Anda di halaman 1dari 11

BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

BAB 2
KONDISI UMUM
DAERAH STUDI
2.1. KONDISI TOPOGRAFI DAN GEOGRAFIS

Topografi adalah uraian terperinci yang dinyatakan dengan peta untuk


menggambarkan suatu daerah atau tempat meliputi tinggi rendahnya tanah,
sungai, jalan dan sebagainya. Kondisi corak dan elevasi mempunyai
pengaruh terhadap saluran dan hidrologi daerah tersebut. Corak merupakan
faktor bentuk perbandingan panjang sungai utama dengan lebar rata-rata
daerah pengaliran. Elevasi daerah pengaliran berhubungan erat dengan curah
hujan. Dengan demikian topografi mempengaruhi proses hidrologi yaitu pada
transformasi hujan menjadi aliran permukaan. Semakin curam suatu lereng
maka semakin besar pula jumlah curah hujan yang menjadi aliran
permukaan.

Berdasarkan topografinya, lokasi proyek PT Adhi Persada Properti yang


berlokasi di Jalan Hankam RT 01 RW 05 Kelurahan Jatimelati, Kecamatan
Pondok Melati, Kota Bekasi merupakan daerah yang cenderung datar hingga
berombak dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 – 2%. Sebagaimana
kondisi lahan di wilayah Kota Bekasi memiliki topografi dengan kemiringan
antara 0 – 5% dan terletak pada ketinggian antara 11 – 81 meter di atas
permukaan laut.

Secara geografis posisi lokasi proyek berada pada 6°18'45.46"LS


106°55'22.96" BT dengan ketinggian elevasi rata-rata +35 mdpl

Di sebelah barat lokasi proyek mengalir Sungai Sunter yang mana


merupakan salah satu sungai utama baik di daerah Bekasi maupun bagi
daerah ibukota Jakarta. Sementara sebelah utara dibatasi oleh jalan tol
Lingkar Luar Jakarta. Di sebelah timur dan selatan lokasi proyek merupakan
kawasan pemukiman penduduk, seperti terlihat pada gambar 2.1 yang
diambil dari foto satelit Google.

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 1


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

Penggunaan lahan lokasi tersebut adalah untuk apartemen, hotel, rumah


sakit, pusat perbelanjaan dan area komersil skala kota lainnya. Posisi yang
berada di tepi sungai Sunter menjadi bahan pertimbangan dalam
permasalahan sistem drainase, karena di sekitar lokasi proyek pernah terjadi
banjir akibat luapan sungai Sunter.

Gambar 2.1 Foto satelit Google untuk lokasi studi

Untuk mengatasi masalah banjir yang pernah beberapa kali terjadi di sekitar
lokasi proyek, diperlukan suatu cara yang tepat dalam penanganan yaitu
dengan merencanakan sistem drainase pengendalian banjir. Selain itu pula
perlu diperhatikan kondisi lokasi proyek serta kondisi yang ada di sekitar
lokasi studi. Tanpa memperhatikan kondisi yang ada, perencanaan yang akan
dibuat akan menyimpang atau tidak sesuai dengan kebutuhan serta kondisi
dari sekitar lokasi. Hal ini akan menyebabkan perencanaan menjadi tidak
efektif dan bahkan dapat menimbulkan dampak bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar lokasi studi.

Hasil pengukuran topografi sebagaimana pada gambar 2.2 terlihat kondisi


lahan yang rencananya akan dijadikan kawasan pemukiman dan bisnis, relatif
datar dengan luas 4,25 ha.

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 2


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

Gambar 2.2 Peta Topografi Lokasi studi

2.2. KONDISI IKLIM

Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses hidrologi


terutama proses transformasi hujan menjadi debit. Adapun unsur-unsur iklim
yang berpengaruh pada proses transformasi tersebut adalah curah hujan,
temperatur, kelembaban udara dan radiasi matahari. Data curah hujan
diperoleh dari dua stasiun yang ada di sekitar lokasi studi yaitu Stasiun Hujan
Halim Perdanakusuma dan Stasiun Hujan Bendung Bekasi.

Daerah penelitian termasuk kedalam tipe iklim C berdasarkan klasifikasi


Schmidt-Ferguson (data tahun 1984 – 2004). Klasifikasi ini didasarkan pada
tingkat kebasahan suatu wilayah, yaitu dari banyaknya bulan basah (curah
hujan bulanan > 100 mm) dan bulan kering (curah hujan bulanan < 60 mm).
Berdasarkan klasifikasi tersebut, bulan basah terjadi selama 7 bulan dan
bulan kering selama 3 bulan. Dengan demikian, daerah penelitian
mempunyai tingkat kebasahan agak basah.

