Anda di halaman 1dari 59

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI GAS KOTA


UNTUK SEKTOR RUMAH TANGGA DAN KOMERSIAL DI
KELAPA GADING

SEMINAR

Disusun Oleh:
Luthfiya Naifa Putri 1606871392

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
UNIVERSITAS INDONESIA

PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI GAS KOTA UNTUK


SEKTOR RUMAH TANGGA DAN KOMERSIAL DI KELAPA GADING

SEMINAR

Disusun Oleh:
Luthfiya Naifa Putri 1606871392

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

ii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Seminar ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Luthfiya Naifa Putri


NPM : 1606871392
Tanda Tangan :

Tanggal : 11 Desember 2019

iii Universitas Indonesia


LEMBAR PENGESAHAN

Seminar dengan judul:


PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI GAS KOTA UNTUK
SEKTOR RUMAH TANGGA DAN KOMERSIAL DI KELAPA GADING

Oleh:
Luthfiya Naifa Putri
1606871392

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia dan
disetujui untuk diajukan dalam sidang seminar.

Depok, 11 Desember 2019


Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng.


NIP. 196501251993031002

iv Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

Seminar ini diajukan oleh


Nama : Luthfiya Naifa Putri
NPM : 1606871392
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Seminar : Pengembangan Jaringan Distribusi Gas Kota untuk Sektor Rumah
Tangga dan Komersial di Kelapa Gading

Seminar dibuat untuk melengkapi sebagian prasyarat menjadi Sarjana Teknik


pada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan
disetujui untuk diajukan dalam sidang Seminar.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng. ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Ditetapkan di : Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, Depok


Tanggal :

v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya,


sehingga saya dapat menyelesaikan proposal seminar ini yang berjudul
Pengembangan Jaringan Distribusi Gas Kota Untuk Sektor Rumah Tangga
Dan Komersial Di Kelapa Gading. Saya menyadari, tanpa adanya bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, seminar proposal ini akan sulit untuk diselesaikan.
Oleh karena itu, saya berterimakasih kepada:
1. Kedua orang tua dan adik saya yang selalu memberi doa, dukungan, dan
motivasi dalam melaksanakan seminar proposal.
2. Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng. selaku ketua Departemen
Teknik Kimia Universitas Indonesia dan sebagai pembimbing seminar
saya.
3. Dr. Ir. Sukirno, M.Eng selaku pembimbing akademis saya.
4. Pak Adam Nur Bawono, selaku mentor saya dari PT. Perusahaan Gas
Negara, Tbk yang telah banyak mengajarkan dan membantu saya.
5. Pak Sriyono, Pak Taufik, dan karyawan DTK lainnya yang telah
membantu terkait peradministrasian.
6. Satria Resdiana, Hafidz Aliyufa, Hanif Ibrahim, dan Yohanes Pandu
selaku teman-teman seperbimbingan saya yang saling menyemangati.
7. Bilqis, Alya, Irfan, Ivan, Talitha, Pandu, Reza, Daffa, Badzlina, Septiana,
Nurul, Ajeng, dan teman-teman Teknik Kimia Paralel 2016 sebagai
support system saya di dunia perkuliahan.
Penulis memohon maaf apabila dalam menyusun dan menulis proposal ini
masih terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
dapat menjadikan penulis untuk menjadi lebih baik dalam masa yang akan
mendatang dan bermanfaat untuk pembaca.

26 Oktober 2019
Penulis

vii Universitas Indonesia


ABSTRAK

Nama : Luthfiya Naifa Putri


Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Pengembangan Jaringan Distribusi Gas Kota untuk Sektor Rumah
Tangga dan Komersial di Kelapa Gading
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng.

Kelapa Gading merupakan salah satu wilayah padat penduduk di DKI


Jakarta dengan tingkat kependudukan yang meningkat tiap tahunnya. Dengan
meningkatnya penduduk, kebutuhan energi cenderung akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga dan komersial, seperti rumah makan.
Alternatif energi yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah
menggunakan gas alam. Dibandingkan dengan LPG, biaya penggunaan gas alam
lebih murah, ketersediaannya berlimpah, dan ramah lingkungan. Penelitian ini
berfokus pada studi kelayakan pembangunan infrastruktur jaringan distribusi gas
kota untuk meningkatkan minat dan aksesibilitas terhadap penggunaan gas alam
di Kelapa Gading. Tahap yang pertama kali dilakukan adalah mengumpulkan data
geografi dan topografi Kelapa Gading serta kebutuhan gas yang diperlukan
pelanggan. Kemudian, dilakukan simulasi menggunakan PipelineStudio untuk
mendapatkan spesifikasi perpipaan dan kondisi operasi. Setelah spesifikasi
komponen perpipaan didapatkan, maka total investasi pengembangan jaringan
distribusi gas dapat dihitung dan dilakukan evaluasi keekonomian kelayakan
pembangunan proyek berdasarkan 3 parameter, yaitu NPV, IRR, dan PBP.

Kata Kunci: Jaringan Distribusi Gas, Gas Kota, Kelapa Gading


ABSTRACT

Name : Luthfiya Naifa Putri


Study Program: Chemical Engineering
Title : City Gas Distribution Network Development for Households and
Commercial Sectors in Kelapa Gading
Mentor : Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng.

Kelapa Gading is one of the densely populated areas in DKI Jakarta with
an increasing population level each year. With increasing population, energy
needs are likely to increase to meet household and commercial needs, such as
restaurants. Alternative energy that can be used for daily needs is to use natural
gas. Compared to LPG, natural gas is cheaper, has abundant availability, and is
environmentally friendly. This research focuses on a feasibility study on the
construction of a city gas distribution network infrastructure to increase interest
and accessibility to the use of natural gas in Kelapa Gading. The first stage is to
collect data on the geography and topography of Kelapa Gading and the gas
requirements required by the customer. Then, a simulation using PipelineStudio is
performed to obtain piping specifications and operating conditions. After the
pipeline component specifications are obtained, the total investment in the
development of the gas distribution network can be calculated and an economic
evaluation of the feasibility of the project development is based on 3 parameters,
namely NPV, IRR, and PBP.

Keywords: Gas Distribution Network, City Gas, Kelapa Gading


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iii


LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
BAB I.......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................2
1.4. Batasan Masalah.....................................................................................3
1.5. Sistematika Penulisan.............................................................................3
BAB II......................................................................................................................5
2.1. Gas Alam..................................................................................................5
2.2. Gas Kota...................................................................................................6
2.2.1. Pengertian Gas Kota..........................................................................6
2.2.2. Prinsip Distribusi Gas Kota...............................................................7
2.3. Mekanika Fluida Pada Gas....................................................................8
2.3.1. Persamaan Umum Untuk Gas............................................................9
2.3.2. Penurunan Tekanan Aliran..............................................................11
2.3.3. Persamaan Reynold dan Faktor Friksi (f)........................................12
2.4. Sistem Jaringan Perpipaan Pada Gas.................................................14
2.4.1. Kode dan Standar Dalam Mendesain Jaringan Perpipaan...............14
2.4.2. Komponen-Komponen Jaringan Perpipaan.....................................17
2.5. Analisa Ekonomi...................................................................................26
2.5.1. Net Present Value (NPV).................................................................26
2.5.2. Internal Rate of Return (IRR)..........................................................27
2.5.3. Payback Period (PBP)......................................................................27
2.5.4. Weighted Average Cost of Capital (WACC)...................................28
2.6. Regulasi Penjualan Gas Bumi di Indonesia........................................29
2.7. Wilayah Kelapa Gading........................................................................30
2.8. State of The Art.....................................................................................31
BAB III..................................................................................................................33
3.1. Diagram Alir Penelitian........................................................................33
3.2. Perangkat Penelitian.............................................................................33
3.3. Prosedur Penelitian...............................................................................33
3.3.1. Identifikasi Sistem dan Batasan Masalah........................................33
3.3.2. Pengumpulan dan Analisis Data......................................................35
3.3.3. Perancangan Teknis Jaringan Pipa Distribusi..................................36
3.3.4. Simulasi Jaringan Pipa Distribusi....................................................36
3.3.6. Evaluasi Ekonomi Pengembangan Jaringan Pipa............................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Komposisi Gas Alam............................................................................5


Tabel 2. 2. Perbandingan Nilai Kalor Bahan Bakar................................................6
Tabel 2. 3. Karakteristik Pembakaran Gas Kota.....................................................7
Tabel 2. 4. L/D pada Fitting..................................................................................12
Tabel 2. 5. Kekasaran Pipa Berdasarkan Jenisnya................................................14
Tabel 2. 6. Design Factor untuk Pipa....................................................................15
Tabel 2. 7. Faktor Sambungan Pipa (E) untuk API 5L.........................................16
Tabel 2. 8. Faktor Penurunan Suhu (T).................................................................16
Tabel 2. 9. Maximum Allowable Operating Pressure (MAOP) pada Pipa...........16
Tabel 2. 10. Faktor Aplikasi Lingkungan (AF)......................................................17
Tabel 2. 11. Karakteristik Pipa Polyethylene........................................................19
Tabel 2. 12. Klasifikasi Pipa PE Berdasarkan Materialnya..................................19
Tabel 2. 13. Aplikasi Flange pada Pipa.................................................................21
Tabel 2. 14. Jenis-Jenis dan Fungsi Valve............................................................23
Tabel 2. 15. Pemilihan Kelas G Meter Gas...........................................................24
Tabel 2. 16. Penetapan Harga Gas Alam Provinsi DKI Jakarta............................29
Tabel 2. 17. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kelapa Gading.......................31
Tabel 2. 18. State of The Art..............................................................................31Y
Tabel 3. 1. Tabel Perhitungan Kebutuhan Gas Kota.............................................36

xii Universitas Indonesia


DAFTAR GAMBAR

YGambar 2. 1. Skema Jaringan Gas Kota


Gambar 2. 2. Pipa Jenis API 5L...........................................................................18
Gambar 2. 3. Pipa MDPE untuk Gas....................................................................19
Gambar 2. 4. Jenis-Jenis Fittings..........................................................................20
Gambar 2. 5. Jenis-Jenis Flange...........................................................................21
Gambar 2. 6. Bolt dan Gasket..............................................................................21
Gambar 2. 7. Jenis-Jenis Valve............................................................................22
Gambar 2. 8. Control Valve pada Regulator dan Metering Gas..........................23
Gambar 2. 9. Metering Gas pada Rumah Pelanggan...........................................24
Gambar 2. 10. Skema Pressure Regulator............................................................25
Gambar 2. 11. Peta Wilayah Kelapa Gading30
Y
Gambar 3. 1. Diagram Alir Penelitian..................................................................35
Gambar 3. 2. Simulasi Jaringan Perpipaan...........................................................37
Gambar 3. 3. Contoh Gambar Isometrik..............................................................39

