Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

APLIKASI TEKNIK TENAGA LISTRIK


MOTOR INDUKSI AC PENGGERAK CONVEYOR

Disusun Oleh :
WAHYU TRIATMOKO 03.2016.1.07302

VICTORIUS DAVID S 03.2016.107262

BUDI PRASETYO 03.2016.1.07311

FAIZAL MAHARDIKA 03.2016.1.07233

MUHAMMAD FARUQ 03.2016.1.07242

RIZKY PERDANA 03.2016.1.07216

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2017 – 2018
1|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor
2|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Motor listrik pada bidang industri memegang peranan penting serta
banyak digunakan. Hal ini dikarenakan motor listrik merupakan salah satu
system peralatan yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis.
Selanjutnya energi mekanis ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan
pelayanan beban ekonomis.
Pada umumnya, motor listrik yang banyak digunakan di pabrik-pabrik
adalah motor induksi tiga fasa. Pertimbangan penggunaan motor induksi
dikarenakan motor tersebut mempunyai konstruksi yang sangat sederhana
dan tidak mudah rusak, sehingga mudah dalam perawatan serta putaran-
putaran motor relative konstan dengan perubahan beban. Di samping itu juga
keandalannya tinggi dan memiliki factor daya yang sangat baik.
Pada Industri Batu Bara Belt Conveyor adalah sarana yang digunakan
sebagai alat pengangkut Batubara salah satunya yaitu Belt Conveyor BC-11
pada mesin Ship Loader. Belt Conveyor pada mesin Ship Loader adalah
unit/sarana yang sangat penting, karena apabila motor penggerak di Belt
Conveyor BC-11 ini rusak maka proses pengisian batu bara ke dalam tongkang
akan terhambat sehingga waktu yang kita gunakan menjadi tidak efisien. Maka,
sebelum memasang motor listrik tersebut kita harus menghitung dan
menganalisa kapasitas daya yang akan diperlukan motor tersebut untuk
menggerakkan Belt Conveyor BC-11 yang ada pada mesin Ship Loader.

3|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan
permasalahn sebagai berikut :
1. Bagaimana daya listrik yang dibutuhkan oleh motor induksi tiga
phasa’tersebut?
2. Bagaimana daya mekanik yang dihasilkan oleh Gear Reducer untuk
menggerakkan Belt Conveyor BC-11 Pada Ship Loader bila
dikonversikan kedalam daya listrik?
3. Bagaimana Efisiensi ekonomis dari output yang dihasilkan oleh
Motor penggerak BC-11?

1.3 Batasan Masalah


Kami membatasi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini dengan
menitik beratkan penentuan perhitungan daya listrik yang dihasilkan oleh
motor penggerak BC-11, besar daya mekanik yang dihasilkan oleh Gear
Reducer bila dikonversikan ke daya listrik dan efisiensi ekonomis dari output
yang dihasilkan oleh motor penggerak Belt Conveyor BC-11 pada Ship Loader.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah “Aplikasi Motor
Induksi Pada Belt Conveyor” ini ialah :
1. Untuk mengetahui aplikasi nyata dari sebuah motor penggerak
Belt Conveyor BC-11 pada mesin Ship Loader berikut dengan
aspek-aspek pendukungnya.
2. Untuk lebih mengetahui besar daya sebenarnya yang
digunakan, sehingga terjadinya kerusakan pada motor akibat
adanya beban lebih dapat terhindari.

1.4.2 Manfaat

4|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


Manfaat dari penyusunan makalah “Aplikasi Motor Induksi
Pada Belt Conveyor" in” adalah :
1. Dapat menambah pengetahuan pemahaman tentang
perhitungan daya motor induksi tiga phasa penggerak Belt
Conveyor pada mesin Ship Loader serta aspek-aspek yang
digunakan pada motor itu sendiri.
2. Dapat mengetahui jenis motor penggerak Belt Conveyor pada
mesin Ship Loader di industry batu bara.

5|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi tiga fasa atau sering juga disebut motor tak serempak
(asinkron) merupakan motor arus bolak – balik yang paling banyak
digunakan dalam industri. Hal ini dikarenakan motor induksi mempunyai
banyak keunggulan antara lain sebagai berikut :
1. Bentuknya sederhana, mempunyai rangka yang kokoh, kuat dan tidak
mudah rusak.
2. Harganya lebih murah dibandingkan dengan jenis motor lainnya dan
banyak tersedia di pasaran.
3. Efisiensinya tinggi pada keadaan normal, tidak memerlukan sikat,
sehingga rugi-rugi gesekan dapat dikurangi.
4. Perawatannya lebih mudah.
5. Pada waktu mulai beroperasi tidak memerlukan tambahan peralatan
khusus. Namun, disamping hal tersebut diatas, perlu juga diperhatikan
factor-faktor kekurangannya antara lain sebagai berikut.
6. Pengaturan kecepannya sangat mempengaruhi efisiensinya.
7. Kecepatannya akan berkurang jika bebannya bertambah.
8. Torsi awalnya lebih rendah daripada torsi motor DC shunt.
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bentuk fisik dari motor induksi
3 fasa, sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bentuk Motor 3 Fasa

6|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


2.2 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa
Pada dasarnya motor induksi arus putar terdiri dari suatu bagian yang
tidak berputar (stator) dan bagian yang bergerak memutar (rotor). Secara
ringkas stator terdiri dari blek-blek dynamo yang berisolasi pada satu sisinya
dan mempunyai ketebalan 0,35 – 0,5. disusun menjadi sebuah paket blek
yang berbentuk gelang. Dan disisi dalamnya dilengkapi dengan alur-alur.
Didalam alur ini terdapat perbedaan antara motor asinkron dengan lilitan
sarang (rotor sarang atau rotor hubung pendek) dan gelang seret dengan
lilitan tiga fasa.
Atau dari sisi lainnya bahwa inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan
(email) baja silicon tebalnya 0,35 – 0,5 mm tersusun rapi, masing-masing
terisolasi secara elektrik dan diikat pada ujung-ujungnya. Lamel inti besi
stator dan rotor bagian motor dengan garis tengah bagian luar dari stator
lebih dari 1m, bagian motor dengan garis tengah lebih besar, lamel inti besi
merupakan busur inti segmen yang disambung-sambung menjadi satu
lingkaran.
Celah udara antara rotor dan stator pada motor yang kecil adalah 0,25 –
0,75 mm, sedangkan pada motor yang besar sampai 10 mm. celah udara yang
besar ini disediakan bagi kemungkinan terjadinya perenggangan pada sumbu
sebagai akibat pembebanan transversal pada sumbu atau sambungannya.
Tarikan pada pita (belt) atau beban yang tergantung tersebut akan
menyebabkan sumbu motor melengkung.
Pada dasarnya inti besi stator dan belitan rotor motor tak serempak ini
sama dengan stator dan belitan stator mesin serempak. Kesamaan ini dapat
ditunjukkan bahwa pada rotor mesin tak serempak yang dipasang sesuai
dengan stator mesin tak serempak akan dapat bekerja dengan baik. Bagian –
bagian pada motor induksi yaitu :