Curah hujan rata-rata bulanan yang jatuh di daerah studi sangat bervariasi
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan februari dan terendah pada
bulan juli. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi fluktuasi yang
besar antara curah hujan bulanan yang jatuh pada musim hujan dan musim
kemarau Adapun curah hujan tahunan rata – rata di lokasi studi adalah

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 3


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

sebesar 1.840 mm. Curah hujan rata-rata bulanan yang jatuh di daerah studi
disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Curah hujan rata-rata bulanan di lokasi studi (2003-2012)

Unsur iklim yang lain (Tabel 2.1) seperti temperatur, kelembaban udara dan
penyinaran matahari juga merupakan unsur yang penting dalam proses
hidrologi karena mempengaruhi proses evapotranspirasi. Temperatur rata-
rata bergerak antara 25,77 – 27,12ºC. Rata-rata penyinaran matahari
bulanan di daerah studi sebesar 5,83 jam dan kelembaban udara sebesar
79,05%.

Tabel 2. 1 Data Klimataologi Daerah Studi Periode


Penyinaran
Temperatur Kelembaban Kecepatan
No. Bulan matahari
Minimum (˚C) Udara (%) Angin (m/det)
(jam)
1 Januari 25.77 84.24 3.30 2.29
2 Februari 26.08 83.04 2.20 2.46
3 Maret 26.39 82.20 5.10 2.39
4 April 26.76 81.75 6.00 1.88
5 Mei 26.95 80.51 7.00 1.85
6 Juni 26.56 78.43 7.30 1.85
7 Juli 26.20 76.65 7.80 1.96
8 Agustus 26.49 75.01 8.30 2.04
9 September 26.92 74.31 6.90 2.01
10 Oktober 27.12 75.38 6.80 1.93
11 November 27.02 77.23 5.00 1.99
12 Desember 26.50 79.81 4.20 2.33
Rata-rata 26.56 79.05 5.83 2.08

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 4


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

2.3. KONDISI TANAH

Untuk menghitung karakteristik infiltrasi tanah U.S. Soil Conservation Service


membagi tanah ke dalam empat Soil Hidrological Group, yang didefinisikan
sebagai berikut :

 Grup A : potensi run-off rendah, tanah mempunyai laju transmisi air


tinggi (laju infiltrasi final lebih besar 0,72 cm/jam), tektur berpasir

 Grup B : tanah mempunyai laju transmisi air tergolong sedang (laju


infiltrasi final antara 0,72 – 0.36 cm/jam), tektur lempung berpasir

 Grup C : tanah mempunyai laju transmisi air tergolong lambat (laju


infiltrasi final antara 0,36-0,12 cm/jam), lempung berliat, lempung
berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik rendah, dan tanah –
tanah berkadar liat tinggi

 Grup D : potensi run-off tinggi, tanah mempunyai laju transmisi air


tergolong sangat rendah (laju infiltrasi final lebih kecil 0,12 cm/jam),
tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, dan
plastis.

Soil Hidrological Group di daerah kajian yaitu Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sunter didominasi oleh grup C dan Group D, di mana daerah ini memiliki
potensi limpasan permukaan yang tinggi atau potensi transmisi air ke dalam
tanah sangat rendah. Hal ini menyebabkan potensi banjir di daerah ini sangat
tinggi, karena kondisi tanah yang mempunyai laju infiltrasi yang rendah.
Selain itu kondisi lahan yang sudah mulai terbangun, menyebabkan makin
tingginya air limpasan, sehingga air yang terinfiltrasi ke dalam tanah semakin
sedikit. Tabel 2.2 menunjukkan luas kawasan menurut SHG.

Jenis tanah di daerah studi diperoleh dari Peta Tanah Semi Detil Daerah
Bekasi dan Sekitarnya (JABOTABEK III) skala 1:50.000 (Gambar 2.4).
Berdasarkan peta tersebut, terdapat 5 macam tanah di sekitar Kota Bekasi
yaitu Asosiaso Aluvial hidromorf dan Aluvial kelabu, Aluvial Kelabu, Aluvial
Coklat, Latosol Merah dan Asosiasi Latosol Merah dan Latosol Coklat
Kemerahan. Secara spesifik, tanah di daerah studi tergolong ke dalam tanah
Latosol Merah dengan bahan induk tuf volkan dan dominasi tekstur liat (PPT
1981).

