Anda di halaman 1dari 6

TEMU ILMIAH IPLBI 2016

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar


sebagai Usaha Penghematan Energi
Bayu Andika Putra

Program Studi Magister Arsitektur, Rancang Kota, Lansekap dan Program Doktoral Arsitektur ITB.

Abstrak

Bangunan pintar atau yang populer disebut sebagai smart building adalah salah satu bukti
perkembangan teknologi mampu menjawab isu pemanfaatan dan efisiensi energi. Beberapa negara
maju telah menerapkan sistem Bangunan Pintar. Indonesia pun saat ini tengah mempersiapkan
platform Bangunan Pintar. Platform ini masih akan diaplikasikan dalam lingkup kecil, yaitu pada
penerapan di gedung-gedung perkantoran. Sedangkan implikasinya terhadap masyarakat masih
dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan ingin mengungkap temuan terkait persepsi masyarakat
tentang konsep Bangunan Pintar sebagai usaha dalam penghematan energi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan analisis data teks (content analysis) berdasarkan kuesioner
on-line yang disebar kepada masyarakat umum yang berisi pertanyaan terbuka mengenai usaha
penghematan energi yang biasa dilakukan dan persepsi pribadi mengenai konsep Bangunan Pintar.
Dari hasil penelitian didapat bahwa masyarakat sudah mengenal konsep Bangunan Pintar dan
mengerti manfaatnya apabila diterapkan di tempat mereka masing-masing. Sektor pencahayaan
menjadi sasaran utama dalam menghemat energi. Ditemukan pula pola perbedaan tingkat
pemahaman berdasarkan latar belakang profesi.

Kata-kunci : bangunan pintar, persepsi masyarakat, usaha hemat energi

Pengantar Bangunan Pintar dapat meningkatkan mobilitas


serta kemudahan kontrol dan akses dari mana
Trend energi dunia saat ini telah memprediksi pun dan kapanpun. Lewat otomatisasi dan kom-
bahwa bangunan akan menjadi konsumen puterisasi, semua aktivitas yang dibutuhkan di
terbesar energi global pada tahun 2025 ke atas. dalam bangunan dapat berlangsung tanpa ada-
Isu pemanfaatan dan efisiensi energi menjadi nya interverensi manusia didalamnya, yang arti-
hal yang selalu diangkat apabila membicarakan nya walaupun penghuni sedang tidak berada di
mengenai pembangunan berkelanjutan. Kebu- dalam bangunan maka bangunan masih bisa
tuhan energi dunia terus bertambah ber-samaan bekerja sesuai dengan perintah program yang
dengan kebutuhan yang berbeda-beda pula. telah kita buat. Dengan penerapan konsep
Efisiensi energi adalah sebuah prinsip yang di- Smart Building ini maka dimungkinkan banyak
harapkan dapat memanfaatkan energi dengan manfaat yang diterima antara lain:
efisien sehingga mampu mengurangi pembo-
rosan energi secara global. Akses cepat dari manapun dan kapan-
pun
Bangunan pintar atau yang populer disebut se- Informasi yang didapat akurat
bagai Smart Building adalah salah satu bukti Meningkatkan mobilitas dan hemat
perkembangan teknologi mampu menjawab isu waktu
pemanfaatan dan efisiensi energi. Bangunan Mengurangi kebutuhan staff operasional
Pintar adalah sebuah konsep kombinasi antara jika pengaplikasian pada gedung kantor
arsitektur, interior, dan mekanikal elektrikal. Mengefisienkan penggunaan energi

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | D 117


Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

komputerisasi pengelolaan gedung un- perhatikan aspek penghematan dan peng-


tuk menekan human error gunaan sumber daya secara efisien.
peningkatan pada kenyamanan dan ke-
amanan Lalu bagaimana dengan implikasinya terhadap
masyarakat? Apakah masyarakat pun sudah
Terdapat 9 sektor energi yang dijadikan target sadar akan penghematan energi, efisiensi waktu
efisiensi dari penerapan konsep Bangunan Pintar, dan cakap dengan teknologi baru yang mulai
antara lain Energi, Pencahayaan, Sistem keba- masuk?
karan, Kontrol harian, PEHV charging, Air, HVAC,
Elevator, dan Keamanan. Sembilan sektor energi Penelitian ini bertujuan ingin mengungkap
tersebut yang sebenarnya bisa dihubungkan temuan terkait persepsi masyarakat tentang
satu sama lain menjadi suatu bentuk sistem ba- konsep Bangunan Pintar sebagai usaha dalam
ngunan pintar merupakan satu hal yang belum penghematan energi. Temuan ini memung-
banyak di pikirkan pada konsep bangunan yang kinkan melihat kecenderungan masyarakat da-
ada di negara indonesia.1 lam usahanya melakukan penghematan e-nergi
jika konsep Bangunan Pintar ini diterapkan di
Beberapa negara maju telah lama menerapkan tempat aktivitas mereka.
sistem smart building. Sistem yang memiliki
keuntungan yang banyak ini sudah banyak Metode
diterapkan seperti di Korea Selatan dan Singa-
pura. Indonesia pun saat ini tengah mem- Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
persiapkan platform Bangunan Pintar. Platform (Creswell, 2008) untuk mengumpulkan data teks
ini nantinya akan membuat pengelolaan gedung yang sebanyak-banyaknya dan bersifat eks-
dan bangunan bertingkat menjadi lebih efisien, ploratif (Groat & Wang, 2002) dengan harapan
transparansi, dan produktif. munculnya keberanekaragaman informasi yang
diberikan mengenai persepsi masing-masing
Menurut data yang dikeluarkan BSRIA, pasar responden tentang pengaplikasian konsep ba-
Smart Building (Bangunan Pintar) di Asia akan ngunan pintar.
terus tumbuh dari US$ 427 miliar menjadi
US$ 1,036 miliar pada tahun 2020. Ini meru- Metode Pengumpulan Data
pakan peluang besar PINS Indonesia se-laku
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
penyedia solusi Smart Building untuk pasar
teknik survey, yaitu dengan menyebarkan
Indonesia.2
kuesioner online kepada masyarakat umum se-
Kesiapan Indonesia dalam menyongsong dunia cara pribadi maupun melalui media sosial yang
IoT ini diketahui dalam beberapa tahun ke berisi pertanyaan terbuka mengenai usaha
depan masih akan diaplikasikan dalam skala penghematan energi yang biasa dilakukan dan
kecil, yaitu pada penerapan di gedung-gedung persepsi pribadi mengenai konsep Bangunan
perkantoran. Sebagaimana dalam Peraturan Pintar. Adapun pengumpulan data dilakukan se-
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota cara online atas dasar pertimbangan bahwa
Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 tentang ba- yang akan menjadi responden adalah yang ber-
ngunan gedung hijau yang diterbitkan pada 11 usia remaja hingga dewasa, yang sudah diang-
April 2012 yang menjadi dasar pengembangan gap mempunyai pola pemikiran yang matang
dan penerapan solusi Bangunan Pintar di dan mampu untuk menjawab kuesioner melalui
Indonesia. Peraturan ini bertujuan mewujudkan akses internet. Setiap pertanyaan dijawab oleh
penyelenggaraan bangunan gedung yang mem- responden dengan bebas.

1
http://arminmartajasa.blogspot.com/2015/10/smart-
building-adalah.html
2
http://marketeers.com/anak-usaha-telkom-kian-
serius-garap-smart-building/
D 118 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Bayu Andika Putra
Metode Analisis Data
Jenis Kelamin
Metode analisis yang digunakan adalah analisis
data teks (content analysis). Analisis tersebut Perempuan 47
bertujuan untuk mengetahui persepsi masya- Laki-laki 53
rakat mengenai konsep Bangunan Pintar Analisis
ini akan dilakukan dengan tiga tahapan yaitu 0 20 40 60
open coding, axial coding dan selective coding
Gambar 1. Histogram responden berdasarkan jenis
(Creswell, 2006). Tahapan open coding dila-
kelamin
kukan untuk mengidentifikasi kata kunci dari
keseluruhan jawaban yang muncul dari res-
ponden. Usia

