Tabel 2.1 Jumlah Desa, Kelurahan, Lingkungan dan Dusun pada DAS Bialo
Gantarang 17 3 8 70
Bulukumba Kindang 8 1 3 41
Jumlah 25 4 11 111
Bantaeng Uluere 6 - - 19
Sumber : - Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bantaeng
II - 1
Wilayah DAS Bialo berada pada ketinggian 0 sampai dengan >1000
meter diatas permukaan laut dengan tingkat ketinggian seperti diperlihatkan
pada tabel 2.3 dengan tingkat kemiringan tanah seperti di perlihatkan pada
tabel 2.4. Secara geografis lokasi pekerjaan berada pada 1200 4’ 5’’ BT dan
50 27’ 10” LS.
2.1.1. Luas Wilayah
Tabel 2.2. Luas Wilayah Kecamatan pada DAS Bialo
Presentase terhadap
Kabupaten Kecamatan Luas (km2)
Luas Kabupaten (%)
(1) (2) (3) (4)
Gantarang 173,5 15,03
Bulukumba Kindang 148,8 12,88
Jumlah 322,3 27,91
Bantaeng Uluere 67,29 17
Sumber : - Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
II - 2
2.3. Keadaan Ekonomi
2.2.1. Tanaman Pangan dan Holtikultura
1. Tanaman Pangan
Lahan sawah di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010
seluas 22.369 hektar. Menurut jenis pengairannya, terdiri dari
lahan sawah irigasi setengah teknis 11.209 ha (50,11 %), 3.574 ha
irigasi sederhana (15,98 %), 5.418 lahan sawah irigasi Desa (24,22
%), lahan sawah tadah hujan/ pasang surut 2.168 hektar (9,69 %).
Pola tanam yang ada pada daerah irigasi Bayang-Bayang
umumnya padi pada musim hujan yang terjadi pada bulan April-Juli
dan pada musim kemarau sebagian penduduk menanam palawija.
Mekanisme pertanian sudah diterapkan pada dawrah irigasi
Bayang-Bayang yang ditunjukkan dengan data-data keberadaan
traktor dan penggilingan.
Irigasi Tadah
Hujan/
Kecamatan Setengah Lainnya Jumlah
Teknis Sederhana Pasang
Teknis Surut
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Gantarang - 6.872 1.133 6 - 8.011
2. Hortikultura
Sub sektor hurtikultura mencakup tanaman sayuran, tanaman
buah-buahan, tanaman obat-obatan dan tanaman hias. Tanaman
sayuran dan tanaman buah-buahan yang diproduksi pada tahun
2010, konstribusi perekonomian cukup besar.
II - 3
2.2.2. Perkebunan
Luas tanaman dan produksi perkebunan dapat dilihat pada tabel
2.6. di bawah ini.
2.2.3. Kehutanan
Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu
hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi (hutan suaka
alam dan hutan pelestarian alam).
Luas hutan lindung sebesar 3.171,58 hektar atau 38 persen dari
total luas kawasan hutan keseluruhan. Total luas kawasan suaka alam
dan kawasan pelestarian alam yang tercatat sebesar 3.475 hektar.
Sementara, luas hutan produksi mencapai 1.806,42 hektar yang terdiri
atas hutan produksi terbatas sebesar 875,17 hektar, hutan produksi
tetap sebesar 931,3 hektar dan hutan produksi yang dapat dikonversi
sebesar 0 hektar.
Perkembangan produksi kehutanan selama periode 2006 sampai
2010 terlihat cukup berfluktuasi. Pada tahun 2010 produksi kayu bulat
8.452,2 m3, turun 44 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun
2009 (12.173,9 m3). Sedangkan produksi kayu gergajian sedikit
menurun (12 persen), yaitu dari 4.131,2 m3 di tahun 2009 menjadi
4.648 m3 di tahun 2010. Sementara produksi kayu lapis pada tahun
2010 banyak menurun sebesar 47 persen.
II - 4
Tabel 2.7. Luas Kawasan Hutan pada DAS Bialo
Suaka Hutan Poduksi Jumla
Hutan Alam dan
Kecamatan Dapat h Luas
Lindung Pelestarian
Terbatas Tetap Hutan
Alam Dikonversi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2.2.4. Peternakan
Populasi ternak terdiri dari sapi, kerbau, kuda dan kambing. Pada
tahun 2010 jumlah populasi tersebut berturut-turut adalah 81.232 ekor,
5.469 ekor, 25.411 ekor dan 30.543 ekor (Sumber Data : Dinas
Peternakan Kabupaten Bulukumba).
