Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Klimatologi

No Bulan Itensitas Curah Hujan


1 Januari 442
2 Februari 378
2.1.13 Maret 385 Curah
4 April 428
Hujan
5 Mei 354
6 Juni 225 Merupakan
7 Juli 216
ketinggian air hujan
8 Agustus 240
yang 9 September 295 terkumpul
dalam 10 Oktober 380 tempat yang
11 November 378
datar, tidak 12 Desember 355 menguap,
tidak meresap,
dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi
pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak
satu liter. Curah hujan atau Intensitas Hujan di daerah penelitian yakni daerah Desa Kembang
Kuning dan Desa Klapanunggakk Kecamatan Klapanunggal, Kab. Bogor di dapati Data
curah hujan sebagai berikut :
Grafik 1 ( Intensitas Curah Hujan Kabupaten Bogor 2017)
Berikut adalah klasifikasi intennsitas curah hujan :
Intensitas hujan merupakan besarnya hujan harian yang terjadi pada suatu waktu yang
memiliki satuan mm/jam atau mm/hari. Intensitas hujan harian dibagi menjadi 4 (Empat)
kategori, yaitu :
a. Ringan : jika nilai curah hujan 5 - 20 mm/hari atau 0.1 - 5.0 mm/jam
b. Sedang : jika nilai curah hujan 20 - 50 mm/hari atau 5.0 - 10.0 mm/jam
c. Lebat : jika nilai curah hujan 50 - 100 mm/hari atau 10.0 - 20.0 mm/jam
d. Sangat lebat : jika nilai curah hujan > 100 mm/hari atau > 20.0 mm/jam
Berdasarkan dari data curah hujan yang bersumber dari BMKG ini dapat di simpulkan pada
Kab. Bogor pada tahun 2017 Bahwa Bulan terkering adalah Juli, disimpulkan karena curah
hujan yang kecil yakni 216 mm/bulan curah hujan atau 7,2mm/hari yang dimana termasuk
klasifikasi curah hujan Rendah
Sedangkan Itensitas curah hujan yang paling besar yakni pada bulan Januari dengan
nilai intensitas curah hujan rata-rata 442 mm/bulan atau 14,37 mm/hari.

2.1.2 Analisis Suhu Udara

Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmosfer. Berdasarkan
penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebaran secara
horisontal  dan vertikal.Suhu udara dipermukaan bumi adalah relatif, tergantung pada faktor-
faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat
berdampak langsung akan adanya perubahan suhu di udara.

No Bulan Suhu (oC)


1 Januari 24,7
2 Februari 24,6
3 Maret 25
4 April 25.5
5 Mei 25,5
6 Juni 25,2
7 Juli 25.3
8 Agustus 25,6
9 September 25,6
10 Oktober 25,4
11 November 25,4
12 Desember 25,4

Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi. Menurut
tempat suhu udara bervariasi secara vertical dan horizontal dan menurut waktu dari jam ke
jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam setahun.
Pada Daerah penelitian Kab. Bogor memiliki iklim tropis. Terdapat curah hujan
yang signifikan sepanjang tahun di Bogor. Bahkan bulan terkering masih memiliki banyak
curah hujan. Iklim ini dianggap menjadi Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger. Suhu
di sini rata-rata 25.2 ° C.

Berikut adalah data analisis suhu Kab. Bogor sebagai berikut :


(Grafik 2) Suhu Daerah Kabupaten Bogor 2017

Berdasarkan Data diatas dapat disimpulkan suhu di daerah Kab. Bogor Bahwa Bulan
terhangat sepanjang tahun adalah September, dengan suhu rata-rata 25.6 ° C. Sedangkan
bulan yang suhu nya terendah adalah pada februari, suhu rata-rata nya adalah 24.6 ° C. Ini
adalah suhu rata-rata Kab. Bogor terendah sepanjang tahun 2017.

