Anda di halaman 1dari 30

SOSIALISASI PETA GAMBUT BBSDLP 2019

Oleh: Sofyan Ritung


Disampaikan pada webinar:
PERUBAHAN LUASAN LAHAN GAMBUT DARI HASIL PEMUTAKHIRAN PEMETAAN LAHAN GAMBUT
Bogor, 02 Desember 2020

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN - 2020
PENDAHULUAN
Lahan gambut merupakan bagian dari ekosistem rawa memiliki
multifungsi antara lain fungsi ekonomi, pengatur hidrologi,
lingkungan, budaya dan keragaman hayati.

Pengenalan dan Pemetaan lahan gambut di Indonesia:


➢ Dikemukakan oleh Koorders yang mengiringi ekspedisi Ijzerman
melintasi Sumatera tahun 1865 (Koorders dan Potonie, 1905).
Hampir 1/5 Sumatera
➢ Pada awal tahun 1965, melalui Proyek Pembukaan Persawahan
Pasang Surut (P4S) di Pulau Sumatera dan Kalimantan, lahan
gambut di Indonesia tercatat 17 juta hektare.

;;
PENDAHULUAN
Pengenalan dan Pemetaan lahan gambut di Indonesia:
➢ Pada tahun 2011, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian memetakan lahan gambut di Indonesia
(Sumatera, Kalimantan dan Papua) skala 1:250.000. Luas lahan gambut sekitar 14,9 juta ha :
Sumatera (6,4juta ha, Kalimantan 4,8 juta ha dan Papua (3,7 juta ha).
➢ Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 oleh BBSDLP:
▪ Tahun 2012-2019 mendukung PIPPIB dan pemilik konsesi.
▪ Tahun 2013 berbasis kabupaten/kota kerjasama Indonesian Climate Change Trust Fund
(ICCTF) di Pelalawan-Riau, Tanjab-Jambi, Pesisir Selatan-Sumbar, Kuburaya-Kalbar,
Pulangpisau-Kalteng, Teluk Bintuni- Papua Barat dan Mimika-Papua.
▪ Tahun 2014-2019 melanjutkan dan mendukung One Map Policy.

;;
PENGERTIAN

Lahan Gambut adalah lahan dengan tanah gambut, yang terbentuk dari
endapan bahan organik berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang sebagian belum
melapuk dengan ketebalan 50 cm atau lebih secara kumulatif di dalam 80 cm
dari permukaan tanah, dan mengandung karbon organik sekurang-kurangnya
12% berdasarkan berat kering.
Adalah merupakan peraturan umum It is a general rule that a soil is classified as
bahwa suatu tanah diklasifikasi sebagai an organic soil (Histosol) if more than half
suatu tanah oganik (Histosol) apabila of the upper 80 cm (32 in) of the soil is
lebih dari setengah bagian atas tanah
organic or if organic soil material of any
setebal 80 cm (32 inci) adalah organik,
thickness res ts on rock or on fragmental
atau apabila bahan tanah organik dengan
sebarang ketebalan terletak di atas material having interstices filled with
batuan atau bahan fragmental yang organic materials.
celah-celahnya terisi dengan bahan
organik.
;;
PENAMPANG TANAH MINERAL PENAMPANG TANAH GAMBUT
KEDALAMAN TEBAL PENAMPANG BAHAN TANAH KEDALAMAN TEBAL PENAMPANG BAHAN TANAH
(cm) (cm) TANAH (MINERAL/GAMBUT) (cm) (cm) TANAH (MINERAL/GAMBUT)
0-15 15 Mineral {Liat, debu, pasir) 0-15 15 Mineral {Liat, debu, pasir)
15-50 35 Gambut 15-70 55 Gambut

(Saprik/Hemik/Fibrik) (Saprik/Hemik/Fibrik)

50-80 30 Mineral {Liat, debu, pasir)


70-80 10 Mineral {Liat, debu, pasir)
➔ Substratum
>80 Gambut/Mineral >80 Mineral {Liat, debu, pasir)
➔ Substratum

;;
PENGERTIAN
Berdasarkan lingkungan pembentukannya:
a) Gambut ombrogen, yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang
hanya tergantung dari air hujan, tidak terkena pengaruh air pasang,
membentuk suatu kubah (dome) dan umumnya tebal, dikenal sebagai
gambut oligotrofik dan mesotrofik. dan
b) Gambut topogen, yaitu gambut yang terbentuk pada bagian pedalaman
dari dataran pantai/sungai yang dipengaruhi oleh limpasan air
pasang/banjir yang banyak mengandung mineral, sehingga relatif lebih
subur, dan tidak terlalu tebal. Gambut topogen ini dikenal sebagai
gambut eutrofik.

