Anda di halaman 1dari 16

Packing daerah Studi Kasus

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Harita Prima Abadi Mineral merupakan perusahaan perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan akta notaris nomor 86 tanggal 17 September 1996 berkedudukan di Jakarta,
Perusahaan ini berkantor pusat di Gedung Ratu Plaza22nd Floor, Jalan Jendral Sudirman
Senayan – Jakarta.

Harita Grouptelah sekitar 9 (sembilan) tahun bergerak dibidang kegiatan penambangan


bauksit. Saat ini Harita Group terdiri dari 26 Izin Usaha Pertambangan Bauksitperusahaan
tambang bauksit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Status perijinan tambang /IUP
Harita Group saat ini terdapat 14 wilayah IUP yang sudah memasuki status Operasi Produksi.
Saat ini Harita Groupmempunyai potensi cadangan bauksit yang cukup potensial, yaitu
sekitar 828 juta ton, yang tersebar di wilayah IUP-nya, baik pada wilayah IUP Operasi
Produksi maupun IUP Eksplorasi.Kantor perwakilan di Ketapang terletak di Jl. Kolonel
Sugiono No.55 Ketapang, Kalimantan Barat.

IUP PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas IUP HPAM No. 219 yang meliputi
bloknya pesanggaran, bukit selendang , perendaman, SP2, air upas , IUP HPAM N0. 657
yang meliputi Bloknya sedawak, pantai ribai, mangungan, IUP HPAM No. 661 silat,
manggungan , perndaman, batu keling, pesanggaran, lumpak, SP2, air upas, bukit selendang,
jangkit, IUP SKIT No. 529 meliputi daerah sebalakan, IUP KBIT No. 577 meliputi daerah
sebalakan dan air upas. Annual Report(2014) PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas,
PT. HPAM, Ketapang/Kalimantan Barat.

2.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah

Secara administratif PT. Harita Prima Abadi MineralSite Air Upas berada di Desa Batang
Belian, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP)di PT. Harita Prima Abadi Mineral secara geografis terletak
pada posisi 110 42’ 01”sampai 110 53’ 03”BTdan 2 07’ 09”sampai 224’ 02” LS.Secara
umum wilayah PT. Harita Prima Abadi Mineral dapat dicapai melalui beberapa route dari
Jakarta sebagai berikut:
1) Transportasi Udara dari Jakarta ke Pontianak, selama kurang lebih 1 jam 15
menit.
2) Transportasi Air dari Potianak ke Ketapang selama kurang lebih 7 jam, atau Transportasi
Udara dari Pontianak ke Ketapang selama kurang lebih 30 menit.
3) Transportasi Darat dari Ketapang ke Desa Batang Belian dengan kondisi jalan tidak begitu
baik mungkin dapat ditempuh selama kurang lebih 5 jam; atau (B) Transportasi Darat dari
Ketapang ke Kendawangan selama kurang lebih 3 jam, dilanjutkan dengan Transportasi
Air dari Kendawangan ke Desa Kedondong (Kelampai) selama kurang lebih 30 menit lalu
dilanjutkan lagi dengan Transportasi Darat dari Desa Kedondong (Kelampai) ke Desa
Batang Belian melalui Hauling Road HG selama kurang lebih 1 jam perjalanan.

(sumber : Peta Kesampain DaerahPT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.1

Peta Lokasi
(sumber : Peta Konsesi PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.2

Peta Konsesi Daerah Penelitian

2.3 Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata - rata 23,70° C - 26,70° C dan suhu
pada siang hari mencapai 30,80°C serta memiliki curah hujan rata - rata 3696,1 mm/tahun
dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214 kali, sedangkan kecepatan angin adalah
3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di Kalimantan Barat.

Pada umumnya daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan April dan musim kemarau terjadi
pada bulan Mei sampai dengan Oktober, dengan curah hujan yang cukup bervariasi.
"Data Curah Hujan Rata-Rata 2010 - 2014"
450
403.5
400
358
347
350
297.85
300 275
Curah Hujan

250 233
216.5 219.25
202.75 204
200 187.75 187

150

100

50

0
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNE JULY AUG SEPT OKT NOP DES
Bulan

(sumber : Data curah hujan PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.3

Grafik Curah Hujan Rata-Rata per Bulan Tahun 2010 – 2014

"Data Jumlah Hari Hujan Rata-Rata 2010 - 2014"


25

19.5
20
16.5
15
15 14
Curah Hujan

13.5 13
12.5
11.5 11 11.5

10
8
6.5

0
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNE JULY AUG SEPT OKT NOP DES
Bulan

