Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Profil Perusahaan


2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. KTC Coal Mining and Energy pada awalya merupakan
perusahaan yang berkerja di bidang kontruksi dan pemindahan tanah
pada tahun 1988 dengan nama Kok Tong Construction Pte Ltd yang
bertempat di Singapura oleh Mr.Cua Lai Seng, melalui perjalanan yang
panjang Kok Tong Construction Pte Ltd berhasil mendapatkan reputasi
yang baik dalam pembanguna kontruksi yang ada di singapura, pada
tahun 1997 Kok Tong Construction Pte Ltd berganti nama menjadi KTC
Civil Engineering & Construction Pte Ltd dan berperan dalam
pembangunan monumen ikonik di Singapura seperti Marine Bay Sands
dan Resort World yang bertempat di Sentosa Integrated Resort pada
tahun 2007. Setelah menjalani operasi dalam bidang kontruksi sipil
KTC Civil Engineering & Construction Pte Ltd mulai memasuki industri
pertambangan dengan nama KTC Coal Mining and Energy pada tahun
2005 sebagai kontraktor dari Bukit Baiduri Energi yang bertempat di
Samarinda, Kalimantan Timur dan pada tanggal 9 November 2007 PT.
KTC Coal Mining and Energy melakukan kegiatan penambangan di
Kalimantan Tengah tepatnya di Lemo, Muara teweh dengan cadangan
Batubara mencapai 8 Juta MT.
2.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun visi dari KTC group adalah untuk menjadi Kontraktor nomor
satu dalam pengerjaan proyek pembangunan, kontruksi sipil dan
pertambangan dan adapun misi dari KTC group adalah untuk
menyediakan pelayanan yang berkualitas, terpercaya dan aman
melalui pemanfaatan teknologi dan ruang kerja yang kondusif serta
peduli pada lingkungan dan perembangan sumber daya manusia guna
meningkatkan pelayanan kepada penerima jasa.

II-1
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT KTC Coal Mining & Energy terletak di Desa Lemo, Kecamatan


Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dengan jarak
tempuh 455 km dari Kota Banjabaru, Kalimantan selatan dan waktu tempuh
sekitar 10 jam. Untuk mencapai site lemo dilakukan perjalanan melalui Kota
Muara Teweh melalui jalur darat hingga menemui Sungai Barito, setelah itu
dilakukan penyebrangan menggunakan klotok menuju logpond dan kemudian
perjalanan dilanjutkan ke office site lemo, adapun total waktu perjalanan dari
Kota Muara Teweh menuju office site lemo adalah sekitar 30 menit tergantung
dari kondisi yang ada baik itu kondisi alam maupun kondisi alat dan manusia.
Untuk bulan Agustus tahun 2018 PT KTC Coal Mining & Energy melakukan
kegiatan penambangan sebagai kontraktor dari PT. Berkat Bumi Persada
yang memilik luas IUP 3.800 Ha.

Sumber : PT KTC Coal Mning & Energy


Gambar 2.1
Peta Sebaran Bahan Galian

II-2
2.3. Iklim dan Cuaca

Pada lokasi kegiatan yang bertempat di Desa Lemo, Kecamatan


Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah adapun iklim
yang terdapat adalah iklim tropis yang dimemiliki dua musim yaitu musim
hujan dan musim panas dengan suhu 24 – 340 C dan kelembaban 70 – 95%
Tabel 2.1.
Data Curah Hujan dan Hari Hujan
Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan

Januari 245 19
Februari 484 28
Maret 321 24
April 521 19
Mei 394 19
Juni 115 17
Juli 121 12
Agustus 153 10
September 236 17
Oktober 341 24
November 352 21
Desember 207 24
Rata - Rata 290.83 19.5
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito Utara
2.4. Keadaan Geologi
Keadaan geologi Muara Teweh Kabupaten Barito Utara memiliki
struktur yang berupa sesar, perliptan serta kelurusan yang secara umum
tersebar ke arah barat daya – timur laut dan barat lau – tenggara. Sesar terdiri
dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik yang melibatkan batuan
sedimen yang berumur Tersier dan pra-Tersier. Kelurusan – kelurusan ini
diduga merupakan jejak atau petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar
dengan struktur umum lainnya. Lipatan yang terdapat merupakan sinklin dan
antklin yang berarah sejajar dengan struktur regional, timur laut – barat daya,
mengingat litologi daerah ini didominasi oleh batuan yang berumur Tersier,
diduga kehadiran sesar, kelurusan dan lipatan berhubungan erat dengan
kegiatn tektonik yang terjadi pada Zaman Tersier.

