Beban
Konfigurasi Mesh
KERAPATAN BEBAN PER LUAS DAERAH PELAYANAN
Kerapatan beban
Kepadatan beban per luas (km2) adalah beban puncak yang terjadi pada suatu daerah pelayanan per km2.
Keandalan suatu sistem jaringan distribusi adalah kemampuan sistem tersebut untuk memulihkan kontinuitas
penyaluran tenaga listrik setelah terjadinya kegagalan/gangguan penyaluran, baik dari sumber yang sama ataupun
berbeda.
Tingkat keandalan diukur berdasarkan orde lama waktu pemulihan penyaluran yaitu :
Tingkat Keandalan 1 (orde beberapa jam padam)
Tingkat Keandalan 2 (orde maksimum 1 jam padam)
Tingkat Keandalan 3 (orde beberapa menit padam)
Tingkat Keandalan 4 (orde beberapa detik padam)
Tingkat Keandalan 5 (orde tanpa padam)
KEGAGALAN PADA SISTEM DISTRIBUSI
Sistem jaringan Spotload tanpa padam untuk beban-beban spot load misalnya pabrik baja atau pelanggan rawan dan
(VIP/VVIP) seperti Istana Presiden, Gedung MPR, Bandar Udara, Rumah Sakit.
Konfigurasi yang digunakan adalah tipe spot network dengan penggunaan sistem Relai Proteksi khusus
differential/Reverse Power Relay atau dengan kegunaan sejenis dimana penyulang beroperasi paralel atau dengan
cadangan generator yang beroperasi (spinning reverse).
Pada Konfigurasi JTM Spot Network terdapat minimum 2 (dua) Penyulang. Dua Penyulang tersebut dapat berupa
Dua Penyulang Masuk (Double Incoming) atau Penyulang Utama dan Penyulang Cadangan (Double Penyulang/Back
Up), baik dibagian Masuk maupun dibagian Keluar. Selain itu biasanya juga ditambah dengan Automatic Change
Over/Transfer Switch.
Penggunaan Catu Daya Cadangan (Stand by Genset)
Stand by genset digunakan sebagai Catu Daya Cadangan untuk mendapatkan tingkat keandalan 4. Pemakaian Automatic
Change Over Switch (ACOS) hanya memerlukan waktu tunda kurang dari 0.3 detik.
Untuk tingkat keandalan 5 digunakan spinning reserve genset atau dilengkapi dengan UPS. Pemakaian spinning reserve genset
khususnya pada acara-acara super VIP.
KRITERIA DESAIN SISTEM DISTRIBUSI
GARDU INDUK
Gardu induk mempunyai kapasitas trafo tenaga 60 MVA dengan jumlah umumnya 2 atau dapat ditambahkan.
Masing-masing trafo (60 MVA) dapat mensuplai dua sistem spindel
Pembangunan gardu induk baru dapat dilakukan apabila kepadatan beban terus bertambah. Pembangunan gardu induk baru
tidak harus dilakukan dilokasi yang baru, bila memungkinkan dapat dilakukan perubahan gardu hubung yang ditingkatkan
menjadi gardu induk (pada sistem spindel)
GI GH GI
GI GH GI GH GI
KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH (JTM)
Awal dari sistem spindel adalah sebuah loop terbuka yang terdiri dari dua buah kabel kerja tanpa kabel cadangan.
Masing-masing kabel kerja dibebani maksimum 50 % kemampuan nominal penyalurannya sehingga satu sama lain
dapat menjadi cadangan apabila diperlukan
GD GD GD
GI
GD GD GD
GH
Sistem Open Loop
Apabila kepadatan beban bertambah sehingga menyebabkan penyulang harus melayani beban lebih dari 50 %
kemampuan nominalnya maka harus ditarik satu penyulang express (kabel cadangan tanpa dibebani). Dengan
penambahan penyulang express maka penyulang kerja (working feeder) dapat dibebani hingga 100 % kemampuan
nominalnya
GD GD GD GD GD
GI
GD GD GD GD GD
GH
Sistem Spindel
2 Working Feeder 1 Express Feeder
Apabila terjadi perkembangan beban atau pertambahan kepadatan beban didaerah yang lain, maka dapat ditarik
penyulang kerja tambahan dari gardu induk ke gardu hubung untuk menyuplai beban daerah tersebut. Karena
alasan ekonomis seringkali dilakukan suatu tahapan antara sebelum penyulang kerja ditarik dari GI ke GH. Tahapan
antara tersebut adalah dengan penarikan jalur membentuk loop ataupun cluster yang diambil dari salah satu
penyulang kerja yang telah ada yang pembebanannya masih belum penuh.