;;
PENGERTIAN

Gambut Ombrogen

Posisi sebaran gambut dalam sekuen kearah sungai

Posisi Kubah Gambut pada suatu fisiografi sebelum dibuka (2a)


dan setelah dibuka (2b)

;;
PENGERTIAN
Gambut Topogen Gambut Topogen

;;
KARAKTERISTIK TANAH GAMBUT
KEMATANGAN GAMBUT: KEDALAMAN/KETEBALAN GAMBUT:
Gambut Fibrik (Mentah): Gambut yang sebagian
besar belum melapuk, bahan asalnya masih dapat
dikenali, berwarna coklat sampai coklat kemerahan,
dan jika diremas kandungan seratnya lebih dari
75%.
Gambut Hemik (Setengah Matang): Gambut
setengah melapuk, sebagian bahan asalnya masih
bisa dikenali, berwarna coklat, dan jika diremas
kandungan seratnya berkisar antara 17% sampai
75%.
Gambut Saprik (Matang):Gambut yang sebagian
besar sudah melapuk, bahan asalnya sudah tidak
dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan jika
diremas kandungan seratnya kurang dari 17%.
;;
SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT
Gambut Ombrogen Gambut Topogen air
Sifat tanah
Oligotrofik Oligo-mesotrofik Mesotrofik Eutrofik
Kadar abu (%) <2 2-7,5 5-10 >10
Bobot isi/BD (g/cm3) 0,1 0,15 0,2 0,3
C/N 50-85 20-80 25-55 15-35
pH-H2O 3,5-4,5 3,5-4,5 3,5-4,8 4,0-6,0
P2O5 (kg/ha per 0,2 m)
- Tereksrak HCl 25% 80 45-300 160-600 360-1200
- Terekstrak asam sitrat 2% 20 15-150 20-200 30-300
K2O (kg/ha per 0,2 m)
- Terekstrak HCl 25% 60 60-240 120-330 130-720
- Terekstrak asam sitrat 2% 40 30-120 60-200 90-300
KTK tanah (cmol(+)/kg) 160-240 140-200 120-180 60-140
Kejenuhan basa (%) 2-11 4-11 7-20 7-30

SIFAT FISIK: SUBSTRATUM - Lapisan tanah


▪ BD = <0,1 – 0,3 g/cm3 mineral dibawah gambut:
▪ Daya dukung (bearing capacity) ▪ Endapan liat, pasir dan debu
sangat rendah ▪ Pirit
▪ Kadar air: <450 - >850% ▪ Pasir kuarsa
;;
Bagan Alir Penyusunan Peta Lahan Gambut Skala 1:50.000
METODE PEMETAAN Citra satelit
resolusi
Peta RBI
(skala Data DEM
Legacy soil data
terbaru (peta tanah/
gambut berbagai Peta Data
menengah - skala) Geologi Iklim
GAMBUT SKALA 1:50.000 tinggi 1 : 50.000)

SNI 7925:2019
Data penutup lahan Peta Bentuk Lahan
(bentuk lahan yang berasosiasi dengan tanah gambut)
Bentuk lahan (Landform):
bentukan alam di permukaan bumi akibat
proses pembentukan secara geologi dan Peta Satuan Lahan

evolusinya, yang sangat erat kaitannya Peta Interpretasi Lahan Gambut


dengan iklim, litologi, stratigrafi dan Skala 1 : 50.000
topografi.
Reinterpretasi
Bentuk lahan berasosiasi dengan Survei lapangan :
• Verifikasi batas satuan lahan
• Pengamatan tanah dan lingkungan
gambut: • Pengambilan per contoh tanah gambut
• Grup Gambut: Kubah gambut dan
Gambut Topogen (air tawar dan payau)
• Gup Aluvial: Rawa belakang, Basin rawa Sesuai
Tidak
Sesuai
• Grup Fluvio-Marin: Dataran fluvio marin
Ya Ya
• Grup Marin: Rawa belakang PS,
Cekungan pesisir
Peta Lahan Gambut Skala
Basisdata Lahan Gambut :
1 : 50.000
• Data titik observasi (morfologi
tanah) dan data analisis percontoh
;; tanah
METODE PEMETAAN GAMBUT SKALA 1:50.000

;;
METODE PEMETAAN GAMBUT SKALA 1:50.000

Landform
Geologi SATUAN LAHAN VERIFIKASI LAPANG
Legacy Data (Landform + ➢ Sampling Area
2. 2.
Iklim Land Cover) ➢ Grid
DEM/SRTM
Citra Satelit

PETA LAHAN GAMBUT


SKALA 1:50.000
(Legenda)
;;
SISTEM PENGAMATAN LAPANGAN
Peta Interpretasi Lahan Gambut selanjutnya digunakan untuk penyusunan rencana
kerja di lapangan, seperti penentuan area percontoh (minimal 15 % dari luas
area survei), penentuan titik pengamatan, dan pengambilan percontoh. Penentuan
area percontoh perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu 1) keterwakilan satuan
lahan dan luasannya, dan 2) kemudahan aksesibilitas.