xiii Universitas Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan gas alam terbesar
ketiga di wilayah Asia Pasifik dan mempunyai kontribusi sebesar 1.5% dari total
cadangan gas dunia (BP Statistical Review of World Energy, 2015) dengan
produksi dan konsumsi gas Indonesia yang menunjukkan kenaikan dari tahun ke
tahun. Saat tahun 1970, produksi gas domestik hanya 1,1 MToe dengan konsumsi
gas sebesar 1,08 MToe. Produksi gas alam nasional kemudian meningkat menjadi
sebesar 62,9 MToe pada tahun 2018 dengan konsumsi gas sebesar 33.5 MToe (BP
Global Company, 2019).
Kebutuhan energi nasional cenderung meningkat di setiap tahun.
Berdasarkan peruntukannya, energi nasional terbesar digunakan untuk keperluan
rumah tangga, yaitu mencapai 382,94 juta BOE, diikuti dengan sektor transportasi
sebesar 361,7 juta BOE dan sektor industri sebesar 273,86 juta BOE
(Kementerian ESDM, 2018). Umumnya, energi yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari sektor rumah tangga adalah gas dalam bentuk LPG sebagai bahan
bakar untuk memasak dan media pemanas lainnya. Peningkatan penduduk juga
berpengaruh terhadap peningkatan pasar sektor komersial, terutama industri
rumah makan. Sektor rumah tangga dan rumah makan pada umumnya
menggunakan liquefied petroleum gas (LPG) 5 kg, 12 kg, maupun 50 kg untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penggunaan ini cenderung tidak ekonomis dan
efisien karena harganya yang mahal dan tidak selalu tersedia, sehingga
dibutuhkan sumber bahan bakar lain yang dapat memenuhi kebutuhan energi
masyarakat.
Oleh sebab itu, kebutuhan energi nasional harus terpenuhi dengan cara
yang menjamin ketahanan dan kedaulatan energi. Salah satu pendekatan strategi
energi nasional yang ideal adalah dengan mengganti penggunaan LPG dengan
meningkatkan pemakaian gas alam domestik sampai berkontribusi sebesar 23%
dari seluruh pasokan energi Indonesia di 2025. Gas alam berperan besar untuk
supply energi dunia sebagai salah satu sumber energi bersih dengan intensitas
karbon rendah. Dibandingkan dengan LPG, biaya penggunaan gas alam lebih
murah, ketersediaannya berlimpah, dan ramah lingkungan.
Melihat hal ini, pembangunan infrastruktur jaringan distribusi gas kota di
wilayah padat penduduk dibutuhkan untuk meningkatkan minat dan aksesibilitas
terhadap penggunaan gas alam. Penelitian terkait perancangan teknis sistem
perpipaan ditribusi gas kota sebelumnya telah dilakukan untuk sektor rumah
tangga Kota Depok (Valentino, 2009), sektor rumah tangga dan komersial
Kebayoran Baru (Burhan, 2015), sebuah apartemen pada kota Depok
(Satriaperdana, 2018), dan sektor komersial dan rumah tangga Summarecon
Serpong (Nathanael, 2019).
Beberapa wilayah di DKI Jakarta belum sepenuhnya terjangkau oleh
jaringan gas kota, salah satunya adalah wilayah kecamatan Kelapa Gading,
Jakarta Utara. Kelapa gading memiliki jumlah penduduk sebesar 140.735 jiwa
(Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, 2019). Secara administratif, wilayah
Kelapa Gading terdiri 3 kelurahan dengan kepadatan penduduk 8.729 jiwa/km2.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kelapa Gading yang cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka konsumsi dan kebutuhan energi
yang dibutuhkan juga akan bertambah, khususnya di sektor rumah tangga dan
komersial. Permasalahan inilah yang ingin diselesaikan pada penelitian yang akan
dilakukan dengan melakukan studi tentang pengembangan jaringan gas untuk
sektor komersial dan rumah tangga di wilayah Kelapa Gading.

1.2. Perumusan Masalah


1. Bagaimana rancangan teknis sistem jaringan perpipaan gas kota untuk
rumah tangga dan komersial di Kelapa Gading?
2. Bagaimana evaluasi keekonomian rancangan pengembangan jaringan
perpipaan gas kota untuk rumah tangga dan komersial di Kelapa Gading?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mendapatkan rancangan teknis jaringan perpipaan gas kota untuk
sektor rumah tangga dan komersial di Kelapa Gading.

Universitas Indonesia
2. Untuk mendapatkan evaluasi keekonomian terkait rancangan teknis
jaringan perpipaan gas kota untuk sektor rumah tangga dan komersial di
Kelapa Gading.

1.4. Batasan Masalah


1. Area jaringan distribusi gas kota hanya pada sektor komersial dan rumah
tangga di wilayah kecamatan Kelapa Gading.
2. Bahan bakar yang disalurkan adalah gas alam dengan komposisi gas alam
yang telah ditentukan dan didapatkan dari jaringan pipa utama di wilayah
Kelapa Gading.
3. Terminologi gas dan fluida di penulisan ini merujuk pada gas alam atau
gas kota.
4. Standar desain jaringan pipa distribusi mengacu pada ASME B31.8-2016
“Gas Transmission and Distribution Piping Systems”.
5. Pengembangan jaringan gas dilakukan dari tapping point sampai ke setiap
muka bangunan rumah pelanggan dan pelanggan komersial.
6. Supply dan demand gas kota akan didasarkan pada kondisi dimana
kebutuhan gas paling tinggi.
7. Simulasi dilakukan menggunakan software perpipaan PipelineStudio.

1.5. Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Bab 1 berisi tentang latar belakang pemilihan judul skripsi, perumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 berisi tentang dasar-dasar teori yang menjelaskan tentang gas alam,
distribusi gas kota, mekanika fluida pada gas, komponen sistem
perpipaan, analisa ekonomi, dan wilayah yang akan dikembangkan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab 3 berisi tentang penjelasan diagram alir penelitian, deskripsi
penelitian, dan tahap-tahap penelitian.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gas Alam


Gas alam atau gas bumi (natural gas) merupakan salah satu energi utama
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan campuran dari
hidrokarbon. Gas alam dapat ditemukan di oil field, gas field, maupun tambang
batu bara dan dapat dianggap sebagai bahan bakar fossil karena gas alam
terbentuk dari sisa-sisa hewan laut kecil dan tanaman yang mati dari 300 – 400
juta tahun yang lalu. Sebagian besar dari gas alam adalah methane (CH 4),
sedangkan 10% lainnya merupakan gabungan dari ethane (C2H6), propane (C3H8),
butane (C4H10), pentane (C5H12), hexane (C6H14), nitrogen (N2), dan karbon
dioksida (CO2). Dalam bentuk murninya, gas alam tidak berwarna, tidak
berbentuk, tidak berbau, dan mengandung banyak impurities. Setelah melalui
proses pengolahan, gas alam ditambahkan zat mercaptan yang berfungsi untuk
memberikan bau sehingga jika mengalami kebocoran pipa dapat terdeteksi.
Tabel 2. . Komposisi Gas Alam
Komposisi [% vol.]
Methane 88.98
Ethane 6.85
Propane 1.27
Butane 0.24
Pentane 0.04
Hexane 0.003
Nitrogen 0.96
Carbon dioxide 1.61

(Sumber: Gas Processing News, 2018)

Dalam kehidupan sehari-hari, gas alam digunakan sebagai media


pembakaran seperti untuk memasak dan pemanas di sektor rumah tangga serta
komersial. Banyaknya jumlah energi panas dalam gas alam yang dapat dilepas
saat pembakaran dilihat dari nilai kalornya. Nilai kalor juga menjadi faktor
penentu harga penjualan gas alam.

Tabel 2. . Perbandingan Nilai Kalor Bahan Bakar


Bahan Bakar HHV (MJ/kg) LHV (MJ/kg)
Gas Alam 52.2 47.1
Diesel 45.6 42.6
Gasoline 46.4 43.4
Kerosene 46.2 43
LNG 55.2 48.6
LPG 49.3 45.5
Biodiesel 40.5 37.5
(Sumber: Engineering Toolbox, 2003)
Keuntungan dari penggunaan gas alam jika dibandingkan dengan bahan
bakar lainnya yaitu gas alam merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan,
lebih aman dan mudah untuk disimpan, persediaannya dapat diandalkan, dan
harga jualnya lebih rendah (Consumers Gas Cooperative, 2017).

2.2. Gas Kota


2.2.1. Pengertian Gas Kota
Gas kota adalah gas alam yang ditransportasikan melalui jaringan pipa ke
pelanggan. Keuntungan dari penggunaan gas kota adalah:
1. Aman digunakan, karena tekanannya rendah (sebesar 0.2 bar) dan
densitasnya lebih ringan dari udara, sehingga jika terjadi kebocoran
gas akan cepat menguap ke udara.
2. Penggunaan gas kota akan lebih ekonomis karena supply dari gas kota
bersifat kontinyu dan harganya lebih murah.
3. Praktis, karena gas kota langsung dialirkan melalui jaringan pipa ke
muka bangunan pelanggan.
4. Ramah lingkungan, karena impurities yang terkandung (seperti H2S
dan N2) telah dihilangkan saat proses pengolahan gas sehingga saat
pembakaran tidak ada emisi polutan yang dihasilkan.
5. Daya bakar dan efisiensi termal yang relatif lebih tinggi.

Universitas Indonesia
6. Memiliki batas pemabakaran, sehingga gas tidak akan menyala jika
hanya ada campuran udara dan gas kota kurang dari 5% atau lebih dari
15%.
Tabel 2. . Karakteristik Pembakaran Gas Kota
Karakteristik Nilai
Ignition point 593oC
Flammability limit 4% - 16% (volume in air)
Theoritical flame temperature 1960oC
Maximum flame velocity 0.3 m/s
Heat release 102 Btu/ft3
Calorific value 900 – 1100 Btu/ft3
Specific gravity 0.55 - 1
(sumber: Union Gas, 2017)

2.2.2. Prinsip Distribusi Gas Kota


Gas kota berasal dari gas alam yang ditransportasikan dan disesuaikan
komposisi serta kondisi operasinya agar dapat digunakan untuk sektor komersial,
industri, dan rumah tangga. Terdapat beberapa tahap pendistribusian gas sampai
akhirnya gas dapat didistribusikan ke konsumen seperti tertera pada gambar 2.1.

