Pendahuluan
Setiap kegiatan penambangan pasti menghasilkan limbah, baik berupa limbah cair, padat,
ataupun gas/udara. Khusus untuk limbah cair, porsi terbesar berasal dari aktivitas
pembukaan lahan dan material buangan (waste) yang mudah tererosi sehingga
mempengaruhi baku mutu air limpasan yang keluar dari area penambangan dan menuju ke
badan sungai atau meresap menjadi air tanah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara,
disebutkan bahwa air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang
berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian harus dikelola dengan pengendapan sebelum
dibuang ke air permukaan dan air yang dibuang harus memenuhi baku mutu yang
ditetapkan (Tabel 1).
Setiap penambangan pasti berhadapan dengan masalah air, baik air limpasan
permukaan, air tanah, ataupun air limbah hasil proses penambangan. Supaya proses
penambangan bisa berjalan bagus sesuai dengan prinsip Good Mining Practice, maka suatu
rencana pengelolaan air harus dibuat. Dalam rencana pengelolaan air (water management
plan) harus dikembangkan dengan mempertimbangkan curah hujan rata-rata, luas area
tangkapan air, bangunan-bangunan air yang harus dibuat termasuk kolam pengendapan
yang berfungsi sebagai kontrol erosi, sedimentasi, dan bahan pencemar lainnya seperti
logam berat sebelum keluar ke badan sungai umum.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel-partikel melayang di dalam air oleh
pengaruh gaya gravitasi atau gaya berat partikel. Berdasarkan tingkat konsentrasi partikel di
dalam air limbah dan kecenderungan partikel untuk saling berinteraksi, maka proses
sedimentasi dapat digolongkan dalam 4 tipe, yaitu:
Tipe-tipe proses sedimentasi diatas akan menjadi pertimbangan untuk menentukan jenis-
jenis kolam pengendapannya.
Kolam Pengendap
Kecepatan pengendapan dari partikel menjadi pertimbangan dalam membuat desain kolam
pengendap. Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh jenis partikel seperti dalam tipe
pengendapan.
Ø Partikel mandiri (discrete particle) adalah partikel yang tidak mengalami perubahan
bentuk, ukuran, maupun berat selama pertikel tersebut mengendap. Proses pengendapan
partikel berlangsung semata-mata akibat pengaruh gayapartikel atau berat sendiri partikel.
Pengendapan akan berlangsung sempurna apabila aliran dalam keadaan tenang
(aliran laminar). Akibat bertnya sendiri, partikel yang mempunyai rapat masa lebih besar
dari rapat masa air akan bergerak vertical ke bawah. Gerakan partikel di dalam air yang
tenang akan diperlambat oleh gaya hambatan akibat kekentalan air (drag force) sampai
dicapai suatu keadaan dimana besar gaya hambatan setara dengan gaya berat efektif
partikel di dalam air. Setelah itu gerakan partikel akan berlangsung secara konstan dan
disebut kecepatan pengendapan atau terminal settling velocity. Kecepatan pengendapan
bisa dihitung dengan hukum stoke (Peavy, 1986) berikut:
Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka kolam pengendapan dirancang berdasarkan
ukuran butir yang paling dominan. Apabila kecepatan pengandapan partikel tersebut vt ,
maka semua partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan sama atau lebih besar dari
vt akan diendapakan pada dasar kolam
Berdasarkan jenis partikel mandiri ini, maka kolam pengendap yang akan dibangun harus
dirancang berdasarkan kecepatan pengendapan, sehingga panjang, luas, dan kedalaman
kolam pengendap bisa ditentukan.
