Disusun Oleh :
Disusun Oleh:
NAMA : DEDEH IMELDA WARDANI
NIM : 20 614 012
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Menyetujui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Amri Mansuri
Kepala Bagian CHF
iv
RINGKASAN
PT. Anugerah Bara Kaltim ( PT.ABK ) adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batu bara. PT. Anugerah Bara kaltim adalah perusahaan yang berstatus
Penanaman Modal Dalam Negeri yang beralamatkan di JL. Cipta Mangkusumo No.99
Samarinda Sebrang merupakan kantor pusat. Untuk kantor marketing berada di Permata
Kuningan Building 12th floor JL. Kuningan Kav. 9C Jakarta 12980. Sedangkan Site Office
terletak di JL. Gerbang Dayaku Bakungan RT/RW 14/5 Kecamatan Loa Janan Kabupaten
Kutai Kartanegara. Dalam melaksankan kegiatan di PT. Anugerah Bara Kaltim bekerja
sama dengan tiga pemilik ijin Usaha Pertambangan oprasi Produksi yang bersetatus clean
and clear dari kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu PT. Multi Sarana
Avindo, PT. Welaraco Subur Jaya ( I ) dan PT. Welaraco Subur Jaya ( II ) luas daerah
operasi adalah 5.506 Ha. Hubungan antara nilai kalori dalam sampel batubara yakni
semakin tinggi kandungan kalorinya maka semakin bagus juga kualitas dari batubara
tersebut. Sedangkan batubara dengan kadar sulfur yang tinggi mempunyai nilai jual yang
rendah, sehingga terlalu banyak sulfur dapat menurunkan kualitas batubara tersebut.
Belerang dapat menimbulkan hujan asam dan dapat merusak pemanasan lengas dala boiler
pada pembangkit listrik.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. ANUGERAH
BARA KALTIM Bakungan dan dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan
dengan tepat waktu.
Praktek kerja lapangan merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh
setiap mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan jenjang
Diploma III pada Program Studi Petro dan Oleo Kimia, Jurusan teknik Kimia, Politeknik
Negeri Samarinda. Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sebagai pelengkap praktek
kerja lapangan yang telah dilaksanakan selama 8 (delapan) minggu, terhitung mulai tanggal
4 Juli 2022 sampai 26 Agustus 2022.
Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan
penyusunan laporan, tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka
dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebsar-besarnya
kepada:
1. Bapak Budi Nugroho, S.T., M.Eng selaku Plt. Direktur Politeknik Negeri
Samarinda.
2. Bapak Muh. Irwan, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing Praktek
Kerja Lapangan sekaligus Ketua Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri
Samarinda.
3. Ibu Fitriyana, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Program Studi Diploma III
Petrodan Oleo Kimia.
4. Bapak Amri Mansuri selaku Kepala Bagian CHF PT. ANUGERAH BARA
KALTIM Bakungan.
5. Bapak Hadi Syukri selaku pembimbing praktek kerja lapangan di PT.
ANUGERAH BARA KALTIM Bakungan yang telah membantu dan
membimbing penulis selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung serta
memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada penulis.
vi
6. Seluruh staf dan karyawan PT. ANUGERAH BARA KALTIM Bakungan yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membagikan ilmu serta arahan
kepada penulis selama pelaksanaan praktek kerja lapangan.
7. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan, sehingga
praktek kerja lapangan ini dapat berjalan dengan lancar.
8. Teman seperjuangan Praktek Kerja Lapangan Teknik Kimia 2022 (Juliani) yang
telah memberikan dukungan dan motivasi selama pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan Di PT. ANUGERAH BARA KALTIM Bakungan.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga perlu dilakukannya evaluasi untuk meningkatkan kualitas laporan ini.
Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari
pembaca. Penyusun mengharapkan laporan ini dapat menambah wawasan bagi
pembacanya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
5.1 Data Pengamatan ................................................................................................. 32
5.2 Pembahasan ......................................................................................................... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 45
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 45
6.2 Saran .................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 46
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.5 Twin Tube Furnace (Total Sulfur) CFM 14/2/301 ...................................... 26
Gambar 5.1. Perbedaan Nilai Kalori PT. ABK dan PT. ANINDYA ............................. 43
Gambar 5.2. Perbedaan Total Sulfur PT. ABK dan PT. ANINDYA ............................. 44
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PT. Anugerah Bara Kaltim
PT. Anugerah Bara Kaltim ( PT.ABK ) adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batu bara. PT. Anugerah Bara kaltim adalah perusahaan yang berstatus
Penanaman Modal Dalam Negeri yang beralamatkan di JL. Cipta Mangkusumo No.99
Samarinda Sebrang merupakan kantor pusat. Untuk kantor marketing berada di Permata
Kuningan Building 12th floor JL. Kuningan Kav. 9C Jakarta 12980. Sedangkan Site Office
terletak di JL. Gerbang Dayaku Bakungan RT/RW 14/5 Kecamatan Loa Janan Kabupaten
Kutai Kartanegara. Dalam melaksankan kegiatan di PT. Anugerah Bara Kaltim bekerja
sama dengan tiga pemilik ijin Usaha Pertambangan oprasi Produksi yang bersetatus clean
and clear dari kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu PT. Multi Sarana
Avindo, PT. Welaraco Subur Jaya ( I ) dan PT. Welaraco Subur Jaya ( II ) luas daerah
operasi adalah 5.506 Ha.
