Anda di halaman 1dari 31

KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI

SISTEM TENAGA LISTRIK


KONFIGURASI RADIAL

Karakteristik Konfigurasi radial


 Bentuknya sederhana.
 Biaya investasinya murah.
 Sistem ini biasa dipakai untuk melayani daerah beban dengan
kerapatan beban rendah dan sedang.
 Pada sistem saluran radial sebuah feeder menyalurkan tenaga
listrik yang terpisah antara feeder satu dengan feeder yang
lainnya.
 Kualitas pelayanan dayanya relatif jelek, karena jatuh tegangan
dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar.
 Kontinuitas pelayanan daya kurang terjamin sebab antara titik
sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran
sehingga bila saluran tersebut mengalami gangguan maka
akan mengalami “black out” secara total.
KONFIGURASI LOOP (OPEN-LOOP)

Karakteristik Konfigurasi open loop


 Titik beban terlayani dari dua arah saluran
 keandalan yang tinggi dan Tegangan baik.
 Dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk
 Biaya investasinya cukup mahal bila dibandingkan dengan
jaringan distribusi radial, hal ini disebabkan akibat banyaknya
menggunakan pengaman serta penghubung tenaga listrik
KONFIGURASI SPINDLE

 Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya


diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada
sebuah Gardu Hubung (GH)
 Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif
dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan
melalui gardu hubung.
 Pola Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah
(JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM).
 Pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem
Radial
 Peningkatan keandalan atau kontinuitas pelayanan sistem.
 Menurunkan atau menekan rugi-rugi akibat gangguan.
 Sangat baik untuk mensuplai daerah beban yang memiliki kerapatan
beban yang cukup tinggi.
 Perluasan jaringan mudah dilakukan.
KONFIGURASI KLUSTER
KONFIGURASI SPOT LOAD DAN MESH

Gardu hubung &


directional relay

Konfigurasi Spot load

Beban

Konfigurasi Mesh
KERAPATAN BEBAN PER LUAS DAERAH PELAYANAN

 Kerapatan beban
Kepadatan beban per luas (km2) adalah beban puncak yang terjadi pada suatu daerah pelayanan per km2.

 Kriteria kepadatan beban dibagi atas 3 :


 Kepadatan Beban Rendah, yaitu daerah dimana beban puncak tidak melebihi 0,5 MVA/km2
 Kepadatan Beban Sedang, yaitu daerah dimana beban puncak antara 0,5 MVA - 1 MVA/km2
 Kepadatan Beban Tinggi, yaitu daerah dimana beban puncak di atas 1 MVA/km2
TINGKAT KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI

 Keandalan suatu sistem jaringan distribusi adalah kemampuan sistem tersebut untuk memulihkan kontinuitas
penyaluran tenaga listrik setelah terjadinya kegagalan/gangguan penyaluran, baik dari sumber yang sama ataupun
berbeda.
 Tingkat keandalan diukur berdasarkan orde lama waktu pemulihan penyaluran yaitu :
 Tingkat Keandalan 1 (orde beberapa jam padam)
 Tingkat Keandalan 2 (orde maksimum 1 jam padam)
 Tingkat Keandalan 3 (orde beberapa menit padam)
 Tingkat Keandalan 4 (orde beberapa detik padam)
 Tingkat Keandalan 5 (orde tanpa padam)
KEGAGALAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

Jumlah kegagalan sistem pertahun per kms jaringan, dipengaruhi oleh :


 Jenis konstruksi (kabel bawah tanah, saluran udara)
 Tata cara konstruksi jaringan
 Masalah ROW (Right of Way)
 Alternatif pemasokan
 Jenis penghantar (telanjang, kabel)
 Pengaruh petir
 Fasilitas bantuan (SCADA, ACO dll)
TINGKAT KEANDALAN 5 ORDE TANPA WAKTU PADAM