Gambar 2. . Skema Jaringan Gas Kota


(Sumber: Amerian Gas Association)
1. Produksi: jaringan pipa produksi merupakan pipa yang terletak di
dekat kepala sumur gas yang digunakan dan berfungsi untuk
mengalirkan gas alam mentah yang diproduksi dari sumur gas.
2. Pengumpulan dan Pemrosesan: jaringan pipa pengumpul digunakan
untuk mengirimkan gas dari sumbernya (sumur gas) ke pabrik

Universitas Indonesia
pemrosesan gas. Kondisi operasi pada pipa pengumpul adalah tekanan
berkisar sebesar 715 psi, jarak jaringan pipa sepanjang 200 meter, dan
diameter lebih kecil daripada jaringan pipa transmisi, yaitu dibawah
18”. Di pabrik pemrosesan, gas alam akan diolah untuk
menghilangkan impurities dan hidrokarbon lainnya untuk
menghasilkan gas alam yang memenuhi standar distribusi gas melalui
pipa dengan kandungan metana dalam gas adalah sebesar 95-98%.
3. Transmisi: tahap transportasi gas alam yang telah diolah ke city gate,
tangki penyimpanan gas alam, serta pengguna akhir industri. Jaringan
pipa transmisi umumnya terbentang panjang melewati beberapa
negara, kota, dan kontinental untuk menyalurkan gas alam dari daerah
produksi ke pusat distribusi. Pipa pada jaringan transmisi beroperasi
pada tekanan tinggi mulai dari 200 hingga 1200 psi dan menggunakan
stasiun compressor di setiap jalur transmisi, dengan diameter pipa
mulai dari 10” sampai 48”.
4. Distribusi: distribusi merupakan tahap transportasi gas alam ke
pelanggan rumah tangga, komersial, maupun industri melalui pipa
bertekanan lebih rendah. Prinsip dasar distribusi gas kota adalah gas
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Jaringan pipa gas distribusi terdiri dari dua sistem, yaitu jaringan pipa
induk dan jaringan pipa servis. Jaringan pipa induk berfungsi untuk menyalurkan
gas bumi dari sistem meter pengukur dan pengatur tekanan sampai dengan pipa
servis, menggunakan material pipa baja, plastik, tembaga, dan iron cast. Tekanan
pada jaringan pipa ini sangat bervariasi dan dapat meningkat hingga sekitar 200
psi dengan diameter pipa berukuran 2” sampai 24”.
Sedangkan, jaringan pipa servis merupakan percabangan dari pipa utama
yang mengalirkan gas ke pressure regulator dan gas meter konsumen. Material
pipa yang digunakan pada jaringan pipa servis adalah plastik, baja, atau tembaga.
Tekanan keluaran dari pipa servis sangat rendah (dibawah 6 psi) dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan gas konsumen dengan diameter pipa kurang dari
2”.

Universitas Indonesia
2.3. Mekanika Fluida Pada Gas
Distribusi gas kota menggunakan prinsip mekanika fluida gas, dimana laju
aliran gas di dalam pipa yang akan ditransportasikan bergantung pada bilangan
Reynolds, faktor friksi, kekasaran pipa (pipe roughness), jatuh tekanan (pressure
drop), diameter dan panjang pipa, tekanan dan suhu aliran, serta tekanan dan suhu
lingkungan (Ouyang, L. et al, 1995).
2.3.1. Persamaan Umum Untuk Gas
Gas kota adalah fluida yang kompresibel, dimana densitas (kepadatan) dan
viskositas (kekentalan) akan meningkat seiring meningkatnya tekanan, tetapi
cenderung tetap pada tekanan tinggi. Hubungan yang menyatakan perubahan
densitas fluida gas ditunjukkan oleh persamaan fluida kompresibel, yaitu:
PM
ρ= (2.1)
ZRT
dengan,
ρ = densitas gas (kg/m3)
P = tekanan (Pa)
M = massa (gr)
Z = faktor kompressibilitas (tidak berdimensi, menunjukkan deviasi gas
yang sesungguhnya terhadap gas ideal)
R = 8.314 J/Kmol
T = suhu (Kelvin)
Fluida yang melewati pipa dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan
vibrasi serta erosi di pipa dan akan mengikis pipa seiring berjalannya waktu. Oleh
karena itu, kecepatan gas pada pipa harus dibatasi agar tidak melewati kecepatan
erosional untuk meminimalisir vibrasi dan erosi (Mohitpour, et. al., 2000).
Batas kecepatan gas minimum yang mengalir dalam pipa untuk
menghindari terbentuknya cairan adalah 10 – 15 ft/s, sedangkan batas kecepatan
gas maksimum dalam pipa adalah 60 – 80 ft/s untuk meminimalisir suara yang
dihasilkan dan memungkinkan proteksi terhadap korosi (Mokhatab et al., 2015).
Persamaan yang digunakan untuk mencari kecepatan gas rata-rata sepanjang pipa
adalah:
748.7 QT
v= (2.2)
D P2 (520)

Universitas Indonesia
Dengan,
v = kecepatan aliran (m/s)
D = diameter (m)
Q = laju alir volumetrik (m3/s)
T = suhu (K)
P = tekanan gas rata - rata (Pa)
Tekanan gas rata-rata dapat diketahui melalui persamaan:
2 PA PB
P Avg =
3(P A + PB −
P A + PB ) (2.3)

Keterangan
PA = tekanan gas masuk (Pa)
PB = tekanan gas keluar (Pa)
Persamaan aliran gas saat steady-state dapat diketahui dari persamaan:
Tb 1
Q=38.774

Pb f
¿ ¿ (2.4)

Dengan asumsi persamaan energy potensial adalah:


P2ave
E=0.0375 G∗∆ H∗
T ave Z ave( ) (2.5)

Sehingga, persamaan (2.5) menjadi:


1
T b 1 P21−P22−E
√[ ] 2 2.5
Q=38.774 D (2.6)
Pb f Z ave T ave GL

Dimana:
Qb = laju alir gas pada kondisi basis, SCF/D
Tb = suhu pada kondisi basis, oR
Pb = tekanan pada kondisi basis, psia
1
√ f
= faktor transmisi

P1 = tekanan masukan gas, psia


P2 = tekanan keluaran gas, psia
G = gravitasi gas
∆H = perubahan elevasi, ft

Universitas Indonesia
Pave = tekanan rata-rata, psia
Tave = suhu rata-rata, oR
Zave = faktor kompresibilitas rata-rata
L = panjang pipa, miles
D = diameter pipa dalam, in
2.3.2. Penurunan Tekanan Aliran
Penurunan tekanan (pressure drop) adalah peristiwa terjadinya penurunan
tekanan gas dari satu titik dalam pipa ke hilir pipa. Peristiwa ini disebabkan
karena adanya resistansi fluida yang dipengaruhi oleh kecepatan dan viskositas
fluida terhadap aliran, sehingga terjadi gaya gesek antara fluida yang mengalir
dengan pipa. Perubahan bentuk energi yang menyebabkan penurunan tekanan
dapat ditinjau dari persamaan Bernoulli:
P A V 2A PB V 2B
+ + Z A= + + Z B +h f (2.7)
ρA 2 g ρB 2 g
Dimana,
PA = tekanan masukan fluida (N/m2)
PB = tekanan keluaran fluida (N/m2)
ρ A = densitas masukan fluida (kg/m3)
ρ B = densitas keluaran fluida (kg/m3)
G = percepatan gravitasi (m/s2)
VA = kecepatan gas masukan fluida (m/s)
VB = kecepatan gas keluaran fluida (m/s)
ZA = elevasi masukan fluida (m)
ZB = elevasi keluaran fluida (m)
Hf = kehilangan head akibat friksi (head loss, m)
Untuk mengetahui nilai head loss, persamaan yang umum digunakan
adalah persamaan Darcy-Weisbach, yaitu:
L v2
( )( )
h f =f
D 2g
(2.8)

Dengan mengalikan kedua ruas pada persamaan Bernoulli, maka akan


didapatkan persamaan untuk menghitung pressure drop, yaitu:

Universitas Indonesia
fL v 2 ρ
∆ p= (2.9)
2d
Saat gas dialirkan, asumsi yang dibuat adalah gas mengalir secara
isothermal. Berdasarkan hukum gas ideal, saat kondisi pipa horizontal maka
perbedaan ketinggian antara titik A dan B dapat diabaikan, sehingga persamaan
(2.9) dapat disederhanakan menjadi:
2
f L ṁ
∆ P=
2D A ( ) 1ρ (2.10)

1 2
Untuk pipa lurus tanpa fitting, ṁ=Qρ dan A= π D , sehingga persamaan
4
(2.10) dapat diubah menjadi:

∆ P=
( DL )∗ρ∗Q
C∗ f 2

(2.11)
4
D

∆ P∗D 4
Q=

√[ (
C∗ f
L
D
∗ρ ) ]
Jika di jaringan pipa terdapat fitting, maka persamaan (2.13) akan menjadi:
(2.12)

L
∆ P=
C∗ f ( D )
+ Σ fK ∗ρ∗Q 2
(2.13)
4
D
Dimana,
C = faktor koreksi
Q = laju alir volumetrik gas (m3/s)
K = panjang ekuivalen dari fitting (m)
d = diameter pipa bagian dalam (inner diameter, m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan gas (m/s)
∆ p = pressure drop (Pa)
f = koefisien friksi atau faktor gesekan Darcy (tidak berdimensi)
ρ = densitas gas (kg/m3)
Dengan L/D untuk beberapa fitting yang umum digunakan untuk sistem
perpipaan pada table 2. 4.

Universitas Indonesia
Tabel 2. . L/D pada Fitting
Jenis Fitting L/D
Gate Valve 13
Globe Valve 340
Angle Valve 145
Check Valve 135
Standard Elbow 90o 30
Standard Elbow 45o 16
Long Radius Elbow 90o 20
(sumber: Introduction to Fluid Mechanics, 1998)

2.3.3. Persamaan Reynold dan Faktor Friksi (f)


Berdasarkan persamaan Reynold, jenis aliran pada fluida dapat dibedikan
menjadi aliran laminar, aliran transisi, dan aliran turbulen.
gaya inersia ρvd
ℜ= = (2.14)
viskositas μ
dimana,
ρ = densitas gas (kg/m3)
μ = viskositas (Ns/m2)
Re = bilangan Reynold (tidak berdimensi)
D = diameter pipa bagian dalam (inner diameter, m)
v = kecepatan fluida (m/s)
Aliran transisi terjadi bila Re fluida diantara 2000 – 4000. Jika Re aliran
fluida <2000, maka aliran fluida yang terjadi adalah laminar. Aliran laminar
ditandai oleh partikel fluida yang halus atau dalam jalur yang teratur dan
mempunyai persaman faktor friksi (f) sebagai berikut:
64
f= ℜ (2.15)

Faktor friksi (f) merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan untuk
menentukan kehilangan tekanan akibat adanya friksi didalam pipa. Saat bilangan
Re>4000, maka aliran fluida yang terjadi adalah aliran turbulen, dimana
pergerakan partikel fluida tidak teratur. Faktor friksi pada aliran turbulen tidak
hanya bergantung pada bilangan Re, tetapi juga bergantung pada kekasaran pipa
relatif (relative roughness, ε /D). Ketika kekasaran pipa relative meningkat, maka
faktor friksi akan meningkat.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung faktor friksi pada aliran
turbulen adalah Persamaan Colebrook-White, yaitu:

Universitas Indonesia
1 ε 2.51
√f
=−2 log 10
[(
3.7 D
+
R √f ) ( )] (2.16)