Perusahaan ini memiliki 3 ( tiga ) kontraktor yang membantu proses pertambangan
batu bara produksi dalam penambangan batu bara yaitu PT. RPP. Contraktor Indonesia (
RCI ), PT. Pamapersada Nusantara dan PT. Nusa Perdana Indah. PT. Anugerah Bara Kaltim
memulai kegiatan pada tahun 1998 dan memulai kegitan eksplotasi pada tahun 2001 di PIT
200 Has, Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanagara.
Kualitas batu bara yang mampu dihasilkan oleh PT. Anugrah Bara Kaltim
dikelompokan menjadi 5 ( lima ) jenis yaitu batu bara kualitas Premium, Anugerah, Loa
Janan A (LJA), Loa Janan B (LJB), Loa Janan C (LJC). Batu bara sampai saat ini
dipasarkan melalui sungai Mahakam menuju ke laut dengan tujuan China, Taiwan, Korea,
Hongkong, dan Jepang.
1
2
- Menjadikan perusahaan PT. Anugerah Bara Kaltim perusahaan yang unggul dibidang
pertambangan batu bara.
- Membantu menambah Devisa Negara atau Pendapatan Negara.
- Menjadikan perusahaan yang berwawasan lingkungan yang sehat danhijau.
- Peduli dan komitmen dengan pemerdayaan manusia.
1.3 Uraian Tugas Bagian Organisasi
Struktur organisasi pada PT. Anugerah Bara Kaltim menganut system Lini dan Staf.
Dimana seorang manager membawahi beberapa bagian/unit kerja dan masing-masing unit
kerja dipimpin oleh seorang kepala bagian yang bertanggung jawab penuh kepada manager
masing-masing. Struktur Organisasi PT. Anugerah Bara Kaltim memiliki susunan sebagai
berikut:
3
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian secara garis besar yaitu:
Mining Manager (Manager Tambang)
a. Bertangung jawab atas kelancaran kegiatan tambang, baik produksimaupun
non-produksi.
b. Membuat acara tahunan dan bulanan tambang yang akan diteruskan ke direksi
Jakarta
c. Mengambil keputusan terakhir dari suatu pekerjaan pekerjaan yang sebelumnya
keputusan terakhir itu diambil oleh supervisor dan manager unit
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diintruksikan oleh pimpinan Jakarta.
b. Membuat laporan posisi tenaga kerja setiap bulan kepada direksi dan direktur
tambang.
4
3. Akutansi
a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya system pelaksanaan kerja dan
melaksakan pencatatan mutasi harta perusahaan agar menjamin perlindungan dan
keselamtan perusahaan kerja daerah.
b. Melaksankan tugas-tugas berhubungan dengan semua maslah perpajakan
perusahaan di daerah.
c. Membuat tugas-tugas pabrik dalam masalah keuang
4. Pemasaran
5. Bertanggung jawab atas semua hal yang berhubungan denganpemasaran batubara
6. Mining Departement
a. Bertanggung jawab terhadap aktivitas perencanaan tambang, pengelolaan tambang
dan reklamasi tambang.
b. Bertanggung jawab terhadap pengurusan muatan diponton pengirim ke pembeli.
c. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dampak lingkungan akibat
penamabangan batu bara.
d. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja karyawan MiningDepartement.
7. Logistic Departement
a. Bertanggung jawab atas lancarnya penyelenggaraan tugas-tugas tambang dan
materialnya.
b. Mengatur dan mengembalikan arus material yang tersedia di gudang utama
maupun ditempat penyimpanaan lain.
c. Bertanggung jawab atas kelengkapan dan keamanan material pembelian yang
diserahkan oleh penerima.
d. Melakukan pengawasan agar pekerjaan administrasi pergudangan diserahkan
secara tertib dan benar.
5
8. Landcomp
a. Meningkatkan produktivitas karyawan dengan mengadakan pendekatan kepada
unit kerja untuk mendapatkan masukan- masukan guna membangkitkan semangat
kerja.
b. Bertanggung jawab atas hubuhngan kerja dengan departement tenaga kerja serikat
kerja.
c. Bersama serikat kerja mengadakan perundingan atau musyawarah dengan
pimpinan organisasi.
d. Melaksankan tugas-tugas lain yang dibebankanoleh personalia
Batubara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia. Batubara banyak
memainkan peran selama berabad-abad, tidak hanya membangkitkan listrik namun juga
merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan-kegiatan industri seperti industri semen.
Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar diharapkan memiliki nilai kalor yang tinggi
untuk mendapatkan efisiensi pembakaran (istomo).
6
7
Batu bara memiliki jenis yang berbeda-beda dengan nilai kalori dan kualitas yang
berbeda pula. Untuk menentukan nilai kalori dan kualitas batubara dilakukan analisa kimia
pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis
proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter),
karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan
untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur danunsur tambahan.
Dari uraian latar belakang diatas maka dalam melakukan praktek kerja lapangan,
penulis melalukan penelitian terhadap nilai kalori dan total sulfur yang ada dalam sampel
batubara dengan judul “Analisis Reproducibility Sampel Batubara Terhadap Nilai
Kalori Dan Total Sulfur” dimana hasil dari analisa tersebut akan dibandingkan dengan
hasil analisa dari laboratorium PT. ANINDYA sebagai acuan.
2.2 Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi terdiri
dari selulosa. Proses pembentukan batubara, dikenal sebagai proses pembatubaraan atau
coalification. Faktor fisika dan kimia yang ada di alam akan mengubah selulosa menjadi
lignit, subbitumina, bitumina, atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti :
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. Kualitas
batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboratorium. Standar kandungan sulfur
yang dizinkan untuk digunakan di industri semen adalah sebesar 0,8 %. Sedangkan untuk
batubara yang digunakan sebagai bahan bakar di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
adalah sebesar 0,4%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas batubara adalah umur, temperatur,dan tekanan.
2.3.1 Umur
Umur batubara adalah kapan suatu batubara atau coalification terjadi. Untuk
menyederhanakan periode waktu khususnya pada periode kapan kebanyakan batubara
terbentuk, maka para ahli geologi membuat suatu tabel yang membagi-bagi umur atau
zaman menjadi beberapa periode seperti tebel 2.1 (Simplified Geologi Time Scale).
Table 1 Tabel 2.1 Simplified Geologi Time Scale
2.3.2 Temperatur
Temperatur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi rank atau kualitas batubara.
Sumber panas tersebut dapat berasal dari:
a. Geothermal Gradient
b. Igneous intrusio
10
2.3.3 Tekanan
Efek tekanan sangat berperan pada saat awal pembentukan batubara atau coalification
sampai tercapainya rank high volatile bitumious. Efek ini merupakan pemerasan atau
“squeezing out of the water”
2.4 Preparasi
Preparasi sampel adalah pengurangan massan dan ukuran dari gross sampel sampai
pada massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di laboratorium. Preparasi dilakukan
untuk mendapatkan spesifikasi pada batuan seperti diameter,tinggi serta komposisi sampel
batuan dnegan didapatkannya spesifikasi ini, pengujian bersifat mekanika pada batuan akan
memberikan hasil yang akurat. Massa dan ukuran partikel sampel yang diperlukan untuk
pengujian berbeda- beda,tergantung dari jenis pengujiannya. Ukuran dari massa sampel
untuk pengujian general analysis (proximate,total sulfur,calorific value),berbeda dengan
ukuran dan massa sampel untuk pengujian HGI dan total moisture.
2.5 Analisa
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi
potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya serta oleh derajat coalification. Pada umumnya untuk menentukan kualitas
batubara dilakukan analisa kimia padabatubara yang diantaranya dengan memperhatikan
sejumlah parameter kualitasyang dihasilkan dari analisis kimia dan pengujian laboratorium.
Analisis kimia batubara terdiri dari 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
2.5.1 Analisa Proximate
a. Kadar Air (Moisture)
Semua batubara memiliki kadar air (moisture) yang terdiri dari air permukaan
(surface moisture) dan di dalam batubara itu sendiri (inherent moisture). Kadar air
dalam batubara menjadi bertambah pada saat pencucian batubara sehabis
penambangannya. Bertambahnya kadar air di dalam batubara juga disebabkan karena
penimbunan di udara terbuka atau bila butiran-butiran batubaranya makin halus.
Moisture berpengaruh terhadap kualitas batubara. Semakin besar moisture di dalam
batubara maka semakin kecil calorific value, karena diperlukan kalori untuk
penguapan air. Kandungan moisture pada batubara dapat mempengaruhi kegiatan
11
Komposisi batubara bersifat heterogen yang terdiri dari zat organik (lignin-selulosa-humus)
maupun anorganik (besi, silika, allumunium, magnesium, dll) yang bercampur dengan batua
sedimen lain disekitarnya selama proses pembatubaraan berlangsung. Bila dibakar, senyawa
anorganik diubah menjadi senyawa oksida dalam bentuk abu. Abu merupakan komponen yang
terkandung pada batubara yang tidak dapat terbakar. Kandungan abu akan terbawa bersama
gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi daalam bentuk abu terbang (fly ash)
yang jumlahnya mencapai 80% dan abu dasar sebanyak 20%. Kadar abu ini sangat
berpengaruh terhadap tingkat pencemaran udara serta mengakibatkan terjadinya hujan asam
(kontak abu yang mengandung SO2 dengan air hujan) yang menyebabkan korosif pada
peralatan. Senyawa abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara tersebut antara lain SiO2,
Al2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, dan SO3.
