Anda di halaman 1dari 4

Indonesia terdapat dua wilayah agraris yang sangat menonjol, yaitu daerah pertanian

dengan ketersediaan air irigasi yang cukup melimpah dan daerah pertanian yang hanya
mengharapkan air hujan dari langit yang disebut sawah tadah hujan. Dengan pesatnya
pembangunan diberbagai sektor maka memberikan konsekwensi bahwa lahan irigasi semakin
lama semakin berkurang dan bahkan banyak berubah fungsi menjadi kawasan industri dan
pemukiman. Lahan pertanian semacam ini adalah merupakan lahan potensial untuk pertanian
yang dapat menghasilkan pangan untuk kehidupan manusia. Untuk itu guna mengganti lahan
tersebut maka diperlukan adanya penambahan lahan pertanian baru, pada umumnya untuk
lahan pertanian yang baru yang bisa mengganti keadaan seperti ini dalah lahan sawah tadah
hujan. Lahan tadah hujan sebenarnya potensial untuk menghasilkan padi, akan tetapi
kendalanya adalah adanya factor pembatas yang berupa air, dimana pada musim kemarau
petani sangat kesulitan air karena cadangan air terlalu minim, sehingga menyebabkan
rendahnya produksi pertanian dan bahkan kadang kala tidak menghasilkan sama sekali
karena kekeringan. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan membangun jaringan irigasi
pada lahan tadah hujan memerlukan biaya yang sangat besar, karena itu perlu diatasi dengan
teknologi yang lebih murah dan terjangkau yaitu dengan Teknologi pembuatan Embung.
Kata embung menurut beberapa orang berasal dari bahasa Nusa Tenggara Timur yang
secara keseluruhan dapat diartikan suatu tandon air atau waduk kecil dilahan pertanian yang
bertujuan untuk menampung kelebihan air hujan dan menggunakannya pada saat musim
kemarau untuk berbagai keperluan baik dibidang pertanian maupun rumah tangga.
Teknik pembuatan embung meliputi penentuan tekstur tanah, kemiringan lahan, bentuk,
ukuran penggalian tanah, kelapisan tanah, kelapisan plastik, penembokan dan pelapisan
kapur. Pembentukan embung pada dasaranya adalah untuk mengairi lahan pertanian terutama
pada musim kemarau, manfaat lain dari embung adalah dibidang perikanan yang bisa
dijadikan untuk kolam pemeliharaan ikan dan sebagai persediaan minuman ternak maupun
untuk keperluan rumah tangga.
Teknik pembuatan embung sebenarnya boleh dikatakan sangat sederhana, hanya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
A.

Penentuan Lokasi
1. Tekstur Tanah.
Embung sebaiknya dibuat dilahan dengan tanah bertekstur liat, lempung, liat
berlempung dan lempung liat berdebu, agar fungsinya sebagai penampung air dapat
terpenuhi. Pada tanah berpasir yang poreus tidak dianjurkan untuk pembuatan
embung karena air akan cepatmeresap kedalam tanah dan hilang, dan apabila

terpaksa dianjurkan untuk dibuat maka dianjurkan untuk memakai, plastic atau
ditembok lapisan luarnya sehingga air tidak merembes.
2. Kemiringan lahan.
Embung sebaiknya dibuat pada areal pertanian yang bergelombang dengan
kemiringan antara 20- 30 persen agar lapisan air permukaan dapat dengan mudah
mengalir kedalam embung dan selanjutnya air embung mudah untuk disalurkan
kepetak-petak pertanian, karena adanya perbedaan ketinggian antara embung
dengan petak pertanian. Areal pertanian yang datar kurang cocok untuk dibuat
embung , karena sulit untuk mengalirkan air dari embung kepetak pertanian. Pada
lahan yang terlalu miring kurang lebih 30 persen embung akan cepat penuh dengan
endapan tanah karena pengaruh erosi
B.

Kontrusksi embung
1. Bentuk Embung.
Bentuk embung sebaiknya bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar hal ini agar
diperoleh keliling yang paling pendek. Tujuannya agar resapan air melalui tanggul
lebih sedikit.
3. Ukuran embung.
Embung bisa dibuat berdasarkan perorangan maupun kelompok, hal ini tergantung
dari pada keperluan dan luas pertanian yang akan di airi
4. Penggalian Tanah.
Penggalian tanah dapat dimulai dari batas pinggir embung menuju ke bagian
tengah. Kedalam galian diusahakan mencapai 2-3 meter hal ini untuk memperoleh
kapasitas embung. Keliling embung dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah hal ini
untuk menghindari masuknya kotoran kedalam embung, Jarak saluran pembuangan
dari permukaan tanggul berkisar antara 25-50 cm dan dibuat sedemikian rupa
sehingga air embung tidak meluap.
5. Pelapisan tanah.
Untuk menjaga agar embung tidak bocor maka perlu dilakukan pelapisan tanah
terutama pada bagian dinding embung. Pelapisan dinding ini dilakukan dengan
cara; Tanah liat dibasahi dan diolah sampai berbentuk seperti pasta, baru kemudian
dilapiskan secara merata. Dinding embung pada tanah bertekstur liat atau lempung
liat berdebu tidak perlu dilapisi, karena pada jenis tanah ini resapan air boleh
dikatakan kurang. Pada tanah berpasir resapan air kebawah maupun yang melalui
tanggul cukup banyak, karena itu dinding embung perlu dilapisi dengan beberapa
bahan misalnya, plastic, batu bata, tembok, atau campuran pasir dengan tanah liat
untuk penahan resapan air.