ε =ε s +ε i + ε d (2.17)
Dengan,
ε = kekasaran dinding pipa rata-rata (in)
D = diameter pipa bagian dalam (in)
ε s = surface roughness (in)
ε i = interfacial roughness (in)
ε d = kekasaran terhadap las, bengkokan, fittings (in)
Nilai kekasaran permukaan pipa (ε) sangat berpengaruh untuk menentukan
laju alir dan pressure drop di dalam pipa saat aliran turbulen.
Tabel 2. . Kekasaran Pipa Berdasarkan Jenisnya
Bahan Pipa Kekasaran Permukaan Pipa, ε (in)
Concrete 0.012 – 0.12
Cast Iron 0.01
Galvanized Iron 0.006
Asphalted Cast Iron 0.0048
Welded Steel 0.0018
PVC, Drawn Tubing (brass,
0.00006
lead, glass, etc)
(sumber: Pipe Flow, n.d)

2.4. Sistem Jaringan Perpipaan Pada Gas


2.4.1. Kode dan Standar Dalam Mendesain Jaringan Perpipaan
Untuk mendesain, menkonstruksi, dan memilih material yang digunakan
untuk mengembangkan jaringan perpipaan telah diatur dalam kode dan standar
internasional ASME B31.8-2003 yang menentukan kebutuhan dan keperluan
minimum sistem perpipaan. Desain standar sistem pipa distribusi gas bertujuan
untuk menjaga keselamatan masyarakat terkait dengan keberadaan jaringan
distribusi. Beberapa kondisi yang akan membahayakan sistem jaringan distribusi
gas perlu diidentifikasi terlebih dahulu, seperti kondisi yang dapat menyebabkan
tekanan tambahan pada setiap bagian pipa perlu diketahui untuk ditindak lebih
lanjut. Contoh kondisi bahaya lainnya yang perlu diperhitungkan adalah keadaan
tanah yang tidak stabil, tekanan karena gempa bumi, aktivitas manusia, dan
tekanan karena perbedaan suhu.

Universitas Indonesia
Komponen paling penting dalam sistem jaringan distribusi gas adalah pipa
yang berfungsi untuk mengalirkan gas. Pipa yang digunakan dalam distribusi gas
mengikuti standar API 5L, dimana standar ini menentukan pembuatan pipa
seamless dan welded sesuai dengan level produknya (PSL 1 dan PSL 2). Material
umum yang digunakan untuk pipa distribusi bertekanan tinggi adalah pipa carbon
steel, untuk pipa distribusi bertekanan rendah digunakan pipa plastik atau pipa PE
(polyethylene). Persamaan desain yang telah ditetapkan untuk mencari ketebalan
nominal dinding pipa sesuai ASME B31.8 adalah:
P do
t= (2.18)
2∗( F∗E∗T ∗S γ )
Sehingga untuk mencari tekanan desain pipa, persamaannya menjadi:
2∗S γ∗t
P= [ D ] F∗E∗T (2.19)

Dimana:
t = desain ketebalan pipa minimum (in)
P = tekanan masukan pipa atau design pressure (psig)
do = diameter dalam pipa, OD (in)
Sγ = kekuatan pipa minimum (specified minimum yield stress, psi)
F = design factor (tertera pada tabel 2.6)
E = faktor longitudinal sambungan (weld-joint factor, tertera pada tabel 2.7)
T = faktor penurunan suhu (derating factor, tertera pada tabel 2.8)
Tabel 2. . Design Factor untuk Pipa

Design Factor, F
Aplikasi Kelas 1 Kelas Kelas Kelas
Div 1 Div 2 2 3 4
Pipeline, pipa utama, dan pipa servis 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
Persimpangan dengan jalan dan jalur kereta tanpa casing:
a. Jalan pribadi 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
b. Jalan umum sederhana 0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
c. Jalan umum dan jalan tol dengan
0.6 0.6 0.5 0.5 0.4
permukaan keras, jalur kereta
Persimpangan dengan jalan dan jalur kereta dengan casing:
a. Jalan pribadi 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
b. Jalan umum sederhana 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
c. Jalan umum dan jalan tol dengan
0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
permukaan keras, jalur kereta
Jalur perpipaan paralel dengan jalan dan jalur kereta:

Universitas Indonesia
a. Jalan pribadi 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
b. Jalan umum sederhana 0.8 0.72 0.6 0.5 0.4
c. Jalan umum dan jalan tol dengan
0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
permukaan keras, jalur kereta
Jalur perpipaan diatas jembatan, fasilitas
0.6 0.6 0.6 0.5 0.4
gas meter dan pressure/flow control
Pipa pada stasiun kompressor 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4
(sumber: ASME B31.8-2003)
Keterangan dari kelas penentuan design factor:
Kelas 1 = setiap bagian pipa dengan panjang 1 mil yang memiliki 10
bangunan atau kurang yang ditujukan untuk hunian manusia di lahan kosong,
gurun, atau lahan agrikultur.
Kelas 2 = setiap bagian pipa sepanjang 1 mil yang memiliki lebih dari 10
tetapi kurang dari 46 bangunan yang ditujukan untuk hunian manusia, kawasan
industri, dan peternakan.
Kelas 3 = setiap bagian pipa sepanjang 1 mil yang memiliki lebih dari 46
bangunan yang dimaksudkan untuk kebutuhan manusia, seperti pengembangan
perumahan di pinggiran kota, pusat perbelanjaan, area perumahan, dan industri.
Kelas 4 = setiap bagian pipa sepanjang 1 mil yang memiliki lebih dari 46
bangunan, dimana bangunan merupakan bangunan bertingkat, lalu lintas padat,
dan kawasan yang mungkin ada banyak utilitas lain (air, listrik) di bawah tanah.
Tabel 2. . Faktor Sambungan Pipa (E) untuk API 5L
Kelas Pipa E
Seamless 1.0
Electric Resistance Welded (ERW) 1.0
Electric Flash Welded (EFW) 1.0
Submerged Arc Welded (SAW) 1.0
Furnace Butt Welded 0.6
(sumber: ASME B31.8-2003)
Faktor penurunan suhu (T) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. . Faktor Penurunan Suhu (T)
Suhu (oF) T
< 250 1
300 0.967
350 0.933
400 0.9
450 0.867

Universitas Indonesia
(sumber: ASME B31.8-2003)
Berdasarkan kelas lokasinya, tekanan operasi minimum yang diizinkan
atau maximum allowable operating pressure (MAOP) dibedakan menjadi:
Tabel 2. . Maximum Allowable Operating Pressure (MAOP) pada Pipa
Kelas Lokasi Pipa Baja Pipa Plastik
1, Divisi 1 Test pressure/1.25 N/A
1, Divisi 2 Test pressure/1.10 Test pressure/1.5
2 Test pressure/1.25 Test pressure/1.6
3 Test pressure/1.41 Test pressure/1.7
4 Test pressure/1.41 Test pressure/1.8
(sumber: ASME B31.8-2003)
Untuk pipa PE, maka persamaan yang digunakan adalah:
2 HDS FT A F
P= (2.20)
( IDR+1)
Dimana:
P = pressure rating, psi
HDS = hydrostatic design stress, psi
AF = faktor aplikasi lingkungan (table 2.11)
FT = faktor penurunan suhu (table 2.8)
IDR = rasio dimensi diameter dalam pipa ( D I /t ¿
t = ketebalan pipa minimal, in
Di = diameter dalam pipa, in
Tabel 2. . Faktor Aplikasi Lingkungan (AF)
Faktor Aplikasi
Lingkungan Pipa
Lingkungan (saat 23oC)
Air, alkohol, Air bekas limbah, limbah kotoran,
1.0
glycol
Nitrogen, carbon dioxide, methane, hydrogen
1.0
sulfide, gas yang non-reaktif, gas alam kering
Crude oil, diesel, gasoline, bahan bakar
0.5
hidrokarbon, bensin, gas alam basah

2.4.2. Komponen-Komponen Jaringan Perpipaan


1. Pipa
Pipa merupakan komponen utama pada sistem perpipaan untuk
mengalirkan fluida. Perancangan pipa dilakukan berdasarkan beberapa parameter,
yaitu pressure drop, laju alir fluida, diameter pipa, ketebalan pipa, material pipa,

Universitas Indonesia
harga dari pipa, ketersediaan pipa di pasar, dan kemudahan untuk melakukan
pengelasan dan manufaktur dari pipa. Untuk pipa bertekanan tinggi, pipa yang
umum digunakan adalah pipa berbahan baja. Pipa dengan material baja memiliki
karakteristik kekuatan dan ketangguhan yang tinggi dan ketahanan terhadap
korosi yang baik.
Standar untuk pipa distribusi diatur dalam API 5L-2003. Berdasarkan
fabrikasinya, pipa baja terbagi menjadi seamless dan welded. Pipa seamless
merupakan pipa yang difabrikasi tanpa membuat sambungan sama sekali,
sehingga tidak ada bagian dari pipa yang berubah materialnya akibat panas
pengelasan. Sementara itu, pipa welded merupakan jenis pipa yang terbuat dari
plat atau strip baja yang disambung dengan pengelasan. Terdapat 2 jenis teknik
pembuatan pipa welded yang sering digunakan, yaitu electric resistance welding
(ERW) dan submerged arc welding (SAW). Pipa seamless jarang digunakan
dalam jaringan perpipaan karena biayanya tinggi dan ketersediannya terbatas.
Standar API 5L meentukan pembuatan level produk (product specification level)
menjadi PSL 1 yang meliputi Grade A sampai X70 dan PSL 2 yang meliputi
Grade B sampai X80.

Universitas Indonesia
s

Gambar 2. . Pipa Jenis API 5L


(Sumber: Guangdong Lizz Steel Pipe, Co. Ltd.)
Pipa polyethylene atau pipa PE sering digunakan untuk distribusi gas
dengan tekanan rendah. Pipa PE merupakan pipa yang mempunyai sifat

Universitas Indonesia
termoplastik, tahan terhadap tekanan operasi yang tinggi, karakteristik fleksibel,
kasar, tahan benturan, non-toxic sehingga aman digunakan untuk mengalirkan gas
agar gas tidak terkontaminasi, serta memiliki ketahanan retak dan kimia yang
sangat baik. Tekanan kerja maksimum untuk pipa high density polyethylene
(HDPE) adalah 20oC dengan batas suhu 60oC, dimana jika tekanan kerja pada pipa
HDPE melebihi batas maksimum maka akan mengakibatkan pengurangan life
time. Penyambungan pada pipa HDPE dilakukan menggunakan metode butt
fusion sehingga menghasilkan sambungan antar pipa dengan kekuatan yang sama
dan tidak akan terlepas meskipun terkena benturan pada sambunganya.
Fleksibilitas LDPE lebih baik dibandingkan dengan HDPE dan MDPE, namun
kekuatan dan ketahanannya lebih rendah. Dibandingkan dengan HDPE dan
LDPE, pipa MDPE paling banyak digunakan sebagai jaringan pipa distribusi
dibawah tanah. Pipa LDPE tidak digunakan untuk jaringan pipa bawah tanah
karena sifatnya yang rentan terhadap benturan fisik dan kekuatannya terhadap
tekanan relatif rendah (Nathanael, 2019).

