Anda di halaman 1dari 22

DESA SUMBER-ARUM, SONGGON, BANYUWANGI

4.1 LETAK GEOGRAFIS DESA


Sumber-Arum merupakan salah satu desa di Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi yang
merupakan desa pecahan dari desa Seragi pada tahun 1995 dan pada 3 maret tahun 1997 di
sahkan oleh GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR melaui surat
keputusan NOMOR 24 TAHUN 1997. Desa Sumber-Arum secara geografis terletak di
dataran tinggi dan sebagian berada didataran rendah berjarak kurang lebih 8km arah barat
dari pusat kecamatan dan memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas wilayah
9000,125ha yang terbagi menjadi 7 dusun, yakni: Dusun pasar, Dusun Krajan, Dusun
Sumber-Asih, Dusun Mangaran, Dusun Kampung anyar, Dusun Bejong, dan Dusun Lider
dengan perbatasan wilayah sebagai berikut:
Utara : berbatasan dengan Kecamatan Bondowoso
Barat : berbatasan dengan Desa Temu Asri Kecamatan Sempu
Selatan : berbatasan dengan Desa Seragi Kecamatan Songgon
Timur : berbatasan dengan Desa Sumber-Bulu Kecamatan Songgon
Desa Sumber-Arum dengan luas wilayah 9000,125ha terdiri dari tanah sawah 450 ha,
tanah tegalan seluas 1.110ha, tanah pemukiman 14ha, dan tanah pekarangan seluas 5700ha.
Desa Sumber-Arum Kecamatan Songgon memiliki jumlah penduduk 6867 jiwa yang terdiri
dari 3701 jiwa penduduk laki-laki dan 3166 jiwa perempuan. Potensi Desa Sumber-Arum
cukup besar, baik potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum di manfaatkan
secara maksimal. Potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya
perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara umum.

4.1.2 Demografi Desa


Secara umum gambaran penduduk desa Sumber-Arum dapat di klasifikasikan dalam 4
hal yaitu: berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, usia. Adapun
gambaran dari demografi Desa Sumber-Arum sebagai berikut:
4.1.2.1 penduduk berdasarkan jenis kelamin
gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan
jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Orang

1 Laki-laki 3.701

2 Perempuan 3.166

Jumlah 6.867

Sumber : Profil Desa Sumber-Arum tahun 2012

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3.701 orang penduduk Desa Sumber-
Arum berjenis kelamin perempuan sedangkan sisanya sebesar 3.166 orang berjenis kelamin
laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di desa tersebut di dominasi oleh
perempuan. Peran perempuan sangat penting, di desa tersebut sebagian perempuan berperan
ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga serta sebagai buruh di perkebunan atau buruh tani.
Mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan penghasilan tambahan agar mampu
mencukupi kebutuhan hidup terutama untuk biaya pendidikan anak.
4.1.2.2 penduduk berdasarkan pekerjaan
gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan
pekerjaan dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah (orang)
1 Petani 401
2 Pegawai Negeri Sipil 15
3 Buruh Tani 440
4 Industri Rumah Tangga 6
5 Pedagang Keliling 5
6 Peternak 391
7 Montir 11
8 Bidan Negeri 1
9 Pembantu Rumah Tangga 4
10 TNI 1
11 POLRI 1
12 Pensiunan 6
13 Jasa Alternatif 3
14 Karyawan Swasta 790
15 Makelar 7
16 Supir 4
17 Tukang Ojek 3
18 Tukang Cukur 2
19 Tukang Batu 70
20 Artis 4
Jumlah 2165
Sumber: Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari data tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sumber-Arum
bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah 790 orang. Yang kedua berjumlah 440 orang
sebagai buruh tani dan 401 orang sebagai petani, hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar penduduk di desa tersebut berprofesi sebagai petani dan buruh tani, karena keadaan
tanah yang subur sehingga sangat cocok untuk melakukan kegiatan pertanian. Yang ketiga
adalah peternak dengan jumlah 391 orang dan tukang batu berjumlah 70 orang. Sedangkan
yag berprofesi sebagai pegawai negeri sangat sedikit sekali, hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan mempengaruhi terhadap pekerjaan masyarakat. Masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi bekerja sebagai pegawai, dan masyarakat yang memiliki pendidikan rendah
pada umumnya bekerja sebagai pekrja kasar.
4.1.2.3 penduduk berdasarkan pendidikan
Gambaran secara rinci tentang jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan
tingkat pendidikan dapat disajikan pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (orang)
1 Tidak Sekolah 698
2 Tamat SD 1360
3 Tidak Tamat SD 957
4 Tamat SMP 717
5 Tidak Tamat SMP 540
6 Tamat SMA 622
7 Tidak Tamat SMA 617
8 D1 79
9 D2 -
10 D3 74
11 S1 68
12 S2 -
Jumlah 5732
Sumber:Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari data tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sumber-Arum
paling tinggi adalah tamat Sd berjumlah 1360 orang, tamat SMP berjumlah 717 orang, tidak
tamat SD berjumlah 957 orang, tidak sekolah berjumlah 698 orang, tamat SMA berjumlah
622 orang, tidak tamat SMA berjumlah 617 orang, tidak tamat SMP 540 orang, pendidikan
D1 berjumlah 79 orang, D3 berjumlah 74 orang, S1 68 orang. Hal tersebut menandakan
bahwa penduduk di desa tersebut masih tergolong berpendidikan menengah karena
kebanyakan lulus SD, SMP, SMA, dan sedikit sekali yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Hal tersebut karena faktor biaya pendidikan yang di rasa cukup mahal bagi penduduk
setempat. Di Banyuwangi juga baru di buka Perguruan Tinggi Negeri, sehingga sejak dahulu
hanya berdiri Perguruan Tinggi Swasta saja. Sehingga sebagian masyarakat merasa biaya
pendidikan di Perguruan Tinggi swasta cukup mahal, dan apabila ingin meneruskan
pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri maka harus berhijrah ke luar kota. Oleh sebab itu
pemerintah harus menyediakan Perguruan Tinggi Negeri di Banyuwangi agar masyarakat
dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya yang terjangkau.