2.5.2 Analisa Ultimat
12
3.1 Sampling
Sampling dapat dilakukan secara manual maupun secara mechanical, berikut
merupakan cara sampling yang dilakukan :
1. Sampling Manual
Sampling manual dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia
menggunakan sekop, shovel atau ladle. Sampling manual bisa dilakukan pada saat
batubara diangkut dengan belt conveyor, pada saat dikeluarkan dari belt feeder atau
pada saat dikeluarkan dari screen deck. Ketika batubara dikeluarkan dari truk, atau
grap pada kapal laut.
a. Stop belt sampling
Metode pengumpulan increment yang terbaik ialah dengan memberhentikan
belt conveyor, kemudian memasang sampling frame di atas belt (jarak minimum
antara sisi-sisi frame ialah tiga kali ukuran partikel normal top size batubara yang
sedang diambil contohnya). Semua material yang berbeda diantara sisi-sisi frame
diambil. Walaupun batubara berada dalam keadaan diam, namun motode ini
dianggap sebagai samplingdari arus bergerak.
b. Sampling dari arus jatuhan (falling stream)
Metode ini yang disukai untuk manual sampling ialah dari arus jatuhan pada
titik perpindahan belt, aliran keluar dari belt feeder, atau dari screen deck.
c. Sampling dari permukaan belt yang bergerak
Sampling ini dilakukan di atas belt conveyor secara manual. Namun metoda
ini memiliki beberapa persyaratan keamanan, yaitu:
- Kecepatan belt harus kurang dari 1.5 m/s
- Tebalnya batubara pada belt harus kurang dari 0,3 m
- Laju muat (flow rate) batubara harus kurang dari 200 ton per jam
d. Sampling dari arus pembongkaran yang terpotong-potong
14
15
Sampling ini dilakukan pada saat dumping truck diatas tongkang dan
pembongkaran di atas kapal. Tingka resiko sampling ini tergolong tinggi, karena
alasan operasional dan petugas sampler beberapa kali bahkan sering dilarang
melakukan pengambilan increment. Sehingga, sampel yang diambil kurang
representative lagi terhadap kargo muat.
e. Stationary sampling (batubara dalam keadaan diam)
Metode ini termasuk sampel dari stockpile, dari bagian atas truk atau dari
tongkang. Pada merode ini, persyaratan dasar yang menyatakan bahwa semua
partikel hendaknya mempunyai kesempatan yang sama untuk terambil menjadi
bagian dari contoh tidak terpenuhi, oleh karena itu, metode ini hendaknya
dihindari sejauh mungkin.
2. Mechanical Sampling
Metode sampling ini dilakukan dengan bantuan peralatan mekanis yang dijalankan
baik secara manual maupu otomatis. Baik dengan setting mass maupun time basis.
a. Cross belt cutter
Kriteria
- Mulut cutter harus sedemikian rupa sehingga semua partikel mempunyai
kesempatan yang sama untuk mesuk menjadi bagian dari contoh
- Mulut cutter minimal yang efektif harus berukuran tiga kali nominal top size
batubara
- Cutter harus mengambil cross section penuh dari aliran tersebut
- Bentuk belt conveyor harus dibuat sedemikian rupa sehingga cocok dengan
lekukan celah cutter
- Cutter mampu menyapu permukaan belt dengan bersih. Pisau cutter tidak boleh
bersentuhan dengan belt, karena akan mengakibatkan kerusakan pada belt. Data
desain akan menunjukkan jarak maksimum antara belt dan cutter yang
diperbolehkan. Sesuaikan secara teratur setiap flexible blade, brushes atau skirts
yang terpasang pada cutter agartetap bersentuhan dengan belt
- ISO menerangkan perihal kecepatan rata-rata cutter harus minimum 1,5 kali
kecepatan belt.
16
vibratory feeder yang menghasilkan sebuah curahan (falling stream). hasil curahan
dikumpulkan dalam containers diletakkan pada sebuah meja berputar. Laju vibratory
feeder dapat disesuaikan, namun laju meja putar tetap. Laju dari vibratory feeder
disesuaikan untuk mencapai minimum dari 20 increments. Kecepatan vibratory feeder
tidak boleh lebih dari 80% kecepatan penuh.
6. Pengeringan
Pengeringan dilaksanakan pada keadaan atmosfer atau di dalam oven pengering.