Gambar 2. . Pipa MDPE untuk Gas


(Sumber: JDP, 2019)

Tabel 2. . Karakteristik Pipa Polyethylene


Ketahanan
Fleksibilita Ketahanan Densitas
Polimer Kekuatan Terhadap
s Kimia (g/cm3)
Retakan
HDPE Baik Cukup baik Baik Baik 0.963
Sangat
MDPE Baik Baik Cukup 0.926–0.940
Baik
Sangat Sangat
LDPE Baik Baik 0.91–0.94
baik fleksibel
(Sumber: Global Plastic Sheeting, 2019)
Pipa PE diproduksi berdasarkan standard dimensional ratio (SDR) yang
berbeda-beda. Semakin tinggi SDR-nya, maka semakin tipis dinding pipa yang
digunakan. Persamaan untuk mengetahui SDR adalah:

Universitas Indonesia
diameter luar pipa
SDR= (2.21)
ketebalan dinding pipa minimum
Maximum allowable operating pressure (MAOP) pada pipa PE dapat
dihitung dengan persamaan:
2 MRS
MAOP= (2.22)
C(SDR−1)
Dimana:
MAOP = tekanan operasi pipa maksimum yang dibolehkan, MPa
C = faktor desain, untuk gas adalah 2
MRS = tekanan minimum yang dibutuhkan (minimum required stress)
SDR = standard dimensional ratio
Tabel 2. . Klasifikasi Pipa PE Berdasarkan Materialnya
Jenis Material MRS (bar) Aplikasi
PE 100 100 Sistem perpipaan tekanan rendah
PE 80 80 Sistem perpipaan tekanan rendah
Sistem perpipaan tekanan menengah, untuk
PE 63 63
irigasi dan air minum
Pipa untuk jaringan distribusi gas dengan tekanan
PE 40 40
sampai 4 bar
PE 32 32 Sistem perpipaan tekanan tinggi
(Sumber: Engineering Toolbox, 2006)

2. Fitting
Fitting merupakan komponen perpipaan yang berfungsi untuk merubah,
menyebarkan, membesarkan, maupun mengecilkan aliran dan digunakan untuk
menyambung pipa. Pada umumnya, fitting dapat dikategorikan menjadi seamless
component (fitting yang terbuat dari billet atau baja silinder pejal), welded
component (fitting yang disambung pada pipa dengan cara dilas) dan threaded
component (fitting yang disambung pada pipa dengan cara diulir sehingga bisa
dibuka kembali). Terdapat beberapa jenis fitting, yaitu elbow yang berfungsi
untuk membelokkan arah aliran, tee yang bertugas untuk membagi aliran ke
beberapa cabang, reducer yang memiliki fungsi untuk mengubah ukuran dari pipa
diameter besar ke yang lebih kecil serta perubahan ukuran pipa kecil ke yang
lebih besar, stub-in, dan cap untuk menghentikan aliran pada ujung pipa dan
biasanya cap akan langsung dilas pada ujung pipa.

Universitas Indonesia
Gambar 2. . Jenis-Jenis Fittings
(Sumber: India Mart, 2019)
3. Flange
Flange merupakan komponen yang digunakan untuk menyambungkan
komponen sistem perpipaan serta menyediakan akses mudah untuk pembersihan,
inspeksi atau modifikasi sistem perpipaan. Untuk membentuk sambungan antara
komponen pipa, flange dapat dilas atau disekrup. Sambungan flange dibuat
dengan membaut menggunakan bolt dua flange dengan gasket ditengahnya.
Flange pada pipa dapat dibagi menurut ukuran pipanya. Standard yang digunakan
untuk menentukan ukuran flange adalah ANSI B16.5. Berdasarkan ANSI B16.5,
jenis flange terbagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tekanan kerjanya yaitu
ANSI 150#, 300#, 600#, 900#, 1500#, 2500#, dan 5000#.

Gambar 2. . Jenis-Jenis Flange


(Sumber: Alibaba, 2013)
Tipe flange berdasarkan ANSI yang umum digunakan dalam jaringan
perpipaan terlampir pada tabel 2.10

Universitas Indonesia
Tabel 2. . Aplikasi Flange pada Pipa
Kapasitas Ukuran
Tipe Aplikasi
Tekanan Pipa
Threaded
Rendah Kecil Dilekatkan tanpa pengelasan
flange
Socket weld Dibutuhkan aliran fluida
Tinggi Kecil
flange yang lancar
Slip on Semua Biaya instalasi rendah,
Rendah
flange ukuran mudah untuk dipasang
Lap joint Semua Sistem membutuhkan
Rendah
flange ukuran pembongkaran yang sering
Weldneck Semua Temperature tinggi dan suhu
Tinggi
flange ukuran ekstrim
Untuk menutup aliran
Sangat Semua
Blind flange (diakhir pipa), uji tekanan
tinggi ukuran
aliran
(Sumber: L, 2017)
4. Bolt dan Gasket

Gambar 2. . Bolt dan Gasket


(Sumber: Matco-Norca)
Gasket adalah elemen penyegelan yang ditempatkan di antara dua
permukaan flange dan ditahan oleh tekanan dari bolt atau baut yang terletak di
sekitar keliling bilah flange (Smith, 2007). Fungsi dari gasket adalah untuk
menggabungkan antara dua komponen pipa dan sebagai pencegah terjadinya
kebocoran saat operasi diantara sambungan pipa.
Pemilihan gasket diperhatikan berdasarkan kompatibilitas material gasket
dengan fluida yang dialirkan, kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan dan
suhu sistem, dan waktu hidup gasket. Berdasarkan luas permukaan flange yang
dilapisi, gasket dibagi menjadi full face dan ring gasket. Jenis material gasket
yang umum digunakan adalah non-metal, komposit, atau metal sementara jenis
bolt yang pada umumnya digunakan adalah stud bolt, machine bolt, washer, dan
nuts.
5. Valve

Universitas Indonesia
Valve merupakan perangkat yang digunakan untuk mengatur,
mengarahkan, atau mengontrol aliran fluida dengan membuka, menutup, atau
menutup sebagian dari jalan alirannya. Tujuan dari valve adalah untuk mengotrol
aliran dann tekanan fluida dalam sistem. Standar dan kode untuk valve telah
diatur dalam ASME B16.34. Berdasarkan standar ini, valve terbagi menjadi kelas
150#, 300#, 600#, 1500#, dan 3000#.

Gambar 2. . Jenis-Jenis Valve


(Sumber: The Process Piping, 2019)
Pemilihan valve dilihat berdasarkan ukuran dan tipe valve, material valve,
performa dan requirement yang dibutuhkan, serta cara perawatan valve. Jenis-
jenis valve yang umum digunakan pada jaringan perpipaan adalah ball valve,
globe valve, gate valve, butterfly valve, shut-off.

Gambar 2. . Control Valve pada Regulator dan Metering Gas


(Sumber: Association of Bay Area Governments, 2019)

Tabel 2. . Jenis-Jenis dan Fungsi Valve


Jenis Valve Fungsi
Untuk membuka, menutup, dan mengatur aliran
Gate Valve
fluida pada bagian depan pipa.
Untuk menahan aliran air saat terjadi kebocoran,
Globe Valve sehingga kebocoran bisa cepat diperbaiki. Valve ini
banyak diletakkan di bagian tengah pipa.
Untuk mengarahkan arah dan mengatur debit fluida
Ball Valve
yang mengalir.

Universitas Indonesia
Untuk mengatur gerak laju alir fluida dalam pipa.
Butterfly Valve Digunakan untuk gas yang memiliki tekanan
rendah atau cairan dengan konsentrasi tinggi.
Untuk mengalirkan fluida menuju satu arah agar
Check Valve
tidak terjadi back flow.
Untuk melepas tekanan berlebih pada sistem dan
Safety Valve
mencegah kerusakan alat.
Untuk mengatur aliran (throttling) dan sebagai
Diaphragm Valve on/off valve. Valve ini digunakan untuk
penanganan material kasar dan fluida korosif.
Untuk menangani fluida yang berlumpur dan fluida
Pinch Valve yang mempunyai kecenderungan untuk terjadi
kebocoran.
(Sumber: PT. Alvindo Catur Sentosa, 2019)
6. Gas Meter
Gas meter adalah alat untuk mengukur laju alir, volume, dan kecepatan gas
alam. Perhitungan volume gas alam sangat tergantung pada tekanan dan suhu gas
dan dapat berubah sewaktu-waktu. Gas meter digunakan di perumahan, komersial,
serta industri lain yang mengkonsumsi gas alam sebagai bahan bakar untuk
menghitung jumlah gas yang dikonsumsi secara otomatis. Terdapat dua macam
jenis gas meter yaitu positive displacement meter dan inferential meter. Positive
displacement meter menghitung volume gas secara langsung dengan prinsip kerja
membagi aliran gas ke segment didalam meter yang mengisi kemudian
dikosongkan saat meter berputar dan memiliki akurasi dan turndown (skala laju
alir minimum dan maximum) yang baik. Positive displacement meter terbagi
menjadi diaphragm meter dengan kapasitas sebesar 2.5 m3 sampai 25 m3 yang
sering digunakan untuk sektor rumah tangga serta komersial skala kecil dan
rotary meter dengan kapasitas meter sebesar 50 m3 sampai 250 m3.

Gambar 2. . Metering Gas pada Rumah Pelanggan


(Sumber: Carson Dunlop, 2017)

Universitas Indonesia
Prinsip kerja inferential meter adalah mengukur alir dengan melihat
volume yang mengalir melalui meteran tersebut dan disimpulkan dari pengamatan
dan pengukuran perubahan karakteristik fisik dari meteran tersebut. Contohnya
adalah turbine meter dan orifice meter. Klasifikasi standar untuk gas meter yang
digunakan telah diatur dalam ANSI B109. Berdasarkan standar ini, penggunaan
gas meter dibedakan berdasarkan laju alir maksimum per jam dengan
mempertimbangkan laju alir maksimum dari semua komponen sistem perpipaan.
Sementara itu, penentuan laju alir normal operasi ditentukan oleh rata – rata
kebutuhan gas dan penentuan laju alir minimum berdasarkan dari kebutuhan gas
minimum konsumen. Laju alir maksimum meter gas dapat dihitung dengan
persamaan:
Qmax
Q max = (12.22)
P min +1
Tabel 2. . Pemilihan Kelas G Meter Gas
Qmax meter (m3/jam) Kelas G
2.5 G1.6
4 G2.5
6 G.4
10 G.6
16 G.10
25 G.16
40 G.25
65 G.40
100 G.65
160 G.100
250 G.160
400 G.250
650 G.400
1000 G.650
1600 G.1000
2500 G.1600
4000 G.2500

Universitas Indonesia
(Sumber: PT. Perusahaan Gas Negara Tbk., 2018)

Gambar 2. . Prinsip Kerja Diaphragm Meter


(Sumber: Portable Appliance Safety Services, 2013)
7. Pressure Regulator
Pressure regulator adalah alat yang berfungsi secara otomatis untuk
mengatur tekanan fluida. Dalam jaringan distribusi gas kota, pressure regulator
digunakan untuk menurunkan gas bertekanan tinggi dari jaringan pipa utama ke
tekanan yang dibutuhkan oleh pelanggan rumah tangga dan komersial. Pressure
regulator menggunakan prinsip kerja sistem mekanis, dimana jika aliran beban
berkurang, maka arus regulator harus menurun. Sedangkan, jika beban arus
meningkat, maka arus regulator harus ditingkatkan untuk menjaga tekanan tetap
terkontrol, karena jika tidak ditingkatkan tekanan dapat berkurang akibat
kurangnya tekanan pada gas.