7|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


2.2.1 Stator
Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan
tempat kawat(konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut
kumparan stator, yang masing-masing kumparan mendapatkan suplai
arus tiga fasa. Stator terdiri dari plat-plat besi yang disusun sama besar
dengan rotor dan pada bagian dalam mempunyai banyak alur-alur yang
diberi kuimparan kawat tembaga yang berisolasi. Jika kumparan
tersebut akan timbul flux magnet putar. Karena adanya flux magnet
putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor berputar karena
adanya induksi magnet dengan kecepatan putar rotor sinkron dengan
kecepatan putar stator.
Ns = 120 . f / P
Dimana :
Ns = kecepatan sinkron (rpm)
F = besarnya frekuensi (Hz)
P = jumlah pasang kutub.

2.2.2 Body Motor


Fungsi utama dari bodi atau frame adalah sebagai bagian dari
tempat mengalirnya fluks magnet yang dihasilkan kutub-kutub
magnet, karena itu beban motor dibuat dari beban feromagnetik.
Disamping itu badan motor ini berfungsi untuk meletakkan alat-alat
tertentu dan melindungi bagian-bagian mesin lainnya. Biasanya pada
motor terdapat papan nama atau name plate yang bertuliskan
spesifikasi umum dari motor.

8|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


2.2.3 Inti Kutub Magnet dan Lilitan Penguat Magnet
Sebagaimana diketahui bahwa fluks magnet yang terdapat pada
motor arus searah dihasilkan oleh kutub magnet buatan yang dibuat
dengan prinsip elektromagnetis. Lilitan penguat magnet ini berfungsi
untuk mengalirkan arus listrik agar terjadi proses elektromagnetis.

2.2.4 Sikat – Sikat dan Pemegang Sikat


Fungsi dari sikat adalah sebagai jembatan bagi aliran arus dari
sumber. Disamping itu sikat memegang peranan penting untuk
terjadinya komutasi, agar gesekan antara sikat dan komutator
sehingga sikat harus lebih lunak dari pada komutator, biasanya
terbuat dari bahan arang.
Sikat-sikat akan aus selama operasi dan tingginya akan
berkurang, aus yang diizinkan ditentukan oleh konstruksi dari
pemegang sikat (gagang-sikat). Bagian puncak dari sikat diberi plat
tembaga guna mendapatkan kontak yang baik antara sikat dan diding
pemegang sikat. Bila sikat-sikat terdapat pada kedudukan yang benar
baut harus dikuatkan sepenuhnya, hal ini menetapkan jembatan sikat
dalam suatu kedudukan yang tidak dapat bergerak pada pelindung
ujung.
Sedangkan tiap-tiap gagang sikat dilengkapi dengan suatu
pegas yang menekan ada sikat melalui suatu system tertentu
sehingga sikat tidak terjepit.

2.2.5 Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyearah mekanik yang bersama-
sama dengan sikat membuat suatu kerja sama yang disebut komutasi.
Supaya menghasilkan penyearah yang lebih baik, maka komutator
yang digunakan hendaknya dalam jumlah yang besar. Setiap belahan
(segmen) komutator berbentuk lempengan.

9|Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor


Disamping penyearah mekanik maka komutator berfungsi juga
untuk mengumpulkan ggl induksi yang terbentuk pada sisi-sisi
kumparan. Oleh karena itu komutator dibuat dari bahan konduktor,
dalam hal ini digunakan dalam campuran tembaga.
2.2.6 Rotor
Berdasarkan hukum faraday tentang imbas magnet, maka medan
putar yang secara relative merupakan medan magnet yang bergerak
terhadap penghantar rotor akan mengimbaskan gaya gerak listrik
(GGL). Frekuensi imbas GGL ini sama dengan frekuensi jala-jala.
Besar ggl imbas ini berbanding lurus dengan kecepatan relative
antara medan putar dan penghantar rotor. Penghantar-penghantar
dalam rotor yang membentuk suatu rangkaian tertutup, merupakan
rangkaian pelaju bagi arus rotor dan searah dengan hokum yang
berlaku yaitu hukum lenz.
Dalam hal ini arus rotor itu ditimbulkan karena adanya
perbedaan kecepatan yang berada diantara fluksi atau medan putar
stator dengan penghantar yang diam. Rotor akan berputar dalam arah
yang sama dengan arah medan putar stator.

2.2.7 Motor Induksi Rotor Sangkar


Motor induksi rotor sangkar konstruksinya sangat sederhana,
yang mana motor dari rotor sangkar adalah konstruksi dari inti
berlapis dengan konduktor dipasang parallel, atau kira-kira paralel
dengan poros yang mengelilingi permukaan inti. Konduktornya tidak
terisolasi dari inti karena arus rotor secara alamiah akan mengalir
melalui tahanan yang paling kecil konduktor rotor. Pada setiap ujung
rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkatkan dengan cincin
ujung, batang rotor dan cincin ujung sangkar yang lebih kecil adalah
coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor.
Dalam motor yang lebih besar batang rotor tidak dicor melinkan

10 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
dibenamkan kedalam alur kemudiandilas dengan kuat ke cincin
ujung. Adapun konstruksi dari motor induksi rotor sangkar dapat
dilihat berikut ini :

Gambar 2.2.7 Motor Induksi Rotor Sangkar

2.2.8 Motor Induksi Rotor Lilit


Motor rotor lilit atau motor cincin slip berbeda dengan motor
rotor sangkar dalam konstruksi rotornya, seperti namanya rotor dililit
dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor
dihubungkan secara Y dengan Poros motor.
Ketiga cincin slip yang terpasang pada cincin slip dan sikat-sikat
dapat dilihat berada pada sisi sebelah kiri lilitan rotor dan lilitan rotor
tidak dihubungkan ke pencatu. Cincin slip dan sikat-sikat semata-
mata merupakan penghubung tahanan kendali variable luar kedalam
rangkaian motor. Motor rotor lilit kurang banyak digunakan
dibandingkan dengan motor rotor sangkar karena harganya mahal
dan biaya pemeliharan lebih besar. Adapaun konstruksi dari motor
rotor lilit dapat di lihat berikut ini.

