Anda di halaman 1dari 125

GANGGUAN PETIR PENYEBAB GSW PUTUS PADA TOWER 15 DAN

TOWER 16 SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV


PENGHANTAR TAMBAK LOROK-UNGARAN WILAYAH BASECAMP
SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA


Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Resi Anggun Rinangku
21060114083011

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

i
Senin
20 Maret 2017

ii
Selasa
21 Maret 2017

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah -
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja dalam rangka
memenuhi tugas semester enam dan sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan. Laporan praktik kerja dengan judul Gangguan Petir Penyebab GSW
Putus pada Tower 15 dan Tower 16 Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV
Penghantar Tambak Lorok-Ungaran telah selesai pada waktunya. Dalam menulis
laporan ini tak henti-hentinya penulis bersyukur kepada Allah SWT karena telah
memberi kemudahan selama mengerjakan laporan ini. Penulis juga berterimakasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis, yaitu :
1. Orang tua, kakak-kakak, dan adik-adik yang telah mendukung penulis untuk
menyelesaikan laporan praktik kerja ini.
2. Bapak Yuniarto, ST, MT selaku Ketua Jurusan PSDIII Teknik Elektro
Universitas Diponegoro.
3. Bapak Drs. Eko Ariyanto, MT selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan penulis dalam membuat laporan praktik kerja.
4. Bapak Amiruddin, selaku Manager APP Semarang yang telah mengijinkan
praktik kerja di Basecamp Semarang.
5. Bapak Ignatius Yurias, selaku Asisten Manager Engineering yang mengelola
Basecamp Semarang.
6. Mas Setiyawan Nugrahani, selaku Supervisor Transmisi yang telah
mengijinkan penulis mengikuti berbagai kegiatan transmisi dan membimbing
penulis selama praktik kerja dan dalam pembuatan laporan.
7. Bapak Har dan Bapak Joko yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis selama praktik kerja di Basecamp Semarang.
8. Bapak Ami, Bapak Parjo, Bapak Sukaemi, Bapak Yanu, dan Mas Widi selaku
tim HAR Transmisi yang telah memberi pengetahuan mengenai transmisi
kepada penulis.
9. Bapak Ahmadi, Bapak Kris, Bapak Agus, Bapak Slamet, Bapak Martono,
Bapak Darminto, Bapak Puspitoyo, Bapak Riyanto, Mas Taufan, Mas Arvian,

iv
Mas Ageng, Mas Arya, dan Mas Azmi selaku tim HAR GI yang telah
memberi pengetahuan mengenai gardu induk kepada penulis.
10. Bapak Rudi, Mas Galih, Mas Ayub, dan Mas David selaku tim HAR Proteksi
yang telah memberi pengetahuan mengenai proteksi kepada penulis.
11. Karyawan dan karyawati Basecamp Semarang yang telah membantu dalam
pengumpulan data untuk laporan.
12. Mbak Marinda L Febri, Mas Faisal Ayub Abdillah, dan Mas Angga Artha
Gathasa selaku PLN angkatan 56 yang sedang melaksanakan OJT di
Basecamp Semarang yang telah berbagi pengalaman dan memberikan
masukan serta dukungan selama praktik kerja berlangsung.
13. Rahma Nurita Anggraeni, Muhammad Adi Gumelar Bagaskara, Qomariyah
Rahmasari, Firda Ayu Atma Novita, Yunita Purnama Sari, Ajeng Dian
Puspita yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam melaksanakan
praktik kerja serta menyelesaikan laporan praktik kerja.
14. Safira Fegi Nisrina, Figa Syahadatin dan Yuli Prasetya selaku teman-teman
praktik kerja dari Unissula yang telah memberikan dukungan dan semnagat
selama praktik kerja berlangsung.
15. Iman Bagas Prakoso selaku teman praktik kerja dari STT PLN yang telah
memberikan dukungan dan semangat selama praktik kerja berlangsung.
16. Muhammad Fitra Budiyanto yang telah memberi banyak masukan dan
dukungan dalam menyelesaikan laporan praktik kerja ini.
17. Teman-teman D3 Elektro Kerjasama FT UNDIP-PT. PLN (Persero) angkatan
2014 yang selalu memberi dukungan dan berjuang bersama melaksanakan
praktik kerja selama tiga bulan dan menyelesaikan laporan praktik kerja ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar menjadi lebih
baik. Sekian yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan pihak-pihak yang telah membantu.

Semarang, 17 Maret 2017

Penulis

v
ABSTRAK

PT. PLN (Persero) sebagai satu-satunya perusahaan listrik milik negara


menyediakan kebutuhan listrik masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, PT. PLN
(Persero) mengoptimalkan kinerja sistem yang terdiri dari pembangkit listrik,
transmisi, dan distribusi sehingga handal, aman, dan ekonomis. Untuk
menghindari kerusakan awal, perlu menjaga dan memelihara peralatan di sistem-
sistem tersebut. Peralatan dapat rusak oleh kejadian yang tak terduga meskipun
terpelihara dengan baik. Seperti sistem transmisi yang memiliki kendala teknis
maupun nonteknis. Kendala nonteknis biasanya berhubungan dengan masyarakat,
sedangkan kendala teknis adalah kendala yang terkait dengan komponen yang ada
pada tower.
Kendala teknis seperti gangguan yang terjadi pada sistem transmisi. Pada tanggal
9 Januari 2017 pukul 04.34 WIB telah terjadi gangguan pada tower 15 dan tower
16 SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran. Gangguan tersebut
menyebabkan GSW pada tower 15 dan tower 16 putus. Berdasarkan analisa data
proteksi DFR, gangguan dipicu oleh sambaran petir dan terjadi flash yang
mengakibatkan GSW putus karena tidak kuat menahan besarnya tegangan dari
petir.
Setelah gangguan terjadi, maka dilakukan penanganan terhadap gangguan
tersebut. Langkah pertama penanganan adalah men-download DFR untuk
memudahkan analisa, kemudian menganalisa penyebab gangguan berdasarkan
data yang diperoleh. Setelah menganalisa gangguan, kemudian dilakukan
perbaikan komponen dengan memotong GSW dan menambah ground rod agar
pentanahan lebih bagus. Jika penanganan telah dilakukan, langkah berikutnya
adalah melakukan penormalan.

Kata kunci: transmisi, tower, gangguan petir.

vi
ABSTRACT

PT. PLN (Persero) as the only state-owned power company provides the
electricity needs of Indonesian society. Therefore, PT. PLN (Persero) optimize the
performance of a system consisting of power plant, transmission, and distribution
so that reliable, safety, and economical. To avoid early damage, need to keep and
maintain the equipment in those systems. The equipment can be damaged by the
unexpected incidents even though it is well maintained. Like the transmission
system that has the technical problems and nontechnical problems. Nontechnical
problems usually associated with society, while the technical problems are things
about the components on the tower.
Technical problems such as the interruption of the transmission system. On
January 9, 2017 at 04.34 am has been an interruption in the tower 15 and tower
16 SUTT 150 kV line Tambak Lorok-Ungaran. The interruption causes GSW on
the tower 15 and tower 16 broke up. Based on the analysis of data protection
DFR, interruption triggered by lightning attack and flash occurred that resulted
GSW dropped out due to not hold the magnitude of the voltage of lightning.
After interruption occurs, then handling the interruption. First handling the
interruption is to download the DFR to ease analysis, and then analyze the cause
of interruption based the data obtained. After analyzing interruption, then do
repairs of components by cutting the GSW and add ground rod for better
grounding. If the handling has been done, the next step is normalization.

Keywords: transmission, tower, lightning attack.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR ...iv
ABSTRAK..vi
DAFTAR ISIviii
DAFTAR GAMBAR ...xi
DAFTAR TABEL .xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja .2
1.2.1. Tujuan Praktik Kerja ...2
1.2.2. Manfaat Praktik Kerja .2
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .3
1.4. Batasan Permasalahan 3
1.5. Metode Pengumpulan Data 4
1.6. Sistematika Penulisan Laporan ...4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN


2.1. Sejarah PT. PLN (PERSERO) 6
2.1.1. Awal Mula Sejarah Ketenagalistrikan pada Abad ke-19 ....6
2.1.2. Periode Tahun 1943-1945 ...6
2.1.3. Periode Tahun 1945-1950 .6
2.1.4. Periode Tahun 1951-1966 .7
2.1.5. Periode Tahun 1967-1985 .8
2.1.6. Periode Tahun 1985-1990 .9
2.1.7. Periode Tahun 1990-Sekarang ..10
2.2. Dasar Hukum Berdirinya PT. PLN (Persero) ...10
2.3. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) .10

viii
2.4. Motto PT. PLN (Persero) ..11
2.5. Nilai-nilai PT. PLN (Persero) ...11
2.6. Makna Logo PT. PLN (Persero) ...12
2.7. Kebijakan Manajemen PT. PLN (Persero) ...14
2.8. Pengembangan Organisasi PT. PLN (Persero) .15
2.9. Latar Belakang APP Semarang 16
2.10. Fungsi dan Tugas APP Semarang.17
2.11. Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang.20
2.12. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang 20
2.13. Basecamp Semarang .21

BAB III LANDASAN TEORI


3.1. Pengertian SUTT/SUTET ...24
3.2. Komponen Utama pada SUTT/SUTET ..25
3.2.1. Pembawa Arus (Current Carrying) ..25
3.2.2. Isolasi (Insulation) 31
3.2.3. Struktur (Structure) ..37
3.2.4. Penghubung (Junctions)46
3.3. Komponen Tambahan pada SUTT/SUTET 53
3.3.1. Pengaman dari Gangguan Petir .53
3.3.2. Pengaman dari Getaran .60
3.3.3. Pengaman dari Ancaman ..62
3.3.4. Pengaman dari Kemungkinan Gangguan Luar .63
3.3.5. Pengaman dari Urat Konduktor Putus ..64
3.3.6. Monitoring 65

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Kendala Transmisi 67
4.1.1 Kendala Nonteknis 67
4.1.2 Kendala Teknis .....73
4.2. Gangguan pada SUTT 150 kV Penghantar Tambak Lorok-Ungaran ..80
4.2.1 Penyebab Gangguan .81

ix
4.2.2 Dampak Gangguan82
4.2.3 Analisa Gangguan .....83
4.2.4 Tindak Lanjut 84

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...88
5.2. Saran .89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PLN ...12


Gambar 2.2 Lambang Persegi pada Logo PLN ..12
Gambar 2.3 Lambang Petir pada Logo PLN ..13
Gambar 2.4 Lambang Tiga Gelombang pada Logo PLN ......13
Gambar 2.5 Bagan Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) TJBT APP
Semarang ....18
Gambar 2.6 Interaksi Komunikasi PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang ...19
Gambar 2.7 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang ..20
Gambar 2.8 Susunan Kepegawaian PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang..21
Gambar 2.9 Struktur Organisasi Basecamp Semarang ..23
Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik .24
Gambar 3.2 Konduktor ACSR 27
Gambar 3.3 Konduktor TACSR .27
Gambar 3.4 Konduktor ACCC 28
Gambar 3.5 Selongsong Steel .29
Gambar 3.6 Selongsong Aluminium .29
Gambar 3.7 Selongsong Steel ACCC .29
Gambar 3.8 Selongsong Alumunium ACCC ..29
Gambar 3.9 Jumper Joint 30
Gambar 3.10 Konduktor Jumper ..30
Gambar 3.11 Insulator Piring Tipe Clevis dan Tipe Ball-and-Socket .32
Gambar 3.12 Insulator Post .32
Gambar 3.13 Insulator Long Rod .33
Gambar 3.14 Insulator I String 33
Gambar 3.15 Insulator V String ...33
Gambar 3.16 Insulator Horizontal String 34
Gambar 3.17 Insulator Single String 34
Gambar 3.18 Insulator Double String ..34
Gambar 3.19 Insulator Quadruple 35
Gambar 3.20 Ceramic Insulator ...35

xi
Gambar 3.21 Insulator Gelas/Kaca 36
Gambar 3.22 Insulator Polymer ...36
Gambar 3.23 Angle Tower38
Gambar 3.24 Dead End Tower .39
Gambar 3.25 Suspension Tower ...40
Gambar 3.26 Section Tower .41
Gambar 3.27 Gantry Tower .41
Gambar 3.28 Combined Tower 42
Gambar 3.29 Konstruksi Tiang Pole 42
Gambar 3.30 Delta Tower 43
Gambar 3.31 Zig-zag Tower .43
Gambar 3.32 Pyramid Tower ...44
Gambar 3.33 Mur dan Baut Tower .44
Gambar 3.34 Pondasi Normal ..45
Gambar 3.35 Pondasi Spesial ...45
Gambar 3.36 Halaman Tower ..46
Gambar 3.37 Leg Tower ..46
Gambar 3.38 Suspension Clamp ...37
Gambar 3.39 Strain Clamp ...37
Gambar 3.40 Dead End Compression .48
Gambar 3.41 Socket Clevis ..48
Gambar 3.42 Bolt Clevis ..48
Gambar 3.43 Triangle Plate 49
Gambar 3.44 Triangle Plate Link 49
Gambar 3.45 Square Plate ..49
Gambar 3.46 Shackle ...50
Gambar 3.47 Turnbucle ..50
Gambar 3.48 Link Adjuster ..50
Gambar 3.49 Triangle Plate 51
Gambar 3.50 Link Bolt Socket .....51
Gambar 3.51 Extension Link ...51
Gambar 3.52 Shackle ...52

xii
Gambar 3.53 Adjuster Plate ...52
Gambar 3.54 Ball & Pin Insulator ..52
Gambar 3.55 Suspension Clamp GSW 53
Gambar 3.56 Joint GSW .53
Gambar 3.57 Kawat GSW / OPGW 54
Gambar 3.58 Jumper GSW, Kawat GSW / OPGW 55
Gambar 3.59 Arcing Horn Sisi Penghantar ....56
Gambar 3.60 Arcing Horn Sisi Tower ..56
Gambar 3.61 Bentuk Lain dari Arcing Horn .56
Gambar 3.62 Transmision Line Arrester .....58
Gambar 3.63 Konduktor Penghubung, Kawat GSW / OPGW ke Tanah 58
Gambar 3.64 Pentanahan Tower .59
Gambar 3.65 (a) Spacer 4 Konduktor 60
Gambar 3.65 (b) Spacer 2 Konduktor ...60
Gambar 3.66 Armour Rod ..61
Gambar 3.67 Counter Weight ..61
Gambar 3.68 Vibration Damper .62
Gambar 3.69 Penghalang Panjat 62
Gambar 3.70 Plat Rambu Berbahaya .....63
Gambar 3.71 Bola Rambu 63
Gambar 3.72 Lampu Tower ....64
Gambar 3.73 Repair Sleeve .64
Gambar 3.74 Armour Rod Span ..65
Gambar 3.75 Plat Informasi Tower .65
Gambar 3.76 Tangga Panjat ....66
Gambar 4.1 Halaman Tower ..68
Gambar 4.2 Luas Halaman Tower Berkurang Akibat Proyek .......69
Gambar 4.3 Pihak PLN Menjelaskan Masalah Halaman Tower Kepada
Masyarakat ...69
Gambar 4.4 Pohon di Bawah Kabel Penghantar 70
Gambar 4.5 Pengukuran Medan Elektromagnet dan Medan Listrik .71
Gambar 4.6 Jarak Bangunan yang Tidak Sesuai dengan ROW .....73

xiii
Gambar 4.7 Perhitungan Jarak ROW Konduktor dengan Pohon ...75
Gambar 4.8 Perhitungan Jarak ROW Konduktor dengan Bangunan .....76
Gambar 4.9 Mur Baut Tower Hilang Dicuri ..77
Gambar 4.10 Melepas Arde untuk Pengukuran Grounding .....79
Gambar 4.11 Perbaikan untuk Konduktor Rantas 80
Gambar 4.12 GSW Putus .81
Gambar 4.13 Download DFR GI Tambak Lorok Arah Ungaran .....82
Gambar 4.14 GSW Gosong .83
Gambar 4.15 Grounding Gosong .....83
Gambar 4.16 Penarikan GSW yang Telah Dipotong ...85
Gambar 4.17 GSW yang Telah Digulung ....................86
Gambar 4.18 Hujan yang Turun saat Pekerjaan ...........87