(sumber : Data curah hujan PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.4

Grafik Jumlah Hari Hujan Rata-Rata per Bulan Tahun 2010– 2014
2.4 Keadaan Geologi Daerah

2.4.1. Geomorfologi
Satuan Perbukitan Bergelombang Lemah - Sedang.Satuan ini menempati bagian barat dan
tengah wilayah penyelidikan mengisi lembah-lembah berelevasi topografi rendah di antara
Satuan Perbukitan Terjal Bergelombang Kuat. Elevasi topografi berkisar dari 20 hingga 60
mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 10 derajat membentuk pola punggungan
perbukitan yang tidak beraturan. Pada Satuan ini, secara umum anak-anak sungai di daerah
tinggian berkembang membentuk pola aliran dendritic-subdendritic, untuk kemudian induk-
induk sungainya cenderung berkembang membentuk pola aliran meandering, menunjukkan
proses pelapukan telah lama berlangsung. (lihat gamabr 2.5)

(sumber : Dokumentasi Eksplorasi PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas)

Gambar 2.5
Geomorfologi Perbukitan Lemah-sedang

2.4.2. Stratigrafi
Secara regional di daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Bersistem Lembar
Ketapang – 1411, di mana formasi batuan penyusun dari muda ke tua adalah sebagai berikut (
E.Rustandi (GRDC) & F. De Keyser (AGSO), 1993):

1) Endapan Aluvium (Qa)


Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau, kadang-
kadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan daerah aliran sungai
besar.
2) Rombakan Lereng, Talus (Qs),
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter, menjemari dengan
alluvium dan endapan rawa.

3) Basal Bunga (Kubu)


Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu terdapat
dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi gunungapi dimana pada
alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus, diperkirakan berumur Kapur Akhir –
Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi Kerabai
dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang.

4) Formasi Granit Sangiyang (Kusa)


Merupakan batuan beku pluton berkomposisi granitik alkali-feldspar leukokratik. Batuan
ini mengerobos formasi Granit Sukadana (Kus), Batuan Gunung Api Kerabai (Kuk) dan
mungkin juga menerobos Basal Bunga (Kubu).

5) Formasi Granit Sukadana (Kus)


Merupakan batuan pluton; banyak mempunyai banyak jenis/tingkatan: Monzonit Kuarsa,
Monzogranit, Syenogranit dan Granit Alkali-Feldspar, sedikit Syenit kuarsa, Monzodiorit
Kuarsa dan Diorit kuarsa dan syenogranit, langka diorit dan gabro, beberapa mengandung
olivin retas dan urat aplit tingkat akhir bersifat lokal; Macam-macam tingkatan kuarsa
feldspar alkali (umumnya pertit atau mikropertit) plagioklas (biasanya berlajur) biotit,
hornblenda, klinopiroksen, ortopiroksen, dan hasil ubahannya yang umum berupa granit
alkali-felspar mengandung ribekit dan atau arsvendosit; K-felspar setempat-setempat
terkaolinisasikan, terutama syenit kuarsa, dan granit alkali felspar.

Metasomatis potas tingkat lanjut diperlihatkan oleh munculnya K-felsfar dari dua
generasi dalam beberapa batuan (satu yang terkaolinisasi lebih tua, dan yang muda yang
lebih segar yang setempat-setempat mengandung mineral mafik dan mineral-mineral
lainnya); Mineral mafik umumnya dalam gumpalan, dan jelas adanya macam-macam
kandungan mineral dalam satu singkapan memberikan dugaan bahwa satuan ini berasal
dari pencampuran susunan magma.

Formasi ini menerobos dan secara termal mengubah Malihan Pinoh dan Komplek
Ketapang; dianggap menerobos Granit Belaban; menerobos dan menindih batuan
Gunungapi Kerabai, dengan mana kelihatannya berkerabat; diterobos oleh granit
Sangiyang dan oleh retas–retas dan sill–sill mafik sampai felsik, ditindih oleh Basal
Bunga. Formasi ini terbentuk pada Kapur Akhir. Batuan terobosan metalumina yang
mengandung cukup soda dengan sedikit kandungan paralumina dan jarang perakalin.
Batuan Terobosan setelah penunjaman. Jenis 1 kemungkian terjadi akibat leburan sumber
batuan beku basa yang terpecah di bagian bawah kerak. Penyebarannya meliputi
perbukitan dan rangkaian perbukitan di seluruh wilayah lembar peta termaksuk
kepulauan-kepulauan di sekitarnya.