11 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Gambar 2.2.8 Motor Induksi Rotor Lilit
Belitan stator untuk kedua golongan sama, ketiga belitan fasanya
dapat dibentuk dalam hubungan delta ( ) maupun hubungan bintang
(Y).
Pada jenis rotor sangkar badan rotor terbuat dari plat-plat
berbentuk batang-batang konduktor yang dipasang miring terhadap
as dalam alur yang letaknya membujur dan disatukan oleh cincin
yang terbuat dari tembaga. Pada jenis rotor belitan, belitan serupa
dengan belitan stator tetapi selalu dalam bentuk hubungan bintang.
Untuk hubungan sirkuit keluar terdapat 3 buah pasangan cincin gesek
dan sikat. Biasanya hubungan keluar ini diperuntukkan bagi sirkuit
tahanan start.
Tipe-tipe belitan stator motor induksi sama dengan belitan motor
sinkron yang secara prinsip tidak jauh pula bedanya dengan belitan
mesin arus searah. Kadang-kadang belitan motor induksi dibuat
dengan bermacam hubungan dengan maksud :
1. Memungkinkan motor dapat bekerja pada 2 macam tegangan
dengan perubahan hubungan delta atau bintang. Ataupun bagi
keperluan start motor guna memperkecil arus start.
2. Memungkinkan motor bekerja pada beberapa macam putaran
berdasarkan perubahan jumlah kutub stator.

12 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
2.3 Prinsip Kerja Motor Induksi
Adapun prinsip kerja motor induksi (tiga fasa) mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Apabila catu daya arus bolak-balik tiga fasa dihubungkan pada
kumparan stator (jangkar). maka akan timbul medan putar dengan
kecepatan :
Ns = 120.f / P
Ns : Putaran stator
f : Frekuensi
P : Jumlah kutub
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
3. Akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi (GGL)
sebesar

E2s = 4,44 . f2 . N2. φ M


E2s : Tegangan induksi pada saat rotor berputar
N2 : Putaran rotor
f2 : Frekwensi rotor
φm : Fluks
4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka E2s akan
menghasilkan arus (I).
5. Adanya arus (I) dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada
rotor.
6. Bila kopel awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar
untuk menggerakkan beban, maka rotor akan berputar searah dengan
medan putar stator.
7. Tegangan induksi terjadi karena terpotongnya konduktor rotor oleh
medan putar, artinya agar terjadi tegangan induksi maka diperlukan
adanya perbedaan kecepatan medan putar stator (Ns) dengan kecepatan
medan putar rotor (Nr).

13 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
8. Perbedaan kecepatan antara Ns dan Nr disebut Slip (S).
9. Bila Nr = Ns maka tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan
mengalir, dengan demikian kopel tidak akan ada dan motor tidak
berputar, kopel motor akan ada kalau ada perbedaan antara Nr dengan
Ns. Nr < Ns.

2.4 Definisi Daya Listrik Secara Umum


Definisi daya listrik adalah laju perpindahan energi persatuan waktu,
yang dilambangkan dengan P. Satuan internasional adalah Watt, yang
diambil dari nama James Watt (1736-1819). Dalam satuan yang umumnya
dipakai adalah Horse Power (HP), dimana : 1 HP = 746 watt.
Adapun beberapa pengertian daya yakni : daya aktif (daya nyata), daya
reaktif dan daya semu ialah :

1. Daya Aktif (nyata) adalah daya yang dapat diubah menjadi daya thermis
mekanis langsung dapat dirasakan oleh konsumen. Satuannya adalah watt
(W), kilo watt (KW), dan Mega watt (MW).
2. Daya reaktif adalah daya yang diperlukan oleh rangkaian magnetisasi
peralatan listrik. jadi tidak langsung dipakai, hanya untuk tujuan
magnetisasi. Satuannya Volt Ampere Reaktif (VAR), kilo Volt Ampere
Reaktif (KVAR), dan Mega Volt Ampere Reaktif (MVAR).
3. Daya semu adalah jumlah secara vektoris daya aktif (nyata) dan daya
reaktifnya. Satuannya adalah Volt Ampere (VA). Kilo Volt Ampere
(KVA), dan Mega Volt Ampere (MVA). Jadi hubungan antara daya aktif,
daya reaktif dan daya semu dapat digambarkan pada segitiga daya berikut
ini :

14 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
P

S
Gambar 2.4 Segitiga Daya
Dari gambar diatas terdapat tiga jenis persamaan daya untuk tegangan
1 fasa dan 3 fasa yaitu :
S = √3 . V . I
P = √3 . V . I . cos φ
Q = √3 . V . I . sin θ

2.5 Daya Pada Motor Induksi


Pada motor induksi terjadi perubahan energi listrik menjadi energi
mekanik dalam bentuk putaran rotor. Pada motor induksi daya mekanik yang
dihasilkan digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan yang
diinginkan.
Daya pada motor listrik dapat dihitung menggunakan perhitungan
perfasa maupun tiga fasa dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

P1 = VP. IP. Cos θ Atau


P3 = 3. P1 θ
P3 = 3. VP.IP. Cos θ
Harga tegangan fasa (VP ) adalah :
𝑉𝐿
Vp=
√3

Dimana :
P1 θ : Daya aktif satu fasa (W)
P3 θ : Daya aktif tiga fasa (W)

15 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
VL : Tegangan line – line (V)
Vp : Tegangan Perfasa (V)
I : Arus (A)
Cos θ : Faktor daya
Pada motor induksi tiga fasa digunakan Gear Reducer sebagai
penghubung untuk menggerakkan Belt Conveyor. Poros Belt Conveyor
dihubungkan pada kopling yang ada di Gear Reducer. Daya keluaran pada
Gear Reducer ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
M : Momen pada poros Gear Reducer (N.m)
F : Gaya Keliling pada poros (N)
R : Jari-jari pada pulley penggerak (m)
N : Frekwensi putaran dalam detik (dt-1)
ω : Kecepatan sudut dalam rad/detik
Sehingga daya mekanik pada Gear Reducer dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
P mekanik = M . ω
Momen pada Gear Reducer pada kondisi berbeban dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus :
M=F.r
gaya keliling pada poros (F) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus:
F=M.a
Sedangkan percepatan pada Belt Conveyor dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
a = v/t
dimana :
m : berat total (massa batu bara satu detik + massa belt conveyor).(kg/s)
a : Percepatan pada belt conveyor (m/s2)
t : Waktu yang ditempuh belt conveyor dari kecepatan awal hingga
mencapai kecepatan konstan (s)
16 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
V : Kecepatan Linear pada belt conveyor (m/s)
Momen pada poros (M) Gear Reducer saat belt conveyor pada BC – 11
tidak ada batu bara dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti
persamaan diatas. Sedangkan gaya keliling pada poros dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus :
F=m.a
Dimana :
m : Berat total belt conveyor (kg/meter)
a : Percepatan pada belt conveyor (m/s2)
Untuk kecepatan sudut pada saat belt conveyor pada BC – 11 dalam
keadaan tidak berbeban dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
ω= 2 .π . n
Sedangkan pada Gear Reducer dipasang pulley penggerak sebagai
media untuk menggerakkan Belt Conveyor. Poros pada Gear Reducer
dihubungkan dengan pulley penggerak. Daya keluran pada Belt Conveyor
tersebut ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
F : Gaya keliling pada pulley penggerak (N)
m : Berat batu bara dalam satu menit (kg/menit)
a : Percepatan Linear (m/s2)
V : Kecepatan linear dalam (m/s)
t : Waktu yang ditempuh belt conveyor dari kecepatan awal hingga
mencapai kecepatan konstan (s)
I : Momen Inersia (Kg.m2)
r : Jari-jari pulley penggerak (m)
a : Percepatan Sudut (rad/s2)
ω : Kecepatan sudut dalam (rad/s)
Sehingga perhitungan daya mekanik pada Belt Conveyor dapat ditentukan
dengan 2 cara yaitu :

