Anda di halaman 1dari 6

Reduksi Limpasan pada Subcatchment Kalimantan  Titik kontrol di node NB2

21
Eksisting RWH dan Sumur Resapan CWS

Tidak terjadi luapan di node


NB2 sehingga tidak perlu
penempatan Kolam Retensi
di subcatchment Kalimantan

Debit eksisting NB2 = 2,59 m3/det

Implementasi:
RWH dan Sumur Resapan = 2,54 m3/det
 reduksi 1,93%
CWS = 2,52 m3/det  reduksi 2,40%
Reduksi Limpasan pada Subcatchment Pongangan  Titik kontrol di node NA7
22
Eksisting RWH dan Sumur Resapan CWS

Tidak terjadi luapan di node


NA7 sehingga tidak perlu
penempatan Kolam Retensi
di subcatchment Kalimantan

Debit eksisting NA7 = 7,52 m3/det

Implementasi:
RWH dan Sumur Resapan = 7,38 m3/det
 reduksi 1,89%
CWS = 6,89 m3/det  reduksi 6.89%
5. KESIMPULAN DAN SARAN 23

Kesimpulan

 Kondisi saluran drainase sekunder yang ada di Sub Sistem Drainase Kali Tengger pada saat
hujan rencana periode ulang 5 tahun mengakibatkan genangan di 4 ruas saluran yaitu SC9
dan SC9A sal sekunder Yosowilangun, SA4 sal sekunder Jln Pembangunan, dan SA6 sal
sekunder Jalan Raya Manyar.
 Pengaruh pasang air laut tertinggi yang terjadi pada lokasi penelitian masuk dari outfall
hingga 1750 m ke dalam saluran Sungai Kali Tengger dan saluran sekunder Pongangan.
 Penempatan fasiilitas ecodrain dan dimensinya disesuaikan dengan kondisi lokasi
penelitian, termasuk kedalaman muka air tanah, kerapatan dan luas atap bangunan serta
jenis bangunan yang ada. Dimensi struktur fasilitas ecodrain sebagai berikut:
1) Rainwater Harvesting (RWH): - Jenis tangki torn kapasitas 2000 liter
- Penempatan di bawah atap bangunan rumah / gedung
2) Sumur Resapan: - Diameter berukuran 2 meter dan kedalaman 4 meter
- Penempatan di bawah tanah halaman rumah / gedung
3) Cross Wave Storage (CWS): - Setiap modul berukuran 99x99x22 cm, Tinggi CWS 2,2 m
- Penempatan di bawah tanah pada kedalaman 1 meter di
halaman pabrik, supermarket dan lapangan olahraga
4) Kolam Retensi: - Luas Permukaan 20.000 m2 dan kedalaman 4 m 24
- Penempatan di node NC8 Yosowilangun

 Prosentase reduksi debit banjir dengan penerapan rainwater harvesting dan sumur
resapan pada setiap subcatchment di Kali Tengger sebagai berikutL
Subcatchment Yosowilangun  reduksi 2,22% : dari 11,62 m3/det menjadi 11,36 m3/det
Subcatchment Kalimantan  reduksi 1,93% : dari 2,59 m3/det menjadi 2,54 m3/det
Subcatchment Pongangan  reduksi 1,89% : dari 7,52 m3/det menjadi 7,38 m3/det.

 Prosentase reduksi debit banjir dengan penerapan cross wave storage pada setiap
subcatchment di Kali Tengger sebagai berikut:
Subcatchment Yosowilangun  reduksi 6,57% : dari 11,62 m3/det menjadi 10,66 m3/det
Subcatchment Kalimantan  reduksi 2,40% : dari 2,59 m3/det menjadi 2,52 m3/det
Subcatchment Pongangan  reduksi 8,43% : dari 7,52 m3/det menjadi 6,89 m3/det.

 Prosentase reduksi debit banjir dengan penerapan kolam retensi kapasitas 80.000 m3 pada
subcatchment Yosowilangun  reduksi 6,41% : dari 11,62 m3/det menjadi 10,88 m3/det.
Luapan banjir di node NC9 tidak terjadi lagi dengan penerapan kolam retensi, sedangkan
dengan penerapan CWS masih terjadi luapan banjir di node NC9.
Debit yang masuk kolam retensi ditahan dulu dan keluar melalui pelimpah, sehingga terjadi
pergesesan waktu debit maksimum sebesar 1 jam 30 menit di node NC9.
Saran 25

 Perlu dilakukannya perawatan secara rutin dengan cara membersihkan saluran dari
sampah kotoran, sedimen yang dapat mengganggu jalAnnya aliran air.

 Penerapan rainwater harvesting (RWH) dan sumur resapan di perumahan dan perkantoran
yang sudah terbangun merupakan upaya untuk mengurangi limpasan permukaan, mence-
gah terjadinya genangan dan upaya konservasi air, dimana membutuhkan sinergitas
antara masyarakat dan pemerintah terkai.

 Penerapan cross wave storage (CWS) membutuhkan biaya pembangunan, operasi dan
pemeliharaan tinggi sehingga lebih baik diterapkan di area pabrik, gudang, supermarket
(pusat perbelanjaan). Instansi pemerintah mendorong pengusaha agar menerapkan CWS
dengan menyusun atau merevisi (apabila sudah ada) peraturan perihal sistem drainase
dalam upaya konservasi air dan pengendalian banjir atau genangan.

 Penerapan kolam retensi merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mereduksi debit
banjir dan mampu menyerapkan air lebih banyak ke dalam tanah, walaupun masih ada
kendala bagi pemerintah daerah yaitu sulitnya pembebasan lahan yang dibutuhkan di
daerah perkotaan.
TERIMA KASIH
z

Anda mungkin juga menyukai