Maksimum temperature tidak boleh lebih besar 40°C. Waktu maksimum pengering
yang diperbolehkan adalah 18 jam. Proses pengeringan dikerjakandikerjakan di dalam
ruang preparasi untuk mencegah kehilangan jumlah sampel atau kontaminasi oleh
angin dan cuaca. Pengeringan dilaksanakan sampai sampel mencapai berat konstan
hingga maksimum 18jam. Berat konstan didefinisakan kurang dari 0,1 % loss per jam
% ADL = 𝑚2−𝑚3 × 100
𝑚2−𝑚1
a. Prinsip :
Batubara dengan berat tertentu dipanaskan pada suhu 100℃-106℃ dalam
aliran gas nitrogen.
b. Standar acuan :
ISO 11722:1999 Solid Minerals Fuels
c. Prosedur :
1) Nyalakan alat di suhu 100°C-106°C dan blower, setting gas nitrogen sekitar
300
2) Segera timbang cawan kosong serta tutupnya yang sudah kering (m1).
3) Menimbang 1 g sampel ke dalam cawan. Catat beratnya (cawan + tutup +
sampel) (m2)
4) Susun cawan diatas tray, lalu buka tutup cawan, masukkan cawan + sample
beserta traynya kedalam alat selama 3 jam.
5) Keluarkan cawan, sampel beserta traynya dari oven, pasang kembali tutup
cawan dan didinginkan di atas plat aluminium.
6) Setelah dingin, timbang kembali cawan + tutup + sampel (m3)
7) Hitung persentase moisture dalam sampel
8) Perhitungan sebagai berikut :
Dimana :
m1 = berat cawan
m2 = berat cwan tambah sampel
1. Calorific Value
Nilai kalor batubara adalah panas yang dihasilkan dari pembakaran sejumlah
batubara pada kondisi standar. Metode yang lazim digunakan dalam menentukan nilai
kalor adalah bomb calorimeter.
kawat fuse wire, lilitkan kawat sedemikian rupa hingga tengah kawat
menempel pada sampel batubara
7) Masukkan aquadest sebanyak 10 ml ke dalam bomb calorimeter.
8) Tutup bomb vessel dengan rapat dan isi dengan oksigen.
9) Isi bejana kalorimeter dengan volume air standar pada suhu 26◦C dibawah
suhu jaket kalorimeter
10) Masukkan bejana ke dalam unit kalorimeter dan letakkan bomb vessel di
dalam bejana secara perlahan (pastikan tidak ada gelembung yang keluar
dari bomb calorimeter)
11) Hubungkan elektroda dan pasang tutup kalorimeter pada posisinya
12) Masukkan nomor bomb, berat massa sampel dalam mikroprosessor dan
klik start.
13) Sinyal ‘idle’ akan nampak jika pembakaran sudah sempurna diiringi
dengan bunyi BIP... panjang.
14) Hasil pengujian akan dicetak diprinter secara otomatis.
15) Buka penutup kalorimeter dan keluarkan bomb. Buanglah gas di dalam
bomb tersebut dengan membuka katup gas secara perlahan- lahan. Bongkar
bomb dan bersihkan masing-masing bagian dengan hati-hati.
- Bomb Vessel
- Penjepit /pinzet
b. Bahan
- Sampel Batubara
- Gas Oksigen
- Aquadest
2) Prosedur Kerja
1. Hidupkan ups powerware 3000, printer, calorimeter parr 6200 dan water
handling system
2. Buka tutup jaket kalorimeter dan regulator gas oksigen
3. On kan menu heater dan pump pada unit
4. Timbang 1 gr sampel batubara di dalam crucible calori
5. Pasang crucible calori pada elektroda dan hubungkan kedua elektroda
dengan kawat fuse wire, lilitkan kawat sedemikian rupa hingga tengah
kawat menempel pada sampel batubara
6. Masukkan aquadest sebanyak 10 ml di dalam bomb calorimeter
7. Tutup bomb vessel dengan rapat dan isi dengan oksigen
8. Isi bejana kalorimeter dengan volume air standar pada suhu 26◦C dibawah
suhu jaket kalorimeter
9. Masukkan bejana ke dalam unit kalorimeter dan letakkan bomb vessel di
dalam bejana secara perlahan (pastikan tidak ada gelembung yang keluar
daribomb calorimeter)
10. Hubungkan elektroda dan pasang tutup kalorimeter pada posisinya
11. Masukkan nomor bomb, berat massa sampel dalam mikroprosessor dan klik
start.
12. Sinyal ‘idle’ akan nampak jika pembakaran sudah sempurna diiringi dengan
BIP... panjang.
13. Hasil pengujian akan dicetak diprinter secara otomatis.
14. Buka penutup kalorimeter dan keluarkan bomb. Buanglah gas di
dalam bomb tersebut dengan membuka katup gas secara perlahan- lahan.
30
b. Bahan
- Sampel Batubara
- Gas Oksigen
- Alumunium Oxide
- Indikator Campuran
- Larutan H2O2 30%
- Na2B4O7.10H2O 0.025 mol/L
2.) Prosedur Kerja
1. Nyalakan power Furnace Total Sulfur dan buka valve pada pump
2. Kemudian buka aliran gas oksigen pada setting pada tekanan ±50-60
3. Setting suhu furnace ke 900 oC dan tunggu hingga stabil.
4. Kemudian, jika suhu telah stabil naikkan suhu menjadi 1350 oC
31
5. Isi gas washing bottle dengan larutan H2O2 30% sebanyak ±100 ml lalu
hubungkan dengan selang furnace dan pump pada masing-masing
salurannya
6. Timbang 0,5000 ± 0,0010 g sampel pada combustion boat, lalu masukkan
pada pipa pembakaran dan pasang aliran gas oksigen pada pipa
7. Dorong cawan combustion boat setiap 2 menit sekali, sejauh 5 cm selama
12 menit
8. Lepaskan aliran gas oksigen dan keluarkan sampel combustion boat dari
dalam pipa furnace
9. Lepaskan selang penghubung gas washing bottle dan tuang larutan yang
ada di dalamnya pada erlenmeyer Berikan 3-4 tetes indikator campuran dan
dititrasi dengan larutan boraks
10. Catat data hasil titrasi
11. Jika sudah selesai melalukan pengujian, tutup valve pada pump, pastikan
menutup regulator gas oksigen
12. Matikan alat furnace setelah semua pengujian selesai
“catatan : sebelum melakukan analisa sampel, sebaiknya melakukan
analisa sampel standar terlebih dahulu untuk kondisioning instrument”
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sample ID 561
Sample ID 566
Sample ID 573
Sample ID 567
32
33
Sample ID 574
Sample ID 590
Sample ID 561
Date 2 Agustus 2022
Mass 0,5005 0,5003
V 1,15 1,15
Mean 0,18
Sample ID 566
Date 2 Agustus 2022
Mass 0,5001 0,5000
V 1,0 1,05
Mean 0,16
Sample ID 573
Date 2 Agustus 2022
Mass 0,5007 0,5000
V 1,1 1,05
Mean 0,17
34
Sample ID 567
Date 8 Agustus 2022
Mass 0,5005 0,5005
V 1,25 1,25
Mean 0,20
Sample ID 574
Date 8 Agustus 2022
Mass 0,5002 0,5003
V 1,2 1,2
Mean 0,19
Sample ID 590
Date 8 Agustus 2022
Mass 0,5001 0,5004
V 1,5 1,4
Mean 0,23
Simplo 566
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3697
Bomb ID :1
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.0215
Jacket T : 30.0123
Gross Heat : 4709.28 Cal/g
Duplo 566
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3698
Bomb ID :2
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 23.8185
Jacket T : 29.9828
Gross Heat : 4698.58 Cal/g
Simplo 573
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3699
Bomb ID :1
36
Weight :1.00000
Spike Weight:0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 23.9950
Jacket T : 30.0030
Gross Heat : 4609.29
Duplo 573
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3700
Bomb ID :2
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 23.9546
Jacket T : 29.9975
Gross Heat : 4599.95
Simplo 567
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3817
Bomb ID :1
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.4408
Jacket T : 30.0025
Gross Heat : 4454.15 Cal/g
Duplo 567
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3818
Bomb ID :2
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
37
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.3393
Jacket T : 30.0085
Gross Heat : 4448.84 Cal/g
Simplo 574
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3819
Bomb ID :1
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.0429
Jacket T : 30.0103
Gross Heat : 4404.43 Cal/g
Duplo 574
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3820
Bomb ID :2
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce :15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.1670
Jacket T : 30.0008
Gross Heat : 4398.52 Cal/g
Simplo 590
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3821
Bomb ID :1
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.3097
38
Jacket T : 30.0045
Gross Heat : 4350.90 Cal/g