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang 22
Tabel 3.1 Standar Jarak Aman/ROW ..37
Tabel 4.1 Pengukuran Medan Magnet dan Medan Listrik .72
Tabel 4.2 Standar Jarak Bebas Minimum ROW .74
Tabel 4.3 Nilai Pentanahan .78
Tabel 4.4 Data Pentanahan Kaki Tower SUTT 150 kV Penghantar Tambak
Lorok-Ungaran Tahun 2016 84

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Praktik Kerja


Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja
Lampiran 3 Absensi Kehadiran
Lampiran 4 Laporan Kegiatan Harian
Lampiran 5 Lembar Penilaian Praktik Kerja
Lampiran 6 Download DFR GI Tambak Lorok arah Ungaran 2
Lampiran 7 Dokumen Pemeriksaan 1 Tahunan Tower Tahun 2016

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Manusia saat ini sangat memerlukan listrik dalam berbagai hal. Mulai
dari perindustrian hingga rumah tangga memerlukan listrik untuk membantu
kegiatan sehari-hari, baik sebagai penerangan maupun sebagai sumber
penggerak suatu alat. Listrik saat ini sudah seperti air yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Sama halnya dengan air, bila tidak ada listrik
maka rutinitas pun akan terganggu. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia
mencanangkan program 35.000 MW listrik untuk masyarakat Indonesia.
Program ini dimaksudkan agar listrik tersebar secara menyeluruh di wilayah
Indonesia. Sehingga diharapkan adanya kemajuan dalam berbagai bidang di
setiap wilayah Indonesia. Program pemerintah ini tentunya didukung oleh
PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan penyedia listrik satu-satunya yang
dimiliki negara Indonesia.
PT. PLN (Persero) berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat Indonesia dan mewujudkan program 35.000
MW listrik tersebut. Sebelum listrik sampai kepada konsumen tentu harus
melewati sebuah proses terlebih dahulu. Listrik harus dibangkitkan
kemudian ditransmisikan dan didistribusikan. Oleh sebab itu, PT. PLN
(Persero) meningkatkan kinerja setiap sistem perusahaan mulai dari
pembangkit, transmisi, distribusi hingga konsumen. Pada bagian transmisi
misalnya yang telah memaksimalkan kinerja pada pemeliharaan, proteksi,
dan transmisi itu sendiri. Dilakukan berbagai usaha agar setiap komponen
bekerja sesuai harapan dan target yang telah ditetapkan tanpa adanya
gangguan. Transmisi berusaha semaksimal mungkin agar listrik tersalurkan
dengan aman dan sesuai target mulai dari pembangkit sampai ke distribusi.
PT. PLN (Persero) melakukan banyak perlindungan terhadap semua
asset yang dimilikinya. Demikian juga untuk bagian transmisi yang
memiliki perlindungan untuk melindungi komponen-komponen
penyalurnya. Mengingat transmisi hanya ada di ruang terbuka yang

1
2

memungkinkan terjadinya gangguan, terlebih jika ada petir yang


menyambar.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA


1.2.1. Tujuan Praktik Kerja
1. Mempraktikan dan menerapkan ilmu yang telah didapat di
perkuliahan ke dalam dunia kerja.
2. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dan
menyelesaikan program studi Teknik Elektro Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro.
3. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja PT. PLN (Persero)
Transmisi Jawa Bagian Tengah Area Pelaksana Pemeliharaan
Semarang Basecamp Semarang.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan transmisi dan
komponen-komponennya.
5. Mengetahui kendala-kendala yang ada di transmisi tenaga
listrik.
6. Mengetahui solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada di
transmisi.

1.2.2. Manfaat Praktik Kerja


A. Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja yang
sesungguhnya terutama di PT. PLN (Persero).
2. Mengetahui apa saja kendala yang ada di transmisi dan
solusi dari pihak PT. PLN (Persero) dalam menangani
kendala tersebut.
B. Bagi Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro
1. Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan
informasi untuk mengembangkan pendidikan.
2. Mensinkronkan ilmu pengetahuan dari universitas untuk
diterapkan dalam dunia kerja.
3

3. Merupakan salah satu wujud penerapan dari Universitas


Diponegoro guna membantu mahasiswa agar lebih
mengenal dunia kelistrikan.
C. Bagi PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang Basecamp
Semarang
1. Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam
mendukung dan memajukan dunia pendidikan.
2. Dapat mendidik generasi muda yang nantinya akan bekerja
di PT. PLN (Persero).
3. Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui
kerjasama antara pihak perusahaan dengan perguruan
tinggi.
4. Membantu program pemerintah dalam menyiapkan Sumber
Daya Manusia yang lebih berkualitas dan berkompeten.

1.3. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Tempat dan waktu pelaksanaan Praktik Kerja adalah :
Tempat : PT. PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian Tengah Area
Pelaksana Pemeliharaan Semarang Basecamp Semarang
Waktu : 19 Desember 2016 19 Maret 2017

1.4. BATASAN PERMASALAHAN


Batasan masalah yang diberikan dalam laporan praktik kerja ini antara lain :
1. Kendala-kendala yang ada di transmisi baik kendala teknis maupun
non-teknis.
2. Membahas gangguan transmisi pada tower 15 dan tower 16 SUTT 150
kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran.
3. Membahas penyebab putusnya kawat petir yang ada di tower 15 dan
tower 16 SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran.
4. Laporan praktik ini hanya melaporkan bagaimana kawat petir putus
pada tower 15 dan tower 16 SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-
Ungaran.
4

1.5. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan
laporan praktik kerja ini ada 2, yaitu :
A. Cara Langsung
1. Observasi
Metode dengan melakukan pengamatan secara langsung tehadap
tower 15 dan tower 16 SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-
Ungaran pada tanggal 9 Januari 2017.
2. Diskusi
Metode ini meliputi kegiatan diskusi tanya jawab secara langsung
dengan pegawai PT. PLN (Persero) yang sudah berpengalaman
dalam bidang transmisi.
B. Cara Tidak Langsung
Metode pengumpulan data dengan cara merangkum dan memilih data
yang ada di Basecamp Semarang dan buku-buku referensi yang
berkaitan dengan judul laporan yang diambil untuk memperkuat data
yang telah didapatkan.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN


Penulisan laporan praktik kerja ini menggunakan sistematika untuk
memperjelas pemahaman terhadap materi yang disajikan. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan dan manfaat praktik kerja,
tempat dan waktu pelaksanaan praktik kerja, batasan
permasalahan, metode pengumpulan data, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Berisi tentang sejarah singkat terbentukanya PT. PLN (Persero),
dasar hukum berdirinya PT. PLN (Persero), visi dan misi
perusahaan, motto perusahaan, nilai-nilai perusahaan, makna
5

logo perusahaan, kebijakan manajemen perusahaan,


pengembangan organisasi perusahaan, latar belakang PT. PLN
(Persero) TJBT APP Semarang, fungsi dan tugas APP
Semarang, wilayah kerja APP Semarang, struktur organisasi
APP Semarang, serta basecamp Semarang.
BAB III : LANDASAN TEORI
Berisi pengertian Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), penjelasan
mengenai komponen-komponen utama pada SUTT dan SUTET,
penjelasan mengenai komponen-komponen tambahan pada
SUTT dan SUTET.
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi penjelasan kendala transmisi tegangan tinggi baik kendala
non-teknis maupun kendala teknis, serta pembahasan mengenai
gangguan pada SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-
Ungaran yang meliputi penyebab gangguan, dampak gangguan,
analisa gangguan, dan tindak lanjut dari gangguan tersebut.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang diambil berdasarkan data dan
analisa yang telah dilakukan serta saran dari penulis untuk
perusahaan kedepannya.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1. SEJARAH PT. PLN (PERSERO)


Sejak awal berdiri sampai saat ini, PLN telah banyak mengalami
berbagai perkembangan. Hal tersebut dijelaskan dalam sejarah perjalanan
perkembangan PLN yang dikelompokkan dalam beberapa periode, yaitu :
2.1.1. Awal Mula Sejarah Ketenagalistrikan pada Abad ke-19
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat
beberapa perusahaan milik Belanda, antara lain pabrik gula dan teh
mendirikan pembangkit tenaga listrik yang dipergunakan untuk
keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada
pada saat perusahaan swasta milik Belanda yaitu NV. Nign yang
pada mulanya bergerak di bidang gas memperluas usahanya
dibidang listrik untuk kemanfaatan umum, pada tahun 1927
pemerintah Belanda membentuk Slands Waterkracht Bedruven
(LWB) yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plegan,
PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubruk dan Kracak di
daerah Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA TES di
Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di
Jakarta. Selain itu di beberapa kota praja dibentuk perusahaan-
perusahaan listrik kota praja.
2.1.2. Periode Tahun 1943-1945
Menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang pada perang
dunia II maka Perusahaan Listrik dan Gas ini diambil alih oleh
pemerintahan Jepang dan dikelola menurut situasi daerah tertentu
seperti perusahaan listrik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera, dan lain-lain.
2.1.3. Periode Tahun 1945-1950
Dengan jatuhya Jepang ke tangan sekutu dan diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan listrik
tersebut berhasil direbut oleh para pemuda dan diserahkan ke

6
7

pemerintah pada bulan September 1945. Setelah berhasil merebut


perusahaan listrik, maka pada tanggal 27 Oktober 1945 dibuatlah
Perusahaan Jawatan Listrik dan Gas dengan kapasitas 157,5 MW
yang berkedudukan di Yogyakarta melalui ketetapan Presiden
Republik Indonesia Nomor 1/SD/1945. Dengan adanya hal tersebut,
maka tanggal 27 Oktober dikenal dengan Hari Listrik Nasional. Pada
masa Agresi Belanda I (19 Desember 1948) Perusahaan listrik yang
dibentuk dengan Ketetapan Presiden tersebut dikuasai oleh pemilik
semula. Pada Agresi Belanda II sebagian besar kantor jawatan listrik
dan gas direbut kembali oleh Pemerintah Belanda, sedangkan
perusahaan listrik swasta diserahkan pada pemilik semula sesuai
hasil Konferensi Meja Bundar (KMB).
2.1.4. Periode Tahun 1951-1966
Jawatan tenaga membawahi perusahaan untuk perusahaan tenaga
listrik (PENUPETEL) dan diperluas membawahi juga perusahaan
Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik. Pada tahun 1952
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tanggal 3 Oktober
1953 tentang nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa Belanda
yaitu jika kasasi penguasaannya telah berakhir, maka perusahaan
listrik milik swasta tersebut diambil alih dan digabungkan ke jawatan
negara. Dengan dikeluarkanya Undang-Undang No. 86 tahun 1958
tanggal 27 Desember 1958 yang berisi Nasionalisasi Perusahaan
Listrik Belanda, maka Perusahaan Lisrik dan Gas milik Belanda
berada di tangan Indonesia. Pada tahun 1959 setelah Dewan Direktur
Perusahaan Listrik Negara (DD PLN) terbentuklah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara
dan melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 1961
dibentuklah Badan Pimpinan Umum PLN (BPU PLN) yang
mengelola semua Perusahaan Listrik Negara dan Gas dalam satu
wadah organisasi. Pekerjaan Umum dan Tenaga pada saat itu
menetapkan SK Menteri PUT Nomor Menteri 19/1/20 Tanggal 20
Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut :
8

1. BPU adalah suatu Perusahaan Negara yang diserahi tugas


menguasai dan mengurus perusahaan-perusahaan listrik dan gas
yang berbentuk badan hukum.
2. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh Direksi.
3. Di daerah dibentuk daerah eksploitasi yang terdiri atas :
a. 10 Daerah eksploitasi listrik umum dan distribusi
b. 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik
c. 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik
d. 13 Pembangkit listrik negara eksploitasi proyek kelistrikan
4. Daerah eksploitasi khusus distribusi dibagi lebih lanjut menjadi
cabang dan ranting.
5. Daerah eksploitasi khusus pembangkit dibagi lebih lanjut menjadi
sektor.
Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN
sebesar 300 MW.
2.1.5. Periode Tahun 1967-1985
Dalam kabinet pembangunan I Dirjen GATRIK PLN dan
Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK) dialihkan ke Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL). Lembaga Masalah
Ketenagaan (LMK) ditetapkan dalam pengelolaan PLN melalui
Peraturan Menteri PUTL Nomor 6/PRT/1970. Tahun 1972 PLN
ditetapkan sebagai perusahaan umum melalui Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 10, Pemerintah juga memberi tugas bidang kelistrikan
kepada PLN untuk mengatur, membina, mengawasi, dan
melaksanakan perencanaan umum di bidang kelistrikan nasional
disamping tugas-tugas sebagai perusahaan. Mengingat kebijakan
energi dan PLN serta PGN dari Departemen di bidang Ketenagaan
selanjutnya ditangani oleh Dirjen Ketenagaan (1981).
9

Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah


menjadi Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB). Perubahan nama ini
untuk memperjelas tugas dan fungsinya yaitu :
a. Program Kelistrikan
b. Pembinaan-pembinaan pengesahan
c. Pengembangan Energi Baru
Tugas-tugas pemerintah yang semula dipikul PLN secara bertahap
dikembalikan ke Departemen sehingga PLN dapat lebih memusatkan
fungsinya sebagai perusahaan.
2.1.6. Periode Tahun 1985-1990
Mengingat tenaga listrik yang sangat penting bagi peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara umum, oleh
karena itu usaha penyediaan listrik, pemanfaatan, dan pengelolaan
perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang
cukup merata dengan pelayanan mutu yang baik. Kemudian dalam
rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan di bidang
tenaga listrik diperlukan upaya secara optimal memanfaatkan sumber
energi untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga penyediaan
tenaga listrik terjamin. Untuk mencapai maksud tersebut pemerintah
menganggap bahwa ketentuan dan perundang-undangan yang sudah
ada tidak lagi sesuai dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia menetapkan Undang-undang No. 15 Tahun 1985.
Keputusan pengadaan Undang-undang Jawatan tersebut,
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun
1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut
ditetapkan bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kekuasaan
usaha tenaga listrik. sesuai dengan makna yang terkandung dalam
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990
tentang Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara. Peraturan ini
10

merupakan dasar hukum pengelolaan PERUM Listrik Negara


sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagaan Listrik.
2.1.7. Periode Tahun 1990-Sekarang
Dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha penyediaan tenaga
listrik maka PERUM Listrik Negara yang didirikan dengan PP
Nomor 17 Tahun 1990 dinilai memenuhi persyaratan untuk
dialihkan bentuknya menjadi PERSERO. Selanjutnya dengan
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1994 tanggal 6 April 1994
tentang pengalihan bentuk PERUM menjadi PERSERO hal ini
tercantum dalam anggaran dasar PT. PLN (PERSERO) Akte Notaris
Sujipto, SH Nomor 109 tanggal 30 Julli 1994.