II-3
Pada Kala Eosen akhir di Cekungan Barito dan Hulu Mahakam
terbentuk Formasi Haloq, Formasi batuayau dan Tnajung. Formasi ini ditutui
selaras oleh Formasi Ujohbilang sejak Oligosen dan pada waktu yang sama
terbentuk juga Formasi Tuyu di Cekungan Kutai. Pada Kala Oligose akhir
hingga Miosen awal terbentuk Formasi Berai, Montlat, Jangkan, Keramuan,
Purukahu yang diikuti oleh kegiatan gunungapi Malasan. Pada kala Miosen
Tengah di Cekungan Barito terbentuk Formasi Wahau dan Formasi Kelinjau
yang menindih tidak selaras Formasi Berai, Montalat, Jangkan, Keramuan
dan Purukcahu. Pada Miosen akhir sampai kuarter terjadi kegiatan gunungapi
Mentulang dan Bandang di Cekungan Barito sedangkan di Cekungan Kutai
terbentuk Formasi Kampung baru.

Sumber : Peta Geologi Regional PT KTC Coal Mning & Energy


Gambar 2.2
Peta Geologi Regional
1. Keadaan Morfologi
Keadaan Morfologi yang terdapat di daerah Lemo terdiri dari sekitar 20%
Morfologi dataran dan 80% Morfologi perbukitan dengan variasi ketinggian
80 – 145 mdpl dan kemiringan lereng sekitar 25 – 30 %. Morfologi
perbukitan tersebar ke arah selatan Lemo, sebelah barat sekitar Sungai
Lemo dan Sebelah Utara sekitar sungai Nango. Morfologi dataran terletak
di sebelah timur Lemo yang berada di sepanjang aliran Sungai Barito,
satuan ini membentuk daratan rendah yang umumnya rawa yang terbentuk
karena proses endapan Sungai Barito, adapun sungai yang terdapat di

II-4
Lemo menunjukkan pola aliran Reactinglar yang mencirikan pola aliran
yang terbentuk oleh cabang – cabang sungai dengan sudut yang tajam.
2. Stratigrafi
Adapun Stratigrafi pada wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT KTC
Coal Mining & Energy Site lemo terdiri dari beberapa formasi yaitu:
a. Formasi Berai (Tomb)
Formasi ini menunjukkan adanya Batugamping berlapis dengan
Batulempung, napal dan batubara yang sebagian besar tersilikakan
dan mengandung limolit, formasi ini juga memiliki Batugamping yang
berfosil foram besar yang memiliki umur sekitar Oligose Tengah –
Oligosen akhir.
b. Formasi Tanjung (Tet)
Formasi ini menunjukkan bagian bawah yang memiliki perselingan
antara batupasir, serpih, batulanau dan konglomerat dengan anekan
bahan serta memiliki sifat gampingan. Komponen pada konglomerat
yang terdapart pada formasi ini adalah kuarsa, feldspar, granit,
sekis,gabbro dan basal. Didalam batupasir kuarsa dapat dijumpai
komponen glaukonit. Bagian atas, perselingan antara batupasir kuarsa
bermika, batulanau, batugamping, dan batubara, adapun dari fosil yang
ditemukan dapat diketahui bahwa umur dari formasi ini berada diantara
Eosen – Oligosen dengan kemiringan lapisan 200 di utara selatan serta
ketebalan skitar 1300 m yang tersebar di daerah perbukitan.
c. Formasi Montalat (Tomm)
Pada formasi ini dapat ditemukan Batupasir kuarsa putih yang
berstruktur silang siur, sebagian gampingan yang bersisipan batulanau
atau serpih dan batubara, melalui fosil yang ditemukan dapat diketahui
bahwa umur lapisan ini adalah Oligosen dengan ketebalan sekitar 1400
m. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas
Formasi Tanjung dengan arah sebaran yang menempati Morfologi
perbukitan.
d. Forasi Warukin (TMW)
Pada formasi ini dapat ditemukan Batupasir kasar hingga sedang,
sebagian besar konglomerat yang bersisipan batulanau dan serpih
setengah padat, memiliki lapisan dan berstruktur perarian silang siur
dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan

II-5
lapisan sekitar 100 dan berumur sekitar Miosen Tengah – Miosen Atas
dengan ketebalan sekitar 500 m yang terendapkan di daerah transisi,
formasi ini selaras di atas Formasi Berai dan Montalat serta menempati
derah morfologi dataran menggelombang landai.
e. Formasi Karamuan (Tomk)
Pada formasi ini dapat ditemukan Batulumpur abu-abu sebagan
gampingan dan berfosil, batupasir kuarsa dengan lapisan yang baik,
batulanau abu – abu, batulanau tufan abu – abu kehijauan, bersisipan
dengan batigamping berfosil, batulanau srpihan dan batulanau
karbonan.
f. Formasi Batuan Gunungapi Kalase (Kvh)
Pada formasi ini dapat ditemukan Basal piroksen, kelabu hijau,
porifiritik hingga piroklastik yang sebagian besar terubah menjadi
lempung, klorit dan kalsit yang dikorelasikan dengan Batuan
Gunungapi Haruyan yang berumur Kapur Akhir dan kelompok
Selangkai.

Sumber : Peta Geologi Lembar Muara Teweh


Gambar 2.3
Stratigrafi

II-6

Anda mungkin juga menyukai