Anda di halaman 1dari 20

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI


WILAYAH PEKERJAAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Topografi


Topografi di sekitar Sungai Bialo pada bagian hulu sampai batas jalan
provinsi merupakan topografi yang bergelombang dan bergunung-gunung,
serta kemiringannya relatif curam dan berangsur-angsur datar kearah hilir.
Daerah perbukitan di sepanjang sungai bagian hulu ini umumnya terjal
dengan beberapat tempat di pinggir sungai membentuk daerah datar yang
melebar. Pada bagian hilir dari batas jalan propinsi tersebut dan berbelok dan
berbelok ke arah Barat Daya, kondisi topografinya berupa dataran sedang
sampai datar dan semakin datar sampai kearah laut flores.

2.2. Keadaan Geografis


Bagian hulu DAS Bialo terletak di Kecamatan Uluere Kab.Bantaeng,
Kecamatan Kindang Kab. Bulukumba dan bagian hilirnya terletak di
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Jumlah desa, kelurahan,
lingkungan dan dusun dalam masing-masing kecamatan tersebut
diperlihatkan pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Jumlah Desa, Kelurahan, Lingkungan dan Dusun pada DAS Bialo

Kabupaten Kecamatan Desa Kelurahan Lingkungan Dusun

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Gantarang 17 3 8 70
Bulukumba Kindang 8 1 3 41
Jumlah 25 4 11 111
Bantaeng Uluere 6 - - 19
Sumber : - Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bantaeng

II - 1
Wilayah DAS Bialo berada pada ketinggian 0 sampai dengan >1000
meter diatas permukaan laut dengan tingkat ketinggian seperti diperlihatkan
pada tabel 2.3 dengan tingkat kemiringan tanah seperti di perlihatkan pada
tabel 2.4. Secara geografis lokasi pekerjaan berada pada 1200 4’ 5’’ BT dan
50 27’ 10” LS.
2.1.1. Luas Wilayah
Tabel 2.2. Luas Wilayah Kecamatan pada DAS Bialo
Presentase terhadap
Kabupaten Kecamatan Luas (km2)
Luas Kabupaten (%)
(1) (2) (3) (4)
Gantarang 173,5 15,03
Bulukumba Kindang 148,8 12,88
Jumlah 322,3 27,91
Bantaeng Uluere 67,29 17
Sumber : - Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba

2.1.2. Ketinggian di Atas Permukaan Laut (DPL)


Tabel 2.3. Persentase Ketinggian Tanah di Atas Permukaaan Laut
(DPL) pada DAS Bialo
Ketinggian (m) Jumlah
Kabupaten Kecamatan 25 - 100 -
0 - 25 500 - 1000 >1000 (%)
100 500
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Gantarang 39 38 23 - - 100
Bulukumba
Kindang - - 40 26 34 100
Bantaeng Uluere - - -
500 -1000 - -
Sumber : - Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba

2.1.3. Kemiringan Permukaan


Tabel 2.4. Persentase Kemiringan Tanah pada DAS Bialo
Kemiringan
Kabupaten Kecamatan Jumlah
(0 – 2)0 (2 - 4) 0 (15 - 40) 0 >40 0
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Gantarang 60 38 1 0 100
Bulukumba
Kindang 0 25 38 37 100
Tidak ada data
dari BPS (Badan
Bantaeng Uluere - - - - Pertahanan
Nasioanal Kab.
Bantaeng)
Sumber : - Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bulukumba

II - 2
2.3. Keadaan Ekonomi
2.2.1. Tanaman Pangan dan Holtikultura
1. Tanaman Pangan
Lahan sawah di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010
seluas 22.369 hektar. Menurut jenis pengairannya, terdiri dari
lahan sawah irigasi setengah teknis 11.209 ha (50,11 %), 3.574 ha
irigasi sederhana (15,98 %), 5.418 lahan sawah irigasi Desa (24,22
%), lahan sawah tadah hujan/ pasang surut 2.168 hektar (9,69 %).
Pola tanam yang ada pada daerah irigasi Bayang-Bayang
umumnya padi pada musim hujan yang terjadi pada bulan April-Juli
dan pada musim kemarau sebagian penduduk menanam palawija.
Mekanisme pertanian sudah diterapkan pada dawrah irigasi
Bayang-Bayang yang ditunjukkan dengan data-data keberadaan
traktor dan penggilingan.