Populasi unggas yang terdiri dari ayam kampung, ayam petelur,
ayam pedaging, dan itik/ itik manila pada tahun 2010 secara berturut-
turut adalah 636.637 ekor, 89.000 ekor, 175.000 ekor dan 33.835 ekor
(Sumber Data : Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba).
2.2.5. Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2010 tercatat 30.690 ton, yang
terdiri atas 30.690 ton produksi perikanan tangkap. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, produksi perikanan naik sekitar 1,24
persen. Pada tahun 2010 jumlah rumah tangga perikanan tangkap
tercatat sebesar 5.994 rumah tangga, turun 5,08 persen.
II - 5
Seluruh sektor ekonomi PDRB pada 2009 mencatat pertumbuhan yang
positif. Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi dari yang
tertinggi ke yang terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh
sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 23,25 persen dan
terendah masih dari sektor pertanian dengan pertumbuhan 2,55 persen.
Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bulukumba, 2005-2009
Pertambangan &
7.123,34 8.607,76 10.966,64 13.269,05 16.509,75
Penggalian
Angkutan &
41.740,22 48.325,30 58.466,24 69.081,06 82.106,17
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan & Jasa 80.286,12 95.473,48 117.959,33 136.420,71 178.810,01
Perusahaan
Jasa-Jasa 334.543,56 389.240,22 546.484,34 813.645,12 941.831,68
2.5. Perairan
Kabupaten Bulukumba memiliki beberapa sungai yang sebagian airnya
telah dimanfaatkn untuk mengairi sebagian lahan sawah, antara lain sungai
Bialo. Luas Lahan Sawah yang telah mendapat air irigasi semi teknis dari
sungai Bialo ± 6000 ha. Wilayah bagian Selatan memiliki perairan laut (Flores
Sea) dengan panjang pantai berkisar 150 km.
II - 6
2.6. Pencapaian ke Lokasi
Lokasi Bendung Bayang-Bayang yang terletak di Dusun Batuara, Desa
Gattareng, Kecamatan Gantarang, dapat dicapai dari kota Bulukumba arah
ke Utara melalui jalan-jalan Desa Borong Jatie, Desa Makanninong, Desa
Galungberu dan sampai di kampung Batuara dengan jarak sejauh ± 15 km
seperti di perlihatkan pada peta/ gambar 2.1. berikut ini. Kondisi jalan desa
beraspal dan cukup baik. Secara geografis lokasi pekerjaan berada pada
posisi 1200 4’ 5” BT dan 50 27’10” LS.
II - 7
Kab. Bulukumba
II - 8
2.7. Topografi
Secara Topografi Kabupaten Bulukumba mempunyai wilayah yang
bervariasi, terdiri dari wilayah pantai, daratan rendah, daerah peralihan dari
daratan rendah ke perbukitan dan daerah pegunungan.
Topografi lokasi pekerjaan merupakan daerah pegunungan dengan
ketinggian ± 330 m diatas muka air laut.
Peta dasar yang dapat digunakan untuk melihat dan menentukan
kondisi topografi dari pekerjaan ini adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang
diterbitkan oleh BAKOSURTANAL dengan skala 1 : 50.000 yaitu :
− Peta Lembar 2110 - 13 : Bulukumba
− Peta Lembar 2110 - 41 : Tanete
II - 9
2.7.2. Geomorfologi
Secara umum kondisi geomorfologi hasil interpretasi peta
topografi, daerah aliran sungai bialo dapat dibagi dalam beberapa
parameter geomorfologi sebagai berikut :
- Daerah ini merupakan daerah pegunungan Lompobattang yang
terletak pada elevasi +2.200 m diatas muka air laut dan merupakan
hulu DAS Bialo, dengan kemiringan lereng > 55 %.
- Perbukitan bergelombang
Perbukitan merupakan lereng sebelah Tenggara dari kawasan
Lompobattang dengan kemiringan < 55 % bergelombang sedang/
landai. Daerah seperti ini merupakan sebagian besar DAS Bialo.
- Daerah dataran
Merupakan daerah dataran pantai yang terletak pada bagian hilir
sungai bialo.
Geomorfologi pada rencana lokasi bendung berupa sungai yang
diapit oleh tebing pada sisi kiri dengan kemiringan berkisar (25 – 40)
derajatdan tebing pada sisi kanan sebesar (40 – 80) derajat.
Sungai utama yang ada adalah Sungai Bialo yang berstadium
muda. Hal ini dicirikan oleh kecilnya tingkat sedimentasi, ukuran
sedimen serta material suspensi pada aliran airnya sangat kecil.