Gambar 2. . Skema Pressure Regulator


(Sumber: Hydraulics & Pneumatics, 2010)
Pressure regulator mempunyai beberapa komponen utama, yaitu:
1. Inlet dan outlet pressure gauge: sebagai penunjuk nilai tekanan fluida pada
sisi masukan (inlet) dan keluaran (outlet).
2. Membran diafragma: untuk menciptakan ruangan fleksibel di dalam
pressure regulator dan dapat merubah volume fluida.

Universitas Indonesia
3. Pegas: untuk menghasilkan kesetimbangan tekanan.
4. Poppet valve: untuk membuka serta menutup aliran fluida.
5. Pressure adjustment handle: untuk mengatur set point tekanan kerja.
Saat tekanan fluida output menurun, maka pegas akan menekan diafragma
sehingga ruangan di dalam diafragma akan mengecil. Pegas kemudian akan
menekan poppet valve, menyebabkan tekanan fluida menjadi lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di dalam area diafragma sehingga aliran fluida
dapat masuk ke dalam area diafragma. Proses ini akan berlanjut supaya
menghasilkan tekanan fluida lebih rendah atau sama dengan set point yang telah
ditentukan. Beberapa jenis regulator yang digunakan untuk sistem perpipaan
bertekanan rendah adalah:
 Line regulator: mengurangi tekanan tinggi dengan kisaran 20-50 psig ke
tekanan yang lebih rendah dari pipa distribusi utama ke tekanan yang
lebih rendah pada pipa servis untuk dialirkan ke konsumen.
 Intermediate regulator: mengurangi tekanan dengan kisaran 3-5 psig ke
tekanan yang lebih rendah untuk digunakan oleh peralatan.
 Appliance regulator: mengurangi tekanan sampai mencapai tekanan akhir
pada peralatan yang akan digunakan, biasa digunakan pada peralatan
individual konsumen.
2.4.3. Sistem Looping pada Jaringan Distribusi Gas
Dalam sebuah sistem jaringan gas, umum digunakan sistem looping
dimana pipa diletakkan sejajar dengan jaringan pipa gas utama. Looping akan
meningkatkan laju alir dan efisiensi pipa serta mengurangi terjadinya pressure
loss pada pipa. Hal ini dikarenakan oleh total laju alir pada ujung persambungan
pipa merupakan jumlah dari tiap laju alir pada tiap pipa (Satriaperdana, 2018).

Gambar 2. . Sistem Looping


(Sumber: Y. Mohammed Al, 2015)
Tipikal jaringan yang digunakan dalam distribusi gas adalah sistem loop
tertutup (closed loop). Pada sistem loop tertutup, fluida akan mengalir pada satu

Universitas Indonesia
jaringan loop kontinyu sehingga titik masuk dan titik keluar fluida berada titik
yang sama (M. Farzaneh-Gord, 2016).

Gambar 2. . Tipikal Jaringan Distribusi Gas


(Sumber: M. Farzaneh-Gord, 2016)

Gambar 2. . Tipikal Jaringan Distribusi Gas


(Sumber: M. Farzaneh-Gord, 2016)

2.5. Analisa Ekonomi


Analisa ekonomi dilakukan setelah perancangan teknis sistem jaringan
perpipaan selesai. Analisa ini berfungsi untuk mengetahui apakah rancangan
tersebut layak untuk direalisasikan berdasarkan Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP).
2.5.1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai arus kas masuk
sekarang dengan nilai arus kas keluar sekarang pada sebuah waktu periode. NPV
digunakan untuk menganalisa keuntungan investasi dalam proyek yang akan
dijalankan. Sebuah investasi atau proyek dapat dikatakan untung jika NPV > 0
(positif), sementara jika NPV < 0 (negatif) dan NPV = 0 investasi tidak
memberikan manfaat bagi perusahaan dan proyek tidak disarankan untuk
dijalankan. Persaman yang digunakan untuk kalkulasi NPV adalah:
NPV =−CI + A ¿ ¿ (12.23)
Dimana:

Universitas Indonesia
CI = Capital Investment
A = Annual revenues
N = lifetime atau waktu investasi
i = nilai bunga atau discount rate
2.5.2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan suku bunga yang akan menyamakan
jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima dengan jumlah
nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung IRR adalah:
0=−CI + A ¿ ¿ (12.24)
Dimana:
CI = Capital Investment
A = Annual revenues
N = lifetime atau waktu investasi
i = internal rate of return
Suatu proyek akan layak untuk dijalankan apabila IRR lebih besar
daripada MARR (Minimum Acceptable Rate of Return) dan WACC (Weighted
Average Cost of Capital). MARR adalah suku bunga minimum yang diinginkan
oleh pemilik modal untuk mendapat keuntungan, sedangkan WACC merupakan
tingkat pengembalian yang diharapkan atas dana yang ditanamkan, jika investor
lebih dari dua pihak.
2.5.3. Payback Period (PBP)
Payback Period (PBP) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi yang ditanam (Nandasari et.al., 2016). Payback period
menunjukkan resiko proyek, jika payback periodnya tinggi maka semakin besar
resiko yang dihadapi proyek. Jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda, maka
PBP dapat dihitung dengan rumus:
a−b
PBP=n+ (12.25)
c−b
Dimana:
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula.

Universitas Indonesia
a = Jumlah investasi mula-mula.
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Jika arus kas per tahun jumlahnya sama, maka PBP dapat dihitung dengan
rumus:
investasi awal
PBP= (12.26)
arus kas
2.5.4. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata
merupakan minimum tingkat pengembalian modal yang digunakan untuk
investasi baik dari modal sendiri (equity) atau modal pinjaman (debt). Persamaan
yang digunakan untuk menghitung WACC adalah:

WACC= ( D+D E K )+( D+E E K )


d e (12.27)

Dimana:
D = total debt
E = total equity
Ke = cost of equity
Kd = cost of debt
Cost of equity merupakan besar biaya bagi perusahaan untuk
mempertahankan harga saham yang dapat memenuhi ekspektasi investor dengan
persamaan:
K e =R f + ( Rm −Rf ) β (12.28)
Dimana:
Rf = risk free rate, atau nilai % bunga yang dapat diperoleh tanpa adanya
resiko
(Rm-Rf) = equity market risk premium, atau tambahan kompensasi kepada
investor dari resiko penanaman modal kepada perusahaan yang bersangkutan.
β = koefisien beta, atau angka yang menggambarkan reaksi harga saham
perusahaan terhadap pasar saham secara keseluruhan.
Sementara itu, cost of debt dapat dihitung dengan persamaan:
K d =W d (1+T ) (12.29)

Universitas Indonesia
Dimana:
Wd = tingkat bunga hutang perusahaan
T = corporate tax

2.6. Regulasi Penjualan Gas Bumi di Indonesia


Kegiatan usaha niaga gas bumi melalui pipa dilaksanakan oleh badan usaha
setelah mendapatkan izin usaha niaga gas bumi melalui pipa yang diatur dalam
Peraturan Menteri ESDM Nomor 19 Tahun 2009. Untuk mendapatkan lzin usaha
niaga gas bumi melalui pipa, Badan Usaha mengajukan permohonan kepada
Menteri melalui Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Badan Pengatur
dengan melampirkan:
 Kesepakatan awal dengan produsen/pemasok Gas Bumi yang
ditunjukkan dengan adanya Head of Agreement (HoA) atau
Memorandum of Understanding (MoU).
 Kesepakatan awal dengan calon Konsumen Gas Bumi yang ditunjukkan
dengan adanya Head of Agreement (HoA) atau Memorandum of
Understanding (MoU).
 Hasil kajian teknis dan ekonomis yang meliputi antara lain jalur,
panjang, kapasitas dan rencana pembangunan pipa serta jumlah
konsumen gas bumi dan volume penjualan gas bumi.
 Persyaratan administrasi dan teknis sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Harga distribusi gas alam untuk provinsi DKI Jakarta diatur oleh Badan
Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dalam surat keputusan nomor
107/RPTK/BPH Migas/Kom/VIII/2007 tanggal 21 Agustus 2007. Badan usaha
yang memiliki izin untuk distribusi gas bumi di provinsi DKI Jakarta adalah PT.
Perusahaan Gas Negara Tbk dengan harga distribusi gas alam di provinsi DKI
Jakarta dapat dilihat pada tabel 2.17.
Tabel 2. . Penetapan Harga Gas Alam Provinsi DKI Jakarta
Harga
Kriteria Keterangan
(Rp/m3)
Rumah susun, rumah sederhana, rumah sangat
RT-1 2,618
sederhana

Universitas Indonesia
RT-2 3,141 Rumah menengah, rumah mewah, apartemen
Rumah sakit pemerintah, puskesman, panti
PK-1 2,618 asuhan, tempat ibadah, lembaga keagamaan,
kantor pemerintah, dan lembaga social.
Hotel, restoran, rumah sakit swasta,
perkantoran swasta,
PK-2 3,010
pertokoan/ruko/rukan/pasar/mall/swalayan,
dan kegiatan komersial lainnya.
(Sumber: BPH Migas, 2007)
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2016, jumlah
pemakaian gas bumi untuk rumah tangga adalah sampai dengan 50 m 3/bulan,
sementara jumlah pemakaian gas bumi untuk pelanggan kecil adalah sampai
dengan 1000 m3/bulan.

2.7. Wilayah Kelapa Gading


Kelapa Gading merupakan salah satu dari enam kecamatan yang terletak di
Kota Administrasi Jakarta Utara, DKI Jakarta. Kecamatan Kelapa Gading terletak
pada arah timur laut kota Jakarta dengan ketinggian kurang lebih 5 meter di atas
permukaan laut dan luas sebesar 1.633,7 ha. Berdasarkan posisi geografisnya,
wilayah ini dibatasi oleh Kali Bendungan Batik dan kecamatan Koja di wilayah
utara, kecamatan Pulo Gadung yang ditandai oleh Jalan Perintis Kemerdekaan
disebelah selatan, kecamatan Tanjung Priok dan Kali Petukangan di sebalah barat,
dan Kecamatan Cakung dan Cilincing disebelah timur.