2.2. DASAR HUKUM BERDIRINYA PT. PLN (PERSERO)


1. Anggaran Dasar PLN tahun 1998.
2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 1998 tentang Pengalihan
Kedudukan, Tugas.
4. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero). Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1998 tentang pengalihan
Pembinaan terhadap Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan
Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki Negara Republik Indonesia
kepada Menteri Negara Pendayagunaan BUMN.

2.3. VISI DAN MISI PT. PLN (PERSERO)


A. Visi PT. PLN (Persero)
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang,
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
B. Misi PT. PLN (Persero)
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
11

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan


kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.4. MOTTO PT. PLN (PERSERO)


Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

2.5. NILAI-NILAI PT. PLN (PERSERO)


Nilai-nilai yang ada pada PT. PLN (Persero) antara lain :
1. Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar.
2. Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
3. Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat, dan sesuai
penghargaan pada harkat dan martabat manusia.
4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala
kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak
asasi dalam menjalankan bisnis.
5. Integritas menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas dan obyektifitas
dalam pengelolaan bisnis.
6. Kualitas produk.
7. Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-menerus dan
terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan
perusahaan.
8. Peluang untuk maju.
9. Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap
anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai
dengan kompetensi jabatan yang ditentukan.
10. Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan faktor anggota
perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan
karya inovatif.
12

11. Mengutamakan kepentingan perusahaan, konsisten untuk mencegah


terjadinya benturan kepentingan dan menjamin di dalam setiap
keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan perusahaan.
12. Pemegang saham dalam pengambilan keputusan bisnis akan
berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi pemegang saham.

2.6. MAKNA LOGO PT. PLN (PERSERO)


Bentuk, warna dan makna lambang perusahaan resmi yang digunakan
adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi
Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976,
mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo PLN


Adapun masing-masing elemen pada lambang PLN memiliki makna
sebagai berikut :
1. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Gambar 2.2 Lambang Persegi pada Logo PLN


13

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya,


melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.
Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang
dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat

Gambar 2.3 Lambang Petir pada Logo PLN


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT. PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta
tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang

Gambar 2.4 Lambang Tiga Gelombang pada Logo PLN


14

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga
bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan,
penyaluran (transmisi) dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja
keras para insan PT. PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik
bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan
konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan
dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan
layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.7. KEBIJAKAN MANAJEMEN PT. PLN (PERSERO)


Tahun 2003 ditandai dua tantangan besar yang harus dihadapi PLN
selaku perusahaan terbesar di bisnis kelistrikan di Indonesia. Pertama,
membaiknya perekonomian nasional yang memberikan dampak
membaiknya pertumbuhan ketenagalistrikan di Indonesia. Kedua,
diberlakukannya UU No. 20 tahun 2002 yang merubah lingkungan bisnis
kelistrikan menjadi surat dengan kompetisi. Pelaksanaan program
Restrukturisasi Korporat dan Road Map perusahaan merupakan usaha yang
dilakukan perusahaan untuk menuju PLN baru, yaitu PLN yang mampu
menghadapi perubahan lingkungan usaha. Buku Pedoman Good Corporate
Government sebagai komitmen perusahaan telah dibuat untuk menjadi
acuan bagi komisaris, direksi dan seluruh manajemen PLN dalam mengelola
perusahaan, baik dalam pembangunan struktur maupun dalam
mengembangkan proses bisnis. Good Corporate Government yang
berdasarkan kaidah transparansi, kemandirian, akuntabilitas, responsibilitas
serta kewajaran akan meningkatkan kinerja dan citra positif bagi
perusahaan.
Upaya untuk meningkatkan investasi sarana penyediaan tenaga listrik
dan pelayanan kepada pelanggan yang merupakan usaha untuk tetap dapat
mempertahankan dan melaksanakan tanggung jawab PLN dalam menjamin
kelangsungan penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat akan terus
ditingkatkan. Upaya peningkatan kemampuan perusahaan tersebut
15

diharapkan akan memberikan nilai tambah bagi pelanggan, perusahaan dan


pemegang saham. Suksesnya penyelesaian semua agenda korporat diatas,
pada akhirnya akan memastikan PLN sebagai perusahaan terkemuka untuk
mencapai posisi siap tinggal landas menggapai gemerlap di tahun-tahun
mendatang menjadi perusahaan kelas dunia selamanya.

2.8. PENGEMBANGAN ORGANISASI PT. PLN (PERSERO)


Cakupan operasi PLN sangat luas meliputi seluruh wilayah di Indonesia
yang terdiri lebih dari 13.000 pulau. Dalam perkembangannya, PT. PLN
(Persero) telah mendirikan 6 anak perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan.
Perusahaan-perusahaan tersebut yaitu :
1. PT. Indonesia Power
PT. Indonesia Power bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik
dan usaha-usaha lain yang terkait. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3
Oktober 1995 dengan nama PT. PJB I dan baru tanggal 1 September
2000 namanya berubah menjadi PT. Indonesia Power.
2. PT. Pembangkitan Jawa Bali
PT. PJB bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-
usaha lain yang terkait. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Oktober
1995 dengan nama PT. PJB II dan tanggal 22 September 2000,
namanya berubah menjadi PT. PJB.
3. Pelayanan Lstrik Nasional Batam
PT. PLN Batam yang bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik
bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.
4. PT. Indonesia Comnets Plus
Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi dan
didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.
5. PT. Prima Layanan Nasional Enjini, Rekayasa Enjiniring dan Supervisi
Konstruksi
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 3 Oktober 2002.
6. Pelayanan Listrik Nasioanal Tarakan
16

PT. PLN Tarakan bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi
kepentingan umum di wilayah Pulau Tarakan.
7. Geo Dipa Energi
Merupakan perusahaan patungan antara PLN-PERTAMINA yang
bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik terutama yang
menggunakan panas bumi.
Perusahaan Perseroan Terbatas, maka anak perusahaan diharapkan
dapat bergerak lebih leluasa dengan membentuk Perusahaan Joint Venture,
menjual saham dalam bursa efek, menerbitkan obligasi dan kegiatan-
kegiatan usaha lainnya. Di samping itu, untuk mengantisipasi Otonomi
daerah, PLN juga telah membentuk unit bisnis strategis berdasarkan
kewilayahan dengan kewenangan manajemen yang lebih luas.

2.9. LATAR BELAKANG APP SEMARANG


PT. PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian Tengah (TJBT) adalah satu-
satunya perusahaan yang bertanggung jawab dalam mengelola pengusahaan
transmisi, pengaturan beban dan manajemen energi di Sistem Jawa Bagian
Tengah. Secara operasional terbagi menjadi enam belas Area Pelaksana
Pemeliharaan (APP) dan lima Area Pengatur Beban (APB) yang
terinterkoneksi melalui jaringan kelistrikan 500 kV. Wilayah kerja PT. PLN
(Persero) TJBT Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) Semarang terdiri dari 2
Basecamp yaitu Basecamp Kudus dan Basecamp Semarang. Dimana total
aset yang dimiliki APP Semarang sebesar Rp 5.383 triliun dengan nilai
transaksi energi yang dikelola mencapai 16.238 GWh sampai Oktober 2012.
PT. PLN (Persero) TJBT Area Pelaksana Pemeliharaan Semarang
merupakan salah satu Unit Pelaksana dari PT. PLN (Persero) Transmisi
Jawa Bagian Tengah yang bertugas untuk mengelola/melaksanakan
pemeliharan instalasi tenaga listrik tegangan tinggi (SUTT) dan tegangan
extra tinggi (SUTET) dengan lingkup area di sepertiga dari wilayah Jawa
Tengah.
APP Semarang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan PT. PLN
(Persero) TJBT Nomor 1467.K/DIR/2011 tanggal 13 Desember 2011
17

tentang Organisasi PT. PLN (Persero) TJBT Area Pelaksana Pemeliharaan


Semarang pada PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
Jawa Bali. APP Semarang terdiri dari 1 unit Gardu Induk Konvensional 500
kV 11 unit, Gardu Induk konvensional 150 kV 2 unit dan GIS 150 KV 5
unit. Trafo IBT 500/150 kV (kapasitas terpasang 1500 MVA), 45 unit trafo
distribusi 150/20 kV (kapasitas terpasang 1946 MVA). Saluran transmisi
terpasang terdiri dari SUTET 500 kV (6 sirkuit; 616.42 kms; 1032 tower),
SUTT 150 kV (52 sirkuit; 1.089.88 kms; 1.612 tower) dan SKTT 150 kV (2
sirkuit; 5.841 kms) dengan jumlah SDM sebanyak 254 orang. Total nilai
aset yang dimiliki APP Semarang sebesar Rp 5.383.094.712.759 dengan
jumlah energi tersalur ke distribusi mencapai 3.679.325,064 MWh pada
tahun 2010. APP Semarang memiliki visi dan misi sebagai berikut :
A. Visi PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang
Diakui sebagai pengelola transmisi tenaga listrik dengan kualitas
pelayanan kelas dunia.
B. Misi PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang
1) Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan
tinggi andal, berkualitas, efisien dan ramah lingkungan.
2) Melaksanakan pengelolaan transmisi tenaga listrik yang efisien,
aman, andal dan ramah lingkungan.
3) Melaksanakan transaksi tenaga listrik yang transparan dan kredibel.
4) Melaksanakan dan mengembangkan pemberdayaan Sumber Daya
Manusia yang kompeten dan profesional.

2.10. FUNGSI DAN TUGAS APP SEMARANG


Bertanggungjawab melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran
tenaga listrik di wilayah kerjanya yang meliputi fungsi : pemeliharaan meter
dan proteksi, pemeliharaan instalasi penyaluran, pemeliharaan dalam
keadaan bertegangan, pemeliharaan SCADATEL, supervisi operasi,
logistik dan pengelolaan lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan
untuk mencapai target kinerja, mengelola bidang Administrasi dan
Keuangan untuk mendukung kegiatan operasi dan pemeliharaan instalasi.
18

Dalam melaksanakan tugas sesuai fungsinya PT. PLN (Persero) TJBT Area
Pelaksana Pemeliharaan Semarang memiliki struktur organisasi yang
terbagi menjadi 4 (empat) bidang sesuai dengan tugas masing-masing.
Berikut adalah struktur organisasi Area Pelaksana Pemeliharaan Semarang :

Gambar 2.5 Bagan Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) TJBT APP
Semarang
Pada saat menjalankan proses bisnisnya Area Pelaksana Pemeliharaan
Semarang berinteraksi dengan berbagai instansi baik internal maupun
eksternal. Koordinasi yang dilakukan oleh Area Pelaksana Pemeliharaan
Semarang tidak hanya fokus pada masalah ketenagalistrikan saja akan tetapi
juga mencakup masalah Keamanan Lingkungan, Permasalahan Tenaga
Kerja, Pelatihan kompetensi outsourcing dan lain sebagainya. Hal ini dapat
kita perhatikan dari bagan interaksi komunikasi seperti di bawah ini :
19

Gambar 2.6 Interaksi Komunikasi PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang
APP memiliki tanggung jawab tugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk,
Proteksi, Meter dan SCADATEL sesuai RKAP untuk menjaga kesiapan
operasi instalasi.
2. Melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran, meter, proteksi dan
SCADATEL di wilayah kerjanya.
3. Merencanakan pengembangan dan perbaikan instalasi penyaluran,
Rencana Anggaran Operasi/Investasi, APP Semarang target kinerja.
4. Mengelola sistem informasi operasi dan pemeliharaan untuk bahan
evaluasi Operasi dan Pemeliharaan dengan penerapan Pemeliharaan
Berbasis Kondisi (CBM).
5. Mengelola logistik, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan
untuk optimalisasi penggunaan peralatan kerja, instalasi dan material,
serta mencapai target kecelakaan kerja nihil.
6. Mengelola bina lingkungan, ROW (Right of Way) serta permasalahan
sosial lainnya.
7. Melaksanakan kebijakan di bidang Administrasi dan Kepegawaian.
8. Membina dan mengembangkan kompetensi SDM sesuai kebutuhan
kompetensi jabatan untuk mencapai target kinerja.
9. Mengelola anggaran dan keuangan sesuai peraturan yang berlaku.
20

2.11. WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) TJBT APP SEMARANG


Wilayah kerja APP Semarang meliputi GITET Ungaran, GI Pudak
Payung, GI Mranggen, GI Krapyak, GI Pandean Lamper, GIS Simpang
Lima, GIS Kalisari, GIS Tambak Lorok, GI Kudus, GI Jepara, GI Pati, GI
Rembang, PLTU Rembang, GI Cepu, GI Blora, GI Kedung Ombo, GI
Purwodadi.

Gambar 2.7 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang
Selain itu APP Semarang juga memiliki konsumen SKTT yaitu PT.
Asia Pasific Fiber ( Polysindo).