1. Tahapan Open Coding, merupakan ta-


34-40 1
hapan yang dilakukan dengan cara
identifikasi kata-kata kunci dari ke-
29-33 6
seluruhan jawaban yang telah di-
berikan oleh responden
23-28 85
2. Tahap Axial Coding, merupakan taha-
pan membuat kategori-kategori dari 17-22 8
kata kunci yang didapat pada saat ta-
hap pertama 0 20 40 60 80 100
3. Tahap Selective Coding, merupakan
pembuatan propositions (or hypo- Gambar 2. Histogram responden berdasarkan jenis
theses) yang dibuat berdasarkan hu- kelamin
bungan antar kategori. Adapun hu-
Analisis dan Interpretasi
bungan antar kategori dilakukan de-
ngan distribusi frekuensi dan analisis
Sebelum masuk ke tahap pertama terlebih da-
korespondensi.
hulu untuk melihat data tempat dimana res-
ponden sering atau paling lama meghabiskan
Karakteristik Responden
waktunya dalam satu hari.
Secara keseluruhan responden berjumlah 100
orang, terdiri dari 53 laki-laki dan 47 perempuan Tempat Paling Lama
dengan berbagai variasi usia, latar belakng Menghabiskan Waktu dalam
pendidikan, dan profesi. Usia responden berada Sehari
dalam rentang 19 hingga 34 tahun. Sebagian
besar responden berusia di usia transisi dewasa
Sekolah/Kampus 18
awal di antara 23-28 tahun dengan jumlah 85
orang (85%). Adapun profesi dari responden Rumah 42
yang dihimpun yaitu apoteker, arsitek, dokter,
drafter, editor, freelancer, ibu rumah tangga, Lain-lain 7
karyawan, kontraktor, mahasiwa, pelajar, pe-
ngajar, PNS, Polisi, Staff pemerintah, supervisor, Kantor 33
wiraswasta, dan wirausahawan.
0 20 40 60
Gambar 3. Histogram responden berdasarkan tempat
paling lama menghabiskan waktu dalam sehari

Dari data di atas menunjukkan bahwa res-


ponden paling banyak menghabiskan waktu di
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | D 119
Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

rumah dengan jumlah 42 orang. Diikuti ber- Usaha Hemat Energi yang Biasa Dilakukan
turut-turut kantor (33), Sekolah/Kampus (18),
dan Lain-lain seperti toko, restoran, peternakan,
Usaha Hemat Energi
dan kamar kos (7).

Tahap pertama yang dilakukan yaitu dengan Vegetasi 1


menganalisa konten atau content analysis. Con- Pencahayaan 74
tent analysis dilakukan dengan menyeleksi kata-
Modifikasi bangunan 1
kata kunci. Tahapan menyeleksi kata kunci ini
adalah open coding pada pendapat yang di- Listrik 50
utarakan dalam kuesioner. Berikut adalah con- Lift/elevator 2
toh open coding dari pendapat responden.
HVAC 23
Bangunan pintar adalah bangunan atau gedung Energi ramah 1
yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
dan menyediakan fasilitas yg lengkap untuk Daur ulang 4
menunjang kegiatan yang dilakukan. Selain itu Aplikasi bantu 3
juga, memiliki konsep atau tata ruang yang
menyenangkan dan kreatif untuk membuat peng- Air 24
gunanya betah saat berada dalam gedung
tersebut. (Laki-laki, pengajar/guru, 34 tahun,
responden 89) Gambar 4. Analisis distribusi usaha hemat energi
yang biasa dilakukan
Smart Building adalah bangunan yang bisa
mengakomodir kebutuhan dan kenyamanan
Analisis distribusi mengenai usaha hemat energi
penghuninya secara otomatis, efektif, dan efisien.
yang dilakukan oleh responden dapat dilihat
Misal dalam pengaturan listrik, air, dll. (Laki-laki,
editor, 32 tahun, responden 95) pada gambar 1. Dari diagram terlihat bahwa
usaha hemat energi yang paling sering di-
Berdasarkan pandangan tentang konsep ba- lakukan terutama pada sektor pencahayaan,
ngunan pintar dari responden 89 di atas dapat listrik, HVAC, dan air dengan angka tertinggi pa-
dimunculkan kata kunci yaitu Gedung mul- da pencahayaan. Penghematan pada sector
tifungsi, Interior kreatif, Menunjang ke- pencahayaan dengan jumlah 74 (40%). Disusul
giatan, dan Suasana menyenangkan. kemudian adalah penghematan dalam sektor
penggunaan listrik dengan jumlah 51 (28%).
Kemudian pada responden 95 muncul kata kunci Sektor penghematan yang paling kecil adalah
Mengakomodasi kebutuhan, otomatis, dan vegetasi, modifikasi bangunan, dan energi ra-
efisiensi energi. mah masing-masing adalah 1.