6) Formasi Gunungapi Kerabai (Kuk)


Tersusun dari batuan piroklastik (abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi gunung
api dan aglomerat) umumnya berkomposisi Basaltik dan Andesitik; mengandung mineral
dolerit, trakhiandesit, krotofir kuarsa; Beberapa berkomposisi dasitik, riodasitik dan
riolitik umumnya terdapat setempat-setempat; Terdapat terobosan dan lava porfiritik,
umumnya pecah-pecah, terubah secara hidrotermal dan terpotong oleh urat-urat klorit -
epidot. Susunan piroklastik tufa berwarna fresh hijau sampai kelabu, di mana umumnya
dalam keadaan lapuk memberikan bermacam-macam warna yaitu coklat, merah dan
kuning, terdapat mineral-mineral pofiroklas dari felspar yang tersausuritisasi, hornblenda,
augit, sedikit kuarsa, hipersten dan biotit, sedikit olivin, fragmen batuan daripada batuan
gunung api berbutir halus. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas dan
setempat-setempat berjemari dengan Komplek Ketapang; tidak selaras dengan Formasi
Granit Laur, diterobos dan menindih Formasi Granit Sukadana yang terlihat berkerabat;
diterobos Granit Sangiyang; ditindih oleh Basal Bunga. Sebagian sama dengan Basal
Bunga. Terbentuk oleh proses gunungapi subaerial yang berumur Kapur akhir-Paleosen;
Ketebalan Tidak diketahui; Penyebarannya meliputi seluruh bagian dataran lembar peta
membentuk dataran rendah diselatan tetapi naik sampai >1000 mdpl di bagian utara.
(Pieters & Sanyoto,1987; Komplek Mantan de Kenser & Rustandi,1989).

7) Komplek Ketapang (JKke)


Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai tipis,
terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan hidrotermal:
batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan (setempat-setempat
lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan atau mengandung pecahan
batuan gunung api hasil ‘rework’). Serpih (setempat-setempat pasiran), dan batusabak;
Kadang-kadang gampingan membentuk batuan kalk-silikat. Batuan terangkat dan terlipat,
umumnya dengan kemiringan antara 30 derajat sampai tegak. Terdapat fosil Mikroflora
Lanjut Caytonipollenites (Muller,1968; Albian Akhir-Cenomanian), dan satu conto
terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin berumur Jura. Satuan ini terbentuk secara
tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi tak terlihat kontaknya; Tidak selaras dan
setempat-setempat berjemari dengan batuan Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah
Basal Bunga; Diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan
Granit Belaban tidak terlihat. Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari
di Ngataman. Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya
meliputi wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya, tersebar di
banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van Bemmelen,1939; de
Keyser & Rustandi,1989).

8) Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)


Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung anortit, kaya turmalin,
genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit dan skapolit, dan batuan migmatik;
sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan
turmalin local; sekis andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik (?) – Trias (?),
berada tidak selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara termal oleh
Granit Sukadana. (lihat gambar 2.6 dan tabel 2.1)
Sumber : Peta geologi regional oleh , E. Rustandi dan F. DE Keyser (1993)

Gambar 2.6
Peta Geologi Regional Kalimantan Barat

Tabel2.1
Stratigrafi Lembar Air Upas
Endapan Batuan Sedimen dan Batuan Terobosan
MASA ZAMAN KALA UMUR Permukaan Gunungapi
(Juta)

HOLOSEN Qa Qs
KUARTER

(0,01)
Akhir
PLISTOSEN

Tengah
KENOZOIKUM

Awal
1,6
PLIOSEN
5,3 (4,8)
MIOSEN

Akhir
11(11,3)
Tengah
16,2
TERSIER

Awal
23 (23,7)
OLIGOSEN
36,5

EOSEN 39 (43,6)

53 (57,8)
PALEOSEN
65 (64,4) Kubu

Akhir
KAPUR

Kus
MESOZOIUKUM

95 Kuk

Awal
Jkke
135 (140)
Akhir
152
JURA

Tengah
180
Awal
205
Akhir
TRIAS

230
TzTp
Tengah
240
Awal
Sumber : Stratigrafi Lembar Air Upas oleh , E. Rustandi dan F. DE Keyser (1993)

2.4.3. Struktur Geologi

Seluruh Ketapang terletak dalam suatu sabuk magma Kapur yang ekstensif yang
menghasilkan Batholit Schwaner. Erosi telah membongkar banyak sekali batuan asal, tetapi
beberapa bagian atasnya yang tersebar, masih tersisa, sebagian dari bagian batholit yang
mempunyai batuan gunung api sebagai penutup. Batuan-batuan yang tersingkap
membuktikan fase-fase deformasi, proses magma, dan atau proses malihan sebagai berikut:
1) Deformasi dan malihan regional (Perem-Trias);
2) Lokasi terobosan granit yang jelas (Jura Akhir);
3) Terobosan granit, dan malihan termal yang menyertai di wilayah lembar
peta ke arah utara dan timur laut (Kapur Awal);
4) Terobosan Granit disertai malihan termal (Kapur-Akhir), Pengangkatan
regional dan volkanisma (menerus sampai Paleosen); dan terdapat sumbat
Gunungapi (Oligosen Miosen).
Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar yang memiliki arah
umum timur laut – barat daya. Sesar dan kekar secara umum berkembang di bagian barat.
(lihat gambar 2.7)

Sumber : Peta Struktur, Tektonik dan Proses Magma Bammelen (1949)


Gambar 2.7
Peta Struktur, Tektonik dan Proses Magma Regional Kalimantan Barat
2.4.4 Pola Aliran Sungai

Sungai – sungai di PT.HPAM termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pawan. Dalam
satuan daerah pengaliran sungai yang lebih kecil, wilayah studi termasuk dalam Daerah
Aliran Sungai (DAS) Air Hitam Besar, DAS Kendawangan dan DAS Jelai. Pola aliran sungai
di tiga daerah aliran sungai tersebut berbentuk menyerupai cabang pohon (dendritic, sub
dendritic dan trellis), dimana anak-anak sungai mengalir ke satu sungai utama. Pola aliran
dendritic berkembangan didaerah daratan yang terletak dibagian barat wilayah studi. Pola
aliran sub dendritic berkembangan pada morfologi bergelombang lemah yang terletak pada
bagian utara wilayah studi dan pola aliran trellis lebih berkembangan pada daerah perbukitan
yang terletak dibagian selatan wilayah studi. Analisis Dampak Lingkungan(2007) PT. Harita
Prima Abadi Mineral. PT. Global Estetika, Ketapang/Kalimantan Barat.

2.5 Ganesa Bauksit

2.5.1. Deskripsi Umum Endapan Bauksit Laterit


Bauksit laterit adalah endapan batuan yang berkadar aluminium oksida (Al2O3) relatif tinggi
yang ditemukan di Les Baux dekat Avignon, Prancis Selatan (Berthier, 1821). Bauksit laterit
endapan batuan berkadar aluminium oksida (Al2O3) relatif tinggi yang mengalami proses
pengayaan karena pelapukan mineral gibsit pada bataun basalt di Vogelsberg, Jerman (A.
Liebrich, 1892).

Dalam perkembangan selanjutnya, bauksit laterit didefinisikan sebagai endapan residual yang
berkadar aluminium relatif tinggi, kadar besi rendah, dan sedikit atau tidak mengandung
kuarsa (SiO2) bebas. Sehingga, bauksit laterit adalah material heterogen dengan komposisi
mineral gibsit (Al(OH)3), boehmit (AlO(OH)), dan diaspore (AlO(OH)). Sebagian besar
bauksit laterit di dunia ditemukan dalam bentuk gibsit yang merupakan bauksit laterit
trihidrat, dan sebagian kecil dalam bentuk boehmit ataupun diaspore yang disebut juga
bauksit laterit monohidrat.
1) Pengertian Bauksit Laterit
Bauksit laterit merupakan laterit berkomposisi aluminium hidroksida yang hampir murni.
Bauksit laterit adalah bijih aluminium, logam yang sangat banyak digunakan seperti
sebagai bahan pembuatan kaleng maupun pesawat terbang. Aluminium memiliki faktor
konsentrasi yang kecil, dengan kata lain sangat umum dijumpai di alam dan ekonomis.
Hasil produksi bauksit laterit kebanyakan diolah menjadi logam aluminium. Serta dapat
juga digunakan untuk keperluan operasi non-metalurgi, seperti pabrik refractory,
ampelas, alumina, dan pabrik semen.

2) Mineral Penyusun Bauksit Laterit


Bauksit laterit memiliki sistem oktahedral yang terdiri dari Al2O3(35-65%), SiO2(2-
10%), Fe2O3(2-20%), TiO2 (1-3%) dan H2O (10-30%). Secara komersial, bauksit laterit
terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: pissolitic atau oolitic yang berukuran diameter beberapa
sentimeter sebagai amorphous trihydrate, sponge ore (Arkansas) yang berupa sisa dari
batuan asal berkomposisi utamagibsit dan bersifat porous, dan amorphous atau bijih
lempung.

2.5.2. Genesa Bauksit Laterit


1) Host Rock Bauksit Laterit
Bauksit laterit dapat terbentuk dari berbagai macam batuan primer, seperti pada batuan
sedimen kaolinit (kandungan Al 30%-35%), batuan granit (kandungan Al 10%-15%), dan
batuan basalt (kandungan Al 10%-15%). Kandungan unsur aluminium dari batuan asal
bisa bermacam-macam bahkan di bawah 15%. Batuan asal sendiri bukanlah faktor utama
dari keterdapatan bauksit laterit karena kontrol utamanya adalah proses leaching. Salah
satu faktor kontrol tersebut adalah perbandingan antara aluminium dan silika serta
kecepatan pelapukan (weathering) batuan dasar. Selain kandungan aluminium,
kandungan besi yang rendah juga merupakan salah satu faktor penting. Fe dengan kadar
tinggi dapat membentuk formasi laterit ferruginous yang dapat mengurangi zona bauksit
laterit.
2) Paragenesa Pembentukan Bauksit Laterit
Bauksit laterit dapat terjadi karena adanya bauksit lateritisasi. Bauksit lateritisasi ini
dikontrol oleh air meteorik atau air hujan, yang dapat menyebabkan terjadinya pelindian
(leaching) silika dan pengayaan aluminium secara kuat. Biasanya, pelindian silika terjadi
saat musim kemarau, dan pengayaan aluminium terjadi di saat musim penghujan. Oleh
karena itulah, sebaran bauksit laterit berada di daerah yang beriklim subtropis hingga
tropis. Bauksit lateritisasi terjadi pada suhu ± 220 𝐶dengan curah hujan rata-rata 1200 mm
(Bardossy dan Aleva, 1990). Paragenesis mineralogi dari bagian atas profil pelapukan
dikontrol oleh kelembaban atmosfer dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, bauksit
lateritisasi juga dikontrol oleh: porositas efektif yang membuat air mengalir secara bebas,
drainase yang tinggi, relief topografi rendah sampai moderat, adanya vegetasi. Adapun
tiga proses pembentukan bauksit laterit adalah pelapukan dan pelindian secara insitu dari
batuan asal, pengayaan aluminium dari batuan yang terlapukkan oleh air tanah, erosi dan
redepositasi material bauksit laterit. Proses pelapukan dan pelindian merupakan proses
yang umum terjadi dalam pembentukan bauksit laterit.
3) Sub-tipe Endapan Bauksit Laterit
Endapan bauksit laterit dapat dikelompokkan menjadi orthobauksit, metabauksit dan
kriptobauksit ;
1. Orthobauksit
Orthobauksit memiliki profil laterit yang normal yang terbentuk secara kontinu pada
daerah tropis dengan curah hujan lebih dari 1700 mm/tahun, merupakan hasil evolusi
dari protobauksit yang mengandung gibsit, goethit dan hematit. Orthobauksit
berkembang dari batuan asal yang cukup kaya besi yang didominasi oleh mineral
gibsit.
2. Metabauksit
Metabauksit merupakan bauksit laterit yang terjadi secara in situ pada batuan asal
dengan kadar kuarsa rendah. Kandungan besi pada metabauksit lebih rendah dari
orthobauksit. Terbentuk pada dataran tinggi yang luas dan memungkinkan terjadinya
oksidasi secara kuat. Selain itu, perubahan kondisi dari lembab menuju kering sangat
membantu terjadinya formasi metabauksit. Pada bagian atas profil, goethit dan gibsit
melepaskan air dan berubah menjadi hematit dan boehmit.
3. Kriptobauksit
Kriptobauksit merupakan endapan bauksit laterit yang tertutupi oleh lapisan lempung
tebal. Sangat jarang ditemui di daerah pelapukan tropis serta jarang juga membentuk
endapan yang ekonomis utuk ditambang. Kriptobauksit dicirikan oleh fase mikro-
agregat yang berkomposisi kaolinit yang mengandung gibsit dan goethit.
Kriptobauksit tersebar sangat banyak di daerah Amazonia. (lihat tabel 2.2)
Table 2.2

Harder and Greig Hutchison


(1960) Hose (1960) Valeton (1972) Grabb (1973) (1983)

Bauxites overlying igncous


Surface blanket Bauxites formed on High-level or Lateritic
and metamorphic rocks :
Klasifikasi endapan bauksit laterit
deposits peneplains i. slope type 2. Plateau type upland bauxites crusts
onbasic ignecous rocks 2i.
Plateau type on variable
Interlayered beds or rock types
Bauxites formed on Low-level
Lenses in Karsa
volcanis domes or penerplain-type
stratigraphic bauxites
plateau bauxites
sequences

Pocket deposits in Bauxites formed on


Sedimentary
limestone, clays or limestones or karstic Bauxites on sedimentary bauxites
igncous rocks plateau
rocks : i. on clastic
sediments 2. On carbonate
rocks 2i. On phosphate
Sedimentary rocks
Detrical bauxites
reworked bauxites

Sumber: Ore Deposit Geology and its Influence on Mineral Exploration (Richard, 1986)

Pembagian sederhana dari Grubb didasarkan pada ketinggian topografi dari deposit yang
terbentuk. Hutchison menggabungkan dua kelas dari klasifikasi Grubb ke dalam satu kelas
yang diberi nama lateritic crust. Pembahasan mineralogi dan geokimiadari bauksit laterit
dapat ditemukan dalam penjelasan dari Maynard (1983) yaitu sebagai berikut,
1) High level or upland bauksit
Bauksit ini biasanya terjadi pada batuan beku atau vulkanik yang membentuk lapisan
tebal dengan ketebalan mencapai 30 m. Lapisan ini menutup zona plato di daerah iklim
tropis dan subtropis. Contoh dari bauksit jenis ini adalah di Deccan traps (India),
Quessland, Ghana, dan Guinea. Bauksit jenis ini memiliki kenampakan yang berpori dan
rapuh menunjukkan tekstur 14
batuan asal dan didominasi oleh gibbsitic. Pembentukan bauksit laterit sebagian besar
dikontrol oleh pola kekar pada batuan asal.
2) Low level peneplain-type bauksit
Bauksit jenis ini biasanya terjadi pada level yang rendah disepanjang garis pantai tropis,
misalnya di daerah Amerika Selatan, Australia dan Malaysia. Mereka dibedakan oleh
perkembangan dari tekstur pisolitic dan mempunyai komposisi boehmitic. Deposit yang
bertipe peneplain biasanya mempunyai ketebalan kurang dari 9m dan biasanya dipisahkan
oleh kaolinitic underclay dari batuan asalnya. Mereka biasanya sering berasosiasi dengan
detrital bauksit horizon yang diproduksi oleh aktivitas sungai dan laut.
3) Karst bauksit
Jenis ini termasuk jenis bauksit laterit yang tertua yang pernah diketahui. Ditemukan di
daerah Mediterania, Jamaika, dan Hispaniola. Bauksit laterit jenis ini berada pada
permukaan karst batu gamping dan dolomit yang tidak teratur. Tekstur karst bauksit
laterit cukup bervariasi.
4) Transported or sedimentary bauksit
Bauksit jenis ini merupakan kelas yang kecil dari bauksit laterit non residual yang
dibentuk oleh erosi dan redeposit dari material bauksit.

2.5.3 Bentuk Endapan Bauksit Laterit


Bauksit laterit merupakan endapan sekunder berupa residual. Bauksit laterit mengganti dan
terakumulasi di atas batuan asalnya yang telah terlapukkan. Oleh karena itu, endapan bauksit
laterit terakumulasi relatif datar sesuai dengan relief batuan asalnya yang berupa permukaan
datar pada saat sebelum terjadi proses pelapukan dan leaching. Dataran tinggi bauksit laterit
yang ditemukan sekarang merupakan sisa dari permukaan datar pada masa lampau yang
memiliki kemiringan 1𝑜 -5𝑜 , sehingga secara regional paleo-surface yang sama mungkin
terbentuk pada ketinggian yang berbeda.

2.5.4 Zona Endapan Bauksit Laterit


Endapan bauksit laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona lapisan. Yaitu tanah penutup,
pisolitic, nodular ironstone dan zona lempung. Kadar alumina terbanyak berada pada zona
pisolitic yang kadar aluminanya di atas 45%. Zona pisolitic inilah yang nantinya akan
ditambang. Zona lain yang memiliki kadar alumina rendah akan dibuang dan menjadi
overburden dan waste. (lihat gambar 2.8)
Sumber :Maynard (1983)
Gambar 2.8
Zona Horizon atau Lapisan Endapan Bauksit laterit

Anda mungkin juga menyukai