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 5


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

Tabel 2.2 Jumlah luas soil hidrological group (SHG) di setiap DAS.

Gambar 2.4 Peta Tanah Kota Bekasi

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 6


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

2.4. KONDISI DAS SUNTER

Daerah aliran sungai (DAS) Sunter berdasarkan Keppres no. 12 tahun 2012
bersama dengan 14 DAS lainnya berada dalam pengeloaan sumber daya air
wilayah sungai Ciliwung-Cisadane,. Luas wilayah DAS Cakung adalah
±15.349 ha dengan sebarannya meliputi 2 wilayah, yakni Kota Bekasi dan
Kota Jakarta, sebagaimana yang terlihat pada gambar 2.5.

LOKASI
PROYEK

Gambar 2. 5 Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane

Bentuk DAS Sunter adalah memanjang dengan sedikit berlekuk. Bagian hulu
lebih runcing dibandingkan bagian hilirnya dan sedikit membesar di bagian
tengahnya. Dalam DAS ini dilalui oleh 2 sungai besar yaitu Kali Cipinang dan
Kali Sunter. Penutupan lahan lebih didominasi oleh lahan terbangun, baik
pemukiman ataupun jalan yang diperkeras seperti yang ditunjukan oleh
Gambar 2.7. sebesar ± 63,6% dari total luas wilayah DAS Sunter.

Kategori pemukiman yang sangat padat (pemukiman 80-100 %) lebih


mendominasi di antara lahan yang terbangun lainnya. Dibandingkan dengan
tipe penutupan lahan lainnya yang ada, pemukiman 80-100 % paling banyak
menutupi wilayah DAS (36% atau ± 5.470 Ha), terutama di bagian hilir DAS.

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 7


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

Gambar 2. 6 Peta Kewenangan Pengelolaan Sungai di sekitar Kota Bekasi

Tipe penutupan lahan ini memiliki koefesien run off yang tinggi, artinya
sebagian besar air hujan yang turun di kawasan DAS ini sebagian besar akan
menjadi limpasan permukaan. Sebaran kawasan hijau hanya sedikit sekali
tersebar di wilayah DAS ini. Kawasan hijau paling banyak tersebar terutama
bagian tengah DAS, ± 22,9% berupa tanah kosong/rumput dan

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 8


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

tegalan/ladang. Hal ini memungkinkan sedikitnya daerah yang dapat


meresapkan air. Jika kondisi tersebut lebih didukung dengan saluran drainase
yang buruk maka kemungkinan terbesar adalah terjadinya banjir.

Karena padatnya pemukiman di sepanjang DAS sunter menyebabkan sungai


ini mudah sekali meluap sehingga sepanjang Rawamangun dan Cempaka
Putih sering meluap yang hanya diakibatkan oleh hujan lokal. Oleh karena
itu, penanganan masalah resapan menjadai sangat penting. Di bagian hilir
Kali sunter dan Cipinang akan disodet ke arah Bajir Kanal Timur (BKT) yang
sekarang masih dalam tahap pembangunan.

Gambar 2.7 Prosentase penggunaan lahan di DAS Sunter

2.5. PENGGUNAAN LAHAN LOKASI STUDI

Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
proses hidrologi yang dapat dikelola sehingga mampu menciptakan kondisi
hidrologi yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui
penggunaan lahan yang ada di daerah studi sehingga dapat melakukan
penilaian terhadap kondisi hidrologi daerah tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan lapang, penggunaan lahan di daerah studi


terdiri dari semak belukar, tegalan dan lahan terbuka (Gambar 2.8).
Selanjutnya lahan-lahan tersebut akan mengalami alih fungsi akibat dari

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 9


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

rencana kegiatan pembangunan kawasan bisnis dan hunian PT. Adhi Persada
Properti sebagaimana yang terlihat pada gambar 2.9.

Lokasi di dalam proyek Lokasi pinggir Sunter

Sungai Sunter Lokasi depan proyek

Gambar 2.8 Kondisi Lahan di Daerah Studi

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 10


BAB II Kondisi Umum Daerah Studi

Gambar 2.9 Site plan lokasi studi

PT ADHI PERSADA PROPERTI II - 11

Anda mungkin juga menyukai