17 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
2.5.1 Gerak Translasi
Pmekanik = F . V
Dimana gaya (F) disana adalah Gaya keliling pada pulley dan nilai
dari gaya (F) tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
F=m.a
Dimana :
m : Berat batu bara dalam 1 detik + Berat belt conveyor (kg/s)
Sedangkan untuk mencari percepatan (a) kita dapat menghitungnya
dengan menggunakan rumus :
a = v/t
Gaya keliling pada poros saat tidak ada batu bara dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus :
F=m.a
Dimana :
m : Berat belt conveyor pada BC-11 (kg/m)
Pada Belt conveyor ini terdapat Energi Kinetik yang dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus yaitu :
EK = 1/2m . V. V
Dimana :
F : Gaya keliling pada pulley penggerak (N).
a : Percepatan Linear (m/s2).
V : Kecepatan linear dalam (m/s).
t : Waktu yang ditempuh Belt Conveyor dari kecepatan awal hingga
mencapai kecepatan konstan (s).
Ek : Energi Kinetik pada Belt Conveyor (joule).

2.5.2 Gerak Rotasi


Pmekanik = τ.ω
Dimana untuk mencari Torsi (t ) kita dapat tentukan dengan
menggunakan rumus :

18 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
r=I.a
Untuk mencari momen Inersia dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
I =M.K.K
Sedangkan untuk mencari percepatan sudut (a) kita dapat
menggunakan rumus :
𝜔 𝑓 .𝜔𝑜
α= 𝑡

Dan untuk mencari kecepatan sudut ( ) dapat ditentukan dengan


menggunakan rumus :
ω =2 π . n
dimana :
I: Momen Inersia (Kg.m2)
M: Berat Total pada Belt Conveyor (N)
α : Percepatan Sudut (rad/s2)
ω : Kecepatan sudut dalam (rad/s)
k: Radius girasi (m)

2.6 Rugi – Rugi Pada Motor Induksi


Seperti diketahui bahwa motor-motor listrik adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengkonfirmasikan energi listrik menjadi energi mekanis.
Keadaan ideal dalam system konversi energi, yaitu : mempunyai daya output
tepat sama dengan daya input yang dapat dikatakan efisiensi 100 %. Tetapi
pada keadaan yang sebenarnya tentu ada kerugian energi yang menyebabkan
efisiensi dibawah 100 %. Dalam sistem konversi energi elektromekanik,
yakni dalam operasi motor – motor listrik terutama pada motor induksi, total
daya yang diterima sama dengan daya yang diberikan, ditambah dengan
kerugian daya yang terjadi, atau :
Pin = Pout + Prugi-rugi
Dimana :
Pin : Total daya yang diterima
19 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Pout : Daya yang diberikan motor untuk melakukan kerja
Prugi : Total kerugian yang dihasilka100 oleh motor
Efisiensi motor listrik dapat didefinisikan dari bentuk diatas,
sebagaimana perbandingan dimana :
Efisiensi = Pout / Pin x 100%
= Pin - Prugi/Pin x 100%
Dari persamaan diatas, perlu dipelajari faktor-faktor yang menyebabkan
efisiensi selalu dibawah 100 %. Untuk itu perlu diketahui kerugian apa saja
yang timbul selama motor beroperasi.

2.6.1 Rugi – Rugi Inti


Rugi-rugi inti diperoleh magnetis dalam stator dan rotor akibat
timbulnya efek hesteris dan arus pusar (Eddy Current). Timbulnya
rugi-rugi inti ketika besi jangkar atau struktur rotor mengalami
perubahan fluks terhadap waktu. Rugi-rugi ini tidak bergantung pada
beban. Tetapi merupakan fungsi daripada fluks dan kecepatan motor.
Pada umumnya rugi-rugi inti berkisar antara 20-25 % dari total
kerugian daya motor pada keadaan nominal.

2.6.2 Rugi – Rugi Mekanik


Rugi-rugi gesekan atau mekanik adalah energi mekanik yang dipakai
dalam motor listrik untuk menanggulangi gesekan bantalan poros,
gesekan sikat melawan komutator atau slip ring, gesekan dari bagian
yang berputar terhadap angina, terutama pada daun kipas pendingin.
Kerugian energi ini selalu berubah menjadi panas seperti pada semua
rugi-rugi lainnya. Rugi-rugi mekanik dianggap konstan dari beban nol
hingga beban penuh, dan ini adalah masuk akal tetapi tidak sepenuhnya
tepat seperti halnya pada rugi-rugi inti. Macam-macam ketidak tepatan
ini dapat dihitung dalam rugi-rugi stray load, rugi-rugi mekanik

20 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
biasanya berkisar antara 5 – 8 % dari total rugi-rugi daya motor pada
keadaan beban nominal.

2.6.3 Rugi – Rugi Belitan


Rugi-rugi belitan atau sering juga disebut rugi-rugi tembaga,
tetapi pada saat sekarang tidak begitu, banya motor listrik terutama
motor dengan ukuran sangat kecil diatas 750 W, mempunyai belitan
stator dari kawat aluminium. Yang lebih tepat disebut rugi-rugi I2 .
R yang menunjukkan besarnya daya yang berubah menjadi panas
oleh tahanan dari konduktor tembaga atau aluminium. Total
kerugian I2 . R adalah jumlah dari rugi-rugi I2 . R primer (stator) dan
rugi-rugi I2 . R skunder (rotor), termasuk rugi-rugi kontak sikat pada
motor.
Rugi – rugi I2 . R dalam belitan sebenarnya tidak hanya
tergantung pada arus, tetapi juga pada tahanan belitan dibawa
kondisi operasi. Sedangkan tahanan efektif dari belitan selalu
berubah dengan perubahan temperature, skin effect dan sebagainya.
Sangat sulit untuk menentukan daya yang sebenarnya dari
tahanan belitan dibawa kondisi operasi. Kesalahan pengukuran
kerugian belitan dapat dimasukkan ke dalam kerugian stray load.
Pada umumnya rugi-rugi belitan ini berkisar antara 55 – 60 % dari
total kerugian motor pada keadaan beban nominal.

2.6.4 Rugi – Rugi Stary Load


Kita telah melihat beberapa macam kerugian selalu dianggap
konstan dari keadaan beban nol hingga beban penuh walaupun
kita tahu bahwa rugi-rugi tersebut sebenarnya berubaha secara
kecil terhadap beban. perubahan fluks terhadap beban, skin
effect, geometri konduktor sehingga arus terbagi sedikittidak
merata dalam konduktor bertambah, mengakibatkan

21 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
pertambahan tahanan konduktor dan karena itu rugi-rugi
konduktor harus bertambah. Dari semua kerugian yang relative
kecil ini, baik dari sumber yang diketahui disatukan menjadi
rugi-rugi stray load yang cenderung bertambah besar apabila
beban menoingkat (berbanding kuadrat dengan arus beban).

2.7 Cara Menentukan Rugi – Rugi Pada Motor


Rugi-rugi pada motor listrik sebagian dapat ditemukan dengan cara
konvensional, yaitu dengan percobaan beban nol dan percobaan blok rotor
(hanya untuk arus bolak-balik). Percobaan beban nol seluruh daya listrik
input motor digunakan untuk mengatasi rugi-rugi inti dan rugi-rugi
mekanik.
Pada motor AC tahanan equivalent motor dapat ditentukan dengan
percobaan block rotor (hubungan singkat). Dimana pada keadaan ini
rangkaian equivalent motor adalah sama dengan rangkaian equivalent
hubung singkat dari suatu transformator, jadi daya pada keadaan ini
merupakan rugi-rugi tahanan atau belitan dan pada keadaan ini rugi-rugi
inti dapat diabaikan karena tegangan hubungan singkat relative kecil
dibandingkan dengan tegangan nominalnya.
Rugi-rugi stray load adalah rugi-rugiyang paling sulit ditukar dan
berubah terhadap beban motor. Rugi-rugi ini ditentukan sebagai rugi-rugi
sisa (rugi-rugi pengujian dikurangi rugi-rugi konvensional). Rugi-rugi
pengujian adalah daya input dikurangi daya output. Rugi-rugi konvensional
adalah jumlah dari rugi-rugi inti, rugi-rugi mrkanik, rugi-rugi belitan. Rugi-
rugi stray load juga dapat ditentukan dengan anggapan kira-kira 1 % dari
daya output dengan kapasitas daya 150 kW atau lebih, dan untuk motor
yang lebih kecil dari itu dapat diabaikan.

22 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
2.8 Efisiensi Daya Motor Induksi
Efisiensi daya motor adalah perbandingan daya output dengan daya
input. Daya output dapat dinyatakan sebagai daya input dikurangi rugi-rugi
pada motor induksi tersebut.
% Efisiensi (Ƞ) = daya mekanik / daya listrik x 100%
% Efisiensi (Ƞ) = daya listrik – rugi rugi / daya listrik x 100%
Rugi-rugi motor terdiri dari rugi-rugi konstan dan variabel.
Rugi-rugi konstan dianggap tidak berubah dari beban nol hingga beban
penuh. Rugi-rugi variabel tergantung pada beban motor, berbanding
kuadrat dengan arus beban. Motor berefisiensi rendah apabila beban
pada motor rendah, karena kerugian daya pada motor relatife besar
dibandingkan dengan daya output pada beban yang besar, kerugian
output menjadi relatife kecil terhadap daya output. Efisiensi motor tidak
distandarisasi, masing-masing pabrik pembuat motor memproduksi
motor-motor dengan harga efisiensi sesuai dengan pertimbangan aspek
ekonomis dan teknis, atau dengan kata lain motor-motor mempunyai
data efisiensi yang berbeda untuk ukuran tipe yang sama tetapi pabrik
pembuat motor tersebut berbeda. Selain itu, efisiensi motor juga berbeda
apabila kapasitasnya berbeda, makin besar kapasitasnya makin tinggi
efisiensinya.
Perubahan kecepatan pada motor juga akan mempengaruhi nilai
efisiensinya. Perubahan kecepatan motor dari slip s1 dan s2
mengakibatkan efisiensinya berubah dari suatu harga ke harga lain.

23 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Keadaan Umum Belt Conveyor BC-11 Pada Ship Loader


Belt conveyor BC-11 adalah salah satu bagian dari Shiploader yang
berfungsi untuk memuat material batu bara ke tongkang. Belt Conveyor
BC-11 pada Shiploader ini digerakkan oleh motor induksi tiga fasa dengan
daya yang terpasang sebesar 30 kW type Siemen made In Germany.

3.2 Bagian – Bagian Belt Conveyor BC-11 Pada Ship Loader


Adapun bagian-bagian yang ada pada Belt Conveyor BC-11
adalah sebagai berikut :

3.2.1 Head And Belt Conveyor


Alat ini berupa drum atau roler yang berdiameter besar dan terhubung
langsung dengan driver atau penggerak Belt Conveyor pada Boom
Conveyor BC-11 poros dari head end ini satu sumbu dengan driver.
Alat ini berfungsi untuk menggerakkan belt yang melilit bodinya
searah dengan putaran motor dan drivernya. Adapun gambarnya
seperti diperlihatkan dibawah ini :

Gambar 3.2.1 Head and Belt Conveyor

3.2.2 Tail End Belt Conveyor


Alat ini sama dengan head end namun tidak terhubung langsung
dengan driver belt conveyor dan berdiri sendiri. Arah putarannya
24 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
searah denga arah putaran head end driver. Gambar dari tail end
dapat kita lihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.2.2 Tail and Belt Conveyor

3.2.3 Roller-Roller Belt Conveyor


Alat ini berbentuk drum yang berdiameter lebih kecil dari
head end dan tail end, yang berfungsi untuk menopang dan
menggerakkan belt. Jarak normal masing-masing roller antara 1,5-
1,75 meter, kalau terlampau dekat jaraknya maka tidak akan
menjadi ekonomis dan kalau terlalu jauh maka akan memperbesar
beban yang akan digerakkan oleh driver atau motor adapun gambar
dari roller-roller tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2.3 Roller-Roller Belt Conveyor

3.3 Deskripsi Rangkaian Umum Belt Conveyor


Instalasi belt conveyor secara umum mempunyai beberapa komponen
yang aling mendukung. Bagian-bagian umum dari rangkaian belt conveyor
dapat ilihat pada gambar 2.8 dibawah dengan keterangan sebagai berikut :
25 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
3.3.1 Belt conveyor
Merupakan media pembawa material dan sekaligus sebagai
media untuk meneruskan gaya yang bekerja
3.3.2 Head of conveyor
Posisi ujung dimana material ditumpahkan / dicurahkan.
3.3.3 Tail of conveyor
Posisi ujung dimana material dimuat.
3.3.4 Carrying idler (Roller pembawa)
Roller penunjang belt bermuatan material
3.3.5 Impactr idler (Roller penahan muatan)
Roller penunjang belt pada tempat-tempat pemuatan material
atau tempat jatuhnya material.
3.3.6 Training idler
Roller penunjang dengan alat bantu pelurus.
3.3.7 Return idler (Roller pembalik)
Roller penunjang belt yang telah tidak bermuatan material lagi
(setelah materialditumpahkan).
3.3.8 Drive (penggerak)
Unit penggerak belt yang terdiri dari motor, gear reducer dan
pulley.
3.3.9 Take-up pulley (puli pengencang)
Perangkat yang berfungsi untuk mengencangkan belt yang
kendor dan memberikan Tegangan pada belt.
3.3.10 Snub pulley
Puli yang terpasang untuk memperbesar sudut dimana belt
menyentuh permukaan puli penggerak.
3.3.11 Bend pulley (puli tikungan)
Puli yang dipakai untuk membelokkan arah dari belt
3.3.12 Head pulley / Drive pulley (puli depan)

26 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Puli terakhir pada ujung depan corong, lebih sering dipakai
sebagai puli penggerak.
3.3.13 Tail pulley / Return pulley (puli belakang)
Puli terakhir pada ujung belakang belt conveyor.
3.3.14 Scraper (alat pembersih)
Perangkat yang berfungsi sebagai pembersih material yang
menempel pada belt.
3.3.15 Skirt (penyekat)
Perangkat yang berfungsi sebagai penyekat agar material tidak
tumpah.
3.3.16 Plough scraper (alat pembersih)
Alat yang berfungsi untuk membersihkan material yang jatuh pada
belt conveyor bagian bawah.
3.3.17 Chute / Hopper
Corong yang terletak disetiap ujung bagian hulu (tail) yang
berfungsi untuk menampung curahan material.

Gambar 3.3 Deskripsi Rangkaian Umum Belt Conveyor

27 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
3.4 Data Teknis Motor Induksi 3 Fasa Penggerak Belt Conveyor BC-11
Dari hasil Survei yang telah dilakukan, maka diperoleh data-data sebagai
berikut :
1. Motor terpasang : 1 Unit
2. Daya motor terpasang : 30 KW
3. Arus motor : 58 A
4. Tegangan : 380 V
5. N : 1465 RPM
6. F : 50 HZ
7. Cos : 0,86
Gambar motor saat ini :

Gambar 3.4 Motor Induksi Penggerak Conveyor Belt

3.5 Data Teknis Gear Reducer


Data gear reducer didapat dari name plate yang ada pada gear reducer
itu sendiri. Adapun data-data yang didapat adalah :
Type : LC 180-12V
Ninput : 1465 Rpm
Noutput : 140 Rpm
Daya : 30 Kw

28 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Gambar Gear Reducer saat ini :

Gambar 3.5 Gear Reducer

3.6 Data Belt Conveyor


Panjang Belt Conveyor : 55 m
Panjang Frame Conveyor : 27 m
Lebar Belt Conveyor : 1200 mm
Berat belt conveyor : 19 kg/m
Kecepatan Belt : 2,7 m/s
Capacity : 600 ton/hour = 166, 67 kg/second
Diameter Pulley Driver : 500 mm
t (waktu) : 4,25 s (waktu yang dibutuhkan Belt
Conveyor bergerak dari kecepatan awal
(Vo) sampai kecepatan konstan atau
normal(Vkonstan)).
m (total) : 1211,67 kg/s (massa batubara dalam detik +
massa Belt Conveyor).

29 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Gambar Belt Conveyor saat ini :

Gambar 3.6 Belt Conveyor

3.7 Data pengukuran Listrik motor


Data pengukuran listrik motor dilakukan pada saat belt conveyor ada
batu bara diatasnya dan pada saat belt conveyor tidak ada batubara
diatasnya. Data itu sendiri didapat dengan cara melakukan pengukuran
langsung dengan bantuan alat tang Ampere. Adapun data pengukuran yang
didapat ialah sebagai berikut.
1. Tegangan
Tegangan yang diperoleh adalah : 375 V.
2. Arus saat BC-11 ada beban
Arus yang diperoleh dari pengukuran pada saat belt conveyor ada
beban adalah : 17,6 A.
3. Arus saat BC-11 tidak ada beban
Arus yang diperoleh dari pengukuran pada saat belt conveyor
tidak ada beban/tidak ada batu bara adalah : 12 A.
4. Arus start awal motor pada saat tidak ada beban
Arus yang diperoleh pada saat BC-11 memulai operasi atau pada
saat start awal motor di BC-11 adalah : 110 A.

30 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
5. Arus start awal motor pada saat ada beban
Arus yang diperoleh pada saat BC-11 memulai operasi atau pada
saat start awal motor di BC-11 adalah : 126 A.

31 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Daya Input Motor 3 Phase


Berdasarkan pembahasan diatas maka daya input motor dapat ditentukan
dari data teknis motor dan hasil pengukuran yang dilakukan secara langsung,
maka dapat ditentukan daya input (daya masukan) pada motor yaitu :

4.2 Perhitungan Daya Input Motor Berdasarkan Name Plate


Perhitungan daya input motor berdasarkan data yang didapat dari name
plate motor induksi 3 phase penggerak belt conveyor BC-11 pada ship loader
yaitu :

Jadi, hasil perhitungan P3F berdasarkan data yang didapat dari name plate
yaitu sebesar 32, 956 kW. Berdasarkan persamaan (2.26) maka dapat dihitung
rugi-rugi pada motor :
P rugi-rugi = Pinput – Poutput
= 32,956 kW – 30 kW
= 2,956 kW

32 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Jadi, besar rugi-rugi motor yang didapat dari hasil perhitungan adalah
sebesar = 2,956 kW.
4.2.1 Perhitungan Daya Input Motor Berdasarkan Pengukuran Saat
BC-11 Tidak Ada Beban
Perhitungan daya input motor bedasarkan pengukuran secara
langsung pada saat BC-11 tidak ada beban yaitu :

P1φ = Vp . Ip . Cos α
= 216, 76 . 12 . 0,86
= 2.236, 96 W
P3φ = 3 . P1φ
= 3 . 2.236
= 6.708 W
= 6, 708 kW
Jadi, hasil perhitungan P3φ berdasarkan data yang didapat dari
pengukuran langsung pada saat BC-11 tidak ada beban yaitu sebesar
6,708 kW.

