Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Nama : Luthfiya Naifa Putri Dikumpulkan tanggal : 7 Maret 2018


NPM : 1606871392 Paraf Asisten :
Program Studi : Teknik Kimia
Kelompok : 10 Pemicu :

1. Outline
1.1. Aliran Panas Transien dalam Benda Padat Semi Tak Hingga
1.1.1. Pengertian Konduksi Transien
1.1.2. Aliran Panas Transien dalam Benda Padat Semi Tak Hingga
1.2. Aliran Kalor Transien dalam Menyelesaikan Permasalahan Perpindahan Kalor
Konduksi Tak Tunak
1.2.1. Pengertian Kondisi Batas Konveksi
1.2.2. Pengertian Bilangan Biot
1.2.3. Pengertian Bilangan Fourier
1.2.4. Penerapan Bagan Heisler

2. Pembahasan
2.1. Aliran Panas Transien dalam Benda Padat Semi Tak Hingga
2.1.1. Pengertian Konduksi Transien
Perpindahan kalor konduksi transient atau tak tunak, merupakan
perpindahan kalor dimana perpindahan panasnya akan berubah terhadap
waktu. Pada konduksi tak tunak, temperatur merupakan fungsi dari waktu
dan posisi sehingga proses pemanasan atau pendinginan bersifat transient
(fana) dan peka terhadap waktu yang berlangsung sebelum tercapainya
kesetimbangan. Karena suhunya berubah terhadap waktu, pada persamaan
𝜕𝑇
perpindahan kalor konduksi tak tunak terdapat suku . Persamaan
𝜕𝑡

perpindahan kalor konduksi tak tunak dapat dituliskan secara umum:


.......... (1)

Dengan α merupakan difusivitas termal dari hasil konduktivitas


termal per kapasitas kalor termal (α = k/𝜌c). Untuk keadaan tidak tunak atau
jika terdapat sumber kalor di dalam benda, maka perlu dibuat neraca energi.
Persamaan aliran konduksi kalor tak tunak satu dimensi adalah:

........ (2)

Dengan 𝑞̇ sebagai energi yang tergenerasi per unit volume (W/m3),


c adalah kalor spesifik ( J/kgOC), dan ρ sebagai density (kg/m3). Sementara
untuk aliran kalor lebih dari 1 dimensi hanya perlu memperhatikan kalor
yang dihantarkan ke dalam dan keluar satuan volume itu dalam ketiga arah
koordinat sehingga neraca energi menjadi:

....... (3)

2.1.2. Aliran Panas Transien dalam Benda Padat Semi Tak Hingga

Gambar 1. Aliran Panas Transien di Padatan Semi Tak Hingga


Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer. 10th edition. United States of
America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Pada padatan semi tak hingga pada gambar 1, dipertahankan pada suhu
awal T1. Suhu permukaan tiba-tiba diturunkan dan dipertahankan pada suhu T0
dan dibutuhkan sebuah ekspresi untuk distribusi suhu di padatan sebagai fungsi
waktu. Distribusi suhu ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung aliran
panas pada setiap posisi x di padatan sebagai fungsi waktu. Untuk properti
konstan, persamaan diferensial untuk T(x, τ) adalah:

.......... (4)

Batas dan kondisi awalnya adalah:


......... (5)
Soal seperti ini dapat diselesaikan dengan teknik transform Laplace,
dengan persamaan:

......... (6)
Pada permukaan, aliran kalor adalah :

𝒌𝑨(𝑻𝟎 −𝑻𝒊 )
𝒒𝟎 = ........... (7)
√𝝅𝜶𝝉

2.2. Aliran Kalor Transien dalam Menyelesaikan Permasalahan Perpindahan


Kalor Konduksi Tak Tunak
Analisis masalah perpindahan kalor transien dapat dilakukan
menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan penyelesaian dalam
bentuk grafik untuk memudahkan perhitungan. Untuk mendapatkan grafik yang
diinginkan, hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah kondisi batas-
konveksi, angka biot, angka fourier, dan bagan heisler.
2.2.1. Pengertian Kondisi Batas Konveksi
Dalam beberapa kondisi, masalah konduksi kalor transien (transient
heat conduction) berhubungan erat dengan kondisi batas konveksi (convection
boundary condition) pada permukaan benda padat. Kondisi batas untuk
persamaan diferensial harus disesuaikan untuk dapat memperhitungkan
perpindahan kalor konveksi pada permukaan. Untuk soal benda padat semi-tak
berhingga, kondisi batas konveksi dapat dinyatakan dengan:

.......... (8)

Atau

Kalor yang dikonveksi ke permukaan = kalor yang dikonduksi di permukaan

2.2.2. Pengertian Bilangan Biot


Bilangan Biot atau disebut juga dengan modulus Biot merupakan rasio
antara besaran konveksi-permukaan dan tahanan konduksi-dalam perpindahan-
kalor. Persamaan bilangan Biot (Bi) adalah sebagai berikut:

.......... (9)

Dengan h sebagai koefisien perpindahan kalor keseluruhan, s


menunjukkan karakteristik dimensi benda (setengah tebal untuk plat dan jari-
jari untuk silinder dan bola), dan k sebagai konduktivitas termal.

.Pada dua hambatan yang terjadi di aliran dari cairan panas di dalam pipa
silinder besi ke lingkungan, yaitu hambatan yang diberikan oleh dinding pipa
dan hambatan dari udara atau lingkungan aliran panas. Pada kasus ini, hambatan
yang diberikan oleh udara lebih besar daripada yang diberikan oleh dinding pipa
sehingga angka Biot-nya akan kurang dari satu. Sementara, apabila pipa
tersebut terbuat dari kayu, di mana akan memberikan hambatan yang jauh lebih
besar daripada udara, maka angka Biot-nya akan lebih besar dari satu.

Nilai angka Biot yang rendah berarti bahwa tahanan atau hambatan
konduksi-dalam dapat diabaikan terhadap tahanan konveksi-permukaan.
Dengan demikian suhu pada seluruh bagian benda akan mendekati sama pada
tiap-tiap bagiannya, dan dapat digunakan metode analisis kapasitas-tergabung.

2.2.3. Pengertian Bilangan Fourier

Bilangan Fourier atau modulus Fourier merupakan bilangan tak


berdimensi yang digunakan dalam mempelajari perpindahan panas keadaan tak
tunak (unsteady state). Bilangan Fourier membandingkan dimensi karakteristik
benda dengan kedalaman tembus penetrasi gelombang suhu pada suatu waktu
t. Persamaan bilangan Fourier adalah:

𝑘𝜏
𝐹𝑜 = ........... (10)
𝜌𝑐𝑠 2
Dengan k sebagai konduktivitas termal, τ sebagai waktu, p sebagai
densitas media, c sebagai kapasitas panas pada tekanan konstan, dan s sebagai
jarak dari pusat media yang mengalir ke permukaan.
Bilangan Fourier dapat diubah menjadi difusifitas termal yang
merupakan hasil pembagian konduktivitas termal dengan densitas bahan dan
kapasitas panas, sehingga persamaannya menjadi:
𝛼𝜏
𝐹𝑜 = .............. (11)
𝑠2
Dengan α sebagai difusivitas termal [m2/s], τ sebagai waktu, s
merupakan karakteristik dimensi benda (setengah tebal untuk plat dan jari-jari
untuk silinder dan bola).
2.2.4. Penerapan Bagan Heisler

Bagan Heisler digunakan jika tidak ada sumber panas internal,


difusivitas termal dari benda bernilai konstan, permasalahan dapat dianggap
sebagai satu dimensi, temperature awal benda sama (uniform), sistem
dikenakan perubahan temperatur dari lingkunga, dan hanya dapat digunakan
jika bilangan Fourier lebih besar daripada 0,2.

Bagan Heisler diterapkan dengan membagi penyelesaian deret tak


berhingga menjadi beberapa suku saja, dengan persamaan:

........... (12)

3. Daftar Pustaka
Holman, J.P. (2010). Heat Transfer. 10th edition. United States of America:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Purwadi, PK. (2000). Metode Alternating Direction Implicit Pada Penyelesaian
Persoalan Perpindahan Kalor Konduksi Dua Dimensi Keadaan Tak Tunak. SIGMA,
Vol. 3, No.1.
Kothandaraman, C. (2006). Fundamentals of heat and mass transfer. New
Delhi: New Age International (P) Ltd., Publishers.
Brody, Jed. (2018). Transient Heat Conduction. [online]
http://www.physics.emory.edu/faculty/brody/Advanced%20Lab/heat%20conduction
%20manual.pdf. Diakses pada 4 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai