Anda di halaman 1dari 3

Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air 2013

PERENCANAAN TATA AIR SAGU

T. Firdaus Larosa
Rinda Rismaya Dewi
Wahyu Candraqarina
Dewi Setiarini
Balai Rawa, Jl. Gatot Subroto No. 6 Banjarmasin, Kalimantan Selatan
daus@soon.com; balairawa@gmail.com

PENDAHULUAN
Studi Sistem Tata Air dalam Peningkatan Produktivitas Tanaman Sagu merupakan suatu ide penelitian yang muncul dalam
rangka mendukung percepatan keanekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Pengembangan tanaman
sagu dalam rangka peningkatan pati sagu membutuhkan penerapan dan pengujian sistem tata air, budidaya bercocok
tanam, perencanaan teknis, konstruksi infrastruktur, Operasi dan Pemeliharaan serta monitoring dan evaluasi. Dalam
pelaksanaan riil penelitian di lapangan, maka studi penelitian ini membutuhkan kerjasama antar instasi terkait yang saling
terintegrasi untuk mencari solusi optimal dalam peningkatan pati sagu secara efektif dari semua sisi sarana produksi tani
yang paling cocok pada kondisi alam di Propinsi Maluku, khususnya Ambon di Desa Tulehu.
Peningkatan pati sagu secara signifikan pada setiap tanaman dapat mendukung pola diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal seperti "beras analog" dan makanan lainnya yang berbahan dasar dari pati sagu, sebagai pengganti
beras. Dalam skala industri pengembangan pati sagu untuk menjadi bioetanol memungkinkan terbentuknya sumber energi
terbarukan dalam rangka mengatasi krisis energi.
Dalam kondisi negara saat ini, Indonesia sangat rentan pangan khususnya pangan beras dan krisis bahan bakar fosil,
sehingga terobosan dalam pencarian "analog" pangan berbasis sumberdaya lokal perlu ditingkatkan juga upaya pencarian
energi terbarukan.
Maluku merupakan pusat penyebaran sagu, dengan karakteristik lahan yang cocok untuk tanaman sagu. Luasan lahan yang
berpotensi dalam pengembangan tanaman sagu di Maluku mencapai 58.185 ha (Louhenapessy dkk, 2010), sebagian besar
terdapat di Pulau Seram.
Untuk meningkatkan produksi jumlah pati sagu, maka tanaman sagu membutuhkan air yang cukup, namun penggenangan
permanen dapat mengganggu pertumbuhannya (SIMPD, 2000). Oleh karena itu, pengaturan tata air di lahan dibutuhkan
untuk mengatur muka air tanah supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam (Agus dan Subiksa, 2008).
Untuk lahan tanaman sagu yang tumbuh secara alami, maka ketersediaan air saat musim hujan lahan sagu akan tergenang
air cukup lama dan pada saat musim kemarau lahan sagu akan mengalami kekeringan yang kondisi ini akan menekan
produksi pati sagu. Pengaturan tata air (water management) pada lahan budidaya sagu merupakan hipotesis awal dalam
penelitian ini untuk memaksimalkan produksi pati sagu pada suatu lahan rancangan percobaan budidaya.
Lokasi kegiatan penelitian terletak di Provinsi Maluku, tepatnya di Negeri Negeri Tulehu, Desa Rupa Itu, Kecamatan
Salahatu, Maluku Tengah. Pemilihan lokasi karena dekat dengan kota Ambon, terletak 25 km di sebelah utara, kemudahan
aksesibilitas lokasi, terdapat banyak ragam jenis tanaman sagu yang tumbuh secara alami, sehingga akan lebih mudah
untuk memilih varietas sagu yang tepat digunakan untuk kegiatan penelitian. Negeri Tulehu merupakan ibukota kecamatan
dengan luas wilayah 3.082 Ha dan memiliki 13 dusun, terletak diantara 3,15° - 3,40° Lintang Selatan dan 126,30° - 128°
Bujur Timur. Umumnya merupakan daerah dataran, dengan ketinggian dari permukaan laut mulai dari 0 – 28 m dpl. Memiliki
batas wilayah, dimana sebelah utara berbatasan dengan laut Haruku, sebelah selatan berbatasan dengan Negeri Tial dan
Suli, sebelah timur dengan Negeri Tengah-tengah dan batas sebelah barat berbatasan dengan Negeri Waai.