6. Pelapisan Plastik.
Plastik yang digunakan untuk pelapisan dinding maupun dasar embung dapat
digunakan dari jenis polyethilin atau polyvinil Chloride (PVC) dengan ketebalan 0,
15 mm, Untuk pelapisan didasar embung , plastic ditimbun tanah setebal kurang
lebih 25 cm, Ketahan plastik ini bisa mencapai 2-3 tahun.
7. Penembokan.
Pencegahan peresapan air selain dengan plastic dapat pula digunakan dengan
penembokan baik untuk dinding maupun untuk dasar embung. 7. Pelapisan Kapur.
Untuk pelapisan dengan kapur dibuat adonan dengan perbandingan kapur tembok
dan tanah liat 1:1, Dibuat pasta yang selanjutnya baru dilapiskan. Pada dinding
embung atau dasar embung.
Manfaat Embung.
1. Air Embung Pada prinsipnya air embung digunakan untuk mengairi lahan terutama
pada musim kemarau. Pemanfaatan air pada musim kemarau perlu juga memperhatikan
luasan lahan dengan ketersediaan air yang ada didalam embung. Apakah untuk mengairi
sawah atau palawija dengan memperhitungkan kebutuhan air sebagai misal untuk padi 200
mm per bulan atau 1 liter/ detik /Ha. Disamping itu juga perlu diperhatikan jika embung juga
untuk persediaan minuman ternak
2. Pengairan padi dan palawija Pengairan dari embung untuk padi dan palawija tidak
sepenuhnya menggunakan air, hanya dilakukan pada saat kritis, yaitu pada fase primordial
(bunting), Pembungaan dan pengisian gabah. Saat ini air disalurkan ke petak pertanian bisa
menggunakan selang plastic hingga kondisi tanah jenuh air. Untuk tanaman palawija caranya
dengan menyiram seputar pangkal tanaman, mengingat ketersediaan air di embung terbatas.
Sebaiknya perlu diketahui kebutuhan dari masing-masing jenis palawija akan air per musim
atau per hektarnya
3. Peternakan. Pada musim kemarau ada kalanya sulit untuk mendapatkan air untuk
minuman ternaknya dan harus diangkut dari tempat yang jauh. Dengan adanya air embung ini
dapat digunakan untuk memberi minuman ternaknya
4. Perikanan Khusus dibidang perikanan embung ini dapat dimanfaatkan pada musim
hujan maupun musim kemarau, dengan catatan untuk musim kemarau ketersediaan air harus
cukup. Beberapa factor penting yang perlu diperhatikan jika embung digunakan untuk
pemeliharaan ikan adalah ; Curah hujan, penguapan, Tekstur tanah, Kontruksi kolam dan
mutu air yang ada diembung. Untuk mutu air sendiri perlu juga diperhatikan. Oksigen terlarut
dan Ammonia, jenis ikan untuk embung perlu dipilih yang tepat dan sesuai dengan kondisi
embung. Yang pada dasarnya serba terbatas, yaitu air yang menggenang, jenis ikan yang

cocok, yaitu Gurame , Mujair, Tawes, lele. Untuk pakannya dapat berupa dedak, sisa
makanan atau pellet serta tanaman-tanaman seperti daun talas.
Pemeliharaan embung perlu dilakukan agar tetap bermanfaat dan terhindar dari
kerusakan dini Pemeliharaan ini antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
o
o

Pemagaran embung dengan bambu atau pagar hidup


Pengangkatan lumpur yang dilakukan pada musim kemarau atau ketika volume

air sudah minimal dan tidak digunakan.


Perbaikan embung terutama untuk bagian dinding tanggul jika terjadi kerusakan

segera diperbaikai agar tidak berlarut larut dan bertambah parah.


Untuk mencegah jebolnya tanggul, usahakan agar air tidak melimpah

dipermukaan tanggul
Usahakan tidak menggembalakan, memandikan dan memberikan minuman ternak

diatas tanggul maupun masuk kedalam area embung.


Untuk menekan kehilangan air karena penguapan dapat dilakukan penanaman
sebagai berikut.

Anjang-anjang atau tanaman penutup/ peneduh dimana tiang anjang dibuat

dari anyaman bambu.


Pada anjang-anjang yang dibuat ini dijalarkan tanaman merambat yang
bermanfaat seperti tanaman kecipir, markisa, gambas, yang juga berfungsi

sebagai penutup permukaan air.


Pohon penahan angin juga diperlukan disekitaar embung seperti pohon
buah-buhan atau rumput-rumputan untuk pakan ternak. Demikian teknologi
pembuatan embung dan manfaatnya bagi masyarakat tani, semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi petani atau masyarakat yang memerlukannya.
(mnr)

Anda mungkin juga menyukai