GD GD
GD GD GD GD GD
GI
GD GD GD GD GD
GD GD GD GD GD
GH
GD GD GD GD GD
GD GD
GI
GD GD GD GD GD
GD GD GD GD GD
GH
Sistem Spindel (perkembangan beban)
GI 3 Working Feeder 1 Express Feeder
GD GD GD GD GD
GH
Sistem Spindel
Tahapan Antara penambahan 1 working Feeder
Setiap spindel maksimum terdiri dari 7 penyulang yang terdiri dari 6 working feeder dan 1 express feeder dengan
pembebanan maksimum working penyulang 100 %. Untuk kondisi ini faktor penggunaan spindel ini adalah 87 % ( x
100% )
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
Listrik dari gardu induk untuk pelanggan belum bisa langsung dinikmati langsung karena listrik yang keluar dari
gardu induk adalah listrik tegangan menengah (TM) dengan besar nilai tegangan 20 kV.
Listrik dari gardu induk disalurkan melalui penyulang-penyulang / feeder (disebut dengan jaringan
distribusi) disalurkan menuju gardu distribusi untuk diubah menjadi tegangan rendah (TR) 380/220 volt untuk
disalurkan kepada pelanggan.
Gardu distribusi adalah sebuah komponen penting dalam penyaluran distribusi listrik yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah untuk disalurkan dan digunakan oleh pelanggan.
Di dalam gardu distribusi terdapat beberapa peralatan listrik seperti panel hubung bagi (PHB) TM, panel hubung
bagi (PHB) TR, dan transformator distribusi (20kV/380 volt).
Menurut konstruksinya, gerdu distribusi terbagi menjadi
Gardu pasangan dalam (Gardu Tembok / Gardu Beton)
Gardu pasangan Luar (Gardu Portal, Gardu Cantol)
GARDU TEMBOK/BETON
Gardu Tembok adalah gardu yang seluruh komponen instalasi ada dalam sebuah bangunan sipil dari batu dan beton
(seperti tembok).
Biasanya gardu ini difungsikan dengan saluran distribusi jenis kabel atau SKTM. Berikut ciri gardu distribusi yaitu
Seluruh peralatan berada dalam bangunan beton
Luas gardu minimal 7 x 4 m2
Kapasitas trafo maksimum 2 x 630 kVA
Peralatannya :
Satu ruang untuk pemutus beban arah masuk (incoming)
Satu beban untuk pemutus beban arah keluar (outgoing)
Satu ruang untuk pengukuran
Satu ruang untuk transformator dan pengamannya
Satu ruang untuk pembangi tegangan rendah
Biasanya ada dalam kubikel
GARDU TEMBOK/BETON
GARDU TEMBOK/BETON
GARDU TEMBOK/BETON
GARDU PORTAL
Gardu Portal merupakan gardu tiang tipe terbuka (outdoor) dengan kontruksi ditopang oleh dua tiang atau lebih.
Dudukan transformer diletakan minimal sekitar 3 meter di atas tanah. Karena trafo berada di atas dan semakin
besar daya trafo maka semakin berat trafo maka daya maksimal pada gardu portal adalah 400 kVA, gardu portal
juga karena ditopang oleh dua tiang atau lebih maka kapasitas trafo minimal adalah 160 kVA lebih besar dari
kapasitas gardu cantol.
Biasanya gardu tipe ini disambungkan dengan saluran distribusi udara atau luar (SUTM).
GARDU PORTAL
FUSE CUT OUT (FCO) DAN ARRESTER
Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang
bekerja denga cara meleburkan bagian dari komponennya.
FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan
rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
Arrester merupakan alat pelindung bagi peralatan system terhadap surja petir dan tegangan abnormal.
Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan lebih yang
tinggi pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja petir arrester berlaku sebagai
konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.
GARDU CANTOL