4.1.2.4 penduduk berdasarkan agama


Jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan pemeluk agama dapat disajikan pada
tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama

No Agama Jumlah
1 Islam 6716
2 Kristen 69
3 Katolik -
4 Hindu 82
5 Budha -
Jumlah 6867
Sumber:Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa penduduk Desa Sumber-Arum sebanyak 6716
orang memeluk agama islam. Keadaan yang demikian di tunjukkan dengan banyaknya
bangunan sarana prasarana ibadah yang berupa masjid dan musholla serta kehidupan
masyarakat Desa Sumber-Arum yang islami dan religius. Warga setempat selalu melakukan
kegiatan rutin yang di laksanakan oleh bapak-bapak atau ibu-ibu setempat. Kegiatan tersebut
berupa pengajian rutin seperti tahlilan, takmiran, khataman, istighosah, dll. Sehingga dengan
adanya kegiatan tersebut di harapkan mampu untuk mempererat tali silaturahmi di antara
mereka, juga agar iman lebih di tingkatkan. Meskipun di desa tersebut terdapat tiga agama
yaki agama budha berjumlah 82 orang dan agama kristen berjumlah 69 orang, mereka tetap
hidup damai dan saling toleransi antar agama. Hal tersebut terbukti ketika hari raya idul fitri
yang di peringati oleh umat islam, sebagian umat non muslim ikut merayakannya dengan cara
menyediakan kue di rumah untuk tamu yang bersilaturrahmi. Selain itu warga yang non
muslim juga ikut bersilaturrahmi pada tetangga sekitar. Hal tersebut menandakan bahwa
penduduk di Desa Sumber-Arum rukun dan damai meski terdapat perbedaan keyakinan.

4.1.2.5 Penduduk Berdasarkan Usia


Jumlah penduduk Desa Sumber-Arum berdasarkan usia dapat disajikan pada tabel 4.5
berikut ini:
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah
1 0-12 bulan 93
2 1-5 tahun 434
3 5-7 tahun 325
4 7-18 tahun 833
5 18-56 3749
6 Di atas 56 tahun 1433
Jumlah 6867
Sumber:Profil Desa Sumber-Arum Tahun 2012
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sumber-Arum
di dominasi oleh penduduk dewasa yaitu usia 18-56 tahun berjumlah 3749 orang, usia di atas
56 tahun atau yang biasa di sbeut dengan lansia yaitu berjumlah 1433 orang, selanjutnya 7-18
tahun berjumlah 833 orang atau yang biasa di sbeut dengan remaja, selanjutnya 1-5 tahun
berjumlah 434 orang, 5-7 tahun berjumlah 325 orang, dan 0-12 bulan berjumlah 93 orang.
Hal tersebut menandakan bahwa, usia dewasa memiliki peran penting dalam pembangunan
desa, karena usia tersebut merupakan usia produktif yang dapat mempengaruhi terhadap
perkembangan desa. Maju atau tidaknya sebuah desa, di dukung oleh potensi atau Sumber
daya masyarakat setempat. Oleh sebab itu, masyarakat harus memiliki kemauan yang besar
untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Agar masyarakat dapat bekerja secara layak,
baik laki-laki atau perempuan.