 Sistem jaringan Spotload tanpa padam untuk beban-beban spot load misalnya pabrik baja atau pelanggan rawan dan
(VIP/VVIP) seperti Istana Presiden, Gedung MPR, Bandar Udara, Rumah Sakit.
 Konfigurasi yang digunakan adalah tipe spot network dengan penggunaan sistem Relai Proteksi khusus
differential/Reverse Power Relay atau dengan kegunaan sejenis dimana penyulang beroperasi paralel atau dengan
cadangan generator yang beroperasi (spinning reverse).
 Pada Konfigurasi JTM Spot Network terdapat minimum 2 (dua) Penyulang. Dua Penyulang tersebut dapat berupa
Dua Penyulang Masuk (Double Incoming) atau Penyulang Utama dan Penyulang Cadangan (Double Penyulang/Back
Up), baik dibagian Masuk maupun dibagian Keluar. Selain itu biasanya juga ditambah dengan Automatic Change
Over/Transfer Switch.
 Penggunaan Catu Daya Cadangan (Stand by Genset)
 Stand by genset digunakan sebagai Catu Daya Cadangan untuk mendapatkan tingkat keandalan 4. Pemakaian Automatic
Change Over Switch (ACOS) hanya memerlukan waktu tunda kurang dari 0.3 detik.
 Untuk tingkat keandalan 5 digunakan spinning reserve genset atau dilengkapi dengan UPS. Pemakaian spinning reserve genset
khususnya pada acara-acara super VIP.
KRITERIA DESAIN SISTEM DISTRIBUSI
GARDU INDUK

 Gardu induk mempunyai kapasitas trafo tenaga 60 MVA dengan jumlah umumnya 2 atau dapat ditambahkan.
 Masing-masing trafo (60 MVA) dapat mensuplai dua sistem spindel
 Pembangunan gardu induk baru dapat dilakukan apabila kepadatan beban terus bertambah. Pembangunan gardu induk baru
tidak harus dilakukan dilokasi yang baru, bila memungkinkan dapat dilakukan perubahan gardu hubung yang ditingkatkan
menjadi gardu induk (pada sistem spindel)

GI GH GI

GI GH GI GH GI
KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH (JTM)

 Konstruksi jaringan distribusi tegangan menengah mempunyai karakteristik sebagai berikut :


 Tegangan operasional 20 kV, tegangan maksimum (rated voltage) 24 kV.
 Sistem kabel bawah tanah digunakan pada daerah padat beban tinggi dengan memakai kabel berukuran fasa 150
mm2, 240 mm2, 300 mm2, multicore atau single core.
 Sistem saluran udara digunakan pada daerah padat beban rendah atau daerah penyangga (sub urban)
 Konfigurasi sistem kabel bawah tanah memakai pola spindel, sementara saluran udara memakai pola radial open
loop-fish bone atau cluster
 Gardu distribusi menggunakan tipe beton (indoor type) dan gardu tipe portal (outdoor type).
 Pemakaian transformator distribusi dengan kapasitas minimum 100kVA dan maksimum 630 kVA, untuk kasus
tertentu dapat digunakan hingga 1000 kVA.
KONFIGURASI SPINDEL

 Awal dari sistem spindel adalah sebuah loop terbuka yang terdiri dari dua buah kabel kerja tanpa kabel cadangan.
Masing-masing kabel kerja dibebani maksimum 50 % kemampuan nominal penyalurannya sehingga satu sama lain
dapat menjadi cadangan apabila diperlukan
GD GD GD

GI

GD GD GD
GH
Sistem Open Loop

 Apabila kepadatan beban bertambah sehingga menyebabkan penyulang harus melayani beban lebih dari 50 %
kemampuan nominalnya maka harus ditarik satu penyulang express (kabel cadangan tanpa dibebani). Dengan
penambahan penyulang express maka penyulang kerja (working feeder) dapat dibebani hingga 100 % kemampuan
nominalnya
GD GD GD GD GD

GI

GD GD GD GD GD
GH
Sistem Spindel
2 Working Feeder 1 Express Feeder
 Apabila terjadi perkembangan beban atau pertambahan kepadatan beban didaerah yang lain, maka dapat ditarik
penyulang kerja tambahan dari gardu induk ke gardu hubung untuk menyuplai beban daerah tersebut. Karena
alasan ekonomis seringkali dilakukan suatu tahapan antara sebelum penyulang kerja ditarik dari GI ke GH. Tahapan
antara tersebut adalah dengan penarikan jalur membentuk loop ataupun cluster yang diambil dari salah satu
penyulang kerja yang telah ada yang pembebanannya masih belum penuh.
GD GD

GD GD GD GD GD

GI
GD GD GD GD GD
GD GD GD GD GD
GH
GD GD GD GD GD

GD GD
GI

GD GD GD GD GD
GD GD GD GD GD
GH
Sistem Spindel (perkembangan beban)
GI 3 Working Feeder 1 Express Feeder
GD GD GD GD GD
GH
Sistem Spindel
Tahapan Antara penambahan 1 working Feeder
 Setiap spindel maksimum terdiri dari 7 penyulang yang terdiri dari 6 working feeder dan 1 express feeder dengan
pembebanan maksimum working penyulang 100 %. Untuk kondisi ini faktor penggunaan spindel ini adalah 87 % ( x
100% )
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI

 Listrik dari gardu induk untuk pelanggan belum bisa langsung dinikmati langsung karena listrik yang keluar dari
gardu induk adalah listrik tegangan menengah (TM) dengan besar nilai tegangan 20 kV.
 Listrik dari gardu induk disalurkan melalui penyulang-penyulang / feeder (disebut dengan jaringan
distribusi) disalurkan menuju gardu distribusi untuk diubah menjadi tegangan rendah (TR) 380/220 volt untuk
disalurkan kepada pelanggan.
 Gardu distribusi adalah sebuah komponen penting dalam penyaluran distribusi listrik yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah untuk disalurkan dan digunakan oleh pelanggan.
 Di dalam gardu distribusi terdapat beberapa peralatan listrik seperti panel hubung bagi (PHB) TM, panel hubung
bagi (PHB) TR, dan transformator distribusi (20kV/380 volt).
 Menurut konstruksinya, gerdu distribusi terbagi menjadi
 Gardu pasangan dalam (Gardu Tembok / Gardu Beton)
 Gardu pasangan Luar (Gardu Portal, Gardu Cantol)
GARDU TEMBOK/BETON

 Gardu Tembok adalah gardu yang seluruh komponen instalasi ada dalam sebuah bangunan sipil dari batu dan beton
(seperti tembok).
 Biasanya gardu ini difungsikan dengan saluran distribusi jenis kabel atau SKTM. Berikut ciri gardu distribusi yaitu
 Seluruh peralatan berada dalam bangunan beton
 Luas gardu minimal 7 x 4 m2
 Kapasitas trafo maksimum 2 x 630 kVA
 Peralatannya :
 Satu ruang untuk pemutus beban arah masuk (incoming)
 Satu beban untuk pemutus beban arah keluar (outgoing)
 Satu ruang untuk pengukuran
 Satu ruang untuk transformator dan pengamannya
 Satu ruang untuk pembangi tegangan rendah
 Biasanya ada dalam kubikel
GARDU TEMBOK/BETON
GARDU TEMBOK/BETON
GARDU TEMBOK/BETON
GARDU PORTAL

 Gardu Portal merupakan gardu tiang tipe terbuka (outdoor) dengan kontruksi ditopang oleh dua tiang atau lebih.
 Dudukan transformer diletakan minimal sekitar 3 meter di atas tanah. Karena trafo berada di atas dan semakin
besar daya trafo maka semakin berat trafo maka daya maksimal pada gardu portal adalah 400 kVA, gardu portal
juga karena ditopang oleh dua tiang atau lebih maka kapasitas trafo minimal adalah 160 kVA lebih besar dari
kapasitas gardu cantol.
 Biasanya gardu tipe ini disambungkan dengan saluran distribusi udara atau luar (SUTM).
GARDU PORTAL
FUSE CUT OUT (FCO) DAN ARRESTER

 Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang
bekerja denga cara meleburkan bagian dari komponennya.
 FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan
rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
 Arrester merupakan alat pelindung bagi peralatan system terhadap surja petir dan tegangan abnormal.
 Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan lebih yang
tinggi pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem.
 Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja petir arrester berlaku sebagai
konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.
GARDU CANTOL

 Sama seperti gardu portal,


gardu cantol merupakan
gardu tiang kontruksi luar
(outdoor) namun hanya
ditopang oleh satu tiang.
Kapasitas trafo minimal
25 kVA dan maksimal 100
kVA.
GARDU KIOS

 Yaitu Gardu Distribusi Tenaga Listrik yang kontruksi


pembuatanya terbuat dari bahan kontruksi baja, fiberglas atau
kombinasinya.
 Gardu ini dibangun di lokasi yang tidak memungkinkan
didirikanya Gardu Beton atau Gardu tembok.
 Karena Sifatnya Mobilitas, maka kapasitas Transformator yang
terpasang terbatas yakni maksimum 400 kVA.
 Khusus untuk Gardu Kompak, Seluruh Komponen Utama Gardu
sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga pembuatan
gardu ini lebih cepat di banding pembuatan Gardu Beton.

Anda mungkin juga menyukai