Duplo 590
Mode : Determination
Method : Dynamic Type Preliminary
Sample ID : 3822
Bomb ID :2
Weight : 1.00000
Spike Weight: 0.00000
Fuce : 15.0000
Acid : 10.0000
Sulfur : 0.00000
Init. Temp : 24.2545
Jacket T : 30.0036
Gross Heat : 4342.17 Cal/g
Duplo 561
Mass : 0,5
Volume : 1,15
%TS : 0,18446
Simplo 566
Mass : 0,5
Volume : 1,0
%TS : 0,1604
Duplo 566
Mass : 0,5
Volume : 1,05
%TS : 0,16842
Simplo 573
Mass : 0,5
Volume : 1,1
%TS : 0,17644
Duplo 573
Mass : 0,5
Volume : 1,05
39
%TS : 0,16842
Simplo 567
Mass : 0,5
Volume : 1,25
%TS : 0,2005
Duplo 567
Mass : 0,5
Volume : 1,25
%TS : 0,2005
Simplo 574
Mass : 0,5
Volume : 1,2
%TS : 0,19248
Duplo 574
Mass : 0,5
Volume : 1,2
%TS : 0,19248
Simplo 590
Mass : 0,5
Volume : 1,5
%TS : 0,2406
Duplo 590
Mass : 0,5
Volume : 1,4
%TS : 0,22456
40
Ash VM CV
No Date of Sample % % IM % % % TS % cal /
Sample Analysis Code RM TM (adb) (adb) (adb) (adb) gr
(adb)
561 2/08/2022 BP 020 24,51 31,46 25,47 3,83 35,04 0,18 4.800
566 2/08/2022 LB 002 24,03 29,73 25,90 3,86 34,71 0,16 4.700
573 2/08/2022 BP 002 24,58 30,22 25,99 5,04 34,72 0,17 4.600
567 8/08/2022 BP 007 29,34 35,79 30,06 3,93 31,89 0,20 4.447
574 8/08/2022 BP 002 28,45 34,04 29,16 5,39 32,10 0,19 4.397
590 8/08/2022 BP 008 29,40 33,76 30,16 5,08 32,35 0,23 4.341
41
31.76 13.97 4.41 40.20 0.17 5,557 4,408 5.13 46.73 0.20 6,459
31.81 14.55 4.69 39.65 0.18 5,445 4,345 5.49 46.40 0.21 6,372
37.52 16.40 5.93 39.28 0.19 5,176 3,868 7.09 46.99 0.23 6,191
30.32 16.13 4.91 38.09 0.17 5,342 4,438 5.85 45.42 0.20 6,369
33.38 13.81 6.34 39.20 0.18 5,356 4,140 7.36 45.48 0.21 6,214
35.08 18.07 5.74 37.86 0.28 5,102 4,043 7.01 46.21 0.34 6,227
calorific value, dan total sulfur. Namun, pada analisa kali ini akan difokuskan terhadap
perbandingan nilai kalor dan total sulfur yang terkandung pada sampel.
Pada langkah pertama dilakukan analisa sampel dengan menggunakan metode bom
kalorimeter. Penentuan ini didasarkan pada prinsip alat bom kalorimeter, yaitu didasarkan
pada Azas Black yang menyatakan bahwa jumlah kalor yang dilepas oleh materi yang
bersuhu lebih tinggi akan sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh materi yang
suhunya lebih rendah. Calorific value (nilai kalori) adalah jumlah panas yang dilepaskan
setiap jumlah batubara yang dibakar dengan oksigen di bawah kondisi standar. Adapun
sifat-sifat dari nilai kalor batubara adalah nilai kalori batubara bergantung pada peringkat
batubara, dimana semakin tinggi peringkat batubara makan semakin tinggi pula nilai
kalorinya dan sebaliknya. Pada batubara yang sama nilai kalorinya juga dapat dipengaruhi
oleh moisture dan juga abu, dimana semakin tinggi moisture atau abu maka akan semakin
kecil nilai kalorinya. Nilai kalori juga merupakan salah satu parameter dalam penentuan
kualitas bahan bakar dan sebagai penentu harga jual batubara. Semakin tinggi nilai kalori,
maka akan semakin bagus kualitasnya. Sebab, kalori tinggi membuat emisi batubara
menjadi rendah dan lebih ramah lingkungan.
Prinsip analisa menggunakan bom kalorimeter dilakukan dengan menempatkan
sejumlah sampel batubara pada tabung (bomb vessel) berisi oksigen yang tercelup dalam
medium penyerap kalor (kalorimeter). Sampel kemudian akan terbakar oleh api listrik dari
kawat yang terpasang dalam bomb vessel. Sejumlah sampel tersebut akan terbakar habis
dan menghasilkan panas yang akan dibaca oleh alat bom kalorimeter sehingga diperoleh
nilai kalorinya. Didapat nilai kalori yang terkandung dari hasil analisa sampel berkisar
antara 4341 Cal/gr sampai 4800 Cal/gr dengan nilai rata-rata terbesar 4800 Cal/gr.
Berdasarkan nilai kalori yang terkandung dalam sampel, dapat disimpulkan bahwa sampel
batubara memiliki nilai kalori di bawah nilai reference standard. Seperti yang tertera dalam
grafik 5.1.