4.1.3 Keadaan Sosial Budaya


Masyarakat Desa Sumber-Arum memiliki sifat kekeluargaan yang masih kuat, dimana
di desa ini masih terdapat kegiatan-kegiatan seperti gotong royong, pengajian, selametan, dan
sebagainya. Misalnya pada acara pengajian yang di dalamnya juga terdapat arisan ibu-ibu
atau bapak-bapak yang di adakan seminggu dua kali, yaitu malam rabu dengan malam
minggu bagi ibu-ibu, sedangkan bagi bapak-bapak pada malam jumat dan malam sabtu.
Di Desa Sumber-Arum juga memiliki orgnisasi-organisasi kemasyarakatan, sebagai
wadah masyarakat untuk membangun ide atau pemikiran, sebagai sarana informasi dan juga
sebagai sarana terjalinnya hubungan baik di dalam masyarakat, organisasi-organisasi tersebut
antara lain:
a. Organisasi PKK
b. Organisasi Kelompok Tani
c. Organisasi Karang Taruna

Kegiatan gotong-royong bukan saja pada saat melaksanakan bersih desa atau acara-
acara desa, tetapi juga gotong royong yang di adakan apabila ada seorang tetangga yang
sedang membangun rumah, kematian, hajian, pernikahan, masyarakat akan membantu tanpa
imbalan apapun. Gotong royong juga di laksanakan ketika adanya suatu acara yang di
lakukan oleh desa, misalnya membangun jalan atau jembatan, selokan, merenovasi balai dan
kantor desa, membangun Puskesdes (Pusat Kesehatan Desa), dan bersih desa pada acara tujuh
belas agustusan dengan banyak kegiatan dan perlombaan di dalam acara tersebut. Dalam
masyarakat desa gotong-royong merupakan suatu bentuk kerja sama yang sangat berarti
artinya bagi mereka. Dan biasanya berlaku suatu prinsip solidaritas sosial antara mereka,
terutama bila di antara mereka mengalami kesulitan serta adanya kebiasaan-kebiasaan lainnya
yang semakin erat hubungannya, seperti kematian atau pengajian-pengajian rutin.
Di Desa Sumber-Arum juga masih menjunjung tinggi adat-istiadat nenek moyang
setempat. Di desa ini masyarakatnya masih melakukan upacara-upacara yang turun temurun
dilakukan seperti adat-istiadat dalam upacara pernikahan, waktu kehamilan seperti acara tiga
dan tujuh bulanan sampai pada kelahiran bayi yaitu sepasaran dan selapanan, dan waktu
kematian seperti tujuh harian, empat puluh harian, seratus harian, yang terakhir adalah seribu
hari. Ini merupakan salah satu wujud dari pelestarian kebudayaan masyarakat desa setempat.
Kehidupan masyarakat petani sama dengan masyarakat yang lain, terdapat
kebudayaan serta tradisi dalam hidup mereka. Salah satu kebudayaan atau tradisi dari
kehidupan petani di Desa Sumber-Arum adalah selametan “methik” persiapan akan panen,
selametan tersebut di maksudkan agar hasil dari produksi pertanian mereka mendapatkan
hasil yang memuaskan, sehingga petani memperoleh keuntungan yang besar, selain itu
mereka juga berharap agar padinya di lindungi dari hal-hal yang mengakibatkan tanaman
mereka gagal panen, seperti cuaca hujan yang mengakibtkan mereka menunda panen dan
padinya harus basah karena terkena hujan sehingga ketika di jual padi mereka di beli dengan
harga yang berbeda dari padi kering, tau bahkan mereka harus menjemurnya sebelum di jual
agar harga tetap stabil seperti harga di pasaran saat itu. Kebudayaan itu menjadi sesuatu yang
tidak dapat terpisahkan didalam kehidupan masyarakat. Sehingga di dalam kehidupan
masyarakat dikenal siklus kebudayaan yang di dalamnya terdapat upacara-upacara serta
tradisi yang di laksanakan oelh masyarakat untuk memperingati sesuatu keadaan yang sakral
bagi mereka.