Tabel 2.5. Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Kecamatan Pada


DAS Bialo (ha), 2010

Irigasi Tadah
Hujan/
Kecamatan Setengah Lainnya Jumlah
Teknis Sederhana Pasang
Teknis Surut
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Gantarang - 6.872 1.133 6 - 8.011

Kindang - - - 183 - 183

Jumlah - 6.872 1.133 189 - 8.194


Sumber : SP-Lahan 2010 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan
Hortikultura) Kabupaten Bulukumba

2. Hortikultura
Sub sektor hurtikultura mencakup tanaman sayuran, tanaman
buah-buahan, tanaman obat-obatan dan tanaman hias. Tanaman
sayuran dan tanaman buah-buahan yang diproduksi pada tahun
2010, konstribusi perekonomian cukup besar.

II - 3
2.2.2. Perkebunan
Luas tanaman dan produksi perkebunan dapat dilihat pada tabel
2.6. di bawah ini.

Tabel 2.6. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Kecamatan yang


Masuk dalam DAS Bialo

Kecamatan Karet Kelapa Cengkeh Kopi Lada Kakao Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Gantarang - 383,0 976,0 1.505,0 335,0 1.199,0 443,0
Kindang - 64,0 1.582,0 2.196,0 202,0 1.081,0 245,0

Jumlah - 447,0 2.558,0 3.701,0 537,0 2.280,0 688,0


Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba

2.2.3. Kehutanan
Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu
hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi (hutan suaka
alam dan hutan pelestarian alam).
Luas hutan lindung sebesar 3.171,58 hektar atau 38 persen dari
total luas kawasan hutan keseluruhan. Total luas kawasan suaka alam
dan kawasan pelestarian alam yang tercatat sebesar 3.475 hektar.
Sementara, luas hutan produksi mencapai 1.806,42 hektar yang terdiri
atas hutan produksi terbatas sebesar 875,17 hektar, hutan produksi
tetap sebesar 931,3 hektar dan hutan produksi yang dapat dikonversi
sebesar 0 hektar.
Perkembangan produksi kehutanan selama periode 2006 sampai
2010 terlihat cukup berfluktuasi. Pada tahun 2010 produksi kayu bulat
8.452,2 m3, turun 44 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun
2009 (12.173,9 m3). Sedangkan produksi kayu gergajian sedikit
menurun (12 persen), yaitu dari 4.131,2 m3 di tahun 2009 menjadi
4.648 m3 di tahun 2010. Sementara produksi kayu lapis pada tahun
2010 banyak menurun sebesar 47 persen.

II - 4
Tabel 2.7. Luas Kawasan Hutan pada DAS Bialo
Suaka Hutan Poduksi Jumla
Hutan Alam dan
Kecamatan Dapat h Luas
Lindung Pelestarian
Terbatas Tetap Hutan
Alam Dikonversi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Gantarang - - - 256,25 - 256,25

Kindang 2.522,7 - 544,0 - - 3.066,7

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba

2.2.4. Peternakan
Populasi ternak terdiri dari sapi, kerbau, kuda dan kambing. Pada
tahun 2010 jumlah populasi tersebut berturut-turut adalah 81.232 ekor,
5.469 ekor, 25.411 ekor dan 30.543 ekor (Sumber Data : Dinas
Peternakan Kabupaten Bulukumba).
Populasi unggas yang terdiri dari ayam kampung, ayam petelur,
ayam pedaging, dan itik/ itik manila pada tahun 2010 secara berturut-
turut adalah 636.637 ekor, 89.000 ekor, 175.000 ekor dan 33.835 ekor
(Sumber Data : Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba).

