringan loop kontinyu sehingga titik masuk dan titik keluar fluida berada titik
yang sama (M. Farzaneh-Gord, 2016).
Universitas Indonesia
CI = Capital Investment
A = Annual revenues
N = lifetime atau waktu investasi
i = nilai bunga atau discount rate
2.5.2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan suku bunga yang akan menyamakan
jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima dengan jumlah
nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung IRR adalah:
0=−CI + A ¿ ¿ (12.24)
Dimana:
CI = Capital Investment
A = Annual revenues
N = lifetime atau waktu investasi
i = internal rate of return
Suatu proyek akan layak untuk dijalankan apabila IRR lebih besar
daripada MARR (Minimum Acceptable Rate of Return) dan WACC (Weighted
Average Cost of Capital). MARR adalah suku bunga minimum yang diinginkan
oleh pemilik modal untuk mendapat keuntungan, sedangkan WACC merupakan
tingkat pengembalian yang diharapkan atas dana yang ditanamkan, jika investor
lebih dari dua pihak.
2.5.3. Payback Period (PBP)
Payback Period (PBP) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi yang ditanam (Nandasari et.al., 2016). Payback period
menunjukkan resiko proyek, jika payback periodnya tinggi maka semakin besar
resiko yang dihadapi proyek. Jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda, maka
PBP dapat dihitung dengan rumus:
a−b
PBP=n+ (12.25)
c−b
Dimana:
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula.
Universitas Indonesia
a = Jumlah investasi mula-mula.
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Jika arus kas per tahun jumlahnya sama, maka PBP dapat dihitung dengan
rumus:
investasi awal
PBP= (12.26)
arus kas
2.5.4. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata
merupakan minimum tingkat pengembalian modal yang digunakan untuk
investasi baik dari modal sendiri (equity) atau modal pinjaman (debt). Persamaan
yang digunakan untuk menghitung WACC adalah:
Dimana:
D = total debt
E = total equity
Ke = cost of equity
Kd = cost of debt
Cost of equity merupakan besar biaya bagi perusahaan untuk
mempertahankan harga saham yang dapat memenuhi ekspektasi investor dengan
persamaan:
K e =R f + ( Rm −Rf ) β (12.28)
Dimana:
Rf = risk free rate, atau nilai % bunga yang dapat diperoleh tanpa adanya
resiko
(Rm-Rf) = equity market risk premium, atau tambahan kompensasi kepada
investor dari resiko penanaman modal kepada perusahaan yang bersangkutan.
β = koefisien beta, atau angka yang menggambarkan reaksi harga saham
perusahaan terhadap pasar saham secara keseluruhan.
Sementara itu, cost of debt dapat dihitung dengan persamaan:
K d =W d (1+T ) (12.29)
Universitas Indonesia
Dimana:
Wd = tingkat bunga hutang perusahaan
T = corporate tax
Universitas Indonesia
RT-2 3,141 Rumah menengah, rumah mewah, apartemen
Rumah sakit pemerintah, puskesman, panti
PK-1 2,618 asuhan, tempat ibadah, lembaga keagamaan,
kantor pemerintah, dan lembaga social.
Hotel, restoran, rumah sakit swasta,
perkantoran swasta,
PK-2 3,010
pertokoan/ruko/rukan/pasar/mall/swalayan,
dan kegiatan komersial lainnya.
(Sumber: BPH Migas, 2007)
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2016, jumlah
pemakaian gas bumi untuk rumah tangga adalah sampai dengan 50 m 3/bulan,
sementara jumlah pemakaian gas bumi untuk pelanggan kecil adalah sampai
dengan 1000 m3/bulan.
Universitas Indonesia
(Sumber: Google Maps, 2019)
Secara administratif, Kelapa Gading terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelapa
Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan Dua. Jumlah penduduk di
Kelapa Gading pada tahun 2019 adalah sebanyak 158,931 jiwa dengan kepadatan
penduduk Kelapa Gading berdasarkan luasnya adalah sebesar 16.122 jiwa/km2.
Tabel 2. . Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kelapa Gading
Luas Kepadatan Jumlah
Penduduk
Kelurahan Wilayah Penduduk Kepala
(jiwa)
(km2) (jiwa/km2) Keluarga
Kelapa Gading
4.5312 57,428 12,673.91 13,009
Barat
Kelapa Gading
5.3058 41,541 7,829.36 12,764
Timur
Pegangsaan
6.2842 59,962 9,541.71 18,332
Dua
Total (Kelapa
16.1212 158,931 9,858.51 44,105
Gading)
(sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, 2019)
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kelapa Gading yang
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka konsumsi dan
kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan juga akan
bertambah, khususnya di sektor perumahan dan industri restoran. Penggunaan
energi dapat disupplai oleh gas alam. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
jaringan distribusi gas kota untuk wilayah perumahan dan wilayah komersial di
Kelapa Gading. Pengembangan jaringan distribusi gas kota akan dikembangkan
dari jaringan pipa gas utama yang telah ditanam di jalan protokol Kelapa Gading,
seperti di Jl. Boulevard Timur, Jl. Pegangsaan Dua, dan menuju ke Jl. Perintis
Kemerdekaan.
Universitas Indonesia
12.1% dan PBP 6.8 tahun.
Penelitian terfokus pada
perancangan sistem perpipaan
Perancangan Sistem distribusi gas untuk Apartemen X
Fariza
Perpipaan Gas Kota di Depok. Hasil yang didapatkan
Ahmad
untuk Rumah Tangga 2018 adalah rancangan pipa distribusi
Satriaperdan
pada Apartemen X di gas layak dikembangkan dengan
a
Depok pipa PE SDR 11 63 mm untuk
pipa utama dan pipa carbon steel
¾ inch untuk pipa servis.
Penelitian terfokus pada
perancangan sistem perpipaan
distribusi gas untuk sektor rumah
tangga dan komersial di
Summarecon Serpon. Hasil yang
Studi Kelayakan Sistem
didapatkan adalah pipa pada
Nico Jaringan Distribusi Gas
2019 tapping point menggunakan pipa
Nathanael untuk Wilayah
baja API 5L Grade B, pipa
Summarecon Serpong
keluaran regulator tekanan adalah
pipa MDPE 80 SDR 11, dan pipa
dalam komplek berukuran 63 mm.
Proyek layak dijalankan dengan
IRR 11.02% dan PBP 7.5 tahun.
Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Indonesia
W
Q= (3.1)
GH V natural gas
Universitas Indonesia
Gambar 3. . Diagram Alir Penelitian
Dimana,
Q = kebutuhan gas pelanggan (m3/h)
W = Power kompor = 1.9 kW (64831 btu/h)
GHVnatural gas = 1028 Btu/cft = 36303.48 btu/m3
Setelah menentukan kebutuhan gas maksimum untuk rumah tangga dan
komersial, maka jumlah volume gas yang dibutuhkan (suplai gas) untuk wilayah
Kelapa Gading dapat dikalkulasi dengan persamaan:
Q❑total =( n rumah tangga∗Q rumah tangga ) +(nkomersial +Qkomersial ) (3.2)
Dimana,
Qtotal = laju alir gas yang dibutuhkan di Kelapa Gading (m3/h)
Qrumah tangga = laju alir gas maksimum di rumah tangga (m3/h)
Qkomersial = laju alir gas maksimum di komersial (m3/h)
nrumah tangga = jumlah unit pelanggan rumah tangga
nkomersial = jumlah unit pelanggan komersial
Tabel 3. . Tabel Perhitungan Kebutuhan Gas Kota
2. Peta geografi wilayah Kelapa Gading dari Google Earth dan survei
langsung yang akan digunakan untuk menentukan rute jaringan dan
mengidentifikasi halangan (crossing).
3. Peta jaringan gas existing di Kelapa Gading yang akan digunakan untuk
menentukan tapping point.
4. Komposisi gas kota, kondisi operasi gas kota, diameter dan jenis pipa pada
jaringan gas existing untuk dimasukkan kedalam simulasi.
3.3.3. Perancangan Teknis Jaringan Pipa Distribusi
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan melakukan analisa
data, selanjutnya dilakukan perancangan teknis jaringan pipa distribusi.
Perancangan teknis jaringan perpipaan meliputi pembuatan rute jaringan gas pipa
dan penentuan tapping point untuk mensupplai gas. Pembuatan rute jaringan
Universitas Indonesia
ditentukan berdasarkan geografi wilayah pelanggan yang didapatkan dari Google
Earth. Kemudian, dilakukan identifikasi bahaya di lingkungan sekitar sehingga
dapat dipilih rute yang terbaik yaitu rute yang paling minim halangan dan
menjangkau semua pelanggan. Penentuan tapping point didasarkan pada faktor
jarak dari supply ke demand dan kemudahan untuk melakukan tapping.
3.3.4. Simulasi Jaringan Pipa Distribusi
Simulasi jaringan perpipaan dilakukan untuk mendapatkan spesifikasi
perpipaan yang digunakan, seperti diameter pipa, material pipa, pressure
regulator, beserta kondisi operasi optimum untuk distribusi gas. Simulasi
dilakukan menggunakan piranti lunak perpipaan PipelineStudio milik Emerson
Electric Company. Simulasi dilakukan dengan metode trial and error pada
diameter pipa untuk mendapatkan hasil kondisi operasi paling optimal, yaitu
dimana kecepatan gas minimal sebesar 10-15 fps dan kecepatan gas maximum
sebesar 60-80 fps yang merupakan batas erosional velocity. Jika sudah mencapai
kondisi yang optimal, maka simulasi dihentikan. Tujuan dari simulasi ini adalah
untuk mengetahui spesifikasi teknis pipa yang akan digunakan berdasarkan
kebutuhan konsumen paling tinggi.
Hasil yang didapatkan dari simulasi adalah diameter pipa optimal yang
akan digunakan dan tekanan pada pipa. Tahapan yang dilakukan adalah:
1. Merancang jaringan pipa sesuai dengan rute yang telah dibuat, dimana
panjang jaringan mengikuti jarak aslinya. Valve dan pressure regulator
juga diperhitungkan dalam simulasi.
2. Memasukkan komposisi gas kota, tekanan awal, diameter pipa, dan
material pipa pada tapping point.
3. Memasukkan laju alir pipa yang telah ditentukan pada muka bangunan.
4. Memasukkan persamaan gas yang akan digunakan. Persamaan aliran gas
berfungsi untuk menghitung diameter pipa yang akan digunakan, laju
aliran awal, serta tekanan dan suhu di muka bangunan.
Universitas Indonesia
(Sumber: LMNO Engineering, Research, and Software, Ltd. 2015)
Pada umumnya, untuk aliran turbulen akan digunakan persamaan
Weymouth, Panhandle B, AGA Fully Turbulent, dan Colebrook-White
(Mohitpour, 2001). Persamaan Weymouth digunakan untuk laju alir tinggi,
diameter pipa 12” atau lebih kecil, jarak pipa pendek, dan tekanan medium sampai
tinggi (100 psig – 1000 psig). Persamaan ini umum digunakan pada jaringan
distribusi untuk memprediksi pressure drop yang aman.
1
T b P21−P22−E
Q b=432.7
[
P b GL T ave Z ave ] 2
D
2.667
(3.3)
Jika diameter pipa lebih besar daripada 12”, panjang pipa melebihi 32.2
km dan tekananya tinggi, maka disarankan untuk menggunakan persamaan
Panhandle B:
1.02 0.51
Tb P21−P 22−E
Qb=737.02
Pb( ) [ G 0.961
LT ave Z ave ] D
2.53
(3.4)
][ ( √ )]
1
0.5 1.4126
T P 2−P22−E (3.5)
Qb=38.774 b 1
[
Pb Z ave T ave GL
− 4 log
ε
3.7 D
+ ℜ
f
D2.5
Jika pressure drop di jaringan pipa adalah kurang dari 40% dari tekanan
awal, maka persamaan Darcy-Weisbach lebih akurat daripada persamaan
Weymouth atau Panhandle untuk pipa yang pendek dan aliran kecil (LMNO
Engineering, 2015). Persamaan Darcy-Weisbach adalah:
L
∆ P=
C c∗C k∗ f( D
+ Σ f ' K ∗ρ∗Q2 ) (3.7)
4
D
5. Memasukkan spesifikasi pressure regulator pada jaringan perpipaan.
Universitas Indonesia
Pressure regulator digunakan untuk menurunkan tekanan pada pipa
tapping point yang biasanya masih besar (> 10 psi). Tekanan diturunkan hingga
ke tekanan menengah (< 10 psi) dan sebelum masuk ke muka bangunan
pelanggan, tekanan diturunkan kembali melalui gas metering milik pelanggan.
Tekanan pada pressure regulator ditetapkan sesuai dengan tekanan minimum pada
muka bangunan pelanggan.
3.3.5. Penggambaran Teknis Sistem Jaringan Pipa Distribusi Gas Kota
Dari simulasi yang telah dilakukan, maka akan didapatkan spesifikasi
komponen perpipaan terkait diameter pipa, material dan jenis pipa, panjang pipa,
jumlah dan rating gas meter, jumlah dan rating valve, dan fittings pipa. Spesifikasi
komponen yang didapatkan kemudian diolah menjadi gambar teknis isometrik.
Penggambaran isometrik dilakukan menggunakan piranti lunak AutoCAD.
Universitas Indonesia
penggambaran teknis ini adalah gambar isometrik, bill of material, dan bill of
quantity yang digunakan untuk mengestimasi biaya proyek.
3.3.6. Evaluasi Ekonomi Pengembangan Jaringan Pipa
Evaluasi ekonomi dilakukan untuk mengetahui apakah pengembangan
proyek ini menguntungkan atau tidak. Variabel yang harus diperhitungkan dalam
evaluasi ekonomi jaringan pipa adalah biaya capital expenditures (CAPEX),
operating expenditures (OPEX) yang ditetapkan sebesar 5% dari CAPEX, biaya
depresiasi, biaya retribusi pipa sebesar 3% dari selling price (sesuai dengan
Peraturan Pemerintah no 1 tahun 2006 tentang penggunaan iuran badan usaha
pendistribusian gas) harga jual gas, harga jual gas, dan jumlah konsumen gas.
Sementara, parameter untuk evaluasi ekonomi adalah net present value
(NPV), internal rate of return (IRR), dan payback period (PBP). Dilakukan
sensivity analysis untuk setiap variabel terhadap ketiga parameter untuk
mengetahui akibat dari perubahan variabel terhadap perubahan kinerja sistem
dalam menghasilkan keuntungan. Persamaan untuk menghitung NPV pada proyek
pengembangan jaringan pipa distribusi adalah:
NPV =−I + A ¿¿ (3.8)
Dimana:
I = total investasi (Rp)
A = keuntungan penjualan gas tahunan (Rp)
i = discount rate atau IRR (%)
n = umur pipa (tahun)
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 58 Tahun 2017, IRR yang
ditetapkan untuk pengelolaan infrastruktur gas bumi paling besar adalah 11%
dalam mata uang dolar (US$) dengan umur keekonomian proyek dihitung selama
15 tahun sejak pengaliran pertama. Payback period yang baik menurut PT.
Perusahaan Gas Negara adalah dibawah 10 tahun (Burhan, 2015). Payback period
dapat dihitung dengan:
investasi awal
PBP=
arus kas
Jika nilai NPV yang didapatkan adalah positif, IRR lebih besar daripada
MARR, dan payback period dibawah 10 tahun, maka proyek dinyatakan untung
dan layak untuk dijalankan. Dilakukan sensitivity analysis berdasarkan perubahan
Universitas Indonesia
harga jual gas, jumlah konsumen gas, dan biaya CAPEX. Nilai-nilai yang telah
didapatkan kemudian dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar lain untuk
kehidupan rumah tangga dan komersial di wilayah Kelapa Gading, seperti
penggunaan tabung LPG. Pada umumnya, penduduk di Kelapa Gading
menggunakan tabung LPG 12 kg untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari.
Akan dilakukan perbandingan terhadap total biaya yang dikeluarkan oleh
konsumen perbulannya jika menggunakan LPG dan gas alam.
Jika nilai NPV yang didapatkan adalah negatif, maka skema pendanaan
proyek harus diubah. Beberapa opsi skema pendanaan yang dapat digunakan
adalah skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), joint ventures
bersama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau bersama developer wilayah
tersebut. Pembagian skema pendanaan terbagi menjadi dana yang dibutuhkan
untuk capital expenditures dan operating expense. Dana operating expense
sepenuhnya dipegang oleh Badan Usaha, sementara dana capital expenditures
terbagi dua antara Badan Usaha dan pihak lainnya.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
The American Society of Mechanical Engineers. (2004). ASME 831.8-2003 (Vol.
552). New York.
Times, I., & Agustina, A. (2019). Tak Gunakan APBN, PGN Tambah 500 ribu
Jaringan Gas Rumah Tangga. [Online]
https://www.idntimes.com/business/economy/auriga-agustina-3/tak
gunakan-apbn-pgn-tambah-500-ribu-jaringan-gas-rumah-tangga/full.
[Diakses 12 December 2019]
Universitas Indonesia