LAPORAN PENDAHULUAN II - 1
LEGENDA
Ibukota Propinsi
Kotamadya
Kota Kabupaten
Pare-pare Kota Kecamatan
Batas Propinsi
Batas Kabupaten
Sungai
Gunung
Takalar Bantaeng
Bulukumba
Jeneponto
Selayar
LAPORAN PENDAHULUAN II - 2
Gambar ini disalin dari Peta Rupa Bumi Indonesia 1 : 50.000
Lembar 2110 – 41 Tanette dan Lembar 2110 – 13 Bulukumba
LAPORAN PENDAHULUAN II - 3
2.3. Kondisi Fisik Wilayah Studi
2.3.1. Topografi
Topografi di sekitar Sungai Bialo pada bagian hulu sampai batas jalan
provinsi merupakan topografi yang bergelombang dan bergunung-
gunung, serta kemiringannya relatif curam dan berangsur-angsur
datar kearah hilir.
Daerah perbukitan di sepanjang sungai bagian hulu ini umumnya terjal
dengan beberapat tempat di pinggir sungai membentuk daerah datar
yang melebar. Pada bagian hilir dari batas jalan propinsi tersebut dan
berbelok dan berbelok ke arah Barat Daya, kondisi topografinya
berupa dataran sedang sampai datar dan semakin datar sampai
kearah laut flores.
2.3.2. Geologi
❖ Geologi Regional Daerah Studi
Geologi reional daerah studi berdasarkan peta geologi regional
Lembar Ujung Pandang, Bantaeng, Bulukumba dan Sinjai yang
disusun oleh RAB Sukamto dan Sam Supriyatna (1982) dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung.
Maka kondisi geologi regional pada lokasi proyek tersusun sebagai
berikut :
- Endapan Alluvial Sungai (QAc) berupa pasir gravel hingga boulder
batuan beku. Satuan ini menempati sepanjang aliran Sungai Bialo.
- Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv) yang terdiri atas batuan
aglomerat, lava breksi, endapan lahar dan tufa.
Pusat erupsi dari Gunung Lompobattang (Qlv) diperkirakan berjarak
sekitar ± 20 km arah Barat Laut dari lokasi rencana Bendung Bayang-
Bayang. Pada lokasi bendung, penyebaran dari produk Gunung
Lompobattang ini berupa breksi serta lahar dalam bentuk boulder-
gravel (Qlvb).
Berdasarkan posisi stratigrafinya, diperkirakan pembentukan batuan
terjadi pada masa plestosen.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 4
❖ Geomorfologi
Secara umum kondisi geomorfologi hasil interpretasi peta topografi,
daerah aliran sungai bialo dapat dibagi dalam beberapa parameter
geomorfologi sebagai berikut :
- Daerah ini merupakan daerah pegunungan Lompobattang yang
terletak pada elevasi +2.200 m diatas muka air laut dan merupakan
hulu DAS Bialo, dengan kemiringan lereng > 55 %.
- Perbukitan bergelombang
Perbukitan merupakan lereng sebelah Tenggara dari kawasan
Lompobattang dengan kemiringan < 55 % bergelombang sedang/
landai. Daerah seperti ini merupakan sebagian besar DAS Bialo.
- Daerah dataran
Merupakan daerah dataran pantai yang terletak pada bagian hilir
sungai bialo.
Geomorfologi pada rencana lokasi bendung berupa sungai yang diapit
oleh tebing pada sisi kiri dengan kemiringan berkisar (25 – 40)
derajatdan tebing pada sisi kanan sebesar (40 – 80) derajat.
Sungai utama yang ada adalah Sungai Bialo yang berstadium muda.
Hal ini dicirikan oleh kecilnya tingkat sedimentasi, ukuran sedimen
serta material suspensi pada aliran airnya sangat kecil.
2.4. Hidroklimatologi
2.4.1. Debit Sungai
Sta pengamatan muka air sungai/ papan duga air (Staff Gauge)
Bayang-Bayang, Batu Karopa Kab.Bantaeng terletak ± 1 km hulu
lokasi bendung dengan koordinat 5028’ LS dan 12005’ BT, Desa
Gattarang Kecamatan Kindang.
2.4.2. Iklim
Stasiun klimatologi yang digunakan untuk pengambilan data adalah
Stasiun Klimatologi Matajang, No. Sta 11 H. Musim hujan umumnya
mulai bulan Desember sampai dengan Mei sedang musim kemarau
bulan Juni sampai dengan November.
LAPORAN PENDAHULUAN II - 5
Suhu udara rata-rata 280–300c, kecepatan angin rata-rata 1,40–2,20
km/jam. Kelembaban 92–95 % dan penynaran matahari 4,10–6,65
jam/hari.
2.4.3. Debit Banjir Rencana (Design Flood)
Perhitungan debit banjir rencana yang diperoleh berdasarkan hasil
peritungan dari beberapa metode dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.1 Data Debit Banjir Rencana
LAPORAN PENDAHULUAN II - 6
1 20/01/2006 1,260 0,535 11,350 6,070
2 19/05/2006 1,280 0,535 11,550 6,174
3 16/06/2006 1,240 0,501 11,435 5,730
4 13/08/2006 1,250 0,425 5,270 2,239
5 29/12/2006 1,230 0,237 5,740 1,359
LAPORAN PENDAHULUAN II - 7