2.2.5. Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2010 tercatat 30.690 ton, yang
terdiri atas 30.690 ton produksi perikanan tangkap. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, produksi perikanan naik sekitar 1,24
persen. Pada tahun 2010 jumlah rumah tangga perikanan tangkap
tercatat sebesar 5.994 rumah tangga, turun 5,08 persen.

2.4. Pendapatan Regional


Laju pertumbuhan ekonomi Bulukumba pada tahun 2010 sedikit
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009. Berdasarkan perhitungan
PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi
Bulukumba 2010 adalah sebesar 6,27 persen. Nilai PDRB atas dasar harga
konstan 2000 pada tahun 2009 adalah 1.639.311,54 rupiah, pada tahun 2010
sampai mencapai 1 742 032.85

II - 5
Seluruh sektor ekonomi PDRB pada 2009 mencatat pertumbuhan yang
positif. Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi dari yang
tertinggi ke yang terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh
sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 23,25 persen dan
terendah masih dari sektor pertanian dengan pertumbuhan 2,55 persen.

Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bulukumba, 2005-2009

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Pertanian 1.101.787,06 1.173.974,66 1.382.858,67 1.523.093,14 1.704.137,35

Pertambangan &
7.123,34 8.607,76 10.966,64 13.269,05 16.509,75
Penggalian

Industri Pengolahan 130.159,00 157.594,43 178.809,42 196.673,84 222.572,56

Listrik, Gas & Air


8.293,00 9.682,07 11.299,31 13.263,08 16.173,80
Bersih

Bangunan 50.450,00 61.551,90 80.462,56 91.301,20 103.608,75

Perdagangan, Hotel &


221.866,92 256.896,57 323.790,29 398.462,96 497.298,19
Restoran

Angkutan &
41.740,22 48.325,30 58.466,24 69.081,06 82.106,17
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan & Jasa 80.286,12 95.473,48 117.959,33 136.420,71 178.810,01
Perusahaan
Jasa-Jasa 334.543,56 389.240,22 546.484,34 813.645,12 941.831,68

Jumlah 1.976.249,22 2.201.346,39 2.711.096,80 3.255.210,16 3.763.048,26

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

2.5. Perairan
Kabupaten Bulukumba memiliki beberapa sungai yang sebagian airnya
telah dimanfaatkn untuk mengairi sebagian lahan sawah, antara lain sungai
Bialo. Luas Lahan Sawah yang telah mendapat air irigasi semi teknis dari
sungai Bialo ± 6000 ha. Wilayah bagian Selatan memiliki perairan laut (Flores
Sea) dengan panjang pantai berkisar 150 km.

II - 6
2.6. Pencapaian ke Lokasi
Lokasi Bendung Bayang-Bayang yang terletak di Dusun Batuara, Desa
Gattareng, Kecamatan Gantarang, dapat dicapai dari kota Bulukumba arah
ke Utara melalui jalan-jalan Desa Borong Jatie, Desa Makanninong, Desa
Galungberu dan sampai di kampung Batuara dengan jarak sejauh ± 15 km
seperti di perlihatkan pada peta/ gambar 2.1. berikut ini. Kondisi jalan desa
beraspal dan cukup baik. Secara geografis lokasi pekerjaan berada pada
posisi 1200 4’ 5” BT dan 50 27’10” LS.

II - 7
Kab. Bulukumba

Gambar ini disalin dari Peta Rupa Bumi Indonesia 1 : 50.000


Lembar 2110 – 41 Tanette dan Lembar 2110 – 13 Bulukumba

Gambar 2.1 Pencapaian ke Lokasi Bendung Bayang-Bayang

II - 8
2.7. Topografi
Secara Topografi Kabupaten Bulukumba mempunyai wilayah yang
bervariasi, terdiri dari wilayah pantai, daratan rendah, daerah peralihan dari
daratan rendah ke perbukitan dan daerah pegunungan.
Topografi lokasi pekerjaan merupakan daerah pegunungan dengan
ketinggian ± 330 m diatas muka air laut.
Peta dasar yang dapat digunakan untuk melihat dan menentukan
kondisi topografi dari pekerjaan ini adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang
diterbitkan oleh BAKOSURTANAL dengan skala 1 : 50.000 yaitu :
− Peta Lembar 2110 - 13 : Bulukumba
− Peta Lembar 2110 - 41 : Tanete

2.8. Tinjauan Geologi


2.7.1. Geologi Regional Daerah Studi
Geologi reional daerah studi berdasarkan peta geologi regional
Lembar Ujung Pandang, Bantaeng, Bulukumba dan Sinjai yang
disusun oleh RAB Sukamto dan Sam Supriyatna (1982) dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung.
Maka kondisi geologi regional pada lokasi proyek tersusun
sebagai berikut :
- Endapan Alluvial Sungai (QAc) berupa pasir gravel hingga boulder
batuan beku. Satuan ini menempati sepanjang aliran Sungai Bialo.
- Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv) yang terdiri atas batuan
aglomerat, lava breksi, endapan lahar dan tufa.
Pusat erupsi dari Gunung Lompobattang (Qlv) diperkirakan
berjarak sekitar ± 20 km arah Barat Laut dari lokasi rencana Bendung
Bayang-Bayang. Pada lokasi bendung, penyebaran dari produk
Gunung Lompobattang ini berupa breksi serta lahar dalam bentuk
boulder-gravel (Qlvb).
Berdasarkan posisi stratigrafinya, diperkirakan pembentukan
batuan terjadi pada masa plestosen.

II - 9
2.7.2. Geomorfologi
Secara umum kondisi geomorfologi hasil interpretasi peta
topografi, daerah aliran sungai bialo dapat dibagi dalam beberapa
parameter geomorfologi sebagai berikut :
- Daerah ini merupakan daerah pegunungan Lompobattang yang
terletak pada elevasi +2.200 m diatas muka air laut dan merupakan
hulu DAS Bialo, dengan kemiringan lereng > 55 %.
- Perbukitan bergelombang
Perbukitan merupakan lereng sebelah Tenggara dari kawasan
Lompobattang dengan kemiringan < 55 % bergelombang sedang/
landai. Daerah seperti ini merupakan sebagian besar DAS Bialo.
- Daerah dataran
Merupakan daerah dataran pantai yang terletak pada bagian hilir
sungai bialo.
Geomorfologi pada rencana lokasi bendung berupa sungai yang
diapit oleh tebing pada sisi kiri dengan kemiringan berkisar (25 – 40)
derajatdan tebing pada sisi kanan sebesar (40 – 80) derajat.
Sungai utama yang ada adalah Sungai Bialo yang berstadium
muda. Hal ini dicirikan oleh kecilnya tingkat sedimentasi, ukuran
sedimen serta material suspensi pada aliran airnya sangat kecil.

2.9. Transportasi
Jalan-jalan desa di lokasi pekerjaan berupa jalan yang beraspal dan
kondisi bagus merupakan prasarana tranportasi yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian dari desa lokasi pekerjaan ke
kecamatan sampai ibukota Bulukumba dan sebaliknya.
Dengan makin meningkatnya usaha perawatan jalan. maka mobilitas
penduduk lebih mudah dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah
ke daerah lain sekaligus dapat membantu peningkatan usaha dan ekonomi
penduduk di lokasi pekerjaan.

II - 10
2.10. Tata Guna Lahan
Kondi tata guna lahan di lokasi pekerjaan, didominasi oleh :
− Sawah beririgasi semi teknis
− Sawah tadah hujan
− Lahan hutan/ pegunungan
− Perkebunan
− Pedesaan