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi


Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Sumber-Arum Rp.30.000,00/hari. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat minim, seperti untuk makan serta untuk
pendidikan sekolah, untuk memenuhi kebutuhan lain-lain mereka harus mencari tambahan
penghasilan seperti bekerja sebagai buruh dan sebagainya. Secara umum mata pencaharian
masyarakatnya dapat identifikasi ke dalam beberapa sektor, yaitu pertanian, buruh
perkebunan, perdagangan, industri dan lain-lain.
4.1.4.1 Keadaan Petanian
Desa Sumber-Arum dengan luas wilayah 9000,125 ha terdiri dari tanah sawah 450 ha;
tanah tegalan seluas 1.110 ha; tanah pemukiman 14ha; dan tanah pekarangan seluas 5700 ha;
tanah perkebunan seluas 1390 ha yaitu tanah perkebunan rakyat 40 ha; tanah perkebunan
swasta 1350ha ; tanah perkebunan perorangan 5 ha. Kondisi tersebut mendukung sektor
pertanian dan perkebunan menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Desa Sumber-
Arum.

Tabel 4.6
Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
No Uraian Keterangan
1 Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian 1.532
2 Memiliki 522
3 Memiliki kurang dari 1 ha 25
4 Memiliki 1-5 ha -
5 Memiliki 5-10 ha -
6 Memiliki lebih dari 10 ha -
7 Jumlah total keluarga petani 5.479
Sumber: Profil Desa Sumber-Arum tahun 2012
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sumber-Arum memiliki
lahan pertanian yang luasnya hanya kurang dari 1ha. Hal tersebut berarti bahwa banyak sekali
petani yang bisa di golongkan sebagai petani gurem yang luas lahan pertaniannya di bawah
0,5 ha. Penduduk Desa Sumber-Arum menyebut luas lahan dengan sebutan “bao” yang
artinya adalah satu “bao” sama dengan tiga perempat hektar atau 0,75 ha. Komoditas
tanaman di Desa Sumber-Arum dapat di lihat pada tbel di bawah ini,
Tabel 4.7
Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditas Pada Tahun Ini
No Uraian Satuan Satuan
1 Jagung 2 ha 2 ton/ha
2 Kacang tanah 2 ha 0,5 ton/ha
3 Kacang panjang 4 ha 2 ton/ha
4 Padi sawah 400 ha 2.750 ton/ha
5 Cabe 22 ha 10 ton/ha
6 Tomat 3 ha 16 ton/ha
7 Sawi 3 ha 7 ton/ha
8 Kubis 2 ha 1,5 ton/ha
9 Buncis 1 ha 0,05 ton/ha
10 Selada 150 ha 23 ton/ha
Sumber: Profil Desa Sumber-Arum tahun 2012
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa luas area penggunaan lahan untuk produksi dan
produktifitas terbesar di Desa Sumber-Arum adalah tanaman padi dan selada, selanjutnya
cabe, tomat, kacang, dan lain-lain. Padi sebagai komoditas utama di Desa Sumber-Arum
karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan menggantungkan
hidupnya di sektor pertanian. Sejauh ini di desa tersebut belum memiliki pabrik atau gudang
padi, sehingga ketika petani panen, mereka membawa hasil panen ke luar desa yang agak
jauh dari desa tersebut. Sebagian petani juga memilih untuk menebaskan padinya pada
tengkulak, dengan tujuan petani tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi ke gudang,
serta biaya ngeret, ndoser, ngepak. Bagi petani padi, yang memiliki hubungan kontrak
dengan tengkulak karena pinjaman modal, petani menyerahkan sepenuhnya padi mereka pada
tengkulak tersebut, dengan harga dan bunga yang sudah di tentukan oleh tengkulak.
Songgon
Desa

Kantor Desa Songgon

Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Kabupaten Banyuwangi
Kecamatan Songgon
Kodepos 68463
Luas 12,94 km2
7.856 jiwa
Jumlah penduduk
(3.675 pria, 4.181 wanita)
Kepadatan 607 jiwa/km2

Profil Desa Bedewang – Banyuwangi

Rate This

PROFIL DESA BEDEWANG

Kondisi Wilayah

1. Administratif

 Desa : Bedewang
 Kecamatan : Songgon
 Kabupaten : Banyuwangi
 Propinsi : Jawa Timur