Dapat dilihat pada kata kunci kedua pendapat Tabel 1. Axial Coding Usaha Hemat Energi yang biasa
responden di atas memiliki kesamaan yang da- dilakukan dengan 2 nilai kategori terbesar
pat disatukan dalam satu kategori. Persepsi
menunjang kegiatan dan suasana menye- No Kategori Kata Kunci
nangkan dari responden 89 dengan persepsi 1 Mematikan lampu
mengakomodasi kebutuhan dari responden 95 2 Pencahayaan Buka jendela
adalah satu kategori yaitu humanis. 3 Pakai LED
4 Matikan alat elektronik
Untuk selanjutnya, berdasarkan kata-kata kunci 5 Cabut steker
dan pengategoriannya tersebut dilakukan tahap 6 Listrik Hemat listrik
analisa secara axial coding. Berdasarkan analisa 7 Pakai mesiin hemat listrik
axial coding diatas, didapatkan 10 kategori usa- 8 Pakai solar panel
ha hemat energi, dan 9 kategori bayangan ten-
tang konsep bangunan pintar.
D 120 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Bayu Andika Putra
Persepsi tentang Bangunan Pintar pondensi antara usaha hemat energi dan tempat
dimana responden menghabiskan waktu.

Persepsi Tentang Bangunan Pintar Visualisasi dari hasil korespondensi digambarkan


dalam bentuk dendogram untuk melihat hu-
Kurang paham 1 bungan antara setiap kategori yang muncul ter-
hadap tempat responden menghabiskan waktu.
Teknologi canggih 24
Air (24)
Ramah Lingkungan 14 Pencahayaan (74)
HVAC (23)
Rumah (78)
Pengelolaan energi 51 Listrik (50)
Kantor (59)
Otomasi komputer 32 Lain-lain (10)
Daur ulang (4)
Lift/elevator (3)
Kecepatan beradaptasi 16 Sekolah/Kampus (36)
Aplikasi bantu (3)
Humanis 27 Energi ramah (2)
Modifikasi bangunan (2)
Vegetasi (2)
Desain bangunan 14
Gambar 6. Dendogram hubungan kategori usaha
Biaya set up dan penghematan energi dengan lokasi/tempat responden
5
operasional
Dari dendogram di atas dapat terlihat ke-
Gambar 5. Analisis distribusi usaha hemat energi terkaitan antar kategori. Usaha penghematan
yang biasa dilakukan pada sector energi air dan pencahayaan yang
diikuti dengan HVAC paling dekat dengan Ru-
Kemudian dilakukan analisis distribusi mengenai mah. Hal ini membuktikan bahwa sector ini
persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan paling sering dikaitkan di lokasi rumah tinggal.
Pintar. Pada diagram terlihat bahwa persepsi Kemudian dari sector energi listrik berada se-
tertinggi tentang konsep Bangunan Pintar telahnya bersamaan dengan lokasi di kantor.
adalah sebuah konsep pengelolaan energi pada Untuk usaha hemat energi pada 4 kategori
bangunan sebanyak 51 (28%). Disusul dengan terakhir, yaitu aplikasi bantu, energi ramah,
Otomasi computer sebanyak 32 (17%), Humanis modifikasi bangunan, dan vegetasi adalah sec-
sebanyak 27 (15%), dan Teknologi canggih tor yang jarang sekali dilakukan.
sebanyak 24 (13%). Terdapat satu responden
yang mengungkapkan ketidakpahamannya me- Biaya set up dan operasional (5)
ngenai konsep Bangunan Pintar. PNS (7)
Desain bangunan (14)
Lain-lain (26)
Tabel 2. Axial Coding Persepsi tentang Bangunan Otomasi komputer (32)
Pintar dengan 2 nilai kategori terbesar Pelajar/mahasisw a (71)
Teknologi canggih (24)
Pengelolaan energi (50)
No Kategori Kata Kunci Arsitek (28)
Humanis (27)
1 Source energi sendiri Karyaw an (35)