2.11. Kondisi Daerah Irigasi Bayang-Bayang


Daerah Irigasi Bayang-Bayang yang dilayani dari Bendung Bayang-
Bayang terletak di Kampung Batuara Desa Bayang-Bayang, Desa Bokong,
Desa Bontomatene, Desa Pagentungan, Kecamatan Kindang dan Desa
Tanakongkong, Desa Makaninong, Kecamatan Gantarang, Kabupaten
Bulukumba.
Sungai Bialo adalah salah satu sungai di Kabupaten Bulukumba yang
bermura pada Laut Flores yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kindang
dan Kecamatan Gantarang Kabupten Bulukumba Propinsi Sulawaesi
Selatan.
Sepanjang sungai tersebut terdapat beberapa pengambilan bebas (free
intake) yang mengairi beberapa areal irigasi semi teknis maupun sederhana
baik di sebelah kiri dan kana Sungai Bialo.
Sistimjaringan irigasi yang ada pada saat ini pada D.I. Bayang-Bayang
terdiri atas beberapa areal dengan pengambilan bebas (free intake) yaitu
Bayang-Bayang, Bokong dan Bontoraja dan pada bagian hilir dari D.I.
Bayang-Bayang juga terdapat daerah irigasi dengan pengambilan bebas
yaitu D.I. Pagentungan dan Tana Kongkong.
Dengan adanya pengambilan bebas tersebut maka pemamfaatan air
Sungai Bialo belum dapat dimanfaatkan secara optimal, demikian pula
dengan sistim jaringan irigasi yang ada yang masih berupa irigasi sederhana
dan jaringan irigasi semi teknissehingga belum dapat berfungsi secara
efisien.
Agar potensi air dapat dimanfaatkan secara optimal dengan sistim
jaringan irigasi teknis yang dapat berfungsi dengan baik, maka pihak Balai

II - 11
Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang Ditjen PSDA pada tahun
anggaran 2012 akan melakukan perencanaan detail bendung yang akan
mengairi areal sebelah kanan Sungai Bialo.
Mayoritas mata pencaharian penduduk dilokasi keigiatan sebagai petani
sawah. Debit Sungai Bialo yang disadap melalui bangunan pengambilan
bebas tidak optimal sehingga sawah petani di lokasi tersebut sebagian tidak
mendapat air irigasi utamanya bagian hilir.

2.12. Data Curah Hujan


Data curah hujan yang akan digunakan pada analisis hidrologi
pekerjaan ini adalah data curah hujan dari station terdekat ke lokasi
pekerjaan, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.9 :

Tabel 2.9 Sta Curah Hujan

No. Nama No Posisi

1. Sta. Curah Hujan Bettu No. Sta 570 P 5012’ LS / 12003’ BT

2. Sta. Curah Hujan Paenre’ Lompoa No. Sta 580 P 5032’ LS / 120012’ BT

3. Sta Curah Hujan Bontonyeleng No. Sta 61 5027’ LS / 12009’ BT

Dengan seri data yang dibutuhkan masing-masing 10 (sepuluh) tahun


terakhir. Curah hujan rata-rata tahunan pada daerah studi berkisar 1500 mm.

2.13. Iklim
Stasiun klimatologi yang digunakan untuk pengambilan data adalah
Stasiun Klimatologi Matajang, No. Sta 11 H. Musim hujan umumnya mulai
bulan Desember sampai dengan Mei sedang musim kemarau bulan Juni
sampai dengan November.
Suhu udara rata-rata 280–300c, kecepatan angin rata-rata 1,40–2,20
km/jam. Kelembaban 92–95 % dan penynaran matahari 4,10–6,65 jam/hari.

II - 12
2.14. Debit Sungai Bayang-Bayang
Sta pengamatan muka air sungai/ papan duga air (Staff Gauge)
Bayang-Bayang, Batu Karopa Kab.Bantaeng terletak ± 1 km hulu lokasi
bendung dengan koordinat 5028’ LS dan 12005’ BT.
Desa : Gattrang
Kecamatan : Kindang
Debit sungai hasil Pengamatan yang dilakukan secara manual sebagai
berikut :
Tabel 2.10 Data Hasil Pengamatan Debit Sungai dari tahun 2000-2010