Area percontoh diberlakukan pada area yang cukup luas, yaitu minimal 10.000 ha
dan kurang dari 25% dari luas area tersebut telah dibuka. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan transek, yaitu 1) transek dibuat tegak
lurus terhadap sungai jika gambut berada diantara dua sungai dan 2) transek
dibuat dari bagian pinggir/tinggi ke arah tengah/rendah jika tanah gambut
berada di daerah cekungan. Ilustrasi penentuan area percontoh, titik pengamatan,
dan pengambilan percontoh disajikan pada Gambar berikut.

;;
Pengamatan tanah
➢ Lahan/area yang belum atau masih sedikit dibuka.➔sepanjang jalur transek pada area percontoh
yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat-sifat tanah gambut. Pengamatan dilakukan setiap
jarak 250 m dan antar transek 1.000 m (1 titik observasi mewakili 25 ha). Untuk wilayah di luar area
percontoh, pengamatan dilakukan 2 titik sampai 3 titik bergantung pada luasan dan/atau perubahan
penutup lahan.
➢ Pada area yang sudah terbuka dan akses lebih mudah untuk operasional lapangan, pengamatan di
dalam transek dilakukan pada jarak setiap 500 m dan jarak antar transek 500 m – 1.000 m (1
observasi mewakili 25 ha – 50 ha).
➢ Pada area percontoh yang belum dibuka, jumlah percontoh tanah yang dianalisis di laboratorium
sekitar 25 % dari jumlah titik pengamatan di dalam area percontoh, sedangkan pada daerah yang
sudah dibuka dengan pengamatan yang lebih intensif, jumlah percontoh tanah yang dianalisis
sekitar 10 % dari jumlah titik pengamatan. Analisis sifat fisika dan kimia pada percontoh dilakukan di
laboratorium terakreditasi. Hasil kegiatan tahap ini adalah peta titik pengamatan lapangan.
Parameter yang diamati dicatat dalam formulir pengamatan:
▪ Tanah Gambut: warna, drainase, ketebalan dan kematangan tanah gambut, kadar bahan sulfidik/pirit, kedalaman air
tanah, sisipan tanah mineral, pH tanah/air gambut, dan salinitas.
▪ Substratum meliputi warna, tekstur, konsistensi, pH, dan kadar bahan sulfidik/pirit,
▪ Lingkungan, antara lain banjir, genangan/luapan, keberadaan saluran drainase, dan vegetasi/penutup lahan.
;;
1000 m

Sample area

250 m
Sample area

Sample area

Gambar Ilustrasi area percontoh (15% dari total area survei) dan
titik pengamatan pada beberapa satuan lahan.

;;
METODE PEMETAAN GAMBUT

Peta lahan gambut Kab. Kotawaringin Timur


(BBSDLP, 2011) Peta titik pengamatan pada lahan gambut tahun 2017-2019

Revisi peta lahan gambut Kabupaten Kotawaringin Timur


dari skala 1:250.000 (2011) ke skala 1:50.000 (2019) (Peta lahan gambut skala 1:50.000 BBSDLP, 2019)
;;
Perubahan sebaran dan kedalaman gambut di wilayah Kabupaten Kotawaringin
METODE PEMETAAN GAMBUT

Perubahan sebaran dan kedalaman


gambut di Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan dari skala
1:250.000 (BBSDLP, 2011) ke skala
1:50.000 (BBSDLP, 2019)

;;
SEBARAN LAHAN GAMBUT INDONESIA
Peta Lahan Gambut Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Papua dan Sulawesi ) skala 1:50.000
(BBSDLP, 2019) luas + 13,43 juta ha; Sumatera + 5,85 Juta ha, Kalimantan + 4,54 Juta ha,
Papua + 3,01 juta ha dan Sulawesi + 24.783 ha. ➔ Untuk Perencanaan Kabupaten/Kota.

Tabel 2. Luas Lahan Gambut Indonesia Skala 1:50.000 (BBSDLP, 2019)


PULAU D1 D2 D3 D4 D5 D6 TOTAL (Ha)
SUMATERA 660.011 1.352.069 1.016.955 1.494.099 782.590 544.838 5.850.561
KALIMANTAN 672.525 1.332.268 1.199.923 789.175 507.398 42.072 4.543.362
SULAWESI 2.606 10.831 8.506 1.687 99 24.783
PAPUA 1.831.405 740.690 395.740 39.312 4.664 - 3.011.811
TOTAL 3.166.546 3.435.858 2.621.124 2.324.274 1.294.751 586.911 13.430.517
Keterangan: D1= dangkal (50-<100 cm), D2= sedang (100-<200 cm), D3= dalam (200-<300 cm), D4= sangat dalam (300-
<500 cm), D5= sangat dalam sekali (500-<700 cm), dan D6= ekstrim dalam ( >700 cm)

;;
Perubahan Luas Lahan Gambut Tahun 2011 dan 2019
Luas
Pulau Selisih (Ha) Persentase
2011 2019
Sumatera 6.436.649 5.850.561 586.088 9,11
Kalimantan 4.778.004 4.543.362 234.642 4,91
Sulawesi - 24.783 (24.783)
Papua 3.690.921 3.011.811 679.109 18,40
Total 14.905.574 13.430.517 1.475.057 9,90

;;
PERBEDAAN LUAS GAMBUT BBSDLP TAHUN 2011 DAN 2019
Perbedaan skala peta yaitu skala 1:250.000 tahun 2011 dan skala 1:50.000 pada tahun 2019:
(1) pendetilan spasial pada peta skala 1:250.000 menjadi peta lahan gambut skala 1:50.000, dimana
tanah mineral dengan proporsi minor (10-24%) dalam peta gambut skala 1:250.000 dianggap inklusi,
sedangkan pada peta skala 1:50.000 dapat didelineasi akibat pembesaran spasial 5 kali (lihat
Gambar Kotawaringin dan Banyuasin),
(2) banyaknya tambahan data hasil survei dan identifikasi selama kurun waktu 10 tahun terakhir yakni
berjumlah 14.185 titik observasi (Sumatera 4.107 titik, Kalimantan 6.402 titik, Papua 1.625 titik dan
Sulawesi 2.051 titik),
(3) penurunan permukaan tanah atau ketebalan gambut dangkal (subsidence) akibat digunakan dengan
perbaikan drainase atau pembuatan saluran,
(4) penggunaan data RePPProT untuk delineasi lahan gambut dengan pendekatan Land System dari
daerah Kalimantan ke daerah Papua yang belum tentu kondisi ekosistemnya sama, dan
(5) aksesibilitas untuk menjangkau lahan gambut semakin baik dibanding sepuluh tahun sebelumnya,
Kalimantan cukup sulit dijangkau dan Papua tergolong yang paling sulit menjangkau daerah-daerah
pedalaman.

;;
Peta Sebaran Lahan Gambut Indonesia Skala 1:50.000

Luas Gambut Indonesia 13,4 juta ha


;;
;;
;;
;;
D1 D2 D3 D4 D5 D6 TOTAL (Ha)
15.315 8.179 40.549 35.980 4.344 36.813 141.181
Contoh Legenda Peta Lahan Gambut Skala 1:50.000
(Contoh: Kota Dumai)

;;
PENUTUP
1) Luas lahan gambut Indonesia berdasarkan peta lahan gambut skala 1:50.000
(BBSDLP, 2019) adalah 13,4 juta ha terdapat di 3 pulau besar yaitu Sumatera,
Kalimantan dan Papua serta sangat sedikit di Sulawesi dengan tingkat kematangan
umumnya setengah matang sampai matang dan kedalaman bervariasi dangkal
sampai ekstrim dalam.
2) Pemanfaatan lahan gambut dengan jenis tanah gambut yang bersifat fragile perlu
kehati-hatian dan disesuaikan dengan potensinya dan penerapan teknologi
pengelolaan lahan yang tepat (pengelolaan air, pembukaan lahan tanpa bakar,
amelioran dan pemupukan).
3) Pemanfaatan lahan rawa termasuk gambut untuk pertanian perlu didahului
identifikasi dan karakterisasi secara detil pada skala operasional (misal skala
1:25.000).
4) Mengingat lahan gambut dan rawa cukup dinamis, maka pemutakhirannya perlu
dilakukan setiap 5-10 tahun. ;;
TERIMA KASIH

;;

Anda mungkin juga menyukai