Anda di halaman 1dari 24

INTRODUCE TO FOREST PEAT SOIL

Apa itu tanah GAMBUT


(peat soil= Organosol= Histosol)

tanah yang mempunyai lapisan


atau horison H setebal 50 - 60 cm
bila terdiri dari bahan Sphagnum
atau lumut
ketebalan horison H dapat kurang
dari 50 cm bila terletak diatas
batuan
jika berat isinya kurang dari 0,1
g/cm3
tanah yang terdiri dari sisa-sisa makhluk hidup
(tanaman)
 dalam keadaan basah, gambut itu seperti bubur
gambut yang masih baru, mengandung banyak
serat-serat dan bekas kayu, tanaman
tanah gambut kurang subur, sehingga hasil tanaman
rendah
tanahnya asam, air tanahnya juga asam
jika pirit dalam lapisan tanah mineral di bawah
gambut terkena udara, maka air dapat menjadi lebih
asam lagi.
Tanah disebut sebagai tanah gambut apabila memenuhi salah satu
persyaratan berikut (Soil Survey Staff ,1990):

 Apabila dalam keadaan jenuh air mempunyai :


(1) kandungan C–organik paling sedikit 18% jika kandung liatnya >60 %
(2) mempunyai kandungan C-organik 2% jika tidak mempunyai liat (O %)
(3) mempunyai kandungan C–organik lebih dari 12% + % liat x 0,1 jika
kandungan liatnya antara 0-60 %.

 Apabila tidak jenuh air mempunyai kandungan C-organik minimal 2O


%.
Menurut Everret (1983)

(1) mempunyai 18 % atau lebih C-organik jika fraksi


mineral terdiri atas 60% atau lebih kadar liat,
(2) mempunyai 12% atau lebih kecil C-organik jika fraksi
mineral tidak mengandung liat, dan
(3) mempunyai 12% sampai 18% C-organik jika fraksi
mineral mengandung liat antara 0% sampai 60 %.
KEMASAMAN (pH)
kategori kemasaman tanah gambut

(1) tinggi pH <4

(2) sedang, pH berkisar 4<pH<5

(3) rendah, pH >5


ciri dan sifat tanah Organosol atau tanah gambut atau tanah organik
berasal dari bahan induk :

(1) tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas


(2) ketebalan lebih dari 0.5 m
(3) warna coklat hingga kehitaman
(4) tekstur debu lempung
(5) tidak berstruktur
(6) konsistensi tidak lekat-agak lekat
(7) kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan
lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir
(8) umumnya bersifat sangat asam
(9) kandungan unsur hara rendah (Paungkas P, 2006)
(10) mempunyai sifat drying irreversible
(11) kemampuan mengikat air 20 – 30 x beratnya sendiri
(12) daya dukungnya rendah
(13) Kadar abu umumnya konstan dan sangat rendah (1 % -2 %)
(14) Mengandung pirit (FeS2) bila teroksidasi dan kena air akan berubah
menjadi H2SO4 (asam kuat) sehingga pH nya menjadi <2,5
(15) Berdasarkan berat tanah KPK tanah gambut (ombrogen) relatif
tinggi (115 – 270 cmol/kg)
(16) KPK gambut ditentukan oleh fraksi lignin dan substansi humat yang
relatif stabil
(17) Kejenuhan basa relatif rendah berkisar 5,4 – 13,6 %
Klasifikasi Gambut
Untuk membuat suatu klasifikasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. letak gambut terhadap kedudukan air tanah (apakah gambut


diendapkan di dalam atau di atas air tanah.
2. apakah gambut tersebut terbentuk setempat (autochton) atau terbentuk
di lain tempat dan terangkut ke tempat tersebut (alochthon).
3. kadar bahan mineral di dalam bahan gambut.
4. susunan vegetasi yang hidup di atas gambut.
5. susunan dan cara pergantian vegetasi yang menyusun gambut.
Klasifikasi Lahan Gambut :
Berdasarkan iklim dan topografi
- gambut iklim
- gambut topografi-iklim
- gambut topografi

Berdasarkan iklim menurut Von post


- Gambut Ombrogin
- Gambut Soligin
- Gambut Topogin

Berdasarkan sumber air menurut Van Baren


- gambut autochton : gambut lachustrin, fluviatil, phreatis
- gambut olochton : gambut sebagian terangkut dan terangkut lengkap
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a. gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan
0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir
selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah
dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua);
b. gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di
daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa,
ketebalan 0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih
tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok
(Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah); dan
c. gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Tingkat dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh kandungan serat.
Pengertian taraf dekomposisi bahan organik tanah yang lebih jelas
dikemukakan Widjaja dan Adhi (1988).