II - 13
Sumber data : Seksi Hidrologi Dinas PSDA
Propinsi Sulawesi Selatan

2.15. Permasalahan di Lokasi Pekerjaan


1. Kondisi Daerah Aliran Sungai
Arah aliran Sungai Bialo mengalir dari arah Utara ke arah
Tenggara memotong jalan provinsi Makassar-Bulukumba dan bermuara
ke Laut Flores. Jarak dari puncak gunung sampai lokasi bendung
mencapai 52 km.
− Panjang Sungai Bialo = 45,33 km
− Panjang Sungai Bialo dari hulu sampai dengan
Bendung Bayang-Bayang = 22,46 km
− Kemiringan Sungai rata-rata = 0,111
− Beda tinggi dasar Sungai Bialo dihulu dan
hilir (muara) = 2.250 m
− Beda tinggi dasar Sungai Bialo dihulu dan
di Bendung Bayang-Bayang = 445 m
− Luas Daerah Aliran Sungai Bialo = 101,53 km2
− Luas Daerah Aliran Sungai Bialo sampai dengan
Bendung Bayang-Bayang = 50,84 km2
Elevasi tertinggi pada hulu sungai merupakan puncak Gunung
Lompobattang yaitu pada ketinggian antara 2000 – 2200 meter di atas
permukaan laut. Kemiringan rata-rata dasar sungai sampai sekitar lokasi
bendung cukup terjal yaitu antara 0,01-0,08 dan berangsur-angsur landai
sampai dengan di muara sungai.

Kondisi daerah aliran sungai Bialo pada lokasi bendung berupa


pegunungan dengan vegetasi hutan, sedangkan pada bagian hilir lokasi
bendung sebagian besar berupa areal perbukitan, desa, perkebunan /
ladang dan persawahan.

II - 14
Gambar 2.2 Daerah Aliran Sungai

II - 15
Elevasi Permukaaan Sungai Bialo/

Grafik Ketinggian Permukaan Sungai Bialo

Gambar 2.3 Situasi Alur Aliran Sungai dan Grafik Ketinggian Dasar Sungai Bialo

II - 16
2. Permasalahan
Bendung Bayang-Bayang lama dari bangunan bronjong rusak
akibat banjir bencana alam tanggal 20 Juni 2006. Dilakukan penyadapan
air dengan membangun bangunan pengambilan bebas (free intake) yang
terletak dilokasi bendung lama yang rusak tersebut, namun hasil
penyadapan debit tidak dapat optimal dan terukur.
Begitupula beberapa bangunan pengambilan bebas sederhana
yang terletak di hilir juga tidak optimal dan tidak terukur serta
pengoperasian bangunan pengambilan-bebas tersebut sewaktu-waktu
mengalami kerusakan akibat banjir sungai bialo.

Kondisi sungai dilokasi bendung lama yang rusak serta bangunan


pengambilan bebas diperlihatkan pada gambar 2.5, gambar 2.6 dan
gambar 2.7.

II - 17
Free Intake

Gambar 2.4. Peta Topografi Lokasi Bendung Bayang-Bayang

II - 18
Gambar 2.5 Kondisi di lokasi bendung lama (rusak)

Gambar 2.6 Kantong Pasir Gambar 2.7 Pintu Penguras dan Pengambilan ke Saluran Induk

II - 19
3. Pemecahan Masalah
− Untuk dapat memenuhi besarnya penyadapan debit yang diperlukan dari
bendung secara optimal, maka perlu direncanakan bangunan pengambilan
permanen berupa Bendung Bayang-Bayang dengan bangunan
pelengkapnya.
Dengan demikian penyadapan debit secara optimal dan terukur sesuai debit
yang tersedia dapat dilakukan melalui pengaturan pintu pengambilan di
intake bending tersebut.
− Perlu dipikirkan apakah areal sawah yang dilayani dari beberapa bangunan
pengambilan bebas dibagian hilir Bendung Bayang-Bayang dapat dilayani
dari Bendung Bayang-Bayang tersebut sebagai satu sistim irigasi terpadu.

II - 20

Anda mungkin juga menyukai