Batas-batas wilayah desa Bedewang

 Sebelah utara : Desa Parangharjo dan Desa Songgon


 Sebelah timur : Desa Balak
 Sebelah selatan : Desa Padang
 Sebelah Barat : Desa Cantuk

Desa Bedewang terdiri dari 7 dusun yaitu :

 Dusun Wiyayu Barat


 Dusun Wiyayu Timur
 Dusun Tegalwudi
 Dusun Bedewang Asem
 Dusun Bedewang Krajan
 Dusun Patoman
 Dusun Arjosari
 Dusun Sibotok

Peta kecamatan Songgon

2. Geografis

Secara geografis desa Bedewang adalah daerah dataran sedang yang terletak di kaki gunung
raung. Secara umum lahan desa Bedewang merupakan persawahan yang subur dengan
ketersediaan air irigasi sepanjang tahun, tidak bergantung musim penghujan. Terdapat sungai
utama yang mengairi desa bedewang, yaitu sungai Badeng. Selain itu juga ada sungai-sungai
kecil yang mengaliri lahan persawahan. Perkampungan dusun-dusun tersebar dengan area
persawahan yang luas membatasinya. Kondisi wilayah kecamatan Songgon juga tidak jauh
berbeda dengan wilayah desa Bedewang.

Dataran desa bedewang cenderung rata, hanya terdapat beberapa bukit tunggal yang disebut
dengan gumuk di beberapa tempat.
Peta desa Bedewang dari Google Earth

3. Ekonomi

Secara umum perokonomian desa Bedewang bergantung pada hasil sawah. Sebagian besar
masyarakat desa Bedewang bekerja sebagai petani dan buruh tani. Selain itu bekerja sebagai
tukang batu dan merantau ke bali. Hanya sebagian kecil bekerja sebagai pedagang dan PNS
serta pekerjaan lain-lain.

Lahan persawahan sebagain besar di tanami padi kemudian polowijo. Polowijo ini terdiri dari
cabe merah, tomat, ranti (sejenis tomat), kacang panjang, semangka dan melon.

Selain hasil sawah tersebut, desa bedewang juga menghasilkan kelapa yang di tanaman di
tegalan sawah juga ladang-ladang.Untuk budidaya perikanan kolam hanya ada budidaya lele,
tapi masih sangat sedikit. Dari bidang peternakan ada peternakan kambing, sapi, ayam potong
dan bebek petelor. Populasi peternakan juga masih sedikit.

Sampai saat ini hasil bumi tersebut dipasarkan di pasar lokal banyuwangi dan juga di bali.

tampak gunung Raung


pengangkutan hasil panen kelapa

Hasil panen kebun kelapa

Transportasi hasil panen kelapa


Hasil panen kebun kelapa

Tanaman cabai

Area persawahan dengan kebun kelapa


area persawahan dengan kelapa di pematang

area persawahan

4. Pendidikan

Pendidikan masyarakat desa bedewang dengan usia di atas 40 tahun, rata-rata hanya sebatas
SD dan tidak sekolah. Sedangkan masyarakat dengan usia antara 20-40 tahun, rata-rata
lulusan SMP, hanya beberapa yang sampai tingkat SLTP dan SLTA. Sedangkan usia 15-20
tahun, sebagian sudah lulus SLTA tapi masih banyak yang hanya lulus SLTP. Untuk usia
dibawah 15 tahun sebagian sudah ada yang berhenti sekolah, hanya sampai SLTP.

Untuk usia produktif, lulusan SLTP dan SLTA yang tidak melanjutkan sekolah sebagian
besar urbanisasi ke Bali dan sebagian kecil lainnya ke surabaya dan kota-kota lainnya.

5. Pemukiman

Pemukiman penduduk desa Bedewang terkelompok dan perkampungan dusun-dusun yang


menyebar dan dipisahkan persawahan dengan perkampungan lainnya. Sebagian rumah
penduduk sudah layak huni dengan konstruksi pasangan batu bata dan diplester. Mungkin di
perkirakan ada 40% rumah yang layak huni dan plesteran sudah bagus. Sedangkan sisanya
campuran rumah tidak layak huni dengan konstruksi batu bata dan sesek bambu. Meskipun
sudah plesteran batu bata tapi masih dalam kondisi yang hanya sekedarnya. Untuk sistem
MCK sebagian besar pemukiman masing menggunakan sungai untuk mencuci, buang air dan
mandi. Sedangkan untuk memasak air di ambil dari sumur dan aliran PDAM yang masih
terbatas. Kondisi ini tidak terbatas untuk rumah yang belum layak huni. Tapi sebagian rumah
layak huni masih belum mempunyai MCK di rumah sendiri.