2.2. Topografi
Berdasarkan Peta Topografi daerah Klapanunggal didominasi oleh bentuk
bentangalam perbukitan ditandai dengan pola kontur yang rapat dan relatif melingkar ,
terdapat juga bentuk bentangalam perbukitan karst yang dicirika oleh pola kontur
melingkar yang khas dalam penyebaran yang luas, beberapa aliran sungai seakan-akan
terputus. Pola aliran sungai dan arah sungai yang membelok secara tiba-tiba serta adanya
pergeseran pola kontur. Dapat ditafsirkan pada jalur sungai tersebut dilalui oleh sesar
mendatar dengan pergerakan relatifnya mengarah ke kanan ( dexstral fault) .
Jika dilihat dari peta lokasi kegiatan terdapat perbedaan yang sangat signifikan
dimana bagian Selatan desa Kembang Kuning ( Nambo, Klapanunggal, Cikahuripan,
Bojong ) di dominasi oleh kontur yang rapat dan berdasarkan klasifikasi Van Zuidam
tahun 1985 daerah penelitian tersebut memiliki kemiringan lereng agak curam- sangat
curam (18,75-100%) dan bentuk bentangalam berupa perbukitan,pegunungan,dan
pegunungan terjal, sehingga sangat sedikit sekali pemukiman ataupun gedung dibangun
dibagian utara desa karena berdasarkan . Berbeda dengan bagian Utara desa Kembang
Kuning ( Bojongnangka, Wanaherang, Dayeuh, Cileungsi, Mampir ) disusun oleh kontur
yang relatif renggang menandakan bentuk bentangalam Dataran dan berombak dengan
beda tinggi 5 m-50 m sehingga banyak dijadikan pemukiman dan bangunan/gedung.

2.3. Hidrologi
Pada daerah Desa Kembang Kuning dan Desa Klapanunggal Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor memiliki jenis pola aliran sungai pararel karena sungainya dikontrol oleh
litologi berbeda yang mengalir dari arah utara ke selatan. Bentuk lembah dari sungai ini
seperti huruf “U”, yaitu mengindikasikan bahwa sungai daerah ini termasuk ke dalam stadia
sungai tua yang dimana erosi lateral lebih dominan daripada erosi vertikal.
Menurut data yang diperoleh dari internet, pada daerah penelitian debit rata-rata
minimum yaitu sekitar 1,91 m3/detik dan debit rata-rata maksimun pada daerah penelitian
yaitu sekitar 293,70 m3/detik dengan selisih debit 291,80 m3/detik. Sedangkan rasio debit
minimum dan minimum pada daerah penelitian yaitu sekitar 171,39 m3/detik.
2.4. Hidrogeologi
2.4.1. Kondisi Geohidrologi
Terdapat dua buah sungai utama di daerah Kecamatan Klapanunggal dan Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor Jawa Barat, yaitu Kali Cileungsir dan Kali Cikeas. Sungai-sungai
bersifat sub paralel dengan aliran berarah timur laut dan berarah barat laut. Aliran sungai-
sungai tersebut berasal dari kawasan gunung api bagian selatan di sekitar G. Pangrango.
Kawasan utara Kecamatan Klapanunggal merupakan daerah tangkapan hujan (catchment
area) bagi daerah aliran sungai yang mengalir ke daerah ini. Aliran sungai yang melewati
lapisan batuan besifat permeabel terhadap air pada zona Volkanik gunungapi tersebut
memeberikan resapan aluvial tersebut. Di bagian hulu yang berada pada perbukitan dengan
batuan yang bersifat impermeabel seperti Batugamping, resapan-resapan air sungai ke dalam
akuifer akan berjumlah lebih kecil
2.4.2. Cekungan Air Tanah

Berdasarkan inventarisasi potensi airtanah seluruh indonesia, Kecamatan Klapanunggal,


berada pada sistem Cekungan Airtanah Jawa Barat (Gambar 3) Bagian alas (basement) dari
cekungan air tanah terbentuk oleh endapan sedimen Tersier yang terdiri dari perselingan
Batupasir dan Batulempung dengan sisipan Batugamping dari Formasi Bojongmanik dan
Formasi Klapanunggal yang telah mengalami perlipatan dan patahan.
Gambar 3 Peta cekungan Airtanah Jawa Barat, Badan Geologi

2.4.3. Hidrogeologi Akuifer Endapan Permukaan


Kondisi hirogeologi akuifer endapan permukaan didominasi oleh sistem akuifer :
1. Sistem Akuifer Endapan Aluvial Sungai.
2. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi (volkanik).
3. Sistem Akuifer Sedimen Tersier.
Berdasarkan data yang diperoleh pada (Gambar 9) memperlihatkan sistem akuifer di daerah
Kecamatan Klapanunggal dan sekitar mempunyai kemiringan ke arah utara. Lapisan-lapisan
Batupasir dan Konglomerat merupakan penyusun akuifer tidak tertekan (bebas) dan akuifer
semi tertekan. Lapisan Batulempung dengan sisipan Batupasir Gampingan berperan sebagai
lapisan penekan yang bersifat akuiklud dan akuitar.