2.9. Transportasi
Jalan-jalan desa di lokasi pekerjaan berupa jalan yang beraspal dan
kondisi bagus merupakan prasarana tranportasi yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian dari desa lokasi pekerjaan ke
kecamatan sampai ibukota Bulukumba dan sebaliknya.
Dengan makin meningkatnya usaha perawatan jalan. maka mobilitas
penduduk lebih mudah dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah
ke daerah lain sekaligus dapat membantu peningkatan usaha dan ekonomi
penduduk di lokasi pekerjaan.
II - 10
2.10. Tata Guna Lahan
Kondi tata guna lahan di lokasi pekerjaan, didominasi oleh :
− Sawah beririgasi semi teknis
− Sawah tadah hujan
− Lahan hutan/ pegunungan
− Perkebunan
− Pedesaan
II - 11
Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang Ditjen PSDA pada tahun
anggaran 2012 akan melakukan perencanaan detail bendung yang akan
mengairi areal sebelah kanan Sungai Bialo.
Mayoritas mata pencaharian penduduk dilokasi keigiatan sebagai petani
sawah. Debit Sungai Bialo yang disadap melalui bangunan pengambilan
bebas tidak optimal sehingga sawah petani di lokasi tersebut sebagian tidak
mendapat air irigasi utamanya bagian hilir.
2. Sta. Curah Hujan Paenre’ Lompoa No. Sta 580 P 5032’ LS / 120012’ BT
2.13. Iklim
Stasiun klimatologi yang digunakan untuk pengambilan data adalah
Stasiun Klimatologi Matajang, No. Sta 11 H. Musim hujan umumnya mulai
bulan Desember sampai dengan Mei sedang musim kemarau bulan Juni
sampai dengan November.
Suhu udara rata-rata 280–300c, kecepatan angin rata-rata 1,40–2,20
km/jam. Kelembaban 92–95 % dan penynaran matahari 4,10–6,65 jam/hari.
II - 12
2.14. Debit Sungai Bayang-Bayang
Sta pengamatan muka air sungai/ papan duga air (Staff Gauge)
Bayang-Bayang, Batu Karopa Kab.Bantaeng terletak ± 1 km hulu lokasi
bendung dengan koordinat 5028’ LS dan 12005’ BT.
Desa : Gattrang
Kecamatan : Kindang
Debit sungai hasil Pengamatan yang dilakukan secara manual sebagai
berikut :
Tabel 2.10 Data Hasil Pengamatan Debit Sungai dari tahun 2000-2010
II - 13
Sumber data : Seksi Hidrologi Dinas PSDA
Propinsi Sulawesi Selatan
II - 14
Gambar 2.2 Daerah Aliran Sungai
II - 15
Elevasi Permukaaan Sungai Bialo/
Gambar 2.3 Situasi Alur Aliran Sungai dan Grafik Ketinggian Dasar Sungai Bialo
II - 16
2. Permasalahan
Bendung Bayang-Bayang lama dari bangunan bronjong rusak
akibat banjir bencana alam tanggal 20 Juni 2006. Dilakukan penyadapan
air dengan membangun bangunan pengambilan bebas (free intake) yang
terletak dilokasi bendung lama yang rusak tersebut, namun hasil
penyadapan debit tidak dapat optimal dan terukur.
Begitupula beberapa bangunan pengambilan bebas sederhana
yang terletak di hilir juga tidak optimal dan tidak terukur serta
pengoperasian bangunan pengambilan-bebas tersebut sewaktu-waktu
mengalami kerusakan akibat banjir sungai bialo.
II - 17
Free Intake
II - 18
Gambar 2.5 Kondisi di lokasi bendung lama (rusak)
Gambar 2.6 Kantong Pasir Gambar 2.7 Pintu Penguras dan Pengambilan ke Saluran Induk
II - 19
3. Pemecahan Masalah
− Untuk dapat memenuhi besarnya penyadapan debit yang diperlukan dari
bendung secara optimal, maka perlu direncanakan bangunan pengambilan
permanen berupa Bendung Bayang-Bayang dengan bangunan
pelengkapnya.
Dengan demikian penyadapan debit secara optimal dan terukur sesuai debit
yang tersedia dapat dilakukan melalui pengaturan pintu pengambilan di
intake bending tersebut.
− Perlu dipikirkan apakah areal sawah yang dilayani dari beberapa bangunan
pengambilan bebas dibagian hilir Bendung Bayang-Bayang dapat dilayani
dari Bendung Bayang-Bayang tersebut sebagai satu sistim irigasi terpadu.
II - 20