Ø Partikel yang berada dalam larutan encer sering tidak berlaku sebagai partikel mandiri
(discrete particle) tetapi sering membentuk gumpalan (flocculant particle) selama
mengalami proses sedimentasi. Bersatunya beberapa partikel membentuk gumpalan akan
memperbesar rapat masanya, sehingga akan mempercepat pengendapannya. Proses
penggumpalan (flocculation) di dalam kolam pengendapan akan terjadi tergantung pada
keadaan partikel untuk saling berikatan dan dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti laju
pembebanan permukaan, kedalaman kolam, gradient kecepatan, konsentrasi partikel di
dalam air dan range ukuran butir
Berdasarkan tipe pertikel diatas, maka bisa dirancang kolam pengendap yang memberi
kesempatan partikel encer tersebut untuk membentuk flok, dimana hal tersebut bisa
dirancang dengan memperpanjang kolam pengendap dan/atau menambahkan peralatan
yang bisa memberikan zat pencampur/reagent yang bisa mempercepat penggumpalan
(coagulant), sehingga proses pengendapan bisa dipercepat.
Berdasarkan topografi area yang akan dibangun kolam pengendap, secara garis besar
ada dua jenis topografi yang mempengaruhi pemilihan jenis kolam pengendap;
Ø Topografi dengan kontur yang tajam dan banyak creek atau sungai yang dipisahkan
oleh bukit-bukit. Dengan topografi tersebut, maka pemilihan kolam pengendap adalah
dengan membangun bendung yang membendung creek atau aliran sungai dengan
menghubungkan dua bukit. Hal tersebut akan memberikan kapasitas tampungan yang
maksimal dengan pekerjaan yang minimal.
Ø Topografi dengan kontur yang sangat landai, cenderung flat, dan berada di area rendah
(low land). Dengan topografi tersebut, maka pemilihan kolam pengendap adalah dengan
melakukan penggalian kolam dimana kapasitas tampungan tidak bisa maksimal dengan rata-
rata hanya 50% - 60% volume material yang digali.
Kolam pengendap juga harus dipelihara supaya kolam pengendap tersebut berfungsi
dengan optimal yang mempunyai umur layanan yang maksimal. Pada saat pemilihan jenis
kolam pengendap, rencana pemeliharaan atau pengerukan kolam harus menjadi
pertimbangan. Ada dua cara untuk memelihara kolam pengendap yang akan mempengaruhi
rencana rancangan atau desain pembuatan kolam pengendap;
Ø Umur rencana pendek (kurang dari 2 tahun), kolam pengendap dengan umur pendek
biasanya dibuat hanya sementara sampai sumber limbah atau sedimen tidak ada. Untuk
daerah tambang kolam pengendap ini dibuat di area rencana reklamasi dimana selama
proses pembentukan lahan, penyebaran tanah pucuk, pembuatan bangunan penahan erosi,
dan vegetasi tumbuh maka erosi yang menghasilkan sedimen akan terjadi dan tentunya
akan menimbulkan masalah kualitas air dan/atau kolam pengendap sementara ini
diperlukan saat pembersihan lahan dalam proses pembuatan jalan, dimana sebelum jalan
tersebut terbentuk dan dilapisi perkerasan maka erosi juga akan menghasilkan sedimentasi.
Erosi dan sedimentasi akan berangsur berkurang dan hilang bila area reklamasi sudah
berhasil atau jalan sudah terkonstruksi dan terlapisi dengan perkerasan sehingga kolam
pengendap tersebut tidak akan berfungsi lagi. Selain itu, juga bisa kolam pengendap ini
memang dirancang sampai kolam ini penuh dan setelah penuh akan dibuat kolam
pengendap lainnya dibawahnya (series pond). Kolam pengendap ini cukup dirancang dengan
kapasitas sesuai dengan laju sedimentasi selama umurnya saja, setelah itu kolam
pengendap ini bisa di-decommissioning atau tidak difungsikan lagi.
Ø Umur rencana panjang (lebih dari 2 tahun), kolam pengendap dengan umur panjang
dibuat dengan rencana umur layanan lebih dari 2 tahun. Kolam pengendap ini di tambang
dibuat untuk melayani sedimentasi dari erosi yang terjadi sepanjang umur tambang. Hal ini
akan membuat rancangan kolam pengendap semaksimal mungkin kapasitasnya. Bila ada
program pengerukan, maka kapasitas tampungan sediment bisa diperkecil, tetapi fungsi dari
kolam pengendap akan terus menerus ada sampai tidak ada erosi dan sedimentasi.
Kesimpulan