2.4.4. Rekomendasi Wilayah Perlindungan Airtanah


Dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,
selaras, seimbang, dan berkelanjutan, tentunya sangat diperlukan perhatian terhadap
sumberdaya airtanah yang menjadi pokok kebutuhan sosial maupun industri, untuk itu kami
menyarankan wilayah yang baik secara kondisi lingkungan dan sistem akuifernya.
Kawasan perbukitan karst pada arah selatan lokasi kegiatan, selain sumberdaya mineral
pada kawasan tersebut baik untuk dimanfaatkan, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
kawasan tersebut adalah daerah tangkapan hujan (catchment area) yaitu kawasan perbukitan
karst, disusun oleh batugamping berpori yang merupakan suatu akuifer baik dan sebagai
(rechage area) untuk kawasan sekitar. Kemudian pada kawasan tersebut sangat perlu
diperhatikan pula bagaimana sistem penambangan yang akan dilakukan, mengingat wilayah
tersebut berdakatan dengan pemukiman warga dapat di lihat pada (Gambar 4).
2.4.5. Rekomendasi Wilayah Perlindungan Airsungai
Terdapat dua lokasi aliran air sungai yang direkomendasikan, mengingat pentingnya
pemeliharaan airsungai demi menjaga kualitas dan kuantitas airtanah setempat. Dapat dilihan
pada (Gambar 4).
9
(Gambar 4) Peta Rekomendasi Pemanfaatan Lahan.
2.5. Geomorfogi

(Gambar 2) Peta fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949).

Fisiografi Jawa Barat menurut Van Bemmelen (1949), berdasarkan bentuk-bentuk


morfologi, jenis litologi dan tektoniknya terbagi atas empat bagian, yaitu :
1. Dataran Pantai Jakarta
Terletak dibagian Utara Jawa Barat yang penyebarannya mulai dari ujung Barat Pulau Jawa
kearah Timur mengikuti Pantai Utara Jawa Barat sampai Cirebon, dengan bentuk ekspresi
morfologi berupa dataran ditempati oleh endapan pantai dan sungai serta lahar gunungapi.
2. Zona Bogor
Terletak di bagian Selatan Dataran Pantai Jakarta yang penyebaran mulai dari Barat kearah
Timur melalui Bogor, Purwakarta sampai ke Bumiayu Jawa Tengah, yang merupakan suatu
antiklinorium yang berumur Neogen dengan ekspresi morfologi berupa perbukitan yang telah
mengalami perlipatan dan pensesaran yang kompleks.
3. Zona Bandung
Terletak di bagian Selatan Zona Bogor yang penyebaran mulai dari Pelabuhan Ratu mengikuti
lembah Cimandiri, dengan ekspresi morfologi berupa Geantiklin Jawa Barat kemudian
runtuh setelah pengangkatan, bagian rendah zona ini terisi endapan gunungapi muda dengan
singkapan Tersier di beberapa tempat.
4. Zona Pegunungan Selatan
terletak di bagian Selatan Jawa Barat yang penyebarannya dari Barat ke Timur dimulai dari
Pelabuhan Ratu hingga ke Pangandaran, dengan ekspresi Morfologi ,membentuk dataran yang
relatif landai kearah Selatan.
Secara genetik daerah penelitian dikontrol oleh beberapa faktor antara lain struktur,
proses dan tahapan (Davis, 1972) . Atas dasar data dan pengamatan lapangan dan juga hasil
analisis peta topografi skala1 : 25.000, maka secara genetic geomorfologi daerah penelitian
dapat dikelompokan
menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu :
1. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Sungai
Memiliki ketinggian 25 - 30 mdpl dan secara umum memiliki kelerengan 0-3% ,Ada potensi
sumberdaya bahan galian pasir, kerikil ada potensi bahaya banjir. Terjadi banyak proses pelapukan,
erosi dan sedimentasi.Memiliki kelebihan yaitu cocok untuk pertanian, dan perkebunan tetapi
memiliki kelemahan juga Bentang alam dataran tersusun oleh batuan yang lunak dan lepas
(unconsolidated) Potensi bahaya banjir dan erosi.

2. Satuan Geomorfologi Pegunungan Lipat - patahan


3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst

2.6. Litologi
Desa Kembang Kuning dan Desan Klapanunggal Kecamatan Klapanunggal Kabupaten
Bogor Secara umum tersusun atas batuan gunungapi maupun batuan terobosan. Dibawah ini
adalah satuan batuan penyusun daearah tersebut dari muda ke tua:
1. Aluvial (Qa): terdiri atas lempung, lanau, kerikil juga kerakal terutama endapan sungai
termasuk pasir maupun kerikil endapan pantai sepanjang teluk Pelabuhanratu.
2. Kipas Aluvial (Qav): terutama lanau, batupasir, kerikil juga kerakal dari batuan
gunungapi kuarter yang diendapkan kembali sebagai kipas aluvial.
3. Anggota Batuan Basalt adalah salah satu Batuan Beku bersifat basa yang terbentuk
dari proses pembekuan magma di permukaan atau dekat permukaan bumi. Karena
terbentuk pada permukaan bumi maka termasuk ke dalam batu ekstrusif
(vulkanik). Basalt umumnya terbentuk dari proses pembekuan yang berlangsung
cepat.
4. Formasi Serpong (Tpss) terdiri atas tuff batugamping, batupasir tufan, breksi andesit,
konglomerat dan batu-lempung tufan
5. Formasi Klapanunggal (Tmk): terutama batugamping terumbu padat dengan
foraminifera besar, fosil - fosil lainnya termasuk moluska, maupun echinodermata.
6. Formasi Jatiluhur (Tmj): Napal, serpih lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa,
bertambah pasiran ke arah timur.