2 Pengolahan sampah Kecepatan beradaptasi (16)


Pengelolaan Ramah Lingkungan (14)
3 Recycle air Wirasw asta (11)
energi Pengajar (5)
4 Hemat energi Kurang paham (1)
5 Zero energi building Gambar 7. Dendogram hubungan kategori Persepsi
6 Otomatis dengan profesi responden
Otomasi
7 Integrated
komputer
8 Auto lighting Selanjutnya adalah dendogram dari hubungan
kategori persepsi Bangunan Pintar terhadap
Selanjutnya akan dianalisis hubungan kores- profesi/pekerjaan responden yang terlihat keter-
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | D 121
Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

kaitan eratnya. Terlihat bahwa profesi arsitek Daftar Pustaka


mengatakan bahwa konsep Bangunan Pintar
adalah sebuah konsep pengelolaan energi yang Creswell, J.W. (2002). Research Design: Qualitative,
didalamnya bisa dijelaskan lebih lanjut dari kata Quantitative, and Mixed Methods Approaches.
kunci yaitu mengenai peng-hematan energi, California: Sage Publications, Inc.
source energi sendiri, dan zero energi building. Creswell, J.W. (2006). Qualitative Inquiry and
Karyawan mengatakan konsep bangunan Pintar Research Design Choosing among Five Approaches.
akan memberikan rasa humanis, yaitu kemu- California: Sage Publications, Inc.
dahan dan kenyaman. Pelajar dan mahasiswa Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research
memandang Bangunan Pintar adalah sebuah Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.
otomasi computer dimana semuanya akan Hanum, Meivirina. (2011). Efisiensi Energi Pada Smart
serba otomatis Building Untuk Arsitektur Masa Depan. Palembang:
Seminar Nasional AVoER ke-3
Sinopoli, James M. (2009). Smart Buildings System for
Kesimpulan
Architect, Owners and Builders. Butterworth-
Heinemann
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat su-
dah mengenal dengan konsep Bangunan Pintar.
Persepsi masyarakat tentang konsep Bangunan
Pintar ini dipandang sebagai solusi dalam mem-
bantu pengelolaan energi di tempat mereka
berada. Pengelolaan energi ini dimaksudkan
untuk menghemat energi yang ada. Sektor
energi yang menjadi sasaran utama yaitu
pencahayaan.

Latar belakang profesi juga menunjukkan ting-


kat pemahaman akan tujuan sebenarnya dari
konsep Bangunan Pintar ini. Dari kalangan arsi-
tek dan pelajar/mahasiswa mengerti bahwa
Bangunan Pintar adalah sebuah konsep untuk
mengefisiensikan energi lewat jaringan teknologi
canggih dengan system otomasi.

Sektor energi yang menjadi target penghematan


adalah air, pencahayaan, HVAC, dan listrik yang
biasa dilakukan di rumah atau di kantor. Hanya
sedikit yang melakukan daur ulang atau peng-
hematan di sector penggunaan lift/elevator ke-
cuali di sekolah/kampus.

Penelitian eksploratif persepsi masyarakat ten-


tang konsep Bangunan Pintar ini masih sangat
terbatas. Keterbatasan yang ada dalam pene-
litian ini dalam hal pengumpulan data dan hasil-
nya kiranya dapat disempurnakan pada pene-
litian lebih lanjut. Besar harapan hasil penelitian
ini dapat memberikan kontribusi bagi perkem-
bangan ilmu pengetahuan.

D 122 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Anda mungkin juga menyukai