rumah permanen

rumah permanen di dalam kampung

rumah semi permanen di dalam perkampungan


Potensi Wilayah

Dari kondisi wilayah desa Bedewang sebagai sampling wilayah pedesaan di kabupaten
Banyuwangi mempunyai beberapa potensi sebagai berikut :

1. Sebagian wilayah kabupaten banyuwangi daerah tengah dan barat berada di kaki
pegunungan – termasuk desa Bedewang – yang memberikan kesuburan tanah dan aliran
irigasi sepanjang musim. Sedangkan wilayah Banyuwangi di sisi selatan mempunyai lahan
yang cenderung lebih kering, mengandalkan irigasi dari musim hujan.
2. Potensi pertanian banyuwangi adalah padi, cabe, tomat, ranti (sejenis tomat), semangka,
melon, kacang panjang, singkong, jagung dan pepaya.
3. Potensi peternakan adalah kambing, ayam, lele.
4. Tenaga kerja yang murah, untuk biaya harian orang kerja di sawah adalah Rp. 25.000,- dan
harian tukang adalah Rp.35.000,- .
5. Kabupaten banyuwangi merupakan daerah dengan budaya seni yang cukup kental. Kesenian
daerah seperti barong, janger, gandrung dsb, sangat familiar di anak-anak hingga orang tua.
Selain itu, hampir seluruh masyarakat baik anak-anak atau orang tua juga sangat menyukai
musik pop daerah yang di kenal dengan kendang kempul atau lagu osing. Sehingga artis-artis
daerah justru lebih terkenal di bandingkan dengan artis-artis ibukota.

Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Kegiatan sosial kemsyarakatan yang banyak di lakukan adalah kelompok arisan. diantaranya
arisan kelompok tani, arisan kerukuan kematian, arisan jamaah pengajian tahlil, arisan bazis.
selain itu ada juga beberapa pembinaan kepemudaan yang baru di rintis. diantaranya
pertemuan dua mingguan remaja masjid, pelatihan ketrampilan handycraft serta kelompok
sepak bola. akan tetapi kegiatan pembinaan kepemudaan mengalami pasang surut, di
sebabkan sebagain pemuda ketika lulus sekolah mencari kerja di bali.
pertemuan remaja masjid Al-Ikhlas

Pelatihan ketrampilan remaja masjid

Pelatihan ketrampilan remaja masjid


Kegiatan pemuda tenis meja

Kegiatan bulutangkis pemuda Wiyayu

Pertemuan rutin remaja masjid al Ikhlash


Latihan hadrah remaja masjid al-Ikhlas

Permasalahan Wilayah

Permasalahan yang paling umum masyarakat pedesaan di kabupaten banyuwangi adalah :

1. Urbanisasi, dimana setiap pemuda yang lulus sekolah berangan-angan bekerja di bali,
meskipun hanya sebagai tenaga kasar. Pada umumnya pemuda tidak tertarik lagi menggarap
sawah, karena hasil dari sawah masih jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2. Pola pikir pendidikan, sebagian besar masyarakat mempunyai pola pikir yang belum maju.
Sekolah masih hanya sebagai formalitas belum menjadi kebutuhan untuk memperbaiki
kualitas hidup.
3. Budidaya tanam yang belum sinergis. Sehingga penanaman tidak bisa serempak. Kondisi
penanaman sawah yang tidak serempak di duga sebagai pemicu utama hama tikus
merajalela. Jika telah datang musim hama tikus, maka petani bisa dipastikan gagal panen
total, dan petani akan membiarkan sawah untuk tidak ditanami. Kondisi ini akan
menyebabkan lahan sawah menganggur lama, dan memicu munculnya hama kepik dan
wereng.
4. Tingginya urbanisasi ke bali membawa budaya yang kurang baik bagi pemuda. Sehingga
pada saat para pekerja urban mudik, akan terlihat berbagai jenis fashion, gaya rambut yang
sangat jauh dari budaya desa yang bersahaja. Selain itu budaya minuman alkohol, nongkrong
di pinggir jalan saat sore hari bahkan sampai narkoba.
5. Rendahnya tingkat pendidikan pemuda, menyebabkan rendahnya kemampuan ketrampilan
dan juga softskill.

Share this:

Anda mungkin juga menyukai