METODOLOGI
Pada tahap awal penelitian ini melakukan identifikasi dalam pembagian peran penelitian meliputi kegiatan dan sub kegiatan
yang harus dilakukan antar instasi yang seharusnya terlibat serta dalam penelitian ini, sehingga terbentuk matrik kegiatan
dalam kerangka waktu ketat yang harus diselesaikan.
Untuk menguji adanya peningkatan pati pada suatu lahan yang dibudidayakan pada tanaman sagu dengan atau tanpa
sistem tata air, maka dibuat rancangan percobaan yang merupakan kombinasi dari :
a. Budidaya alami
b. Budidaya ajir
c. Budidaya ajir - tata air terkontrol
d. Budidaya ajir & Saprodi intensif - tata air terkontrol
Tahap awal perencanaan merupakan konsep desain awal yang dibangun dengan menggunakan data sekunder topografi,
jenis tanah dan klimatologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan evapotranspirasi berdasarkan data iklim selama sembilan tahun mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2011,

Pusat Litbang Sumber Daya Air


Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air 2013

merupakan data sekunder dari Stasiun Meteorologi Pattimura yang berada di wilayah terdekat dengan wilayah Tulehu, untuk
perhitungan evapotranspirasi acuan ETo digunakan metoda penman corrected.
Perhitungan keseimbangan air untuk suplesi dan kebutuhan tanaman sagu disajikan pada tabel dibawah ini. Dalam
perhitungan kebutuhan nilai curah hujan efektif sudah diperhitungkan dengan pengalian 0,7. Nilai suplai air irigasi tertinggi
terjadi di Bulan Nopember sebesar 88,48 liter/detik/ha

Tabel 1. Perhitungan keseimbangan Kebutuhan Air Tanaman Sagu Tabel 2. Analisis Curah Hujan Harian Maksimum

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Evapotranspirasi Acuan (Et0)
(mm/hari)
4.44 4.54 4.14 4.18 3.92 3.55 3.77 4.23 5.04 5.23 5.09 5.09

Kc 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Evapotranspirasi Acuan (Etc)
(mm/hari) 4.44 4.54 4.14 4.18 3.92 3.55 3.77 4.23 5.04 5.23 5.09 5.09
Perkolasi (mm/hari) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Curah hujan efektif (mm/hari) 3.64 2.13 2.00 7.09 10.43 8.91 10.62 1.20 4.20 3.06 1.21 1.65
Water balance-kebutuhan air
7.89 9.05 8.74 5.21 2.62 3.32 2.34 9.39 8.10 9.09 10.24 9.93
(mm/hari)
Water balance-kebutuhan air
68.18 78.18 75.49 45.05 22.62 28.64 20.2 81.15 69.98 78.53 88.48 85.83
(liter/det/ha)
Water balance-kebutuhan air
88.48
(liter/det/ha) Maksimum

Tata letak perencanaan segmen saluran serta rencana blok rancangan percobaan yang akan kontrol suplai airnya disajikan
pada gambar dibawah ini.

416000 417000 418000 419000 420000 421000 422000 423000 424000 425000 426000 416000 417000 418000 419000 420000 421000 422000 423000 424000 425000 426 000

\
&
9609000 9609000 9609000
9609000 Drain rencana.shp
Saluran rencana.shp
# Joint link drain.shp
25
S
N #
S
\
& Bendung-klep-pembilasbuang.shp
$ Bangunanbagi.shp
24 Blokbudidayasagu.shp
9608000 #
S 9608000 9608000 Utmdassungai tulehu warp(sungai).shp 9608000
23 Crtin1
Blok Rencana.shp
#
S
22 Elevation Range
911.112 - 1025
21 #
S
797.224 - 911.112
#
S 683.337 - 797.224
9607000 9607000 9607000 569.449 - 683.337 9607000
455.561 - 569.449
341.673 - 455.561
227.786 - 341.673
113.898 - 227.786
26

0.01 - 113.898
Blok-4
Drain rencana.shp
9606000 9606000 9606000 9606000
Saluran rencana.shp
#
S Joint link drain.shp Blok-3
Blok-1
16

\
& Bendung-klep-pembilasbuang.shp Blok-2
$ Bangunanbagi.shp
17

Blokbudidayasagu.shp
19

9605000 Garis imajiner perkiraan punggung kontur lahan.shp 9605000 9605000 9605000
18

Utm kontur2-1linedasrutung.shp
15

Utmdassungai tulehu warp(sungai).shp


$ N
14

#\
&
9604000 9604000 9604000 9604000
#
S
##
SS
#S
S
$ $
$$
\
&
0 40 80 120 160 Meters
13

$
9603000 9603000 9603000 9603000
12

$ 0 700 1400 2100 2800 Meters


11

\
&

9602000 9602000 9602000


9602000
416000 417000 418000 419000 420000 421000 422000 423000 424000 425000 426000 416000 417000 418000 419000 420000 421000 422000 423000 424000 425000 426 000