4.2.2 Perhitungan Daya Input Motor Berdasarkan Pengukuran Saat


Belt Conveyor BC-11 Ada Beban
Perhitungan daya input motor bedasarkan pengukuran secara
langsung pada saat BC-11 ada beban yaitu :

P1φ = Vp . Ip . Cos α
= 216, 76 . 17,6 . 0,86
= 3280, 88 W
P3φ = 3 . P1φ

33 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
= 3 . 3280, 88
= 9.842 W
= 9,842 kW

Jadi, hasil perhitungan P3φ berdasarkan data yang didapat dari pengukuran
langsung pada saat BC-11 ada beban yaitu sebesar 9,842 kW.

4.3 Perhitungan Daya Mekanik Gear Reducer


4.3.1 Perhitungan Daya Mekanik Pada Gear Reducer Pada Saat BC-
11 Ada Beban
Berdasarkan persamaan dapat dihitung daya mekanik gear
reducer dengan menggunakan rumus :
Pmekanik = M . ω
Untuk mencari Momen (M) dan kecepatan sudut ( ω ) terlebih
dahulu kita harus mencari gaya pada poros gear reducer (F),
percepatan linear (a) pada belt conveyor dan frekwensi putaran
dalam detik (n). Berdasarkan persamaan percepatan linear dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :

Setelah hasil perhitungan dari percepatan didapat maka


berdasarkan persamaan gaya pada poros gear reducer dapat
ditentukan menggunakan rumus :
F=m.a
=1211,67 . 0,635
=769,41 N
Setelah gaya telah dihitung maka momen (M) dihitung
berdasarkan persamaan yaitu :
M=F.r
=769,41 N. 0,25 m

34 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
= 192,35 N.m
Berdasarkan persamaan maka kecepatan sudut (ω) harus
diketahui dulu frekwensi putaran tiap detik (n), frekwensi putaran
dalam detik dapat dihitung dengan cara :
n = 140 rpm = 2,33 dt-1
Berdasarkan persamaan kecepatan sudut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
ω = 2 . p .n
= 2 . 3,14 . 2,333
= 14, 651 rad/s
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat ada batu bara dapat
dihitung berdasarkan persamaan yaitu :
P mekanik = M . ω
= 192, 35 x 14, 651
= 2818,11 W
= 2,81 kW
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat belt conveyor ada batu
bara adalah sebesar 2,81 kW.

4.3.2 Perhitungan Daya Mekanik Pada Gear Reducer Pada Saat BC-
11 Tidak Ada Beban
Berdasarkan persamaan dapat dihitung daya mekanik gear
reducer dengan menggunakan rumus :
Pmekanik = M . ω
Untuk mencari Momen (M) dan kecepatan sudut ( ω ) terlebih
dahulu kita harus mencari gaya pada poros gear reducer (F),
percepatan linear (a) pada belt conveyor dan frekwensi putaran
dalam detik (n).
Berdasarkan persamaan percepatan linear dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
35 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Setelah hasil perhitungan dari percepatan didapat maka
berdasarkan persamaan (2.13) gaya pada poros dapat ditentukan
menggunakan rumus :
F =m.a
= 1045 . 0,635 .
= 663,57 N
Setelah gaya (F) telah dihitung maka momen (M) dihitung
berdasarkan persamaan yaitu :
M =F.r
= 663, 57 N. 0,25 m
= 165, 89 N.m
Setelah menghitung Momen pada poros (M) maka baru
menghitung kecepatan sudut. Berdasarkan persamaan kecepatan sudut
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
ω = 2 . π .n
= 2 . 3,14 . 2,333
= 14, 651 rad/s
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat tidak ada batu bara
dapat dihitung berdasarkan persamaan yaitu :
P mekanik = M . ω
=165,89 x 14, 651
= 2430,45 W
= 2,43 kW
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat tidak ada batu bara
adalah sebesar 2,43 kW.

36 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
4.4 Perhitungan Daya Mekanik Pada Belt Conveyor.
4.4.1 Perhitungan Daya Mekanik Pada Saat Belt Conveyor Ada Batu
Bara.
Daya mekanik pada Belt Conveyor BC-11 ini dapat kita hitung
dengan memakai perhitungan pada gerakan transalasi karena pada
belt conveyor BC-11 ini ukuran head end pulley dan tail end pulley
driver adalah sama besar. Maka daya pada belt conveyor BC-11 pada
saat ada batu bara dapat ditentukan menggunakan rumus
berdasarkan persamaan yaitu :
Pmekanik = F . V
Dimana diketahui gaya pada poros pada saat belt conveyor ada
batu bara adalah F = 769,41 N dan nilai dari Vlinear = 2,7 m/s Maka
besar daya mekanik pada belt conveyor adalah :
Pmekanik = F . V
= 769,41 N x 2,7 m/s
= 2077, 4 W
= 2,077 kW
Jadi, besar daya mekanik belt conveyor pada saat ada batu bara
adalah sebesar 2,07 kW.
Dan berdasarkan persamaan pada belt conveyor BC-11 ini
terdapat Energi Kinetik translasi yang dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus yaitu :

Dimana :
m : Berat total (berat batubara dalam 1 detik + berat belt conveyor
BC-11)

37 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
Jadi, energi kinetik translasi yang ada pada belt conveyor BC-11 saat
ada batu bara adalah sebesar 4416,53 joule.

4.4.2 Perhitungan Daya Mekanik Pada Belt Conveyor Saat Tidak Ada
Batu Bara
Berdasarkan persamaan daya pada belt conveyor BC-11 saat
ada batu bara dapat ditentukan menggunakan rumus dibawah ini :
Pmekanik = F . V
Dimana diketahui bahwa gaya pada poros pada saat belt
conveyor tidak ada batu bara adalah F = 663,57 N dan nilai dari
Vlinear = 2,7 m/s. Maka besar daya mekanik belt conveyor pada
saat tidak ada beban adalah :
P mekanik = F . V
= 663,57 N. 2,7 m/s
= 1791,63 W
= 1,791 kW
Jadi, besar daya mekanik belt conveyor pada saat tidak ada batu
bara adalah sebesar 1,791 kW.
Dan berdasarkan pembahasan diatas pada belt conveyor BC-11 ini
terdapat Energi Kinetik translasi yang dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus yaitu :

Dimana :
m : Berat belt conveyor BC-11
Jadi, enrgi kinetik translasi yang ada pada belt conveyor BC-11
saat tidak ada batu bara adalah sebesar 3809,02 joule.

38 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
4.5 Perhitungan Efisiensi Motor
Berdasarkan persamaan (2.26) untuk mendapatkan harga efisiensi
maka daya output dapat dinyatakan sebagai daya input dikurangi rugi-rugi
motor maka efisiensi pada motor induksi dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :

Jadi, berdasarkan perhitungan dan pembahasan diatas didapat hasil efisiensi


motor yaitu sebesar 91,03%.

