Dosen Pembimbing
Ir. Yusuf Kaelani, M.Eng
i
ii
Dosen Pembimbing
Ir. Yusuf Kaelani, M.Eng
iii
iv
Advisor
Ir. Yusuf Kaelani, M.Eng
v
vi
Abstrak
Pada industri kelapa sawit, peningkatan jumlah kelapa
sawit yang diekspor tidak diiringi dengan meningkatnya harga
kelapa sawit. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan untuk
memperbaiki sistem produksi, salah satunya proses pengangkutan
kelapa sawit. Dalam pengangkutan kelapa sawit, penerapan sistem
monocable ropeway dapat menghemat biaya bahan bakar dan
tenaga kerja, serta lebih ramah lingkungan dibandingkan saat
menggunakan truk dan wintor. Penggunaan sistem monocable
ropeway untuk pengangkutan kelapa sawit merupakan hal baru di
Indonesia, sehingga perlu dilakukan penelitian disetiap bagiannya.
Pada tugas akhir ini akan dilakukan analisa kekuatan dan
kelendutan kabel pada sistem monocable ropeway. Pertama akan
dilakukan perhitungan manual saat dalam kondisi mendatar.
Selanjutnya dalam kondisi yang sama, dilakukan simulasi numerik
dengan menggunakan software SAP2000. Kemudian dilakukan
verifikasi hasil dari perhitungan dan simulasi. Apabila memiliki
hasil yang sama, maka akan dilakukan simulasi selanjutnya
dengan kondisi menanjak dan menurun.
Tegangan kabel terbesar terjadi ketika diberi pembebanan
oleh dua beban. Tegangan kabel pada kondisi menanjak dan
menurun sama yaitu 158,66 N/mm2. Lebih kecil dari tegangan yang
dibutuhkan pada kondisi mendatar yaitu 211,33 N/mm2. Besar
tegangan maksimal pada kabel (211,33 N/mm2), lebih kecil dari
yield strength kabel (1960 N/mm2), sehingga sistem tersebut aman.
i
ii
Abstract
In the palm oil industry, the increasing amount of palm oil
being exported is not accompanied by rising palm oil prices. This
becomes one of the considerations to improve the production
system, one of which is the process of transporting said commodity.
In the transportation process of palm oil, the application of the
monocable ropeway system can save on fuel and labor costs and
will be more environmentally friendly than when using trucks and
the likes. The use of a monocable ropeway system for palm oil
transport is new a new system that’s yet to be applied in Indonesia,
so more research needs to be done in every part.
In this final project, the strength and deflection of the cable
on the monocable ropeway system will be analyzed. The first will
be done manual calculations when in horizontal condition.
Furthermore, under the same conditions, a numerical simulation
will be processed using SAP2000 software. Then the result of
calculation and simulation will be verified. If said processes have
the same results, then the next simulation will be done under uphill
and downhill condition.
The largest cable tension occurs when given the loading by
two loads. Cable tension in the uphill and downhill conditions is
158.66 N/mm2. Smaller than the tension required by the horizontal
condition which is 211.33 N/mm2. The maximum tension on the
cable (211.33 N/mm2), is smaller than the yield strength of cable
iii
iv
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................v
DAFTAR ISI ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xi
DAFTAR SIMBOL .................................................................. xii
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
1
2
5
6
pada Aerial Ropeway yaitu : kabel / tali; carrier; tiang / tower; dan
pulley / sheave.
2.3. Kabel
Kabel pada ropeway tersebut terbuat dari beberapa helai
kawat baja yang dipintal bersama. Pada bagian dalam kabel, inti
bisa berupa untaian kawat baja, atau sebuah kawat baja independen,
bisa juga berupa inti serat (fibre core). Kabel yang memiliki inti
baja, memiliki fleksibilitas yang kurang namun lebih kuat dari
kabel yang memiliki inti serat dengan ukuran yang sama. Kekuatan
kabel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuknya di bawah
tekanan permukaan tinggi, dimana dapat dipastikan bahwa beban
7
𝓁
tan 𝛼 =
𝑠1
Dimana 𝓁 adalah lendutan/defleksi kabel = 0,3 m dan s1
adalah jarak antara tiang pertama dengan beban (F) pertama = 12,5
m.
0,3
tan 𝛼 =
12,5
𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,024
𝛼 = 1,374°
𝐹
𝑇1 = ; 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐹: 981 𝑁
sin 𝛼
981
𝑇1 =
sin 1,374
𝑇1 = 40911,6 𝑁
𝐹
𝑇2 =
tan 𝛼
981
𝑇2 =
tan 1,374
𝑇2 = 40899,8 𝑁
9
s1
Dimana,
𝑑𝑥 𝐻 𝐻
= = ........................... (2.9)
𝑑𝑝 𝑇 √𝐻 2 +(𝑞𝑐 s−𝑉𝐴 )2
11
𝑑𝑝
Sedangkan 𝑑𝑠 dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.1,
2.2, dan 2.6, yaitu,
𝑑𝑝 𝑇 √𝐻 2 +(𝑞𝑐 s−𝑉𝐴 )2
𝑑𝑠
= 𝜀 + 1 = 𝐸𝐴 + 1 = 𝐸𝐴0
+ 1 ....... (2.10)
0
Sehingga,
𝑑𝑥 𝐻 √𝐻 2 +(𝑞𝑐 s−𝑉𝐴 )2
=( )( + 1) ........ (2.11)
𝑑𝑠 √𝐻 2 +(𝑞𝑐 s−𝑉𝐴 )2 𝐸𝐴0
𝑑𝑥 𝐻 𝐻
= 𝐸𝐴 + ......................... (2.12)
𝑑𝑠 0 √𝐻 2 +(𝑞𝑐 s−𝑉𝐴 )2
𝐻 𝐻 𝑞𝑐 𝑠−𝑉𝐴 +𝐹1
𝑥 = 𝑥𝐴 + 𝐸𝐴 𝑠 + 𝑞 (𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝐻
)−
0 𝑐
𝑞𝑐 𝑠1 −𝑉𝐴 +𝐹1 𝑞 𝑠 −𝑉
𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝐻
)+ 𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝑐 1𝐻 𝐴 ) −
𝑉
𝑠𝑖𝑛ℎ−1 (− 𝐻𝐴 )) , 𝑠1 ≤ 𝑠 ≤ 𝐿0 ......................... (2.15)
√𝐻 2 + 𝑉𝐴 2 ) , 0 ≤ 𝑠 ≤ 𝑠1 .............................. (2.16)
12
1 𝑞
𝑧 = 𝑧𝐴 + 𝐸𝐴 ( 2𝑐 𝑠 2 − 𝑉𝐴 𝑠 + 𝐹1 𝑠 − 𝐹1 𝑠1 ) +
0
1
𝑞𝑐
(√𝐻 2 + (𝑞𝑐 s − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2 −
√𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2 + √𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 )2 −
√𝐻 2 + 𝑉𝐴 2 ) , 𝑠1 ≤ 𝑠 ≤ 𝐿0 .............................. (2.17)
s1 s2
𝐻 𝐻 𝑞𝑐 𝑠−𝑉𝐴 +𝐹1
𝑥 = 𝑥𝐴 + 𝐸𝐴 𝑠 + 𝑞 (𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝐻
)−
0 𝑐
𝑞𝑐 𝑠1 −𝑉𝐴 +𝐹1 𝑞 𝑠 −𝑉
𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( )+ 𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝑐 1 𝐴 ) −
𝐻 𝐻
𝑉𝐴
𝑠𝑖𝑛ℎ−1 (− )) , 𝑠1 ≤ 𝑠 ≤ 𝑠2 ......................... (2.24)
𝐻
𝐻 𝐻 𝑞 𝑠−𝑉 +𝐹 +𝐹
𝑥 = 𝑥𝐴 + 𝑠 + (𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝑐 𝐴 1 2 ) −
𝐸𝐴0 𝑞𝑐 𝐻
−1 𝑞𝑐 𝑠1 −𝑉𝐴 +𝐹1 +𝐹2 𝑞 𝑠 −𝑉 +𝐹
𝑠𝑖𝑛ℎ ( ) + 𝑠𝑖𝑛ℎ−1 ( 𝑐 2 𝐴 1 ) −
𝐻 𝐻
−1 𝑞𝑐 𝑠1 −𝑉𝐴 +𝐹1 −1 𝑞𝑐 𝑠1 −𝑉𝐴
𝑠𝑖𝑛ℎ ( 𝐻
) + 𝑠𝑖𝑛ℎ ( 𝐻 ) −
𝑉
𝑠𝑖𝑛ℎ−1 (− 𝐻𝐴 )) , 𝑠2 ≤ 𝑠 ≤ 𝐿0 ......................... (2.25)
1 𝑞 1
𝑧 = 𝑧𝐴 + 𝐸𝐴 ( 2𝑐 𝑠 2 − 𝑉𝐴 𝑠) + 𝑞 (√𝐻 2 + (𝑞𝑐 s − 𝑉𝐴 )2 −
0 𝑐
√𝐻 2 + 𝑉𝐴 2 ) , 0 ≤ 𝑠 ≤ 𝑠1 .............................. (2.26)
1 𝑞
𝑧 = 𝑧𝐴 + 𝐸𝐴 ( 2𝑐 𝑠 2 − 𝑉𝐴 𝑠 + 𝐹1 𝑠 − 𝐹1 𝑠1 ) +
0
1
𝑞𝑐
(√𝐻 2 + (𝑞𝑐 s − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2 −
√𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2 + √𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 )2 −
√𝐻 2 + 𝑉𝐴 2 ) , 𝑠1 ≤ 𝑠 ≤ 𝑠2 .............................. (2.27)
1 𝑞
𝑧 = 𝑧𝐴 + 𝐸𝐴 ( 2𝑐 𝑠 2 − 𝑉𝐴 𝑠 + (𝐹1 + 𝐹2 )𝑠 − 𝐹1 𝑠1 − 𝐹2 𝑠2 ) +
0
1
𝑞𝑐
(√𝐻 2 + (𝑞𝑐 s − 𝑉𝐴 + 𝐹1 + 𝐹2 )2 −
√𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠2 − 𝑉𝐴 + 𝐹1 + 𝐹2 )2 +
√𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠2 − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2 −
√𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2 + √𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 )2 −
√𝐻 2 + 𝑉𝐴 2 ) , 𝑠2 ≤ 𝑠 ≤ 𝐿0 ............................. (2.28)
Mulai
Ya
21
22
Selesai
sD
1
−0,3 = −3,18828125 × 10‾4 + (√𝐻2 + (−490,5)2 −
1,57
√𝐻2 + 529,752 )
s1 s2
√𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠1 − 𝑉𝐴 )2 − √𝐻 2 + 𝑉𝐴 2 )
26
1 1,57
−0,3 = 0 + 200 × 〖10)9 . 2 × 10‾4
(2
252 − 1020,25 . 25 +
−0,4704 = 𝐻 − √𝐻 2 + (−19,625)2 +
√𝐻 2 + (−1000,625)2 − √𝐻 2 + 1020,252
𝐻 = ±42558,32 𝑁
Setelah mendapat besar nilai tegangan kabel pada arah
vertikal dan horizontal, maka dapat dihitung besar tegangan yang
terjadi pada kabel dengan menggunakan rumus 2.21.
𝑇𝐷 = √𝐻 2 + (𝑞𝑐 𝑠𝐷 − 𝑉𝐴 + 𝐹1 )2
𝑇𝐷 = √42558,32 2 + (1,57 . 25 − 1020,25 + 981)2
𝑇𝐷 = 42558,32 𝑁
2. Pemodelan
Penggambaran model dilakukan dengan cara klik
“Draw” pada menu bar, lalu pilih “Draw
Frame/Cable/Tendon”. Sebelum memulai menggambar
pada grid yang telah dibuat, pastikan “Line Object Type”
menampilkan “cable”. Setelah menggambar kabel, klik
ujung kabel lalu tentukan jenis penumpu dengan cara klik
“Assign”, kemudian pada “Joint”, pilih “Restrains”.
Selanjutnya, masukkan beban sesuai jarak yang ditentukan
dengan cara klik pada grid untuk beban, kemudian klik
“Assign” pada menu bar, lalu pada “Joint Loads” pilih
“Force”, selanjutnya masukan besar nilai beban sesuai arah
beban.
𝐸𝑝 = 𝑚 . 𝑔 . ℎ𝐴𝐸
𝐸𝑝 = 7000 . 9,81 . 185
𝐸𝑝 = 12703950 J
Selain itu terdapat energi yang hilang akibat dari gesekan
kabel dengan pulley pada tiang. Sesuai free body diagram pada
gambar 3.8 (a), besar nilai gaya gesek dapat dihitung. Pada gambar
3.8 (b), terlihat hubungan antara gaya tegang kabel arah vertikal
(VA) dengan berat kabel (w) yang menumpu pada pulley. Dengan
asumsi VA terkritis yaitu 1020,25 N, maka :
∑𝐹𝑦 = 0
𝑉𝐴 − 𝑤 = 0
𝑤 = 1020,25 N
Gambar 3.8 (a) Free Body Diagram Gaya Gesek Antara Kabel
Dengan Pulley; (b) hubungan berat kabel (w) dengan gaya tegang
kabel arah vertikal (VA) pada pulley
𝑓𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 = 102,025 N
Karena gaya gesek tersebut terjadi pada setiap pertemuan
kabel dengan pulley yang berada pada setiap tiang, maka gaya
gesek tersebut yang terjadi perlu dikalikan dengan jumlah tiang
yaitu 49 tiang.
∑𝑓𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 × 𝑓𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘
∑𝑓𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 = 4999,225 N
Karena kabel berjalan disepanjang lintasan dari A hingga ke
E, maka diasumsikan gaya gesek terjadi disepanjang tali yaitu
±1756,7 m, sehingga diperoleh energi yang hilang sebesar
𝐸𝑙𝑜𝑠𝑠 = ∑𝑓𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛
𝐸𝑙𝑜𝑠𝑠 = 4999,225 × 1756,7
𝐸𝑙𝑜𝑠𝑠 = 8782138,6 J
Sehingga energi total yang dibutuhkan yaitu :
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑙𝑜𝑠𝑠
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 12703950 + 8782138,6
𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 21486088,6 J
Selanjutnya, untuk menghitung daya yang diperlukan,
apabila menggunakan energi, maka diperlukan lama waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh jarak dari titik A ke titik E dengan
kecepatan konstan sebesar 4 km/jam atau setara denga 1,11 m/s.
panjang lintasan dari posisi A ke posisi E
𝑡𝐴𝐸 =
𝑣
1756,7
𝑡𝐴𝐸 =
1,11
𝑡𝐴𝐸 = 1582,6 𝑠
33
35
36
Tabel 4.1 Data Uji Coba Simulasi Kabel Pada Kondisi Mendatar
Dengan Satu Beban
H T VA VB z
(N) (N) (N) (N) (m)
42300 42300,02 529,15 529,15 -0,302
42400 42400,02 529,15 529,15 -0,302
42500 42500,02 529,15 529,15 -0,299
42475 42475,02 529,15 529,15 -0,3
Dari tabel 4.1, dapat dilihat pada kolom tegangan kabel (T)
dan defleksi vertikal (z), terdapat keterkaitan antara tegangan dan
defleksi. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin
kecil defleksi yang terjadi pada kabel. Dan sebaliknya, semakin
kecil tegangan yang diberikan, maka semakin besar defleksi yang
terjadi pada kabel.
Rencana awal untuk simulasi akan dilakukan analisa baik
statik maupun dinamik, namun terjadi kendala dimana penggunaan
moving load dan beban angin pada simulasi tidak dapat diterapkan
pada kabel. Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya, simulasi kabel
pada SAP2000 digunakan untuk analisa struktur bangunan maupun
jembatan, bukan digunakan untuk analisa alat transportasi
monocable. Oleh karena itu pembebanan pada kabel dilakukan
secara statis. Adanya perbedaan nilai tegangan yang dibutuhkan
dari hasil perhitungan manual dengan hasil simulasi, seperti yang
dapat dilihat pada tabel 4.2, dapat disebabkan oleh pembulatan dan
asumsi-asumsi yang dilakukan saat perhitungan. Namun perbedaan
antara hasil perhitungan dengan hasil simulasi tidak terpaut jauh.
37
Tabel 4.3 Gaya Tegang dan Tegangan Normal Kabel Pada Kondisi
Mendatar
Hasil Perhitungan
Hasil Simulasi
Manual
Besaran
Satu Dua Satu Dua
Beban Beban Beban Beban
T (N) 42555,41 42558,32 42475 42490
σN
211,66 211.67 211,26 211,33
(N/mm2)
Sehingga nilai (sin θ2 – cos θ2 × tan θ1) lebih besar dari nilai (sin α)
pada perhitungan saat kondisi mendatar. Dengan pembagi yang
lebih besar, maka hasil yang diperoleh akan lebih kecil. Sehingga
terbukti bahwa gaya tegang kabel pada kondisi menanjak lebih
kecil dari gaya tegang kabel pada kondisi mendatar.
Tabel 4.5 Gaya Tegang dan Tegangan Normal Kabel Pada Kondisi
Menanjak
Hasil Simulasi
Besaran
Satu Beban Dua Beban
T (N) 31889,32 31900,87
σN (N/mm2) 158,61 158,66
Tabel 4.7 Gaya Tegang dan Tegangan Normal Kabel Pada Kondisi
Menurun
Hasil Simulasi
Besaran
Satu Beban Dua Beban
T (N) 31889,32 31900,87
σN (N/mm2) 158,61 158,66
Perhitungan
1 211,66 1960 σN < σy Aman
Mendatar
2 211,67 1960 σN < σy Aman
Simulasi
1 211,26 1960 σN < σy Aman
Mendatar
2 211,33 1960 σN < σy Aman
1 158,61 1960 σN < σy Aman
Menanjak
2 158,66 1960 σN < σy Aman
1 158,61 1960 σN < σy Aman
Menurun
2 158,66 1960 σN < σy Aman
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa hasil perhitungan dan simulasi yang
telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kondisi mendatar, menanjak, dan menurun, dengan
besar defleksi yang sama, tegangan kabel terbesar
terjadi ketika diberi pembebanan oleh dua beban.
Tegangan normal (σN) kabel terbesar pada kondisi
menanjak dan menurun (158,66 N/mm2) lebih kecil dari
normal (σN) kabel terbesar pada kondisi mendatar
(211,33 N/mm2 untuk hasil smulasi dan 211,67 N/mm2
untuk hasil perhitungan). Besar tegangan maksimal pada
kabel, lebih kecil dari yield strength kabel (1960
N/mm2), sehingga sistem tersebut aman. Besar defleksi
yang terjadi pada kabel, bergantung pada tegangan kabel.
Semakin besar tegangan pada kabel, maka semakin kecil
defleksi yang terjadi dan sebaliknya.
2. Daya mesin yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
monocable ropeway adalah 18,21 HP.
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini yaitu :
1. Didalam penganalisaan suatu struktur dengan
menggunakan software komputer, khususnya SAP2000,
perlu memahami dasar-dasar teori dalam pembuatan
model dan penganalisaan hasil agar tidak mengalami
kesulitan.
2. Perlu dilakukan simulasi lebih lanjut untuk beban
dinamis dan beban angin.
45
46
47
48
Gaya Reaksi Tumpuan Kabel Pembebanan Satu Beban Pada Kondisi Mendatar
Gaya Reaksi Tumpuan Kabel Pembebanan Dua Beban Pada Kondisi Mendatar
Proses Penggambaran Kabel Pada Kondisi Menanjak
53
54
63
64