(1) fibrik adalah bahan organik tanah yang sangat sedikit terdekomposisi
yang mengandung serat sebanyak 2/3 volume. Bobot volume fibrik lebih
kecil dari 0.075 g cm-3 dan kandungan air tinggi jika tanah dalam
keadaan jenuh air.
(2) Saprik adalah bahan organik yang terdekomposisi paling lanjut yang
mengandung serat kurang dari 1/3 volume dan bobot isi saprik adalah
0,195 g cm-3.
(3) hemik adalah bahan organik yang mempunyai tingkat dekomposisi
antara fibrik dengan saprik dengan bobot isi 0,075 sampai 0,195 g cm-3.
• Berdasarkan status hara, Fleisher (1965, dikutip Driessen dan
Soepraptohardjo, 1974) memilah gambut menjadi tiga golongan, yaitu
(1) gambut eutropik yang subur,
(2) gambut mesotropik dengan kesuburan sedang, dan
(3) gambut oligotropik sebagai gambut miskin.

  KRITERIA PENILAIAN

Tingkat Kesuburan N K2O P2O5 CaO Abu


           
Eutropik 2.50 0.10 0.25 4.00 10.00
Mesotropik 2.00 0.10 0.20 1.00 5.00
Oligotropik 0.80 0.03 0.05 0.25 2.00
           
Klasifikasi Lain:
• Subagyo et al, (1996) membagi gambut dalam 4 kelas,
yaitu
(1) dangkal (50-100 cm),
(2) agak dalam (100-200 cm),
(3) dalam (200-300 cm) dan
(4) sangat dalam (lebih dari 300 cm).
Penampang Tanah Lahan Pasang Surut

Water Surface before Reclamation

Safety Zone for


Water Surface

0
Waterlogged
1
Sedimenst (Soil Solum) Oxidised Zones (AASS)
2

Depth (m)
PASS
3
Oxidised Zones (AASS)
4
Basement Materials 5
PASS
6
Faktor Pembatas Pada Tanah Sulfat Masam
• Kemasaman Tanah, dapat menghambat petumbuhan :
1. Kerusakan sel tanaman secara langsung akibat peningkatan konsentrasi
H+ ,
2. Penungkatan kelarutan Al, Fe , Mn dan Arsenik yang toksik terhadap
tanaman,
3. Penurunan konsentrasi kation hara makro (Defisiensi Mg, Ca dan K)
4. Peningkatan kalarutan P dan Mn
5. Terhambatnya pertumbuhan akar dan proses penyerapan air,
6. Abnormalitas faktor biotik,
• Pasang Surut (pembentukan pirit-FeS2), wilayah yang langsung
berbatasan dengan laut akan terendam, sedangkan wilayah yang
menjorok ke pedalaman, air pasang hanya mamasuki alur-alur yang ada
tapi masih terjadi intrusi air laut melalui pori-pori tanah.

Acid Sulphate Soil


Perbaikan sifat gambut
Sifat gambut dapat diperbaiki dengan beberapa cara:

1. Menambah abu (misalnya dari sekam, kayu gergaji atau gunung api)
dengan takaran 3-5 ton per hektar dalam larikan.

2. Menambah tanah lempung dengan takaran 3-5 ton per hektar.

3. Mencampur lapisan gambut dengan lapisan tanah mineral yang ada di


bawahnya, walaupun mengandung pirit.
Hal ini dapat dilaksanakan jika gambutnya cukup dangkal dengan
memanfaatkan tanah mineral yang terangkat ke permukaan tanah ketika
membuat parit.
Lahan Pasang Surut (wetland, coastal land)
Lahan yang dipengaruhi oleh fluktuasi pasang dan surut air laut.
Berada di wilayah pesisir, pantai

Sumatra
Selatan :
Lokasi
Reklamasi
Rawa
Pasang Surut
(garis
merah), garis
hitam adalah
gambut tebal
dan garis
ungu adalah
lahan kering .

Lahan pasang surut dibagi menjadi beberapa golongan menurut tipeluapan air pasang, yaitu:
A. Lahan terluapi oleh pasang besar (pada waktu bulan purnama maupun bulan mati), maupun oleh
pasang kecil (pada waktu bulan separuh).
B. Lahan terluapi oleh pasang besar saja.
C. Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya
cukup dangkal, yaitu kurang dari 50 cm.
D. Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya
dalam, lebih dari 50 cm.
Tinjauan Pustaka
Fenomena Pasang Surut
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4
yaitu :
• Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide).
• Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide).
• Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide,
Prevailing Diurnal
• Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide,
Prevailing Semi Diurnal).
Faktor Pembatas Pada Tanah Sulfat Masam
• Salinitas, kadar garam dan konduktifitas elektrik
(daya hantar listrik-DHL) sangat tinggi sehingga
menghambat metabolisme sel tanaman.
• Daya dukung tanah, kandungan BO (gambut) dan
tingkat kematangan tanah. Transportasi alat berat
(saat LC) dan persiapan lahan menyebabkan
penurunan gambut dan tanah (30-60 cm).

Acid Sulphate Soil


• Sejarah dan Proses pembentukan lahan gambut:

Anda mungkin juga menyukai