43
Perbandingan Nilai CV
Gambar 5.1. Perbedaan Nilai Kalori PT. ABK dan PT. ANINDYA
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa hasil dari nilai kalori pada sampel yang
dianalisa masih sesuai karena tidak melewati batas standar toleransi yaitu 56. Data hasil
pengujian reproducibility yang didapat dari analisa sampel A (BP 002), B (LB 002), C (BP
002), D (BP 007), E (BP 002), F (BP 008), berturut-turut adalah 4800 Cal/gr, 4700 Cal/gr,
4600 Cal/gr, 4447 Cal/gr, 4397 Cal/gr, 4341 Cal/gr. Nilai tersebut kemudian dikonversikan
dari Air Dried Basis ke Dry Basis untuk dibandingkan dengan standar acuan. Jika
dibandingkan dengan data hasil analisa dari lab Anindya, hasil pengujian yang didapat dari
dilakukan penulis di PT. ABK masih mendekati dengan nilai standar dan memiliki selisih
nilai yang dekat dengan hasil uji lab Anindya.
Pada langkah selanjutnya, dilakukan pengujian reproducibility terhadap nilai total
sulfur yang. Kandungan sulfur dalam batubara sangat bervariasi dan pada umumnya
bersifat heterogen sekalpuan berada dalam satu seam batubara yang sama. Prinsip analisa
total sulfur dilakukan dengan menempatkan sejumlah sampel kedalam pipa pembakaran.
Didalam furnace, pembakaran sampel dilakukan secara bertahap dengan mendorong sampel
setiap 2 menit sedalam 5 cm, selama 12 menit. Hasil dari pembakaran tersebut akan
menghasilkan berbagai gas salah satunya sulfur dioksida (SO2). Gas ini yang akan
ditangkap oleh Hydrogen Peroksida 30% (H2O2) dan menjadi Asam Sulfat (H2SO4) yang
kemudian akan dititrasi dengan larutan Natrium Boraks Na2B4O7+7H2O. Dari titrasi
44
tersebut didapatkan kandungan sulfur pada sampel barubara. Rata-rata dari nilai sulfur
kemudian dikonversikan dari Air Dry Basis ke Dry Basis dan di bandingkan dengan hasil
uji lab Anindya. Ditemukan hasil perbandingan seperti yang dapat dilihat pada grafik
Perbandingan Nilai TS
Reproducibility TS (0,05%)
0.15
0.1
0.05
0
-0.05
-0.1
-0.15
BP 020 LB 002 BP 002 BP 007 BP 002 BP008
Kode Sampel
Gambar 5.2. Perbedaan Total Sulfur PT. ABK dan PT. ANINDYA
Kandungan total sulfur yang didapatkan pada sampel tidak melebihi batas toleransi
yaitu 0,1 dan memiliki selisih nilai yang kecil dengan total sulfur sampel dari lab Anindya.
Nilai total sulfur yang didapat dari sampel batubara A (BP 020), B (LB 002), C (BP 002), D
(BP 007), E (BP 002), F (BP 008) beturut-turut adalah 0,18 ; 0,17 ; 0,17 ; 0,20 ; 0,19 ; 0,23.
Dari hasil uji total sulfur di dapat rata-rata nilai yang cukup rendah yaitu sekitar 0,18
sampai 0,23 setiap sampelnya. Hal ini menunjukkan bahwa sampel batubara yang diujikan
memiliki kualitas yang cukup bagus karena kandungan sulfur yang tinggi bisa
mempengaruhi sifat-sifat pembakaran sehingga akan mengakibatkan slagging. Selain itu,
emisi sulfur juga berpengaruh pada lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam. Oleh karena itu, batubara yang memiliki berkualitas baik yaitu batubara yang
mengandung nilai kalori tinggi dan kandungan sulfur yang rendah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari seluruh analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kalori dan total sulfur dalam sampel batubara yang di ujikan di laboratorium PT.
ABK sesuai dengan standar dari PT. Anindya dan rata-rata nilai yang didapat masih
berada di bawah batas toleransi
2. Hubungan antara nilai kalori dalam sampel batubara yakni semakin tinggi kandungan
kalorinya maka semakin bagus juga kualitas dari batubara tersebut. Sedangkan
batubara dengan kadar sulfur yang tinggi mempunyai nilai jual yang rendah, sehingga
terlalu banyak sulfur dapat menurunkan kualitas batubara tersebut. Belerang dapat
menimbulkan hujan asam dan dapat merusak pemanasan lengas dala boiler pada
pembangkit listrik.
6.2 Saran
Memperhatikan penggunaan alat perlindungan diri yang lengkap saat melakukan
preparasi seperti menggunakan masker, kacamata, sarung tangan dan earplug untuk
menghindari penghirupan udara yang tidak sehat, melindungi mata dari tebaran abu
batubara, dan menjaga telinga dari kebisingan alat saat bekerja. Demikian juga saat
melakukan analisa sampel seperti penggunaan sarung tangan lateks, masker, kacamata, dan
jas lab untuk menghindari iritasi akibat paparan cairan-cairan yang berbahaya. Serta selalu
memperhatikan SOP alat pada saat digunakan.
45
DAFTAR PUSTAKA
46