2.12. STRUKTUR ORGANISASI PT. PLN (PERSERO) TJBT APP


SEMARANG
PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang dipimpin oleh seorang
Manajer dengan dibantu oleh 4 Asisten Manajer. Dalam menjalankan tugas
Operasi dan pemeliharaan gardu induk dibantu oleh 2 supervisor basecamp
Semarang dan Kudus, 28 Supervisor Gardu Induk yang fungsinya masing
masing sesuai dengan lingkup kerjanya. Secara lengkap struktur organisasi
PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang dapat dilihat dalam bagan berikut :
21

Gambar 2.8 Susunan Kepegawaian PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang

2.13. BASECAMP SEMARANG


Basecamp Semarang dibawah PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang
merupakan unit pelaksana pemeliharaan instalasi tenaga listrik tegangan
tinggi dan ekstra tinggi di wilayah Semarang. Basecamp Semarang berada
di Jl. Ngesrep Timur V/41 Telp (024)7473828 Semarang. Basecamp
Semarang melaksanakan Pemeliharaan Gardu Induk, Pemeliharaan
Jaringan, dan Pemeliharaan Proteksi. Jumlah pegawai yang ada di
Basecamp Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
22

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang

Sumber : PT. PLN (Persero) TJBT APP Semarang-Basecamp Semarang

Basecamp Semarang memiliki visi misi sebagai berikut :


a. Visi Basecamp Semarang
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi
tenaga listrik dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang
mampu memenuhi harapan stakeholders, dan memberikan kontribusi
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b. Misi Basecamp Semarang
1) Melakukan usaha transmisi tenaga listrik yang efisien, andal,
berkualitas dan ramah lingkungan.
2) Melaksanakan pengelolaan operasi sistem tenaga listrik yang andal,
aman, bermutu dan ekonomis.
3) Melaksanakan pengelolaan transaksi tenaga listrik yang transparan
dan kredibel.
4) Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kompeten dan professional.
5) Mengembangkan usaha di luar usaha pokok yang dapat
memberikan kontribusi pada perolehan laba usaha.
Wilayah kerja Basecamp Semarang meliputi 14 Gardu Induk wilayah
Semarang. Gardu Induk tersebut adalah GI Weleri, GI Kaliwungu, GI
23

Randu Garut, GI BSB, GI Krapyak, GI Kalisari, GI Simpang Lima, GI


Tambak Lorok, GI Sayung, GI Pandean Lamper, GI Mranggen, GI Srondol,
GI Pudak Payung, dan GITET Ungaran.
Berikut struktur organisasi yang ada di Basecamp Semarang :

Gambar 2.9 Struktur Organisasi Basecamp Semarang


BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. PENGERTIAN SUTT/SUTET


Pembangunan pusat pembangkit dengan kapasitas produksi energi
listrik yang besar seperti PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP memerlukan
banyak persyaratan, terutama masalah lokasi yang tidak selalu bisa dekat
dengan pusat beban seperti kota, kawasan industri dan lainnya. Akibatnya
tenaga listrik tersebut harus disalurkan melalui sistem transmisi yaitu :
1. Saluran Transmisi
2. Gardu Induk
3. Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka
akan berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga saluran
transmisi, gardu induk dan saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang
harus dikelola dengan baik.

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik


25

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan


Ekstra Tinggi (SUTET) adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga
listrik berskala besar dari pembangkit ke pusat-pusat beban dengan
menggunakan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.
SUTT/SUTET merupakan jenis saluran transmisi tenaga listrik yang banyak
digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena harganya yang lebih murah
dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah. Pembangunan
SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang aman bagi
lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional,
diantaranya:
1) Ketinggian kawat penghantar
2) Penampang kawat penghantar
3) Daya isolasi
4) Medan listrik dan Medan magnet
5) Desis corona
Macam saluran udara yang ada di sistem ketenagalistrikan PT. PLN
(Persero) Transmisi Jawa Bagian Tengah antara lain :
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV
b. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV

3.2. KOMPONEN UTAMA PADA SUTT/SUTET


Berdasarkan fungsi dari tiap-tiap komponennya maka sistem transmisi
SUTT/SUTET dikelompokkan sebagai berikut :
3.2.1 Pembawa Arus (Current Carrying)
Komponen pembawa arus adalah komponen yang berfungsi
dalam proses penyaluran arus listrik dari Pembangkit ke GI/GITET
atau dari GI/GITET ke GI/GITET lainnya. Komponen-komponen
yang termasuk fungsi pembawa arus, yaitu :
A. Bare Conductor OHL (ACSR, TACSR dan ACCC)
Media pembawa arus pada SUTT/SUTET dengan kapasitas arus
sesuai spesifikasi yang direntangkan lewat tiang-tiang SUTT/SUTET
melalui insulator sebagai penyekat konduktor dengan tiang. Pada
26

tiang tension, konduktor dipegang oleh strain clamp/compression


dead end clamp, sedangkan pada tiang suspension dipegang oleh
suspension clamp. Bahan konduktor yang dipergunakan untuk
saluran energi listrik perlu memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1) Konduktivitas tinggi
2) Kekuatan tarik mekanik tinggi
3) Berat jenis rendah
4) Ekonomis
5) Lentur dan tidak mudah patah
Biasanya konduktor pada SUTT/SUTET merupakan konduktor
berkas (stranded) atau serabut yang dipilin agar mempunyai
kapasitas yang lebih besar dibanding konduktor pejal dan
mempermudah dalam penanganannya. Berikut jenis-jenis konduktor
berdasarkan bahannya :
a) Konduktor Jenis Tembaga (BC : Bare Copper)
Penghantar yang baik karena memiliki konduktivitas tinggi dan
kekuatan mekanik yang cukup baik.
b) Konduktor Jenis Aluminium
Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan daripada
konduktor jenis tembaga. Konduktivitas dan kekuatan mekaniknya
lebih rendah. Jenis-jenis konduktor alumunium antara lain :
i. Konduktor ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced)
Bagian dalam berupa steel yang mempunyai kuat mekanik
tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium yang
mempunyai konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih
menyukai bagian luar konduktor daripada bagian dalam konduktor,
maka sebagian besar SUTT/SUTET menggunakan konduktor jenis
ACSR. Daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi
dipakai jenis ACSR/AS, yaitu ACSR yang konduktor steel-nya
dilapisi dengan aluminium.
27

Gambar 3.2 Konduktor ACSR


ii. Konduktor TACSR (Thermal Aluminium Conductor Steel
Reinforced)
Saluran transmisi dengan kapasitas penyaluran/beban sistem
tinggi dipasang konduktor jenis TACSR. Konduktor ini mempunyai
kapasitas lebih besar namun berat konduktor tidak mengalami
perubahan yang banyak, tapi berpengaruh terhadap sagging.

Gambar 3.3 Konduktor TACSR


iii. Konduktor ACCC (Aluminium Conductor Compose Core)
Bagian dalam berupa composite yang mempunyai kuat mekanik
tinggi. Bahan ini tidak mengalami pemuaian saat dibebani arus
maupun tegangan karena bukan dari bahan konduktif. Konduktor ini
tidak mengalami korosi sehingga cocok untuk daerah pinggir pantai.
Bagian luar berupa aluminium yang mempunyai konduktivitas
tinggi. Konduktor jenis ini dipilih karena memiliki karakteristik high
conductivity & low sag conductor.
28

Gambar 3.4 Konduktor ACCC


B. Sambungan Konduktor (Midspan Joint)
Sambungan konduktor adalah material untuk menyambung
konduktor penghantar yang cara penyambungannya dengan alat
press tekanan tinggi. Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa
syarat antara lain :
1) Konduktivitas listrik yang baik.
2) Kekuatan mekanik yang besar.
Penempatan midspan joint harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1) Diusahakan berada di tengah-tengah gawang atau bagian
terendah dari andongan konduktor.
2) Tidak boleh berada di dekat tower tension.
3) Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT, dan lain-lain.
Ada 2 jenis teknik penyambungan konduktor penghantar ACSR,
TACSR & ACCC, yaitu :
1) Sambungan dengan puntiran (jarang digunakan)
2) Sambungan dengan press
Sambungan konduktor penghantar dengan press terdiri dari :
a. Selongsong Steel, berfungsi untuk menyambung steel atau
bagian dalam konduktor penghantar ACSR & TACSR.
29

Gambar 3.5 Selongsong Steel


b. Selongsong Aluminium, berfungsi untuk menyambung
aluminium atau bagian luar konduktor penghantar ACSR &
TACSR.

Gambar 3.6 Selongsong Aluminium


c. Selongsong Steel ACCC, berfungsi untuk menyambung
Composite Carbon dalam konduktor penghantar ACCC.

Gambar 3.7 Selongsong Steel ACCC


d. Selongsong Aluminium ACCC, berfungsi untuk
menyambung aluminium atau bagian luar konduktor
penghantar ACCC.

Gambar 3.8 Selongsong Alumunium ACCC


C. Jumper Joint
Sebagai pembagi arus pada titik sambungan konduktor.
30

Gambar 3.9 Jumper Joint


D. Konduktor Jumper (Jumper Conductor)
Jumper Conductor digunakan sebagai penghubung konduktor
pada tiang tension. Besar penampang, jenis bahan, dan jumlah
konduktor pada konduktor penghubung disesuaikan dengan
konduktor yang terpasang pada SUTT/SUTET tersebut.

Gambar 3.10 Konduktor Jumper


31

Jarak Jumper Conductor dengan tiang diatur sesuai tegangan


operasi dari SUTT/SUTET. Konduktor pada tiang tension SUTET
umumnya dipasang counter weight sebagai pemberat agar posisi dan
bentuk konduktor penghubung tidak berubah. Pada tiang tertentu
perlu dipasang insulator support untuk menjaga jarak antara
konduktor penghubung dengan tiang tetap terpenuhi. Untuk menjaga
jarak dan pemisah antar Jumper Conductor pada konfigurasi 2
konduktor atau 4 konduktor perlu dipasang twin spacer ataupun
quad spacer.
3.2.2 Isolasi (Insulation)
Isolasi berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak bertegangan/ground baik saat normal
continous operation dan saat terjadi surja (termasuk petir). Sesuai
fungsinya, insulator yang baik harus memenuhi sifat :
1) Karakteristik Elektrik
Insulator mempunyai ketahanan tegangan impuls petir pengenal
dan tegangan kerja, tegangan tembus minimum sesuai tegangan kerja
dan merupakan bahan isolasi yang diapit oleh logam. Apabila nilai
isolasi menurun akibat polutan maupun kerusakan pada insulator
maka tejadi kegagalan isolasi yang menimbulkan gangguan.
2) Karakteristik Mekanik
Insulator harus mempunyai kuat mekanik untuk menanggung
beban tarik konduktor penghantar maupun beban berat insulator dan
konduktor penghantar.
A. Menurut bentuk
a) Insulator Piring
Insulator penegang dan insulator gantung, dimana jumlah
piringan insulator disesuaikan dengan tegangan sistem.
32

Gambar 3.11 Insulator Piring Tipe Clevis dan Tipe Ball-and-Socket


b) Insulator Tipe Post
Sebagai tumpuan dan memegang konduktor diatasnya untuk
pemasangan secara vertikal dan sebagai insulator dudukan.
Terpasang pada tower jenis pole atau pada tiang sudut.
Dipergunakan untuk memegang dan menahan konduktor untuk
pemasangan secara horizontal.

Gambar 3.12 Insulator Post


c) Insulator Long Rod
Insulator porselen atau komposit untuk beban tarik.
33

Gambar 3.13 Insulator Long Rod


B. Menurut pemasangan
a) I String

Gambar 3.14 Insulator I String


b) V String

Gambar 3.15 Insulator V String


34

c) Horizontal String

Gambar 3.16 Insulator Horizontal String


d) Single String

Gambar 3.17 Insulator Single String


e) Double String

Gambar 3.18 Insulator Double String


35

f)Quadruple

Gambar 3.19 Insulator Quadruple


C. Insulation pada SUTT/SUTET dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Ceramic Insulator
Insulator keramik terbuat dari bahan porselen yang mempunyai
keunggulan tidak mudah pecah dan tahan terhadap cuaca. Dalam
penggunaannya insulator ini harus diglasur. Warna glasur biasanya
coklat dengan warna lebih tua atau lebih muda. Hal itu juga berlaku
untuk daerah dimana glasur lebih tipis dan lebih terang, sebagai
contoh pada bagian tepi dengan radius kecil. Daerah yang di glasur
harus dilingkupi glasur halus dan mengkilat, bebas dari retak dan
cacat lain.

Gambar 3.20 Ceramic Insulator


36

b) Non-Ceramic Insulator
i. Insulator Gelas/Kaca
Hanya untuk insulator jenis piring. Bagian gelas harus bebas
dari lubang atau cacat lain termasuk adanya gelembung dalam gelas.
Warna gelas biasanya hijau dengan warna lebih tua atau lebih muda.
Jika terjadi kerusakan mudah dideteksi.

Gambar 3.21 Insulator Gelas/Kaca


ii. Insulator Polymer
Insulator polymer dilengkapi dengan mechanical load-bearing
fiberglass rod yang diselimuti oleh weather shed polimer untuk
mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi.

Gambar 3.22 Insulator Polymer


c) Isolasi Udara (Ground Clearance)
Kegagalan fungsi isolasi udara disebabkan karena breakdown
voltage yang terlampaui (jarak yang tidak sesuai, perubahan nilai
37

tahanan udara, tegangan lebih). Isolasi udara (ground clearance)


mempunyai jarak bebas minimum, yaitu jarak terpendek antara
penghantar dengan permukaan tanah, benda-benda dan kegiatan lain
disekitarnya. Mutlak tidak boleh lebih pendek dari yang telah
ditetapkan demi keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Tabel 3.1 Standar Jarak Aman/ROW

Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan SUTT/SUTET PT. PLN


(Persero)
3.2.3 Struktur (Structure)
Komponen utama struktur pada sistem transmisi SUTT/SUTET
adalah tiang (tower). Tiang adalah konstruksi bangunan yang kokoh
untuk menyangga/merentang konduktor penghantar dengan
38

ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan


sekitarnya dengan sekat insulator. Struktur terbagi dalam 3 bagian :
A. Bracing Tower (Besi Siku Tower)
Rangkaian bracing tower membentuk struktur tower yang
berfungsi menjaga dan mempertahankan kawat penghantar pada
jarak ground clearance tertentu sehingga proses transmisi daya
berlangsung kontinyu.
a) Tiang Menurut Fungsi
i. Tiang Penegang (Tension Tower)
Menahan gaya berat juga menahan gaya tarik dari konduktor-
konduktor SUTT/SUTET. Tiang penegang terdiri dari :
a. Tiang Sudut (Angle Tower)
Menerima gaya tarik akibat perubahan arah SUTT/SUTET.

Gambar 3.23 Angle Tower


b. Tiang Akhir (Dead End Tower)
Tiang penegang yang direncanakan sedemikian rupa sehingga
kuat untuk menahan gaya tarik konduktor-konduktor dari satu arah
39

saja. Tiang akhir ditempatkan di ujung SUTT/SUTET yang akan


masuk ke switch yard Gardu Induk.

Gambar 3.24 Dead End Tower


ii. Tiang Penyangga (Suspension Tower)
Tiang untuk menyangga dan harus kuat terhadap gaya berat
dari peralatan listrik yang ada pada tiang tersebut.
40

Gambar 3.25 Suspension Tower


iii. Tiang Penyekat (Section Tower)
Tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan
sejumlah tower penyangga lainnya karena kemudahan saat
pembangunan (penarikan konduktor), umumnya mempunyai sudut
belokan yang kecil.
iv. Tiang Transposisi
Tempat perpindahan letak susunan fasa konduktor-konduktor
SUTT/SUTET.
41

Gambar 3.26 Tiang Transposisi


v. Tiang Portal (Gantry Tower)
Persilangan antara dua saluran transmisi yang membutuhkan
ketinggian yang lebih rendah untuk alasan tertentu (bandara, tiang
crossing).

Gambar 3.27 Gantry Tower


vi. Tiang Kombinasi (Combined Tower)
Digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda
tegangan operasinya.
42

Gambar 3.28 Combined Tower


b) Tiang Menurut Bentuk
i. Tiang Pole
Digunakan pada perluasan SUTT dalam kota padat penduduk
dan memerlukan lahan relatif sempit. Berdasarkan materialnya tiang
pole terbagi menjadi tiang pole baja dan tiang pole beton.

Gambar 3.29 Konstruksi Tiang Pole


43

ii. Tiang Kisi-kisi (Lattice Tower)


Terbuat dari baja profil. Disusun sedemikian rupa sehingga
merupakan suatu menara yang telah diperhitungkan kekuatannya
disesuaikan dengan kebutuhannya. Berdasarkan susunan/konfigurasi
penghantarnya dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu :
a. Tiang delta (delta tower)

Gambar 3.30 Delta Tower


b. Tiang zig-zag (zig-zag tower)
44

Gambar 3.31 Zig-zag Tower


c. Tiang piramida (pyramid tower)

Gambar 3.32 Pyramid Tower


B. Mur dan Baut Tower
Mur dan baut tower berfungsi menyatukan bracing sehingga
membentuk konstruksi tower.

Gambar 3.33 Mur dan Baut Tower


C. Pondasi Tower
Pondasi adalah konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki
tower (stub) dengan bumi. Jenis pondasi tower beragam menurut
kondisi tanah tapak tower berada dan beban yang akan ditanggung
45

oleh tower. Pondasi tower yang menanggung beban tarik (tension)


dirancang lebih kuat daripada tower tipe suspension. Jenis pondasi :
a. Normal : Dipilih untuk daerah yang dinilai cukup keras
tanahnya.

Gambar 3.34 Pondasi Normal


b. Spesial : Dipilih untuk daerah yang lembek/tidak keras sehingga
harus mencapai tanah keras yang lebih dalam.

Gambar 3.35 Pondasi Spesial


c. Raft : Dipilih untuk daerah berawa/berair.
d. Auger : Dipilih karena mudah pengerjaannya dengan mengebor
dan mengisinya dengan semen.
e. Rockdrilled : Dipilih untuk daerah berbatuan.
Stub adalah bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang
bersamaan dengan pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan
46

pondasi. Bagian atas stub muncul dipermukaan tanah sekitar 0,5


sampai 1 meter dan dilindungi semen serta dicat agar tidak mudah
berkarat. Sedangkan halaman tower adalah daerah tapak tower yang
luasnya diukur dari proyeksi ke atas tanah galian pondasi. Biasanya
antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung pada jenis tower.

Gambar 3.36 Halaman Tower


Leg adalah kaki tower yang terhubung antara stub dengan tower
body. Pada tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau
pengurangan tinggi leg.

Gambar 3.37 Leg Tower


3.2.4 Penghubung (Junctions)
Menghubungkan subsistem Current Carrying (pembawa arus),
subsistem Insulation (isolasi) dan subsistem Structure (struktur).
Junction pada sistem transmisi SUTT/SUTET adalah semua
47

komponen pendukung fungsi pembawa arus, isolasi dan struktur.


Berdasarkan perannya sebagai komponen pendukung, junction
terbagi atas :
A. Menghubungkan subsistem Current Carrying (pembawa arus)
dengan subsistem Insulation (isolasi)
i. Suspension Clamp
Alat yang dipasang pada konduktor penghantar ke perlengkapan
insulator gantung. Berfungsi untuk memegang konduktor penghantar
pada tiang suspension.

Gambar 3.38 Suspension Clamp


ii. Strain Clamp
Alat yang dipasang pada konduktor penghantar ke perlengkapan
insulator penegang. Berfungsi memegang konduktor penghantar
pada tower tension.
48

Gambar 3.39 Strain Clamp


iii. Dead End Compression
Sebagai pemegang konduktor pada tower tension.

Gambar 3.40 Dead End Compression


iv. Socket Clevis
Menghubungkan bolt insulator dengan hot yoke pada tower
tension/suspension.

Gambar 3.41 Socket Clevis


v. Bolt Clevis
Menghubungkan socket insulator dengan link.
49

Gambar 3.42 Bolt Clevis


vi. Triangle Plate
Pemegang/penahan konduktor pada tower suspension.

Gambar 3.43 Triangle Plate


vii. Triangle Plate Link
Penghubung antara triangle plate dengan suspension clamp.

Gambar 3.44 Triangle Plate Link


viii. Square Plate
Pemegang/penahan konduktor pada tower suspension double
konduktor maupun tower tension.
50

Gambar 3.45 Square Plate


ix. Shackle
Menghubungkan link dengan tower.

Gambar 3.46 Shackle


x. Turnbucle (Span Scrup)
Mengatur kekencangan/kekendoran tarikan konduktor.

Gambar 3.47 Turnbucle


xi. Link Adjuster
Menghubungkan yoke dengan konduktor dan memperoleh
sagging yang diinginkan.
51

Gambar 3.48 Link Adjuster


B. Menghubungkan subsistem Insulation (isolasi) dengan
subsistem structure (struktur)
i. Triangle Plate
Pemegang/penahan konduktor pada tower suspension.

Gambar 3.49 Triangle Plate


ii. Link Bolt Socket
Menghubungkan socket insulator dengan cold yoke pada tower
tension.

Gambar 3.50 Link Bolt Socket


iii. Extension Link
Menghubungkan travers dengan yoke pada tower tension sisi
cold end.
52

Gambar 3.51 Extension Link


iv. Shackle
Menghubungkan link dengan tower.

Gambar 3.52 Shackle


v. Adjuster Plate
Mengatur sagging (andongan) insulator pada tower tension.

Gambar 3.53 Adjuster Plate


C. Menghubungkan antar insulator dan terminasi renceng insulator
ke junction konduktor dan junction tower
Terdiri atas Ball & Pin Insulator keramik dan non keramik.
53

Gambar 3.54 Ball & Pin Insulator


D. Menghubungkan subsistem pengaman petir
Terdiri atas Suspension Clamp GSW.

Gambar 3.55 Suspension Clamp GSW


E. Menghubungkan antar subsistem pengaman petir
Terdiri dari Joint GSW.

Gambar 3.56 Joint GSW

3.3. KOMPONEN TAMBAHAN PADA SUTT/SUTET


Komponen tambahan pada SUTT/SUTET terdiri dari protection,
monitoring dan pemeliharaan saluran transmisi. Protection SUTT/SUTET
54

adalah pengaman instalasi dari gangguan petir, getaran/stress mekanis yang


ditimbulkan oleh angin, ancaman/kemungkinan gangguan akibat manusia,
gangguan dari luar (tertabrak pesawat udara, terjun payung dan lain-lain)
dan juga pengaman dari urat konduktor putus.
3.3.1. Pengaman dari Gangguan Petir
SUTT/SUTET merupakan instalasi penting yang menjadi target
mudah (easy target) bagi sambaran petir karena strukturnya yang
tinggi dan berada pada lokasi yang terbuka. Sambaran petir pada
SUTT/SUTET merupakan suntikan muatan listrik. Suntikan muatan
ini menimbulkan kenaikan tegangan pada SUTT/SUTET, sehingga
pada SUTT/SUTET timbul tegangan lebih berbentuk gelombang
impuls dan merambat ke ujung-ujung SUTT/SUTET. Tegangan
lebih akibat sambaran petir sering disebut surja petir. Jika tegangan
lebih surja petir tiba di Gardu Induk, maka tegangan lebih tersebut
akan merusak isolasi peralatan Gardu Induk. Oleh karena itu, dibuat
pelindung agar tegangan surja yang tiba di Gardu Induk tidak
melebihi kekuatan isolasi peralatan Gardu Induk. Komponen-
komponen yang termasuk dalam fungsi proteksi petir adalah semua
komponen pada SUTT/SUTET yang berfungsi dalam melindungi
saluran transmisi dari sambaran petir yang terdiri dari :
A. Kawat Ground Steel Wire (GSW)/Optic Ground Wire (OPGW)
Kawat GSW/OPGW adalah media untuk melindungi konduktor
fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas konduktor fasa
dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, dengan anggapan
petir menyambar dari atas konduktor. Namun, jika petir menyambar
dari samping maka dapat mengakibatkan konduktor fasa tersambar
dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan.
55

Gambar 3.57 Kawat GSW / OPGW


Kawat GSW/OPGW terbuat dari baja yang sudah digalvanis
maupun sudah dilapisi dengan aluminium. Pada SUTET yang
dibangun mulai tahun 1990an, di dalam ground wire difungsikan
fiber optic untuk keperluan telemetri, teleproteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire),
sehingga mempunyai beberapa fungsi. Jumlah Kawat GSW/OPGW
pada SUTT/SUTET paling sedikit ada satu buah di atas konduktor
fasa, namun umumnya dipasang dua buah. Pemasangan satu buah
konduktor tanah untuk dua penghantar akan membuat sudut
perlindungan menjadi besar sehingga konduktor fasa mudah
tersambar petir. Pada tipe tower tension, pemasangan Kawat
GSW/OPGW dapat menggunakan dead end compression dan
protection rods yang dilengkapi helical dead end . Sedangkan pada
tipe tower suspension digunakan suspension clamp untuk memegang
kawat GSW/OPGW.
B. Jumper GSW
Untuk menjaga hubungan Kawat GSW dan OPGW dengan
tower, maka pada ujung travers Kawat GSW/OPGW dipasang
jumper GSW yang dihubungkan ke kawat GSW. Kawat penghubung
56

terbuat dari kawat GSW yang dipotong dengan panjang yang


disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar 3.58 Jumper GSW, Kawat GSW/OPGW


Jumper GSW pada tipe tower tension dipasang antara tower dan
Kawat GSW/OPGW serta antar dead end compression atau
protection rods yang dilengkapi helical dead end kawat
GSW/OPGW. Hal ini dimaksudkan agar arus gangguan petir dapat
mengalir langsung ke tower maupun antar kawat GSW/OPGW.
Sedangkan pada tipe tower suspension, Jumper GSW dipasang pada
tower dan disambungkan ke kawat GSW/OPGW dengan klem
penghubung (pararel grup, wire clipe) ataupun dengan memasangnya
pada suspension clamp kawat GSW/OPGW.
C. Arcing Horn
Alat pelindung proteksi petir yang paling sederhana adalah
arcing horn. Arcing horn berfungsi memotong tegangan impuls petir
secara pasif (tidak mampu memadamkan follow current dengan
sendirinya). Arcing horn terpasang pada SUTT/SUTET yaitu :
1) Arcing horn sisi penghantar

Gambar 3.59 Arcing Horn Sisi Penghantar


57

2) Arcing horn sisi tower

Gambar 3.60 Arcing Horn Sisi Tower


3) Bentuk lain dari arcing horn

Gambar 3.61 Bentuk Lain dari Arcing Horn


D. Transmision Line Arrester (TLA)
Pada dasarnya jalur transmisi dirancang dengan baik sehingga
kebal terhadap sambaran petir. Parameter penting dalam desain
tower adalah geometeri, ketinggian, shiled wire dan tingkat
pentanahan tower. Namun dalam beberapa kasus tidak mungkin
untuk merancang dengan sempurna, hanya solusi optimal yang dapat
dilakukan. Optimalisasi ini berdasarkan keseimbangan biaya dari
desain dan outage yang dapat ditoleransi. Mengingat geografis jalur
transmisi memiliki life cycle dan kebutuhan pelanggan terhadap
tingkat pelayanan semakin tinggi. Sementara perubahan desain jalur
transmisi biasanya mahal, memasang arrester petir pada saluran
transmisi TLA merupakan solusi yang efektif untuk meningkatkan
reliability sistem.
Sebuah transmission lightning arrester harus mampu bertindak
sebagai insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke
tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang
58

sangat baik, mengalirkan ribuan ampere arus surja ke tanah,


memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand
string insulator ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus
susulan mengalir dari sistem melalui TLA (power follow current)
setelah surja petir berhasil didisipasikan. TLA dapat melindungi
sistem dari kejadian-kejadian sebagai berikut :
1) Back Flash Over
Kejadian dimana petir menyambar bagian-bagian grounding
sistem (seperti tower dan GSW) tetapi arus petir tidak dapat
dialirkan ke tanah karena impact local grounding yang tidak bekerja
dengan baik.
2) Flash Over
Kejadian dimana perlindungan GSW tidak maksimal sehingga
petir menyambar langsung pada konduktor.

Gambar 3.62 Transmision Line Arrester


E. Konduktor Penghubung
Pada tiang SUTT/ SUTET yang berlokasi di daerah petir tinggi
biasanya dipasang konduktor penghubung. Bahan yang dipakai
untuk konduktor penghubung umumnya sama dengan bahan kawat
GSW/OPGW. Konduktor penghubung ini berfungsi sebagai media
berjalannya surja petir dengan nilai induktansi yang lebih rendah
daripada induktansi tower agar arus petir yang menyambar kawat
59

GSW/OPGW maupun tower SUTT/SUTET dapat langsung


disalurkan ke tanah.

Gambar 3.63 Konduktor Penghubung, Kawat GSW/OPGW ke


Tanah
Ujung bagian atas konduktor ini dihubungkan langsung dengan
kawat GSW/OPGW menggunakan klem sambungan atau
dihubungkan dengan batang penangkap petir yang dipasang di atas
tower. Sedangkan ujung bagian bawahnya dihubungkan dengan
pentanahan tower. Dengan pemasangan konduktor penghubung
diharapkan tidak terjadi arus balik yang nilainya lebih besar daripada
arus sambaran petir yang sesungguhnya sehingga gangguan pada
transmisi dapat berkurang.
F. Rod Pentanahan (Grounding)
Perlengkapan pembumian sistem transmisi yang berfungsi untuk
meneruskan arus listrik dari tower SUTT/SUTET ke tanah dan
menghindari terjadinya back flash over pada insulator saat
grounding sistem terkena sambaran petir. Pentanahan tower terdiri
dari konduktor tembaga atau konduktor baja yang diklem pada pipa
pentanahan yang ditanam dekat pondasi tiang atau dengan menanam
plat aluminium/tembaga disekitar pondasi tower yang berfungsi
untuk mengalirkan arus dari konduktor tanah akibat sambaran petir.
60

Gambar 3.64 Pentanahan Tower


Jenis-jenis pentanahan tower pada SUTT/SUTET :
1) Electroda Bar, suatu rel logam yang ditanam di dalam tanah.
Pentanahan ini paling sederhana dan efektif dimana nilai
tahanan tanah adalah rendah.
2) Electroda Plat, plat logam yang ditanam di dalam tanah secara
horizontal atau vertikal. Pentanahan ini umumnya untuk
pengamanan terhadap petir.
3) Counter Poise Electrode, suatu konduktor yang digelar secara
horizontal di dalam tanah. Pentanahan ini dibuat pada daerah
yang nilai tahanan tanahnya tinggi atau untuk memperbaiki nilai
tahanan pentanahan.
4) Mesh Electrode, sejumlah konduktor yang digelar secara
horizontal di tanah yang umumnya cocok untuk daerah
kemiringan.
3.3.2. Pengaman dari Getaran
Pengaman dari getaran ini contohnya adalah tekanan mekanis
yang ditimbulkan oleh angin yang berhembus di sekitar kabel
penghantar dan tower. Pengaman getaran berfungsi agar kabel
konduktor tidak bergerak terlalu ekstrim saat adanya angin yang
berhembus. Pengaman getaran melindungi antar kabel konduktor
61

agar tidak saling bergesekan karena bila kabel konduktor bergesekan


maka akan menyebabkan gangguan. Ada beberapa pengaman
penghantar, antara lain :
A. Spacer
Pemisah/perentang dan sekaligus sebagai peredam getaran pada
konduktor dan juga menjaga agar konduktor pada satu bundle fasa
bergerak seirama.

(a) (b)
Gambar 3.65 (a) Spacer 4 Konduktor (b) Spacer 2 Konduktor
62

B. Armour Rod
Melindungi alumunium konduktor dari stress mekanis dititik
junction dengan insulator pada tower suspension.

Gambar 3.66 Armour Rod


C. Counter Weight
Menjaga jumper konduktor agar stabil diposisinya sehingga
tidak bersentuhan dengan tower saat tertiup angin atau terjadi
goncangan.

Gambar 3.67 Counter Weight


D. Vibration Damper
Peredam getaran pada titik-titik terminasi antara konduktor dan
insulator.
63

Gambar 3.68 Vibration Damper


3.3.3. Pengaman dari Ancaman
Pengaman dari ancaman ini contohnya adalah kemungkinan
gangguan akibat manusia maupun binatang. Tower tidak boleh
dipanjat oleh sembarang orang karena sangat berbahaya bila terjadi
kesalahan. Bahkan binatang pun terutama hewan melata tidak
dianjurkan berada di tower karena dikhawatirkan akan menyebabkan
gangguan. Pengaman dari ancaman antara lain :
A. ACD (Anti Climbing Device)/Penghalang Panjat
Mencegah/menghambat manusia yang tidak berkepentingan
untuk memanjat tower. Penghalang panjat dibuat runcing, berjarak
10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower
dibawah rambu tanda bahaya.

Gambar 3.69 Penghalang Panjat


B. Plat Rambu Bahaya
Memberikan peringatan bahaya tegangan tinggi/tegangan ekstra
tinggi.
64

Gambar 3.70 Plat Rambu Berbahaya


3.3.4. Pengaman dari Kemungkinan Gangguan Luar
Pengaman dari pesawat udara yang sedang terbang maupun
seseorang yang sedang terjun payung. Pengaman ini sangat
diperlukan agar tower terlihat dari atas sehingga manusia tidak salah
mendarat. Apabila tidak ada pengaman, dikhawatirkan terjadinya
misscomunication antar tower dan pesawat udara maupun manusia
yang sedang terjun payung. Pengaman dari kemungkinan gangguan
luar berupa :
A. Bola Rambu
Memberi tanda bagi pilot pesawat dan nakoda kapal tentang
keberadaan saluran transmisi SUTT/SUTET. Bola rambu dipasang
di kawat GSW/OPGW.

Gambar 3.71 Bola Rambu


B. Aviation Lamp (Lampu Penerbangan)
Rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu lintas udara.
Berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa
terdapat konduktor saluran transmisi.
65

Gambar 3.72 Lampu Tower


Jenis lampu penerbangan adalah sebagai berikut :
1) Lampu penerbangan yang terpasang pada tower dengan suplai
dari jaringan tegangan rendah.
2) Lampu penerbangan yang terpasang pada konduktor penghantar
dengan sistem induksi dari konduktor penghantar.
3.3.5. Pengaman dari Urat Konduktor Putus
Pengaman dari urat konduktor putus adalah pengaman kabel
konduktor dari kemungkinan putus akibat kabel konduktor yang
rantas. Pengaman dari urat konduktor putus antara lain :
A. Repair Sleeve
Melindungi alumunium konduktor dari putus urat alumunium
konduktor tersebut. Repair sleeve dipasang pada kondisi urat
alumunium konduktor putus maksimal 4 urat.

Gambar 3.73 Repair Sleeve


66

B. Armour Rod Span


Melindungi alumunium konduktor dari putus urat alumunium
konduktor tersebut. Armour rod span dipasang pada kondisi urat
alumunium konduktor putus maksimal 3 urat.

Gambar 3.74 Armour Rod Span


3.3.6. Monitoring
Komponen monitoring berguna untuk memudahkan manusia
dalam mengetahui informasi mengenai tower tersebut maupun untuk
mempermudah manusia untuk memanjat tower. Komponen
monitoring berupa :
A. Plat Informasi Tower
Memberikan informasi kepada petugas pemeliharaan tentang
saluran transmisi yang hendak dipelihara/dimonitor.

Gambar 3.75 Plat Informasi Tower


B. Tangga Panjat (Step Bolt)
67

Memberikan kemudahan kepada petugas untuk melakukan


pemanjatan tower. Step bolt dipasang dari atas ACD ke sepanjang
badan tower hingga traves GSW/OPGW.

Gambar 3.76 Tangga Panjat


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. KENDALA TRANSMISI


Dalam melaksanakan tugas sebagai penghantar listrik antar gardu
induk, transmisi juga memiliki beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut
dapat diatasi meskipun dalam waktu singkat maupun membutuhkan waktu
yang cukup lama. Kendala-kendala yang ada di transmisi meliputi kendala
nonteknis maupun kendala teknis. Berikut penjelasan dari kendala-kendala
tersebut :
4.1.1. Kendala Nonteknis
Kendala nonteknis pada transmisi ini banyak berhubungan
dengan masalah sosial, yaitu permasalahan dengan masyarakat.
Dalam mengatasi kendala nonteknis yang berupa permasalahan
sosial harus memiliki kemampuan komunikasi yang cukup baik agar
masyarakat paham apa saja penjelasan terkait masalah-masalah yang
dikeluhkesahkan. Dibutuhkan kesabaran yang cukup tinggi dalam
menghadapi masalah nonteknis terutama saat berhadapan dengan
masyarakat yang keras dan susah memahami apa yang dijelaskan.
PLN sebaiknya mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai
ketentuan-ketentuan yang ada pada jaringan transmisi. Berikut
beberapa contoh permasalahan nonteknis yang ada pada transmisi :
A. Halaman Tower
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, halaman
tower adalah daerah tapak tower yang luasnya diukur dari hasil
proyeksi ke atas tanah galian pondasi. Luas tapak tower ditentukan
berdasarkan besar tower yang akan dibangun. Semakin tinggi dan
besar tower maka semakin luas juga tanah tapak tower.

68
69

Gambar 4.1 Halaman Tower


Halaman tower biasanya memiliki sertifikat tanah milik
perusahaan. Tetapi ada beberapa tower yang memiliki masalah
sertifikat kepemilikan tanah. Kendala dalam membeli tanah karena
masyarakat enggan menjual tanah yang dimilikinya karena
masyarakat beranggapan bahwa menjual tanahnya untuk dijadikan
tapak tower adalah hal yang merugikan, terkadang masyarakat juga
mematok tinggi harga tanah tersebut agar mendapat keuntungan.
Kasus lainnya adalah tanah tapak tower yang telah memiliki
sertifikat kepemilikan tanah milik PLN, namun beberapa taun
kemudian tanah tersebut diaku oleh orang lain. Hal ini dapat terjadi
karena penerus tanah pemilik sebelumnya merasa bahwa tanah
tersebut diwariskan kepadanya. Padahal tanah tersebut sudah sah
menjadi milik PLN. Masalah lain yang terjadi pada halaman tower
yaitu masyarakat dengan tanpa izin mengurangi luas tanah tapak
tower untuk kepentingan pribadi.
70

Gambar 4.2 Luas Halaman Tower Berkurang Akibat Proyek


Dalam mengatasi masalah pada halaman tower, PLN mengajak
berbagai pihak yang terkait untuk menyelesikan masalah sengketa
tanah ini. Kemudian mengambil jalan keluar sebaik mungkin agar
berbagai pihak terkait tidak merasa dirugikan. Apabila dengan cara
kekeluargaan tidak dapat menyelesaikan masalah, maka digunakan
jalur hukum sebagai penengah.

Gambar 4.3 Pihak PLN Menjelaskan Masalah Halaman Tower


Kepada Masyarakat
71

B. Kabel Penghantar
Kabel penghantar pada tower merupakan komponen utama yang
sangat penting karena kabel penghantar berfungsi sebagai pembawa
arus. Dengan demikian, maka kabel penghantar tegangan tinggi
harus dijaga dan dirawat dengan baik agar tidak mudah rusak.
Meskipun telah dijaga dan dirawat sedemikian rupa, namun tetap
saja kabel penghantar memiliki kendalanya sendiri. Gangguan
nonteknis pada kabel penghantar tegangan tinggi adalah adanya
pohon yang berada di sekitar kabel penghantar.

Gambar 4.4 Pohon di Bawah Kabel Penghantar


Induksi pada kabel penghantar tegangan tinggi dapat dirasakan
dalam jarak beberapa meter saja di bawah kabel. Sehingga tidak
perlu menyentuh kabel, pohon dengan tinggi beberapa meter dari
bawah kabel pun dapat menyebabkan ketidakseimbangan. Beberapa
masyarakat sengaja menanam pohon-pohon di bawah kabel
penghantar agar mendapat keuntungan dari pihak PLN. Namun hal
72

ini dapat diatasi oleh pihak PLN dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan mengajak berbagai pihak untuk mendiskusikan
masalah ini dan mencari solusi terbaik agar tidak ada pihak yang
dirugikan.
C. Keluh Kesah Masyarakat
Keberadaan tower di lingkungan masyarakat membawa
kekhawatiran bagi masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa
berada di bawah tower membawa dampak buruk bagi kesehatan.
Masyarakat takut apabila berada di bawah tower maupun kabel
penghantar tegangan tinggi dapat terkena radiasi. Solusi dari pihak
PLN atas permalahan ini adalah meyakinkan masyarakat bahwa
berada di bawah tower maupun kabel penghantar tegangan tinggi
tidak berakibat buruk pada kesehatan apalagi terkena radiasi listrik
dengan menggunakan bukti yang jelas yaitu diadakannya
pengukuran medan magnet dan medan listrik di bawah kabel
penghantar tegangan tinggi.

Gambar 4.5 Pengukuran Medan Magnet dan Medan Listrik


73

PLN dalam membangun tower dan menentukan andongan kabel


penghantar tentu tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan terutama medan listrik dan medan magnet yang harus
sesuai dengan ketentuan. Jadi, setelah dilakukan pengukuran medan
magnet dan medan listrik tentu saja masih sesuai standar keamanan.
Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dengan radiasi karena
tidak ada radiasi yang membahayakan di bawah kabel penghantar.
Tabel 4.1 Pengukuran Medan Magnet dan Medan Listrik
Hasil Pengukuran
No SUTT Tolak Desa / Medan Medan
Tower
. 150 kV Ukur Kelurahan Listrik Magnet
(kV/m) (mG)
1. Pandean Standar T03-T04 Lamper Tengah 0.475 8.380
Lamper - WHO T05-T06 Lamper Tengah 0.115 0.702
Srondol T08-T09 Mrican 0.356 6.950
ML = 5 T09-T10 Tandang 1.115 7.672
kV/m

Perum Jangli,
MM = T15-T16 0.585 8.750
Gabeng
1000
mG
2. Pandean Standar T03-T04 Gayamsari 0.335 5.270
Lamper - WHO T06-T07 Gayamsari 0.123 5.670
Pudak Tandang,
T10-T11 0.811 5.800
Payung ML = 5 Kinibalu
kV/m T17-T18 Jangli 0.648 14.070
Lapangan
T23-T24 1.199 8.500
MM = UNDIP
1000 T24-T25 Tembalang 0.165 6.720
mG T27-T28 Tembalang 1.391 6.450
Sumber : Formulir Pemantauan Lingkungan Kerja PT. PLN (Persero) TJBT
APP Semarang Basecamp Semarang
74

Keluh kesah masyarakat yang lainnya yaitu bahwa masyarakat


tidak dapat membangun bangunan tinggi di bawah kabel penghantar
tegangan tinggi. Hal ini dianggap sangat merugikan masyarakat
karena tanah yang dimilikinya menjadi tidak maksimal untuk
digunakan. Masyarakat kurang paham bahwa sebenarnya penghantar
listrik membutuhkan ruang bebas agar tidak membahayakan manusia
maupun lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pihak PLN selalu
menjelaskan alasan-alasan mengapa tidak boleh ada bangunan
maupun pohon yang tinggi di bawah kabel penghantar tegangan
tinggi.
4.1.2. Kendala Teknis
A. ROW (Right of Way)
ROW (Right of Way) atau ruang bebas adalah ruang sekeliling
kabel penghantar tegangan tinggi yang dibentuk oleh jarak bebas
minimum sepanjang kabel penghantar yang di dalam ruang itu harus
bebas dari benda-benda dan kegiatan lainnya. Sedangkan jarak bebas
minimum adalah jarak terpendek antara kabel penghantar tegangan
tinggi dengan permukaan tanah, benda-benda dan kegiatan lain
disekitarnya, yang mutlak tidak boleh lebih pendek dari yang telah
ditetapkan demi keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya
serta juga keamanan operasi SUTT/SUTET.

Gambar 4.6 Jarak Bangunan yang Tidak Sesuai dengan ROW


Jarak bebas minimum SUTT/SUTET diatur dalam Peraturan
Menteri Pertambangan dan Energi No.01.P/47/MPE/1992 tanggal 7
75

Februari 1992 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) no. 04-6918-


2002 yang dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini :
Table 4.2 Standar Jarak Bebas Minimum ROW
SUTET SUTET 500
SUTT SUTT SUTET
500 kV kV Sirkuit
No. Lokasi 66 kV 150 kV 275 kV
Sirkuit Tunggal
(m) (m) (m)
Ganda (m) (m)
Lapangan
1. terbuka atau 6.5 7.5 10.5 10 11
daerah terbuka
Bangunan tidak
2. 12.5 13.5 14 14 15
tahan api
Bangunan tahan
3. 3.5 4.5 7 8.5 8.5
api
Lalu lintas jalan
4. 8 9 11 15 15
/ jalan raya
Pohon-pohon
pada umumnya,
5. 3.5 4.5 7 8.5 8.5
hutan, dan
perkebunan
Lapangan
6. 12.5 13.5 15 14 15
olahraga
SUTT lainnya
(SUTR, SUTM,
saluran udara
7. 3 4 5 8.5 8.5
komunikasi,
antena, dan
kereta gantung
8. Rel kereta biasa 8 9 11 15 15
76

Jembatan besi,
rangka besi
penahan
9. 3 4 7 8.5 8.5
penghantar,
kereta listrik
terdekat
Titik tertinggi
tiang kapal pada
kedudukan air
10. 3 4 6 8.5 8.5
pasang tertinggi
pada lalu lintas
air
Sumber : Buku Petunjuk Manajemen ROW SUTT/SUTET PT. PLN (Persero)
Kendala teknis pada ROW yaitu ketika jarak bangunan ataupun
sesuatu di bawah kabel penghantar tegangan tinggi tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Seperti pada tabel diatas yang
mengatur ketentuan jarak suatu benda di bawah kabel penghantar.
Jarak tersebut adalah jarak aman minimum kabel penghantar dengan
permukaan benda. Jarak aman ini sangat dibutuhkan untuk menjaga
keselamatan manusia dan lingkungan sekitar. Jarak ROW pun
mempunyai perhitungan, yaitu :
77

Gambar 4.7 Perhitungan Jarak ROW Konduktor dengan Pohon

Keterangan :
C = Jarak antara pohon dengan kawat
X = Tinggi kawat
Z = Tinggi Pohon
T = Titik pohon terdekat terhadap kawat
78

Gambar 4.8 Perhitungan Jarak ROW Konduktor dengan Bangunan

Keterangan :
C = Jarak antara bangunan dengan kawat
X = Tinggi
Z = Tinggi bangunan
Y = Jarak antara proyeksi X dan proyeksi Z
T = Titik bangunan terdekat terhadap kawat
Permasalahan pada ROW diselesaikan dengan cara menebang
pohon yang berada di bawah kabel pengantar tegangan tinggi yang
sudah melampaui batas minimal ROW. Apabila permasalahan pada
ROW adalah sebuah bangunan yang didirikan di bawah kabel
penghantar tegangan tinggi, maka saat pembangunan sedang
berlangsung dihimbau kepada pembangun agar tidak membangun
bangunan tersebut melebihi batas yang ditentukan. Bangunan harus
berdiri dengan jarak aman.
79

B. Konstruksi
Konstruksi tower merupakan jenis konstruksi penghantar
tegangan tinggi yang paling banyak digunakan di jaringan PLN
karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah
pegunungan dan jauh dari jalan raya. Namun demikian perlu
pengawasan yang intensif karena besi-besi pada konstruksi tower
rawan terhadap pencurian.

Gambar 4.9 Mur Baut Tower Hilang Dicuri


Selain pencurian, konstruksi tower juga rawan roboh bila
dibangun pada kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan seperti
di daerah tebing. Pada daerah tebing rawan terjadinya longsor
terutama saat musim hujan. Maka dari itu, pondasi tower dibuat
dengan perhitungan sedemikian rupa agar kuat dan tidak mudah
roboh. Tower roboh yang terjadi pada umumnya akibat pondasi
tower yang kurang kokoh. Pondasi yang kurang kokoh ini dapat
disebabkan karena perubahan lingkungan misalnya tanah longsor,
tanah yang bergeser, maupun akibat adanya proyek pembangunan
dari pihak lain yang menyebabkan tanah terkikis.
Permasalahan teknis pada konstruksi ini diselesaikan dengan
memeriksa kelengkapan setiap bagian tower, memperbaiki bagian
yang rusak, dan memantau tower secara berkala. Bila
80

permasalahannya berhubungan dengan pihak lain seperti adanya


proyek pembangunan, maka diselesaikan secara kekeluargaan
terlebih dahulu.
C. Pentanahan
Pentanahan pada jaringan transmisi sangat diperlukan untuk
meneruskan arus listrik dari tower ke tanah dan menghindari
terjadinya back flash over pada insulator saat grounding sistem
terkena sambaran petir. Dengan demikian, pentanahan sangat dijaga
kehandalannya agar tidak terjadi back flash over. Nilai pentanahan
kaki tower harus dibuat sekecil mungkin agar tidak menimbulkan
tegangan tower yang tinggi jika terjadi sambaran petir yang pada
akhirnya dapat mengganggu sistem penyaluran. Berikut nilai
pentanahan yang baik sesuai ketentuan PLN :
Tabel 4.3 Nilai Pentanahan
Menurut SPLN13-78 No.10B dan
No. Nilai Pentanahan
SPLN7-78 No.14C
1. Sistem 70 kV 10
2. Sistem 150 kV 10
3. Sistem 500 kV 10
Sumber : Buku Pedoman Pengawasan dan Asesmen SUTT/SUTET
PT. PLN (Persero)
Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka nilai pentanahan
pada jaringan listrik tegangan tinggi tidak boleh melebihi batas
maksimal yang telah ditentukan. Sebab apabila nilai pentanahan
melebihi batas maksimal akan menyebabkan back flash over ketika
terjadi surja petir. Bila hal ini terjadi sistem akan terganggu. Masalah
pada pentanahan yang selama ini terjadi yaitu ketika grounding tidak
sesuai dengan ketentuan. Hal ini dapat terjadi karena tanah yang
kurang bagus untuk menetralkan arus. Jika grounding tidak
memenuhi syarat, hal yang dapat dilakukan adalah dengan
menambah kawat grounding pada semua kaki tower sehingga nilai
tahanan yang didapat sesuai dengan standar yang berlaku.
81

Gambar 4.10 Melepas Arde untuk Pengukuran Grounding


Permasalahan lain pada pentanahan yaitu hilangnya kawat arde
karena dicuri maupun akibat adanya proyek pembangunan yang
mengakibatkan kabel terputus. Bila hal itu terjadi maka kawat arde
harus diganti.
D. Konduktor
Konduktor pada saluran transmisi tegangan tinggi adalah media
untuk mengalirkan arus listrik dari pembangkit menuju gardu induk
ataupun dari gardu induk ke gardu induk lainnya. Konduktor yang
berfungsi sebagai penyalur tegangan ini tentu saja akan panas bila
dialiri arus yang sangat kuat. Panas yang terus-menerus ini dapat
menyebabkan kabel rantas bahkan hingga putus. Kabel putus juga
dapat disebabkan adanya gesekan antara kabel dengan udara yang
semakin lama akan menyebabkan rantas pada kabel. Selain itu, usia
kabel juga merupakan faktor penyebab terjadinya kabel rantas.
Adanya sambaran petir yang begitu besar juga dapat menyebabkan
kabel putus. Hal yang dapat dilakukan bila kabel rantas hingga putus
adalah dengan menyambung kabel atau mengganti kabel bila sudah
parah.
82

Gambar 4.11 Perbaikan untuk Konduktor Rantas

4.2. GANGGUAN PADA SUTT 150 KV PENGHANTAR TAMBAK


LOROK-UNGARAN
Gangguan yang umum terjadi pada saluran udara tegangan tinggi
maupun tegangan ekstra tinggi adalah sambaran petir. Sambaran petir ini
diantisipasi dengan menggunakan GSW (Ground Steel Wire) dan dipasang
pentanahan. Meskipun telah memiliki proteksi untuk petir, namun gangguan
dapat terjadi apabila tegangan sambaran petir terlalu tinggi dan nilai
pentanahan pada tower yang kurang bagus. Seperti yang terjadi pada tower
15 dan tower 16 pada penghantar Tambak Lorok-Ungaran pada hari Senin
tanggal 9 Januari 2017 yang menyebabkan GSW putus akibat sambaran
petir.
83

Gambar 4.12 GSW Putus


4.2.1. Penyebab Gangguan
Pada hari Senin tanggal 9 Januari 2017 tepatnya pukul 04.34
WIB telah terjadi gangguan GSW putus pada tower 15 dan tower 16
SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran yang
menyebabkan trip. Gangguan yang terjadi dikarenakan adanya hujan
yang cukup deras dan disertai petir yang akhirnya menyambar GSW
pada penghantar tersebut. Dari analisa data proteksi DFR, gangguan
dipicu oleh sambaran petir dan terjadi flash yang mengakibatkan
GSW putus karena tidak kuat menahan besarnya tegangan dari petir.

Gambar 4.13 Download DFR GI Tambak Lorok Arah Ungaran


4.2.2. Dampak Gangguan
84

Gangguan sambaran petir pada tower 15 dan tower 16 SUTT


150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran yang menyebabkan
GSW putus ini memiliki beberapa dampak seperti berikut :
a) PMT 150 kV di GI Ungaran arah Tambak Lorok 1 final trip
pada pukul 04.34 WIB.
b) PMT 150 kV di GI Ungaran arah Tambak Lorok 2 trip pukul
04.34 WIB.
c) PMT 150 kV 5B6 di GI Tambak Lorok trip pada pukul 04.34
WIB.
d) PMT 150 kV 5AB6 di GI Tambak Lorok trip pada pukul 04.34
WIB.
e) PMT 150 kV 5B7 di GI Tambak Lorok trip pada pukul 04.34
WIB.
f) PMT 150 kV 5AB7 di GI Tambak Lorok trip pada pukul 04.34
WIB.

Gambar 4.14 GSW Gosong


Selain dampak-dampak yang telah disebutkan diatas, gangguan
sambaran petir ini juga menyebabkan GSW menjadi gosong yang
akhirnya putus dan pentanahan pada tower 15 mengalami gosong
akibat sambaran petir.
85

Gambar 4.15 Grounding Gosong


4.2.3. Analisa Gangguan
Dari hasil analisa DFR dan data di lapangan, gangguan dipicu
oleh sambaran petir di tower 15 dan tower 16 SUTT 150 kV
penghantar Tambak Lorok-Ungaran dan terjadi flash yang
mengakibatkan GSW putus. Gangguan yang disebabkan oleh GSW
putus ini akibat korosif. Gangguan yang terjadi tidak menyebabkan
padamnya beban. Pentanahan pada tower pun masih terbilang bagus,
seperti data berikut ini :
86

Table 4.4 Data Pentanahan Kaki Tower SUTT 150 kV Penghantar


Tambak Lorok-Ungaran Tahun 2016
Tahanan
Tahanan Gabungan
Nomor Pentanahan Kaki
Kaki Tower Pentanahan dan
Tower A-B C-D
(Ohm) Kaki Tower (Ohm)
(Ohm) (Ohm)
T15 3.12 1.46 0.94 0.28
T16 2.23 1.21 2.76 0.38
Sumber : Dokumen Pemeriksaan 1 Tahunan PT. PLN (Persero)TJBT
APP Semarang Basecamp Semarang
Dari tabel tersebut, hasil pentanahan tertinggi pada tower 15
adalah sebesar 3.12 Ohm, sedangkan hasil pentanahan tertinggi pada
tower 16 sebesar 2.76 Ohm. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa pentanahan pada tower 15 dan tower 16 masih dalam kondisi
bagus dan cukup baik untuk penetralan. Maka dapat disimpulkan
bahwa GSW putus yang terjadi tidak disebabkan oleh pentanahan
yang kurang baik, namun karena terjadinya flash yang membuat
GSW tidak cukup kuat sebagai penghantar dari adanya sambaran
petir yang cukup besar.
4.2.4. Tindak Lanjut
Adanya gangguan yang terjadi pada tower 15 dan tower 16
SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran ini kemudian
ditindaklanjuti secepat mungkin. Langkah kegiatan pertama adalah
dengan men-download DFR di GI Ungaran dan di GI Tambak Lorok
terkait gangguan. Men-download DFR memudahkan analisa
gangguan yang terjadi. Langkah berikutnya adalah investigasi atau
pelacakan penyebab gangguan sesuai data rele dan DFR.
87

Gambar 4.16 Penarikan GSW yang Telah Dipotong


Selain langkah kegiatan yang disebutkan, langkah perbaikan pun
juga dilakukan. Dimulai dari pengamanan lokasi GSW putus
tepatnya di tower 15 dan tower 16 SUTT 150 kV penghantar
Tambak Lorok-Ungaran 1. Kemudian perbaikan pada GSW tersebut
yaitu GSW dipotong dan digulung pada tower 16. Langkah
selanjutnya adalah penambahan ground rod pada tower 13 sampai
tower 17 SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran.
88

Gambar 4.17 GSW yang Telah Digulung


Setelah semua langkah kegiatan dan perbaikan dilakukan, maka
langkah berikutnya adalah melakukan penormalan. Penormalan
dilakukan pada :
a) Tanggal 9 Januari 2017 pukul 08.54 WIB PMT 150 kV di GI
Ungaran arah Tambak Lorok 2.
b) Tanggal 9 Januari 2017 pukul 09.06 WIB PMT 150 kV 5B7 di
GI Tambak Lorok.
c) Tanggal 9 Januari 2017 pukul 09.07 WIB PMT 150 kV 5AB7 di
GI Tambak Lorok.
d) Tanggal 9 Januari 2017 pukul 13.44 WIB PMT 150 kV di GI
Ungarab arah Tambak Lorok 1.
e) Tanggal 9 Januari 2017 pukul 13.45 WIB PMT 150 kV 5B6 di
GI Tambak Lorok.
f) Tanggal 9 Januari 2017 pukul 13.46 WIB PMT 150 kV 5AB6 di
GI Tambak Lorok.
Namun saat perbaikan dilakukan, kondisi hujan sempat
menghambat pekerjaan. Hujan berlangsung pada pukul 10.00 sampai
dengan 14.30 WIB. Beruntung hujan turun tidak terlalu deras
sehingga pekerjaan masih bisa dilanjutkan.
89

Gambar 4.18 Hujan yang Turun saat Pekerjaan


BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan terdapat beberapa
kesimpulan yang dapat diambil. Kesimpulan tersebut antara lain :
1) Manusia saat ini sangat membutuhkan listrik untuk kehidupan sehari-
hari. Kebutuhan listrik tersebut dipenuhi oleh PT. PLN (Persero)
sebagai perusahaan listrik negara satu-satunya yang dimiliki Indonesia.
Dalam tugasnya sebagai penyedia listrik, PT. PLN (Persero) terbagi
menjadi 3 sistem yaitu pembangkit, transmisi, dan distribusi.
2) Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber pembangkit ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen,
atau penyaluran tenaga listrik antar sistem.
3) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET) adalah sarana di udara untuk menyalurkan
tenaga listrik berskala besar dari pembangkit ke pusat-pusat beban
dengan menggunakan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.
4) Komponen pada SUTT / SUTET terbagi menjadi 2, yaitu komponen
utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi pembawa
arus (current carrying), isolasi (insulation), struktur (structure),
penghubung (junctions). Sedangkan komponen tambahan meliputi
pengaman dari gangguan petir, pengaman dari getaran, pengaman dari
ancaman, pengaman dari kemungkinan gangguan luar, pengaman dari
urat konduktor putus, dan monitoring.
5) Kendala pada transmisi yaitu kendala teknis dan kendala nonteknis.
Kendala nonteknis adalah kendala yang lebih banyak berhubungan
dengan masyarakat (masalah sosial). Sedangkan kendala teknis adalah
kendala pada komponen SUTT / SUTET yang tidak berhubungan
dengan masyarakat.
6) Kendala teknis transmisi misalnya gangguan pada tower 15 dan tower
16 SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran. Gangguan

90
91

terjadi pada hari Senin tanggal 9 Januari 2017 pukul 04.34 WIB. Dari
data analisa proteksi DFR, gangguan dipicu oleh sambaran petir.
7) Dampak dari gangguan pada tower 15 dan tower 16 SUTT 150 kV
penghantar Tambak Lorok-Ungaran ialah GSW putus dan mentripkan
beberapa PMT yang ada di GI Tambak Lorok maupun GI Ungaran.
GSW putus karena korosif dan sudah tidak mampu menahan tegangan
dan arus besar yang ditimbulkan oleh sambaran petir meskipun nilai
tahanan pentanahan masih terbilang bagus.
8) Gangguan pada tower 15 dan tower 16 SUTT 150 kV penghantar
Tambak Lorok-Ungaran ditindaklanjuti dengan menganalisa gangguan
terlebih dahulu kemudian memperbaiki kerusakan yang ada seperti
memotong GSW yang sudah putus dan menambah Ground Rod sebagai
pengamanan tambahan dari gangguan petir. Setelah diperbaiki maka
dilakukan penormalan.

5.2. SARAN
Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan terdapat beberapa
saran yang dapat diajukan. Saran tersebut antara lain :
1) PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan listrik satu-satunya milik
negara, sehingga diharapkan dapat selalu bekerja dengan handal, aman,
dan ekonomis agar tidak merugikan berbagai pihak.
2) Transmisi merupakan media penyalur listrik dari pembangkit ke
distribusi, oleh karena itu akan lebih baik apabila dipelihara dan dijaga
dengan baik komponen-komponen SUTT / SUTET agar tidak mudah
rusak yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan mengingat biaya
komponen transmisi yang tidak sedikit.
3) Komponen tambahan SUTT / SUTET sebaiknya dimaksimalkan
mengingat komponen tambahan ini juga berguna dalam memproteksi
SUTT / SUTET dari berbagai gangguan. Komponen tambahan SUTT /
SUTET dapat memperlambat kerusakan yang terjadi.
4) Banyaknya kendala nonteknis yang terjadi di transmisi sebaiknya
diantisipasi dengan adanya peraturan yang tegas agar masyarakat tidak
92

menyelesaikan permasalahan dengan keputusan sendiri yang merugikan


perusahaan. Sedangkan kendala teknis pada transmisi sebaiknya
ditindaklanjuti secepat mungkin agar gangguan tidak menyebar lebih
luas pada sistem transmisi.
5) Penanganan gangguan pun sebaiknya ditindaklanjuti lebih jauh secepat
mungkin. Seperti pada kasus gangguan petir tower 15 dan tower 16
SUTT 150 kV penghantar Tambak Lorok-Ungaran yang
mengakibatkan GSW putus. Dalam kasus ini, perlu waktu yang cukup
lama untuk menunggu surat perintah kerja penggantian GSW baru pada
tower tersebut. Seharusnya perusahaan tidak perlu memperlama
penanganan lebih lanjut pada tower yang terjadi gangguan. Jika
penanganan lebih lanjut dilakukan dengan lebih cepat tentu saja akan
menguntungkan bagi perusahaan. Gangguan yang menyebabkan
proteksi petir dihilangkan namun tidak diganti secepat mungkin tentu
saja akan lebih beresiko apabila terjadi gangguan petir lagi. Oleh sebab
itu, penanganan lebih lanjut diperlukan secepat mungkin untuk
mengamankan sistem transmisi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

PT. PLN (Persero). 2009. Buku Petunjuk Manajemen ROW SUTTSUTET. Jakarta
Selatan : PT. PLN (Persero).
PT. PLN (Persero). 2009. Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan
Tinggi Dan Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET). Jakarta Selatan : PT. PLN
(Persero).
PT. PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan
Tinggi Dan Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET). Jakarta Selatan : PT. PLN
(Persero).
PT. PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pengawasan dan Asesmen Saluran
Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET). Jakarta
Selatan : PT. PLN (Persero).
PT. PLN (Persero). Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra Tinggi
(SUTT/SUTET). Jakarta Selatan : PT. PLN (Persero).
Hage. 2009. http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/menara-listrik-tower-
listrik.html. Diakses pada 7 Februari 2017 pukul 08.45 WIB.
LAPORAN HARIAN PRAKTIK KERJA
DI PT. PLN (PERSERO) TRANSMISI JAWA BAGIAN TENGAH AREA
PELAKSANA PEMELIHARAAN SEMARANG BASECAMP SEMARANG

NO HARI, TANGGAL KEGIATAN

1. Senin, 19 Desember 2016 1. Pengarahan praktik kerja di APP Semarang


2. Keputusan penempatan praktik kerja
1. Pengiriman surat tugas dari APP Semarang
2. Selasa, 20 Desember 2016 ke Basecamp Semarang
2. Ke kampus untuk mengurus akademik
1. Pengarahan praktik kerja di Basecamp

3. Rabu, 21 Desember 2016 Semarang


2. Pembagian divisi (proteksi, tranmisi, gardu
induk)
1. Pengenalan budaya dan lingkungan kerja
di PT. PLN (Persero)
2. Pengenalan peralatan pada gardu induk

4. Kamis, 22 Desember 2016 3. Berkunjung ke Srandang GI 150 kV


Srondol
4. Melihat buku pedoman PLN
5. Pengenalan konfigurasi gardu induk
wilayah Basecamp Semarang
Pengenalan macam-macam relai proteksi
5. Jumat, 23 Desember 2016
yang terpasang di GI 150 kV Srondol

6. Senin, 26 Desember 2016 Cuti bersama (natal)

1. Penjelasan isolator
2. Penjelasan singkat mengenai pengujian
7. Selasa, 27 Desember 2016 tahanan isolasi trafo dan PT
3. Penjelasan gas SF6
4. Mengamati relai distance dan OCR di
gardu induk
Pengujian Gas SF6 untuk mengetahui
8. Rabu, 28 Desember 2016 kemurnian dan kelembapan gas sebelum
digunakan pada gardu induk

Pengisian gas SF6 untuk PMT di GI 150 kV


9. Kamis, 29 Desember 2016
Tambak Lorok

Penjelasan trouble shooting gangguan pada


10. Jumat, 30 Desember 2016 baterai charger 1 di GIS 150 kV Simpang
Lima

11. Senin, 2 Januari 2016 Cuti bersama (tahun baru)

Perbaikan pasak tower emergency karena


12. Selasa, 3 Januari 2017
pergeseran tanah di daerah Bukit Diponegoro

1. Pemantauan tower dekat GI 150 kV Bawen


perihal masalah proyek pembangunan
13. Rabu, 4 Januari 2017 dekat tower
2. Melaporkan hasil pemantauan ke APP
Semarang
Pengukuran medan magnet dan medan listrik
14. Kamis, 5 Januari 2017
pada SUTT 150 kV

Pengamatan ruang penyulang pada GI 150 kV


15. Jumat, 6 Januari 2017
Srondol

Pemeliharaan 2 tahunan Trafo 1 GIS 150 kV


16. Minggu, 8 Januari 2017
Randu Garut

Penanganan GSW putus akibat gangguan


17. Senin, 9 Januari 2017 petir pada tower 15 tower 16 SUTT 150 kV
Tambak Lorok-Ungaran

18. Selasa, 10 Januari 2017 Pemeliharaan 2 tahunan busbar A GITET 500


kV Ungaran

Pemantauan tower daerah Wonosekar


19. Rabu, 11 Januari 2017 Karangawen perihal masalah pendirian
bangunan di bawah kabel penghantar.

1. Pengukuran medan listrik dan medan


magnet pada SUTT 150 kV

20. Kamis, 12 Januari 2017 2. Pemantauan lingkungan kerja di GI 150


kV BSB
3. Pemantauan lingkungan kerja di GIS 150
kV Randu Garut

21. Jumat, 13 Januari 2017 1. Membayar uang kuliah di bank


2. Ke kampus untuk mengurus registrasi
1. Pengenalan tower dan komponennya
22. Senin, 16 Januari 2017 2. Pemasangan armour rod pada tower di
dalam pabrik
1. Pemasangan armour rod pada tower SUTT

23. Selasa, 17 Januari 2017 150 kV


2. Penanganan gangguan konduktor putus
pada tower SUTT 150 kV
Pemasangan armour rod pada tower SUTT
24. Rabu, 18 Januari 2017
150 kV

Pemasangan armour rod pada tower SUTT


25. Kamis, 19 Januari 2017
150 kV

Pendalaman materi tentang pemasangan ACT


26. Jumat, 20 Januari 2017
pada Relai Differential

1. Pemeliharaan 2 tahunan bay 1 GIS


27. Minggu, 22 Januari 2017 Simpang Lima
2. Pengisian gas SF6
28. Senin, 23 Januari 2017 Pengisian KRS
1. Pengukuran medan listrik dan medan
29. Selasa, 24 Januari 2017 magnet SUTT 150 kV
2. Pemantauan lingkungan kerja di GI Weleri
30. Rabu, 25 Januari 2017 Pengukuran pentanahan SUTT 150 kV

Pemasangan armour rod pada tower SUTT


31. Kamis, 26 Januari 2017
150 kV

32. Jumat, 27 Januari 2017 Pengamatan announciator pada GI Srondol

Penyelesaian masalah terkait pembangunan


33. Senin, 30 Januari 2017
fly over di bawah konduktor tower

Pendalaman materi mengenai proteksi pada


34. Selasa, 31 Januari 2017
busbar gardu induk

Pengukuran medan magnet dan medan listrik


35. Rabu, 1 Februari 2017
SUTT 150 kV

36. Kamis, 2 Februari 2017 Melakukan setting relay Distance

Mendata arti dan tujuan dari announciator


37. Jumat, 3 Februari 2017 yang terpasang pada bay penghantar dan bay
trafo

38. Senin, 6 Februari 2017 Penanganan tower geser pada SUTT 150 kV

39. Selasa, 7 Februari 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

Pemeliharaan 2 tahunan bay penghantar


40. Rabu, 8 Februari 2017
Ungaran 1 di GI Pudak Payung

41. Kamis, 9 Februari 2017 Sakit

42. Jumat, 10 Februari 2017 Sakit

Pemeliharaan 2 tahunan bay penghantar


43. Senin, 13 Februari 2017
Ungaran 1 di GI Mranggen
Ke kampus untuk konsul judul laporan
44. Selasa, 14 Februari 2017
kepada dosen pembimbing

Pengambilan data peralatan primer di GI


45. Rabu, 15 Februari 2017
Srondol

46. Kamis, 16 Februari 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

Perpisahan dengan mahasiswa magang S1


47. Jumat, 17 Februari 2017
Elektro Unissula di Basecamp Semarang

Pemasangan tower emergency 500 kV


48. Senin, 20 Februari 2017
Ungaran- Tanjung Jati

Pemeliharaan 2 tahunan bay penghantar 1


49. Selasa, 21 Februari 2017
Srondol di GI Pandean Lamper

50. Rabu, 22 Februari 2017 Pendalaman materi tentang tramsmisi

51. Kamis, 23 Februari 2017 Pendalaman materi tentang tramsmisi

52. Jumat, 24 Februari 2017 Pengambilan data untuk laporan

53. Senin, 27 Februari 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

54. Selasa, 28 Februari 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

55. Rabu, 1 Maret 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

56. Kamis, 2 Maret 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

57. Jumat, 3 Maret 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

Pemeliharaan bay trafo 3 Sayung di GI


58. Minggu, 5 Maret 2017
Pandean Lamper

Pemeliharaan 2 tahunan bay penghantar


59. Senin, 6 Maret 2017
Tambak Lorok 1 di GI Pandean Lamper
60. Selasa, 7 Maret 2017 Pemeliharaan trafo 1 di GI Weleri

Konsultasi laporan Praktik Kerja kepada


61. Rabu, 8 Maret 2017
pembimbing Praktik Kerja

Foto bersama teman-teman pegawai


62. Kamis, 9 Maret 2017
Basecamp Semarang

Pengambilan data laporan di Basecamp


63. Jumat, 10 Maret 2017
Semarang

64. Senin, 13 Maret 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

65. Selasa, 14 Maret 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

66. Rabu, 15 Maret 2017 Penyusunan laporan Praktik Kerja

67. Kamis, 16 Maret 2017 1. Pengambilan data laporan Praktik Kerja


2. Penyusunan laporan Praktik Kerja
1. Lomba armour rod dan merambat
konduktor tower
68. Jumat, 17 Maret 2017 2. ACC laporan oleh pembimbing Praktik
Kerja
3. Perpisahan di Basecamp Semarang

Anda mungkin juga menyukai