Gambar 1. Rencana blok rancangan percobaan, tata letak saluran dan topografi

Data curah hujan harian maksimum tahunan pada rentang waktu pengamatan dari tahun 2002 – 2011, di analisis dengan
metoda uji dari ILRI 49 untuk melakukan pemeriksaan data (screening data) dan untuk prediksi nilai maksimumnya dilakukan
dengan distribusi probabilitas nilai ekstrim maksimum (Distribusi Normal, Log Normal, Gumbel, Pearson tipe 3 dan Log
Pearson) dan pemilihan distribusi yang cocok untuk nilai distribusi maksimum pada sebaran data di lokasi Tulehu
menggunakan distribusi least square. Pada tabel dibawah ini disajikan hasil analisis data curah hujan harian maksimun
tahunan untuk pos curah hujan Pattimurra Ambon.
Pada tabel hasil analisis sampel nilai maksimum curah hujan sebesar 53 mm (2003) dan nilai maksimum 263 mm (2007).
Berdasarkan hasil analisis kecocokan distribusi menurut least square terkecil adalah distribusi Pearson 3 parameter. Dalam
uji trend data dengan T-student pada metoda Spearman menunjukan adanya trend data yang semakin naik, sedangkan
untuk uji independensi data, uji trend rata-rata dan uji varian menunjukan hasil yang baik.
Berdasarkan pendekatan kemiringan lahan yang direncanakan juga kemiringan saluran yang diijinkan untuk mendapatkan
nilai kecepatan saluran pada tanah galian yang diijinkan oleh standar perencanaan irigasi, maka hasil analisis debit rencana
untuk periode ulang 5-tahunan disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Debit desain rencana periode ulang 5 tahunan


Segmen Luas Layanan V td 3
Panjang (m) n Ls (m) L (m) S to (jam) tc (jam) I (mm/jam) C Qs (liter/detik) Qs (m /det)
Saluran (ha) (m/det) (jam)
21 38.347 0.958 0.029 38.35 320.15 0.00044 0.473 0.02 15.89 15.92 10.90 0.50 0.015 0.00001
22 35.231 1.836 0.029 35.23 284.13 0.00044 0.473 0.02 14.10 14.13 11.81 0.50 0.030 0.00003
23 33.140 2.762 0.029 33.14 248.86 0.00044 0.473 0.02 12.35 12.37 12.90 0.50 0.050 0.00005
24 35.825 3.088 0.029 35.83 284.69 0.00044 0.473 0.02 14.13 14.15 11.79 0.50 0.051 0.00005
26 169.121 0.326 0.029 169.12 129.81 0.00044 0.423 0.11 6.44 6.55 19.70 0.50 0.009
25 96.455 3.413 0.029 96.46 93.94 0.00044 0.423 0.06 4.66 4.73 24.50 0.50 0.116 0.00012

Untuk menanggung beban debit pembuangan seperti pada Table 3 maka dimensi desain saluran adalah seperti disajikan
pada Table 4.

Pusat Litbang Sumber Daya Air


Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air 2013

Tabel 4. Desain kapasitas saluran drainase untuk periode ulang 5 tahunan


3
Qd (m /det) b h m A P R I K V
0.5917 1 0.5 1 1.25 2.41 0.517767 0.00044 35 0.473388
0.5917 1 0.5 1 1.25 2.41 0.517767 0.00044 35 0.473388
0.5917 1 0.5 1 1.25 2.41 0.517767 0.00044 35 0.473388
0.5917 1 0.5 1 1.25 2.41 0.517767 0.00044 35 0.473388
0.6086 1 0.5 1 1.25 2.41 0.517767 0.00044 36 0.486913
0.6255 1 0.5 1 1.25 2.41 0.517767 0.00044 37 0.500439

KESIMPULAN
1. Karakteristik DAS Wae Rutung memiliki luas 2.357 ha dengan panjang dan lebar DAS berturut-turut 8,7 km, 3,7 km
serta berada pada elevasi 0 – 1025 mdpal.
2. Lokasi lahan percobaan penelitian berada pada elevasi 0 – 25 mdpal.
3. Kondisi klimatologi antara lain suhu rata-rata 26,5 oC, suhu maksimum 30,1 oC dan suhu minimum 23,8 oC.
Penyinaran matahari maksium rata-rata sebesar 53 %. Kelembaban relative rata-rata sebesar 83 %.
4. Berdasarkan hasil analisis curah hujan efektif dihasilkan nilai pada rentang antara 0.85 mm/hari sampai dengan 7.43
mm/hari.
5. Evapotranspirasi rata-rata 4.43 mm/hari
6. Nilai perkolasi 6 mm/hari
7. Kebutuhan air untuk tanaman sagu (consumtive use) dihasilkan pada kisaran 3.55 mm/hari sampai dengan 5.23
mm/hari.
8. Keseimbangan kebutuhan air maksimum 88,48 liter/detik/ha.
9. Kemiringan saluran rencana yang diijinkan sebesar 0,00044
10. Curah hujan harian maksimum rencana sebesar 199 mm dengan distribusi Pearson tipe 3.
11. Desain saluran disajikan pada Tabel 17 dan tata letak saluran pada Gambar 12.

DAFTAR PUSTAKA
Louhenapessy J.E, M Luhukay, S.M. Talakua, H. Salampessy, J. Riry, 2010, Sagu Harapan dan Tantangan. Bumi Aksara,
Jakarta
SIMPD, 2000. SAGU( Metroxylon sp. ). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD,
BAPPENAS. Jakarta.

Pusat Litbang Sumber Daya Air

Anda mungkin juga menyukai