Gambar 2. . Peta Wilayah Kelapa Gading

Universitas Indonesia
(Sumber: Google Maps, 2019)
Secara administratif, Kelapa Gading terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelapa
Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan Dua. Jumlah penduduk di
Kelapa Gading pada tahun 2019 adalah sebanyak 158,931 jiwa dengan kepadatan
penduduk Kelapa Gading berdasarkan luasnya adalah sebesar 16.122 jiwa/km2.
Tabel 2. . Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kelapa Gading
Luas Kepadatan Jumlah
Penduduk
Kelurahan Wilayah Penduduk Kepala
(jiwa)
(km2) (jiwa/km2) Keluarga
Kelapa Gading
4.5312 57,428 12,673.91 13,009
Barat
Kelapa Gading
5.3058 41,541 7,829.36 12,764
Timur
Pegangsaan
6.2842 59,962 9,541.71 18,332
Dua
Total (Kelapa
16.1212 158,931 9,858.51 44,105
Gading)
(sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, 2019)
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kelapa Gading yang
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka konsumsi dan
kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan juga akan
bertambah, khususnya di sektor perumahan dan industri restoran. Penggunaan
energi dapat disupplai oleh gas alam. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
jaringan distribusi gas kota untuk wilayah perumahan dan wilayah komersial di
Kelapa Gading. Pengembangan jaringan distribusi gas kota akan dikembangkan
dari jaringan pipa gas utama yang telah ditanam di jalan protokol Kelapa Gading,
seperti di Jl. Boulevard Timur, Jl. Pegangsaan Dua, dan menuju ke Jl. Perintis
Kemerdekaan.

2.8. State of The Art


Tabel 2. . State of The Art
Peneliti Judul Tahun Hasil
Vicario Gas Distribution 2015 Penelitian terfokus pada
Burhan Pipeline Design for perancangan sistem perpipaan
Housing and distribusi gas untuk sektor rumah
Commercial Sectors in tangga dan komersial di
Kebayoran Baru Kebayoran Baru. Proyek layak
dijalankan dengan IRR sebesar

Universitas Indonesia
12.1% dan PBP 6.8 tahun.
Penelitian terfokus pada
perancangan sistem perpipaan
Perancangan Sistem distribusi gas untuk Apartemen X
Fariza
Perpipaan Gas Kota di Depok. Hasil yang didapatkan
Ahmad
untuk Rumah Tangga 2018 adalah rancangan pipa distribusi
Satriaperdan
pada Apartemen X di gas layak dikembangkan dengan
a
Depok pipa PE SDR 11 63 mm untuk
pipa utama dan pipa carbon steel
¾ inch untuk pipa servis.
Penelitian terfokus pada
perancangan sistem perpipaan
distribusi gas untuk sektor rumah
tangga dan komersial di
Summarecon Serpon. Hasil yang
Studi Kelayakan Sistem
didapatkan adalah pipa pada
Nico Jaringan Distribusi Gas
2019 tapping point menggunakan pipa
Nathanael untuk Wilayah
baja API 5L Grade B, pipa
Summarecon Serpong
keluaran regulator tekanan adalah
pipa MDPE 80 SDR 11, dan pipa
dalam komplek berukuran 63 mm.
Proyek layak dijalankan dengan
IRR 11.02% dan PBP 7.5 tahun.

Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian


Diagram alir penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar
3.1. Prosedur penelitian diawali dengan identifikasi masalah dan batasan
masalah., kemudian diikuti dengan pengumpulan dan analisis data. Setelah data
didapatkan dan diolah, perancangan teknis jaringan distribusi pipa untuk
mendapatkan tapping point dan rute distribusi gas bumi. Kemudian, dilakukan
simulasi menggunakan PipelineStudio sampai didapatkan hasil yang optimal.
Spesifikasi teknis yang didapatkan digunakan untuk penggambaran isometris
jaringan perpipaan hingga mendapatkan Bill of Material dan Bill of Quantity yang
menjadi basis dalam evaluasi ekonomi. Hal yang dievaluasi secara ekonomi
adalah capital expenditure (CAPEX) dan operational expenditure (OPEX) dengan
perubahan harga jual gas bumi. Parameter ekonomi yang diukur adalah net
present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan payback period (PBP).

3.2. Variabel Penelitian


3.2.1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau independent variable adalah sebuah variable yang
mempengaruhi variabel lain (dependent variable), atau suatu variable yang
menjadi sebab-perubahannya (Sugiyono, 2009). Variabel bebas untuk analisa
teknis sistem jaringan distribusi gas kota adalah tapping point, rute distribusi gas
kota, dan spesifikasi perpipaan. Sementara untuk analisa ekonomi, variabel
bebasnya adalah harga jual gas kota.
3.2.2. Variabel Tetap
Variabel tetap merupakan variabel yang perlu dikontrol atau tetap untuk
dipertahankan (Sugeng, 2007). Variabel tetap untuk analisa teknis sistem jaringan
distribusi gas kota adalah permintaan gas kota, kondisi operasi gas yang
didistribusi, komposisi gas kota, kebutuhan gas kota di sektor rumah tangga dan
komersial pada wilayah Kelapa Gading, kebutuhan gas kota saat peak demand,
dan jumlah suplai gas kota. Variabel tetap untuk analisis ekonomi adalah harga
dari komponen perpipaan.
3.2.3. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat untuk
sistem distribusi gas adalah gambar teknis, kondisi operasi akhir, nilai NPV, nilai
IRR, dan nilai PBP.

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1. Identifikasi Sistem dan Batasan Masalah
Identifikasi sistem dan batasan masalah diperlukan untuk mengetahui
sistem yang akan diteliti dan cakupan bahasan yang akan dibahas. Untuk
pengembangan jaringan gas, sistem merupakan sektor rumah tangga dan
komersial di wilayah Kelapa Gading, sedangkan batasan merupakan perbatasan
geografis daerah Kelapa Gading sesuai pada gambar 2.13 dengan jaringan gas
hanya mengalirkan gas kota dari pipa utama sampai dengan muka bangunan
pelanggan. Perhitungan ekonomi dibatasi dengan 3 parameter yaitu NPV, IRR,
dan PBP.
3.3.2. Pengumpulan dan Analisis Data
Untuk dapat melakukan perancangan teknis sistem jaringan pipa distribusi,
diperlukan data-data utama untuk dapat melaksanakan simulasi yaitu:
1. Jumlah kebutuhan dan supplai gas di Kelapa Gading.
Regulasi batasan maksimum jumlah gas yang dialirkan ke pelanggan telah
diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 6 tahun
2016, dimana batas maksimum jumlah pemakaian gas untuk rumah tangga adalah
sebesar 50 m3/bulan dan batas maksimum jumlah pemakaian gas untuk komersial
adalah sebesar 1000 m3/bulan.
Kebutuhan gas yang digunakan adalah saat kondisi peak, yaitu dimana
kebutuhan pelanggan yang paling tinggi. Standar PT. Perusahaan Gas Negara,
Tbk. untuk kebutuhan gas di rumah tangga adalah sebesar 0.2 m3/h dan kebutuhan
gas di komersial sebesar 1.5 m3/h. Kebutuhan gas pelanggan di Kelapa Gading
dapat ditentukan dengan persamaan:

Universitas Indonesia
W
Q= (3.1)
GH V natural gas

Universitas Indonesia
Gambar 3. . Diagram Alir Penelitian

Dimana,
Q = kebutuhan gas pelanggan (m3/h)
W = Power kompor = 1.9 kW (64831 btu/h)
GHVnatural gas = 1028 Btu/cft = 36303.48 btu/m3
Setelah menentukan kebutuhan gas maksimum untuk rumah tangga dan
komersial, maka jumlah volume gas yang dibutuhkan (suplai gas) untuk wilayah
Kelapa Gading dapat dikalkulasi dengan persamaan:
Q❑total =( n rumah tangga∗Q rumah tangga ) +(nkomersial +Qkomersial ) (3.2)
Dimana,
Qtotal = laju alir gas yang dibutuhkan di Kelapa Gading (m3/h)
Qrumah tangga = laju alir gas maksimum di rumah tangga (m3/h)
Qkomersial = laju alir gas maksimum di komersial (m3/h)
nrumah tangga = jumlah unit pelanggan rumah tangga
nkomersial = jumlah unit pelanggan komersial
Tabel 3. . Tabel Perhitungan Kebutuhan Gas Kota

Jenis Jumlah unit Laju alir Laju alir gas yang


pelanggan pelanggan (m3/h) dibutuhkan (m3/h)
Rumah Tangga …. 0.2 ….
Komersial …. 1.5 ….

2. Peta geografi wilayah Kelapa Gading dari Google Earth dan survei
langsung yang akan digunakan untuk menentukan rute jaringan dan
mengidentifikasi halangan (crossing).
3. Peta jaringan gas existing di Kelapa Gading yang akan digunakan untuk
menentukan tapping point.
4. Komposisi gas kota, kondisi operasi gas kota, diameter dan jenis pipa pada
jaringan gas existing untuk dimasukkan kedalam simulasi.
3.3.3. Perancangan Teknis Jaringan Pipa Distribusi
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan melakukan analisa
data, selanjutnya dilakukan perancangan teknis jaringan pipa distribusi.
Perancangan teknis jaringan perpipaan meliputi pembuatan rute jaringan gas pipa
dan penentuan tapping point untuk mensupplai gas. Pembuatan rute jaringan

Universitas Indonesia
ditentukan berdasarkan geografi wilayah pelanggan yang didapatkan dari Google
Earth. Kemudian, dilakukan identifikasi bahaya di lingkungan sekitar sehingga
dapat dipilih rute yang terbaik yaitu rute yang paling minim halangan dan
menjangkau semua pelanggan. Penentuan tapping point didasarkan pada faktor
jarak dari supply ke demand dan kemudahan untuk melakukan tapping.
3.3.4. Simulasi Jaringan Pipa Distribusi
Simulasi jaringan perpipaan dilakukan untuk mendapatkan spesifikasi
perpipaan yang digunakan, seperti diameter pipa, material pipa, pressure
regulator, beserta kondisi operasi optimum untuk distribusi gas. Simulasi
dilakukan menggunakan piranti lunak perpipaan PipelineStudio milik Emerson
Electric Company. Simulasi dilakukan dengan metode trial and error pada
diameter pipa untuk mendapatkan hasil kondisi operasi paling optimal, yaitu
dimana kecepatan gas minimal sebesar 10-15 fps dan kecepatan gas maximum
sebesar 60-80 fps yang merupakan batas erosional velocity. Jika sudah mencapai
kondisi yang optimal, maka simulasi dihentikan. Tujuan dari simulasi ini adalah
untuk mengetahui spesifikasi teknis pipa yang akan digunakan berdasarkan
kebutuhan konsumen paling tinggi.
Hasil yang didapatkan dari simulasi adalah diameter pipa optimal yang
akan digunakan dan tekanan pada pipa. Tahapan yang dilakukan adalah:
1. Merancang jaringan pipa sesuai dengan rute yang telah dibuat, dimana
panjang jaringan mengikuti jarak aslinya. Valve dan pressure regulator
juga diperhitungkan dalam simulasi.
2. Memasukkan komposisi gas kota, tekanan awal, diameter pipa, dan
material pipa pada tapping point.
3. Memasukkan laju alir pipa yang telah ditentukan pada muka bangunan.
4. Memasukkan persamaan gas yang akan digunakan. Persamaan aliran gas
berfungsi untuk menghitung diameter pipa yang akan digunakan, laju
aliran awal, serta tekanan dan suhu di muka bangunan.