PETA GEOLOGI
2.7. Struktur Geologi Desa Kembang Kuning dan Desa
Klapanunggal - Kecamatan Klapanunggal
Perkembangan tektonik Jawa Barat dipengaruhi oleh posisi subdaksi dan Kabupaten
busur Bogor
magmatik Indonesia, khususnya Jawa. Akibat perubahan dan perkembangan tektonik, terjadi
perbedaan pola struktur geologi. Menuru M. Untung dalam Martodjojo,S (1984), Jawa Barat
mempunyai tiga pola sesar dan lipatan yang utama, dengan arah Baratlaut-Tenggara, Barat-
Timur dan Utara- Selatan. Daerah penelitian menurut E.Rusmana dicerminkan oleh adanya
lipatan dan sesar, sumbu lipatan pada umumnya berarah Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya.
Pada kala Mio-Pliosen mengalami pengangkatan dan perlipatan, disertai kegiatan gunungapi
dan batuan terobosan. Pada kala akhir Pliosen terjadi proses epirogenesa hal ini ditunjukan
dengan lipatan dan sesar-sesar kecil dan proses tersebut berlangsung terus sampai Plistosen Skala 1: 100.000
dimana pengangkatan dan perlipatan semakin aktif dan terjadinya kegiatan gunungapi.
Legenda:
2.8. Sumberdaya Geologi
Endapan Aluvial
Berdasarkan peta geologi Lembar Bogor, Geologi daerah Desa Kembang Kuning dan
Desa Klapanunggal ,Daerah Kecamatan Klapanunggal dan sekitarnya Kabupaten Bogor,
Endapan Kopas Aluvial
Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang terdiri dari beberapa formasi batuan, yaitu
Formasi Jatiluhur, Formasi Klapanunggal, Formasi Serpong, Endapan kipas alluvial, endapan
Batuan Beku Basal

alluvial. Dari data formasi tersebut dapat diketahui bahwa potensi sumberdaya yang ada
didaerah penelitian berupa pertambangan batuan. Jenis sumberdaya Pertambangan batuan
Formasi Serpong

yang ada didaerah tersebut berupa Batugamping, batulempung, dan pasir, kerikil, serta Batuan
Formasi Klapanunggal
beku Basal.

Pemanfaatan Potensi sumberdaya sebagai pertambangan batuan :


Formasi Jatilihur

1. Batugamping dapat digunakan untuk bahan baku semen, sebagai bahan dasar jalan
untuk mengurangi plastisistas dan pengeras jalan. Antiklin

2. Batulempung dapat digunakan untuk bahan campuran dalam industry semen dengan
Sesar/patahan
memperhatikan komposisi mineral pada batulempung tersebut, juga dapat dimanfaatkan

Strike/dip

Lokasi Kegiatan
dalam pembuatan kerajinan gerabah seperti guci, patung, celengan, piring dan produk
lainnya.
3. Konglomerat dapat digunakan sebagai bahan pondasi bangunan.
4. Pasir dan kerikil dapat digunakan untuk bahan bangunan.
Endapan tuff dapat digunkan untuk bahan pembuatan batako

2.9. Bahaya Geologi

1. Potensi Gerakan Tanah


Potensi bencana didaerah penelitian berdasarkan data bmkg daerah penelitian termasuk
dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan
atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama akan aktif kembali akibat
curah hujan yang tinggi dan kisaran kemiringan lereng mulai dari landau hingga curam
(5-15%) hingga hampir tegak.
2. Potensi Rawan Gempabumi
Pada Lokasi Rencana Penataan Lingkungan berada pada zona kawasan rawan bencana
gempabumi menengah, berdasarkan peta rawan bencana gempabumi jawa bagian barat,
daerah ini memiliki potensi terlanda goncangan gempabumi dengan skala intensitas
berkisar VI MMI ( Modified Mercaly Intensity). Berpotensi terjadi retakan tanah,
pelulukan (liquefaction). Longsoran pada topografi perbukitan dan pergeseran tanah
dalam dimensi kecil. Dengan percepatan gempabumi berkisar antara 0,20-0,25 G.

Anda mungkin juga menyukai