4.6 Tabel Data Teknis Motor Induksi 3 Fasa


Setelah melakukan perhitungan maka dapat dilihat tebel hasil
perhitungan di bawah ini, bahwa terdapat perbedaan antara daya yang
terpasang dengan daya hasil perhitungan.
NO Data Teknis Motor Yang Terpasang

1. Daya (P) 30 kW

2. Tegangan 380 Volt / 3 Fasa

3. Cos a 0,86 (tidak berubah)

Tabel 4.6 Data Teknis Motor Induksi 3 Fasa Sebagai Penggerak


Belt Conveyor Pada Boom Conveyor BC-11 Ship Loader

39 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
4.7 Analisa Hasil Perhitungan Dengan Kondisi Di Lapangan
Dari tabel diatas setelah dibandingkan, maka terlihat pada tabel dibawah
ini,bahwa daya yang terpasang terdapat perbedaan dengan hasil
perhitungan.
Tabel perbandingan daya motor induksi 3 fasa sebagai penggerak Belt
Conveyor BC-11 pada Ship Loader yang terpasang daya motor hasil
perhitungan adalah :
NO Daya Output Yang Terpasang Daya Input Hasil Perhitungan

1. 30 kW 32, 956 kW

Tabel 4.7 Perbandingan Daya Motor Induksi # Fasa Sebagai


Penggerak Belt Conveyor BC-11 Pada Ship Loader

4.8 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil perhitungan daya pada belt conveyor BC-11 di
industri batu bara, dapat dibahas sebagai berikut :
1. Daya keluaran motor dipengaruhi oleh besar kecilnya arus motor dan
factor dayanya untuk tegangan yang konstan. Daya Input motor yang
didapat dari perhitungan adalah sebesar 32, 956 kW dengan arus 58 A,
tegangan 380 Volt dan factor daya (Cos a) 0,86, terlihat bahwa semakin
besar arus dan factor daya maka daya masukan motor tersebut akan
semakin membesar sebaliknya jika arus dan faktor dayanya kecil maka
daya masukan motor akan semakin mengecil ini berartibahwa daya
masukan motor berbanding lurus terhadap tegangan (V), arus (I), dan
faktor daya (Cos a).
2. Dan untuk rugi-rugi pada motor didapat dari hasil perhitungan sebesar
2,956 kW.
3. Daya mekanik pada gear reducer yang didapat dipengaruhi oleh berat beban
yang digerakkan oleh motor. Semakin besar beban yang digerakkan oleh
40 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
motor maka akan semakin besar pula daya mekanik yang dihasilkan oleh
gear reducer. Poutput gear reducer didapat antara perkalian antara Momen
(M) dengan kecepatan sudut ( ), dimana kita dapat lihat dari hasil
perhitungan daya mekanik pada gear reducer pada saat belt conveyor BC-
11 ada batu bara adalah sebesar 2,81 kW. Sedangkan daya mekanik gear
reducer pada saat tidak ada batu bara ialah sebesar 2,43 kW.
4. Daya mekanik pada belt conveyor yang didapat dipengaruhi oleh berat
beban yang digerakkan oleh motor. Semakin besar beban yang
digerakkan oleh motor maka akan semakin besar pula daya mekanik
yang dihasilkan oleh belt conveyor. Poutput belt conveyor didapat
antara perkalian antara Gaya (F) dengan kecepatan linear (V), dimana
kita dapat lihat dari hasil perhitungan daya mekanik pada belt conveyor
BC-11 ada batu bara adalah sebesar 2,81 kW. Sedangkan daya mekanik
belt conveyor BC-11 pada saat tidak ada batu bara ialah sebesar 2,43
kW dan pada belt conveyor BC-11 ini terdapat energi kinetic translasi,
dimana kita dapat lihat dari hasil perhitungan, energi kinetic pada belt
conveyor BC-11 saat ada batu bara adalah sebesar 4416,53 joule.
Sedangkan energi kinetic translasi pada belt conveyor BC-11 saat tidak
ada batu bara ialah sebesar 3809,02 joule.

5. Efisiensi daya yang dihasilkan dari perhitungan berdasarkan perbandingan


daya keluaran dapat dinyatakan sebagai daya masukan dikurangi daya rugi-
rugi pada motor atau dengan kata lain nilai efisiensi daya motor baik adalah
jika nilai efisiensi daya motor tersebut berkisar antara 80% sampai 100%
maka motor termasuk pada penggunaan yang efektif. Pada motor induksi 3
fasa penggerak belt conveyor BC-11 di industry batu bara, setelah dilakukan
perhitungan maka efisiensi yang dihasilkan dari penggunaan motor induksi
3 fasa penggerak belt conveyor BC-11 adalah sebesar 91,03 %.

41 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari isi dan hasil perhitungan yang telah diuraikan pada
Tugas Aplikasi Motor Induksi Pada Belt Conveyor dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Besarnya daya pada motor penggerak belt conveyor BC-11 dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu besarnya arus dan berat beban yang
digerakkan oleh motor tersebut. Atau dengan kata lain semakin besar
arus motor dan berat beban yang digerakkan oleh motor maka akan
semakin besar pula daya yang dikeluarkan oleh motor.
2. Besarnya daya mekanik pada gear reducer dipengaruhi oleh berat beban
yang digerakkan oleh gear reducer tersebut, dimana kita dapat lihat dari
hasil perhitungan daya pada gear reducer pada saat belt conveyor BC-
11 ada batu bara adalah sebesar 2,81 kW. Sedangkan daya pada saat
tidak ada batu bara ialah sebesar 2,43 kW.
3. Daya mekanik dan energi kinetik pada belt conveyor dipengaruhi oleh
berat beban yang diangkut oleh belt conveyor tersebut, dimana dapat
kita lihat dari hasil perhitungan daya dan energi kinetik pada belt
conveyor pada saat berbeban adalah sebesar 2,077 kW dengan Ek =
4416, 35 kW. Sedangkan pada saat tidak berbeban adalah sebesar
1,791 kW dengan Ek = 3809,02 joule.
4. Efisiensi daya yang dihasilkan dari perhitungan adalah sebesar 91,03
% atau dengan kata lain nilai efisiensi daya yang baik adalah jika nilai
efisiensinya berkisar 80% sampai 100%. Dengan ini dapat diambil
kesimpulan bahwa motor induksi 3 fasa penggerak belt conveyor BC-
11 di industry batu bara ialah termasuk dalam kategori motor yang
memiliki efisiensi daya yang tinggi dan efektif dalam penggunaannya.

42 | A p l i k a s i M o t o r I n d u k s i P a d a B e l t C o n v e y o r

Anda mungkin juga menyukai