Gambar 3. . Simulasi Jaringan Perpipaan

Universitas Indonesia
(Sumber: LMNO Engineering, Research, and Software, Ltd. 2015)
Pada umumnya, untuk aliran turbulen akan digunakan persamaan
Weymouth, Panhandle B, AGA Fully Turbulent, dan Colebrook-White
(Mohitpour, 2001). Persamaan Weymouth digunakan untuk laju alir tinggi,
diameter pipa 12” atau lebih kecil, jarak pipa pendek, dan tekanan medium sampai
tinggi (100 psig – 1000 psig). Persamaan ini umum digunakan pada jaringan
distribusi untuk memprediksi pressure drop yang aman.
1
T b P21−P22−E
Q b=432.7
[
P b GL T ave Z ave ] 2
D
2.667
(3.3)

Jika diameter pipa lebih besar daripada 12”, panjang pipa melebihi 32.2
km dan tekananya tinggi, maka disarankan untuk menggunakan persamaan
Panhandle B:
1.02 0.51
Tb P21−P 22−E
Qb=737.02
Pb( ) [ G 0.961
LT ave Z ave ] D
2.53
(3.4)

Persamaan Colebrook-White digunakan untuk pipa berdiameter besar,


tekanan tinggi, dan laju alirnya medium ke tinggi. Persamaan ini
memperhitungkan kekasaran relatif dari pipa dan faktor friksinya.

][ ( √ )]
1
0.5 1.4126
T P 2−P22−E (3.5)
Qb=38.774 b 1
[
Pb Z ave T ave GL
− 4 log
ε
3.7 D
+ ℜ
f
D2.5

AGA Fully Turbulent merupakan persamaan yang digunakan untuk


tekanan dan laju alir yang tinggi, dan diameter pipa menengah sampai besar.
0.5
T b P 21−P22−E
Q b=38.774
[
Pb GL T ave Z ave ][ 4 log
3.7 D 2.5
ε
D ] (3.6)

Jika pressure drop di jaringan pipa adalah kurang dari 40% dari tekanan
awal, maka persamaan Darcy-Weisbach lebih akurat daripada persamaan
Weymouth atau Panhandle untuk pipa yang pendek dan aliran kecil (LMNO
Engineering, 2015). Persamaan Darcy-Weisbach adalah:
L
∆ P=
C c∗C k∗ f( D
+ Σ f ' K ∗ρ∗Q2 ) (3.7)
4
D
5. Memasukkan spesifikasi pressure regulator pada jaringan perpipaan.

Universitas Indonesia
Pressure regulator digunakan untuk menurunkan tekanan pada pipa
tapping point yang biasanya masih besar (> 10 psi). Tekanan diturunkan hingga
ke tekanan menengah (< 10 psi) dan sebelum masuk ke muka bangunan
pelanggan, tekanan diturunkan kembali melalui gas metering milik pelanggan.
Tekanan pada pressure regulator ditetapkan sesuai dengan tekanan minimum pada
muka bangunan pelanggan.
3.3.5. Penggambaran Teknis Sistem Jaringan Pipa Distribusi Gas Kota
Dari simulasi yang telah dilakukan, maka akan didapatkan spesifikasi
komponen perpipaan terkait diameter pipa, material dan jenis pipa, panjang pipa,
jumlah dan rating gas meter, jumlah dan rating valve, dan fittings pipa. Spesifikasi
komponen yang didapatkan kemudian diolah menjadi gambar teknis isometrik.
Penggambaran isometrik dilakukan menggunakan piranti lunak AutoCAD.

Gambar 3. . Contoh Gambar Isometrik


(Sumber: PT. Indorama Polychem Indonesia, 2013)
Terdapat 2 tipe gambar isometrik yang akan dibuat, yang pertama adalah
gambar isometrik dari jaringan yang di tapping sampai dengan rute demandnya
dan yang kedua adalah sistem tipikal dari pipa utama sampai ke muka bangunan
pelanggan. Gambar isometrik digunakan untuk menentukan bill of material
(BOM) yang merupakan daftar barang, bahan, atau material yang dibutuhkan
untuk merakit atau memproduksi produk akhir. BOM meliputi jenis, jumlah,
rating, dan ukuran dari semua komponen sistem perpipaan. Output dari

Universitas Indonesia
penggambaran teknis ini adalah gambar isometrik, bill of material, dan bill of
quantity yang digunakan untuk mengestimasi biaya proyek.
3.3.6. Evaluasi Ekonomi Pengembangan Jaringan Pipa
Evaluasi ekonomi dilakukan untuk mengetahui apakah pengembangan
proyek ini menguntungkan atau tidak. Variabel yang harus diperhitungkan dalam
evaluasi ekonomi jaringan pipa adalah biaya capital expenditures (CAPEX),
operating expenditures (OPEX) yang ditetapkan sebesar 5% dari CAPEX, biaya
depresiasi, biaya retribusi pipa sebesar 3% dari selling price (sesuai dengan
Peraturan Pemerintah no 1 tahun 2006 tentang penggunaan iuran badan usaha
pendistribusian gas) harga jual gas, harga jual gas, dan jumlah konsumen gas.
Sementara, parameter untuk evaluasi ekonomi adalah net present value
(NPV), internal rate of return (IRR), dan payback period (PBP). Dilakukan
sensivity analysis untuk setiap variabel terhadap ketiga parameter untuk
mengetahui akibat dari perubahan variabel terhadap perubahan kinerja sistem
dalam menghasilkan keuntungan. Persamaan untuk menghitung NPV pada proyek
pengembangan jaringan pipa distribusi adalah:
NPV =−I + A ¿¿ (3.8)
Dimana:
I = total investasi (Rp)
A = keuntungan penjualan gas tahunan (Rp)
i = discount rate atau IRR (%)
n = umur pipa (tahun)
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 58 Tahun 2017, IRR yang
ditetapkan untuk pengelolaan infrastruktur gas bumi paling besar adalah 11%
dalam mata uang dolar (US$) dengan umur keekonomian proyek dihitung selama
15 tahun sejak pengaliran pertama. Payback period yang baik menurut PT.
Perusahaan Gas Negara adalah dibawah 10 tahun (Burhan, 2015). Payback period
dapat dihitung dengan:
investasi awal
PBP=
arus kas
Jika nilai NPV yang didapatkan adalah positif, IRR lebih besar daripada
MARR, dan payback period dibawah 10 tahun, maka proyek dinyatakan untung
dan layak untuk dijalankan. Dilakukan sensitivity analysis berdasarkan perubahan

Universitas Indonesia
harga jual gas, jumlah konsumen gas, dan biaya CAPEX. Nilai-nilai yang telah
didapatkan kemudian dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar lain untuk
kehidupan rumah tangga dan komersial di wilayah Kelapa Gading, seperti
penggunaan tabung LPG. Pada umumnya, penduduk di Kelapa Gading
menggunakan tabung LPG 12 kg untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari.
Akan dilakukan perbandingan terhadap total biaya yang dikeluarkan oleh
konsumen perbulannya jika menggunakan LPG dan gas alam.
Jika nilai NPV yang didapatkan adalah negatif, maka skema pendanaan
proyek harus diubah. Beberapa opsi skema pendanaan yang dapat digunakan
adalah skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), joint ventures
bersama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau bersama developer wilayah
tersebut. Pembagian skema pendanaan terbagi menjadi dana yang dibutuhkan
untuk capital expenditures dan operating expense. Dana operating expense
sepenuhnya dipegang oleh Badan Usaha, sementara dana capital expenditures
terbagi dua antara Badan Usaha dan pihak lainnya.

3.4. Perangkat Penelitian


Perangkat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian adalah laptop
dengan piranti lunak yang digunakan adalah Google Earth Pro untuk mengetahui
kondisi geografi di Kelapa Gading dan sebagai peta acuan untuk membuat rute
pipa distribusi, PipelineStudio untuk melakukan simulasi jaringan gas sehingga
mendapatkan spesifikasi perpipaan dan kondisi operasi, dan AutoCAD untuk
membuat gambar isometris.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Cimellaro, G. P., Villa, O., & Bruneau, M. (2015). Resilience-based design of


natural gas distribution networks. Journal of Infrastructure Systems, 21(1),
1–14.
Consumers Gas Cooperative. (2017). Advantages & Disadvantages of Natural
Gas [online] http://www.cgcohio.com/news/advantages-disadvantages-
natural-gas. [Diakses 28 September 2019].
BPS Kota Administrasi Jakarta Utara. (2019). Kecamatan Kelapa Gading dalam
Angka (1st ed.; T. Hidayat, Ed.). DKI Jakarta: BPS Kota Administrasi
Jakarta Utara.
Farzaneh-Gord, M., & Rahbari, H. R. (2016). Unsteady natural gas flow within
pipeline network, an analytical approach. Journal of Natural Gas Science
and Engineering, 28 (December 2015), 397–409.
Kata Data. (2019). Berapa Konsumsi Energi Nasional? [online]
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/10/berapa-konsumsi-
energi-nasional. [Diakses 9 Oktober 2019]
Krope, J., Trop, P., & Goričanec, D. (2011). Flow-pressure analysis of loop gas
networks. Systems Applications, Engineering & Development, 5(4), 477–
484.
Mohitpour, M., Golshan, H. and Murray, A. (2000). Pipeline Design &
Construction: A Practical Approach. 2nd ed. Canada.
Nathanael, N. (2019). Studi Kelayakan Sistem Jaringan Distribusi Gas Kota
Untuk Wilayah Summarecon Serpong. Depok: Universitas Indonesia.
Ouyang, L, and Aziz, K. (1995) Steady-state gas flow in pipes. Journal of
Petroleum Science and Engineering 14 (1996) 137- I58.
Pipeline Safety Trust. (2015). Pipeline Basics & Specifics About Natural Gas
Pipelines.
Satriaperdana, F. (2018). Perancangan Sistem Perpipaan Gas Kota untuk Rumah
Tangga Pada Apartemen X di Depok. Depok: Univeristas Indonesia.
Smith, P. (2007). Piping Components. The Fundamentals of Piping Design,
pp.49-113.

Universitas Indonesia
The American Society of Mechanical Engineers. (2004). ASME 831.8-2003 (Vol.
552). New York.
Times, I., & Agustina, A. (2019). Tak Gunakan APBN, PGN Tambah 500 ribu
Jaringan Gas Rumah Tangga. [Online]
https://www.idntimes.com/business/economy/auriga-agustina-3/tak
gunakan-apbn-pgn-tambah-500-ribu-jaringan-gas-rumah-tangga/full.
[Diakses 12 December 2019]

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai