M. AULIYA’ RAKHMAN
NRP. 0715040059
DOSEN PEMBIMBING
USMAN DINATA, S.T., M.M.
MOH. SYAIFUL AMRI, S.ST., M.T.
1
TUGAS AKHIR (607408A)
M. AULIYA’ RAKHMAN
0715040059
DOSEN PEMBIMBING:
USMAN DINATA, S.T., M.M
MOH. SYAIFUL AMRI, S.ST., M.T.
i
ii
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
iv
v
Halaman ini sengaja dikosongkan.
vi
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan judul “Analisa Penggunaan Elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5 dan
E71T1-C1A0-CS1-H8 Terhadap Tensile Test dan Impact Test” guna
memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan
pada Program Studi D4 – Teknik Pengelasan Jurusan Teknik Bangunan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya tahun 2019. Penulis menyadari kelemahan
serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan tugas akhir ini
memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Orang tua tercinta, Bapak M. Munir dan Ibu Djazimah yang selalu
memberikan do‟a, semangat, serta kasih sayang yang tiada henti agar
penulis dapat menyelesaikan studi dan tugas akhir ini.
2. Kakak tersayang Nirma Nur Fitriana yang selalu membantu,
memberikan do‟a, dukungan dan semangat agar penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir.Eko Julianto, M.Sc., F.RINA. selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya yang telah memberikan banyak
kemudahan dan fasillitas serta sarana-prasarana demi kelancaran
penyelesaian tugas akhir ini.
4. Bapak Ruddianto, S.T., M.T., M.RINA. selaku Ketua Jurusan Teknik
Bangunan Kapal.
5. Bapak Muhammad Ari, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Pengelasan.
6. Bapak Usman Dinata, S.T., M.M. dan Bapak Moh. Syaiful Amri,
S.ST., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, membantu dan mengarahkan selama proses penyelesaian
tugas akhir ini.
vii
7. PT. Korindo Heavy Industry Balaraja Plant dan segenap karyawannya
yang telah memberikan fasilitas selama melakukan proses pengelasan
seperti material serta masukan dan arahan yang diperuntukkan untuk
melakukan penelitian ini.
8. Saudara Evan Rizal Pratama, S.ST., saudara Puguh Pribadhi, S.ST.,
saudara Robbin Maulana, S.ST., saudara Bayu Bintang K. S.ST.,
saudara Ahmad Fahmi, S.ST., yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan dalam pengerjaan tugas akhir ini.
9. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Pengelasan Jurusan
Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Seluruh karyawan, teknisi yang sangat membantu dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
10. Teman-teman TL 2015 B yang selalu menemani selama 4 tahun
perkuliahan, berbagi cerita, bekerja sama untuk bisa sukses bersama-
sama.
11. Seluruh teman-teman D4 teknik pengelasan angkatan 2015 yang selalu
berbagi suka dan duka serta saling memberi semangat, bantuan dan
motivasi selama pengerjaan tugas akhir ini.
12. Teman-teman kontrakan Bumi Marina Emas blok E 108 yang selalu
memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa.
13. Serta semua pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis
viii
ANALISA PENGGUNAAN ELEKTRODA E71T1-C1A2-CS1-H5
DAN E71T1-C1A0-CS1-H8 TERHADAP TENSILE TEST DAN
IMPACT TEST
M. Auliya’ Rakhman
ABSTRAK
Kata Kunci : FCAW, demand critical, elektroda, tensile test, impact test.
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan.
x
ANALYSIS OF ELECTRODE E71T1-C1A2-CS1-H5 AND E71T1-
C1A0-CS1-H8 TOWARDS TENSILE TEST AND IMPACT TEST
M. Auliya’ Rakhman
ABSTRACT
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan.
xii
DAFTAR ISI
xiii
3.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 23
3.3 Studi Lapangan ................................................................................................ 23
3.4 Studi Literatur .................................................................................................. 23
3.5 Pengumpulan Data ........................................................................................... 24
3.6 Persiapan Material ........................................................................................... 24
3.7 Proses Pengelasan ............................................................................................ 25
3.7.1 Tahapan pengelasan ............................................................................... 25
3.7.2 Peralatan pengelasan .............................................................................. 26
3.8 Pengujian Visual (Visual Examination) .......................................................... 26
3.9 Proses Pengujian .............................................................................................. 26
3.9.1 Tensile test ............................................................................................. 27
3.9.2 Impact test .............................................................................................. 29
3.10 Analisa Data .................................................................................................. 31
3.11 Kesimpulan .................................................................................................... 31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 32
4.1 Data Pengelasan ............................................................................................... 32
4.2 Visual Inspection ............................................................................................. 32
4.3 Analisa Hasil Pengujian Tarik ......................................................................... 34
4.5 Analisa Hasil Pengujian Impact ...................................................................... 38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 44
5.2 Saran ................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 48
xiv
DAFTAR TABEL
xv
Halaman ini sengaja dikosongkan
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan klasifikasi kawat las FCAW pada AWS A5.36 terdapat
perbedaan antara kawat las E71T1-C1A0-CS1-H8 dengan kawat las E71T1-
C1A2-CS1-H5 pada kode A0 dan A2, dimana kode tersebut adalah aturan
suhu untuk impact test.
Oleh karena itu pada tugas akhir ini bertujuan untuk meneliti
perbedaan kedua kawat las tersebut apakah terdapat perbedaan hasil yang
signifikan pada nilai tensile strength, yield strength, elongation dan
ketangguhan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan kawat las pada
project tersebut.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbandingan penggunaan jenis kawat las
terhadap nilai uji tarik.
2. Untuk mengetahui perbandingan penggunaan jenis kawat las
terhadap ketangguhan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
Sebagai alat untuk memenuhi prasyarat kelulusan dari Program
Studi Teknik Pengelasan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
(PPNS) dan sebagai sarana untuk menerapkan teori selama
perkuliahan.
2
2. Bagi perusahaan
Sebagai referensi bagi perusahaan fabrikasi dalam pemilihan kawat las
yang digunakan untuk project tersebut.
3. Bagi umum
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan akan memberikan
informasi dan literatur mengenai pemilihan kawat las FCAW.
3
Halaman ini sengaja dikosongkan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas (Wiryosumarto, 2000).
Pengelasan FCAW merupakan salah satu jenis las listrik yang proses
kerjanya memasok filler elektroda atau kawat las secara mekanis terus
menerus ke dalam busur listrik. Kawat las atau elektroda yang digunakan
untuk pengelasan FCAW terbuat dari logam tipis yang digulung cylindrical
kemudian dalamnya diisi dengan flux yang sesuai dengan kegunaannya.
Proses Pengelasan FCAW ini sebenarnya sama dengan pengelasan GMAW,
namun membedakan adalah kawat las atau elektrodanya yang berbentuk
tubular yang berisi fluks sedangkan GMAW berbentuk solid.
6
Berdasarkan metode pelindung, Pengelasan FCAW dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu
1. Self shielding FCAW (pelindungan sendiri) yaitu merupakan proses
melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan gas dari hasil
penguapan atau reaksi dari inti fluks.
2. Gas shielding FCAW (perlindungan gas) adalah perlindungan dengan
dual gas, yaitu melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan
gas sendiri juga ditambah gas pelindung yang berasal dari luar sistem.
Dua metode di atas sama-sama menghasilkan terak las yang berasal dari
flux dalam kawat las yang berfungsi untuk melindungi logam las saat proses
pembekuan. Namun, perbedaan metode di atas terletak pada tambahan sistem
pemasok gas dan welding torch yang digunakan.
Pengelasan FCAW berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Otomatis (machine automatic).
2. Semi otomatis (semi automatic).
Sifat-sifat utama (Principal features) yang dimiliki FCAW dalam proses
pengelasan:
1. FCAW mempunyai sifat metalurgi las yang bisa dikontrol dengan
pemilihan fluks.
2. Las FCAW mempunyai produktivitas yang tinggi, karena dapat
pasokan elektroda las yang kontinu.
3. Saat pembentukan manik atau rigi-rigi las yang cair dapat
dilindungi oleh slag yang tebal.
Pengelasan FCAW umumnya menggunakan gas CO2 atau campuran CO2
dengan argon sebagai gas pelindung. Tetapi untuk menghindari logam las
terkontaminasi udara luar atau menghindari porosity maka harus dilakukan
pemilihan fluks yang mempunyai sifat pengikat oxygen atau deoxydizer.
Aplikasi atau penggunaan utama pengelasan FCAW adalah sebagai berikut.
1) Baja karbon (carbon steel).
2) Pengerasan & pelapisan permukaan (Steel hard facing and cladding).
3) Baja tahan karat (Stainless steel).
7
4) Besi tuang (Cast Iron).
5) Baja karbon Alloy rendah (Low alloy carbon steel).
6) Las titik baja tipis (Sheet steel spot welding) (Jones, 2015).
Karakteristik mesin las FCAW berdasarkan arusnya dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC),
mesin las arus bolak- balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus
ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan
dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik (AC).
Mesin las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan
polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair
bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya
dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan
kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+)
digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk
pemegang fillernya dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk
dihubungkan dengan kutub negatif. Pilihan ketika menggunakan DC polaritas
negatif atau positif adalah terutama ditentukan elektroda yang digunakan.
Beberapa filler FCAW didesain untuk digunakan hanya DC- atau DC+. Filler
lain dapat menggunakan keduanya DC- dan DC+ (Jones, 2015).
Kelebihanya Proses FCAW-G yaitu penetrasinya lebih dalam dan laju
pengisian lebih tinggi dibandingkan dengan proses SMAW. Dengan demikian
proses las ini menjadi lebih ekonomis pada pekerjaan di bengkel-bengkel las.
Unsur-unsur paduan bisa ditambahkan pada inti flux untuk membuat jenis
komposisi menjadi lebih banyak, termasuk beberapa logam paduan rendah
dan stainless steel. Flux memberikan perlindungan bagus pada kawah las
dengan membentuk selubung gas pelindung dan lapisan slag. Meskipun
demikian, proses ini tidak mentolerir tiupan angin lebih dari 5 mph tanpa
porosity berlebihan. FCAW-G cocok untuk pengelasan semua posisi tanpa
menimbulkan masalah lack of fusion seperti yang terdapat pada GMAW
hubungan singkat.
Kekurangan Proses FCAW-G menghasilkan lebih banyak asap dari
pada kawat solid GMAW. Kawat FCAW-SS bahkan menimbulkan lebih
8
banyak asap, sehingga pada pekerjaan di bengkel-bengkel las dibutuhkan
ventilasi yang memadai dan kadang-kadang memerlukan alat khusus
pembuang asap di daerah welding gun. Tingkat asap pada FCAW-SS
stainless steel atau pada kawat-kawat FCAW-G hampir sama dengan
elektroda stick, dan lebih kecil dari pada kawat carbon steel berpelindung diri
(self-shielded wires). Pengelasan yang dilakukan dengan kawat FCAW-SS
perlu kontrol yang ketat terhadap tebal dan lebar bead dan elektrode stickout
guna mendapatkan sifat-sifat ketangguhan yang tinggi (Jones, 2015).
9
Baja karbon jenis ini dibuat dan diaplikasikan dengan mengeksploitasikan
sifat-sifat ferrite, ferrite adalah salah satu fasa terpenting di dalam baja yang
bersifat lunak dan ulet, baja karbon rendah umumnya memiliki kadar karbon
di bawah komposisi eutectoid dan memiliki struktur mikro hampir seluruhnya
ferrite. Pada lembaran baja, kandungan karbon sangat rendah atau ultra
rendah, jumlah atom pada karbonnya bahkan masih berada dalam batas
kelarutannya pada larutan padat sehingga struktur mikronya adalah ferite
seluruhnya.
Material yang akan digunakan ini adalah baja karbon rendah SA 572 Gr
50, material ini merupakan jenis baja karbon yang banyak digunakan dalam
dunia industri, karena proses fabrikasi yang mudah. Baja SA 572 Gr 50
termasuk kedalam baja karbon rendah karena memiliki kandungan karbonnya
(C) kurang dari 0,30%. Mechanical properties dari baja SA 572 Gr 50
ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini :
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk yield strength SA 572 Gr 50 adalah
sebesar 399 MPa. Sedangkan untuk tensile strength adalah sebesar 541 MPa.
Untuk chemical composition dari baja SA 572 Gr 50 ditunjukkan pada Tabel
2.3 berikut ini :
Persentase
0,17 1,37 0,012 0,017 0,306 0,017 0,082 0,020
(max %)
Sumber: Mill Certificate Material SA 572 Gr 50
10
2.4 Elektroda Las FCAW
2.4.1 Klasifikasi elektroda FCAW
FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler elektroda
secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung
filler elektroda dan filler induk. Elektroda pada FCAW terbuat dari metal
tipis yang digulung cylindrical, diisi dengan flux sesuai kegunaannya.
Pelindung proses pengelasan ini dari kemungkinan kontaminasi dari luar
terlaksana dengan:
a. Gas yang dihasilkan pada proses pengelasan.
b. Terak / slag yang dihasilkan cukup banyak karena berada pada inti
elektroda.
c. Tambahan gas dari luar jika diinginkan.
Proses FCAW pada dasarnya adalah GMAW dan yang menjadi pembeda
utamanya adalah elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks.
Elektroda FCAW-G dapat digunakan untuk mengelas carbon steel, low
alloy steel dan stainless steel. Pada AWS A5.36 dijelaskan klasifikasi
elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5 sebagai berikut:
E = Elektroda
7 = Pada AWS A5.36 satu atau dua digit menunjukkan kekuatan tarik
minimum (dikalikan dengan 10.000 psi) dari logam las yang diendapkan
dengan elektroda dalam kondisi pengelasan yang ditunjukan dalam
spesifikasi ini.
1 = Posisi yang digunakan pada saat melakukan proses pengelasan. “0”
hanya untuk posisi flat dan horizontal, sementara “1” untuk semua posisi
pengelasan (flat, horizontal, vertical up, vertical down, dan overhead).
T1 = huruf "T" mengidentifikasinya sebagai fluks berinti atau logam berinti
elektroda. Penunjuk ini mengacu pada polaritas yang digunakan dan
karakteristik umum pengoperasian. T1 menunjukan proses FCAW-G dan
menggunakan polaritas DCEP dan digunakan dalam posisi flat, horizontal,
vertical up, dan overhead.
C1 = Menunjukan shielding gas yang digunakan. C1 menggunakan shielding
gas 100% C02.
11
A2 = Merupakan aturan suhu untuk impact test, dimana “A2” menunjukan
suhu -20º Celcius.
CS1 = merupakan chemical composition yang digunakan untuk memenuhi
komposisi baja karbon.
H5 = "H5" bukan bagian dari penunjukan klasifikasi elektroda tetapi
merupakan opsional, penunjuk tambahan yang menunjukkan bahwa logam las
memiliki rata-rata hidrogen difusi maksimum 5 mL / 100 g.
Persentase
0,05 1,27 0,017 0,004 0,52 0,02 0,01 0,01
(max %)
Sumber: Mill Certificate elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5
12
Tabel 2. 6 Chemical Composition Elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8
Chemical
C Mn P S Si Cr Ni Mo
Composition
Persentase
0,05 1,27 0,017 0,004 0,52 0,02 0,01 0,01
(max %)
Sumber: Mill Certificate elektroda E71T1-C1A2-CS1-H8
HI = ……………... (2.1)
Keterangan :
V : Voltage (V)
I : Amperage (A)
13
2.5 Uji Tarik (Tensile Test)
14
Gambar 2. 2 Diagram Tegangan Regangan (Setyawan, 2018)
Py
y (2.2)
A0
Pu
u (2.3)
A0
3. Regangan
L
100% (2.4)
L0
15
4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan
semakin kakunya suatu material.
Gambar 2. 3 Pola Patahan pada Penampang Spesimen Uji Tarik (AWS D1.1, 2015)
16
Tabel 2. 8 Acceptance Criteria Uji Tarik
Yield Strength Ultimate Strength Elongation
(MPa) (MPa) (%)
17
Gambar 2. 5 Macam-Macam Bentuk Takikan pada Spesimen Uji Impact (Munir, 2015)
Gambar 2. 6 Macam-Macam Bentuk Takikan pada Spesimen Uji Impact (Munir, 2015)
18
2.6.1 Metode pengujian impact
Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu Metode Charpy
dan Metode Izod.
a) Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.7.a, spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu
landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari
belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak
negara yang lain termasuk Indonesia.
b) Metode izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.7.b, spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari
depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
Gambar 2. 7 Metode Pengujian Charpy (a) dan Izod (b) (Munir, 2015)
19
suatu temperatur yang menunjukkan perubahan sifat material dari ductile
menjadi brittle. Titik temperatur tersebut disebut „temperatur transisi‟.
Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.8. Kriteria pertama adalah T1 dimana
temperatur transisi ini diperoleh dari temperatur pada saat material bersifat
100% ductile menuju ductile-brittle. Suhu transisi ini sering disebut fracture
ductility temperature (FDT). Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur
transisi ada pada titik dimana fracture appearance berada pada 50%ductile -
50%brittle. Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum dipakai.
Temperatur transisinya diperoleh dari rumus: Is Transisi = (Is tertinggi + Is
terendah) / 2. Kriteria ke empat adalah T4. yaitu perubahan material dari
ductile-brittle menuju brittle setelah melewati Cv = 15 ft-lb. Kriteria ke lima
adalah T5 dimana suhu transisinya diperoleh dari temperatur pada saat
material bersifat ductile-brittle menuju brittle 100%. Temperatur transisi ini
sering disebut nil ductility temperature (NDT). Gambar grafik temperature
transisi dapat dilihat pada Gambar 2.8 :
20
apabila temperatur operasi terendah masih diatas temperatur transisi dari
material, maka brittle fracture bukan merupakan masalah. (Munir, 2015).
21
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
22
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan)
23
berhubungan dengan penelitian ini dan beberapa referensi yang
berhubungan dengan objek yang akan dibahas serta beberapa sumber
lainnya.
24
Gambar 3. 3 Detail Desain Sambungan (Dokumen Pribadi, 2019)
25
Dalam penelitian ini untuk heat input sesuai dengan WPS
KHI/WPS/FC/S2013 yang digunakan di PT. Korindo Heavy
Industry. Untuk low heat input menggunakan 1.19 KJ/mm dan
untuk high heat input menggunakan 2.06 KJ/mm.
26
Gambar 3. 4 Cutting Plan Uji Tarik dan Uji Impact (AWS D1.8, 2016)
27
3. Pengukuran dimensi
Mengambil spesimen dan ukur dimensinya.
Mencatat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar
kerja.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji
Mencatat data mesin pada lembar kerja.
Mengambil kertas HVS digunakan untuk mencetak hasil uji tarik
dan memasang pada printer.
Mengambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
Menyeting beban dan memasukkan dimensi spesimen uji.
Memberikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
Setelah patah, mengambil spesimen dan mengukur Panjang
kemuluran dari gauge length.
Mencetak hasil uji tarik di kertas HVS.
Mengulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
Ukuran spesimen uji tarik dapat dilihat pada Gambar 3.5 di bawah ini :
28
3.9.2 Impact test
29
4. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat dan cepat,
terutama untuk kondisi panas dan dingin.
5. Letakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri pada
rem.
6. Tekan pin pengunci beban, sehingga bandul meluncur menimpa
spesimen.
7. Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua
kalinya.
8. Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
9. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
i. Menentukan panjang lengan bandul
1. Angkat bandul sehingga membentuk sudut 10º dari garis tegak
2. Lepaskan bandul sehingga berayun.
3. Hitung dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan
(T50).
4. Hitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan berikut :
1/2
T = 2 (ℓ / g) ………………………………………………..…………….. (3.1)
Dimana T = periode (detik)
= T50 / 50
ℓ = panjang lengan bandul (m)
2
g = percepatan gravitasi (m/det )
Untuk pembentukan dan ukuran spesimen pengujian impact, bisa dilihat pada
Gambar 3.6 :
30
Gambar 3. 6 Ukuran Spesimen Uji Impact (AWS B4.0, 2016)
3.11 Kesimpulan
Kesimpulan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan kawat las FCAW dengan variasi low heat input dan high heat
input terhadap yield strength, tensile strength, elongation, dan ketangguhan.
31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi pengelasan : 1G
32
Gambar 4. 1 Hasil Visual (Dokumen Pribadi, 2019)
Untuk hasil pengukuran tinggi reinforcement dapat dilihat pada Tabel 4.1
dibawah ini :
Tinggi Reinforcement
Elektroda Heat Input
(mm)
E71T1-C1A0-CS1-H8 Low 3
E71T1-C1A2-CS1-H5 Low 2
33
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat tinggi reinforcement diterima menurut
standart kriteria penerimaan visual pada AWS D1.1 yaitu tidak melebihi 3 mm,
sehingga semua hasil uji visual adalah accepted. Adapun hasil uji visual
inspection dapat dilihat pada lampiran H.
Elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5
34
Elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5
Dari nilai ultimate point, yield point dan elongation yang didapat
menunjukan nilai ultimate point yang paling rendah yaitu 437.09 MPa pada
elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5 high heat input dan yang paling tinggi 542.09
MPa pada elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8 low heat input, yield point tertinggi
35
yaitu 491.67 MPa pada elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8 low heat input sedangkan
nilai yield point terendah yaitu 375.64 MPa ditunjukkan pada elektroda E71T1-
C1A2-CS1-H5 low heat input dan elongation 37% yang paling besar pada
elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5 low heat input sedangkan nilai elongation
30.20% yang paling rendah ditunjukan pada elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8 high
heat input. Dengan menggunakan data-data yang didapatkan pada pengujian tarik,
selanjutnya dilakukan perhitungan yang nantinya akan dibandingkan dengan
acceptance criteria dari nilai uji tarik pada Tabel 4.3 :
500 436.69
400
436.81
300 375.64
200
100
0
Low Heat Input High Heat Input
E71T1-C1A0-CS1-H8 E71T1-C1A2-CS1-H5
36
Dari Gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi kandungan
hidrogen akan menyebabkan nilai yield strength naik dikarenakan semakin tinggi
kandungan hidrogen akan menyebabkan material menjadi keras dan menaikkan
nilai yield strength. Untuk hasil perbandingan nilai ultimate strength dapat dilihat
pada Gambar 4.4 :
500
400 492.96
437.09
300
200
100
0
Low Heat input High Heat Input
E71T1-C1A0-CS1-H8 E71T1-C1A2-CS1-H5
30
33.53
30.2
20
10
0
Low Heat Input High Heat Input
E71T1-C1A0-CS1-H8 E71T1-C1A2-CS1-H5
37
Dilihat dari Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa elektroda E71T1-C1A2-CS1-
H5 memiliki nilai elongation yang lebih tinggi daripada elektroda E71T1-C1A0-
CS1-H8 dikarenakan kandungan hidrogen yang lebih rendah akan menyebabkan
material menjadi ductile dan akan menaikkan nilai elongation.
Kemudian setelah spesimen uji telah dipasang dan siap untuk diuji barulah
bandul dilepaskan hingga memukul spesimen uji kemudian didapatkan energy
impact yang dapat dibaca langsung dari jarum penunjuk pada alat uji. Dengan
menggunakan data-data yang didapatkan pada pengujian impact, selanjutnya
dilakukan perhitungan yang nantinya akan dibandingkan dengan acceptance
criteria dari nilai uji impact. Acceptance criteria uji impact dapat dilihat pada
Tabel 4.4 :
38
Tabel 4. 4 Acceptance Criteria Uji Impact
Charpy V-Notch 20 [27] min. @ 0ºF 20 [27] min. @ 0ºF 25 [34] min. @ -20ºF
Toughness, ft.lbf [J] [-18ºC] [-18ºC] [-30ºC]
Berikut ini tabel hasil pengujian impact dari masing-masing spesimen. Untuk
hasil pengujian impact elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8 high heat input dapat
dilihat pada Tabel 4.5
1A V WM 122
1B V WM 99
H
E71T1-
I
C1A0- 1C V WM 102 111.9
G
CS1-H8
H
1D V WM 93.5
1E V WM 143
39
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Impact Elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8
Average
Heat Material Type of Location of Energy Impact
Elektroda Energy Impact
Input Stamp Notch Notch (J)
(J)
2A V WM 135
2B V WM 143
E71T1- L
C1A0- O 2C V WM 127 135.2
CS1-H8 W
2D V WM 123
2E V WM 148
3A V WM 148
3B V WM 148
E71T1- H
C1A2- I
3C V WM 148
CS1-H5 G 146.1
H
3D V WM 142.5
3E V WM 144
40
Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Impact Elektroda E71T1-C1A0-CS1-H5
Average
Heat Material Type of Location of Energy Impact
Elektroda Energy Impact
Input Stamp Notch Notch (J)
(J)
4A V WM 148
4B V WM 148
L
E71T1-
O
C1A2- 4C V WM 146.5 147.3
W
CS1-H5
4D V WM 147.5
4E V WM 146.5
Dari keseluruhan tabel di atas diperoleh grafik perbandingan rata-rata nilai energy
impact yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 :
135.2
120
100 111.9
80
60
40
20
0
E71T1-C1A0-CS1-H8 E71T1-C1A0-CS1-H8 E71T1-C1A2-CS1-H5 E71T1-C1A2-CS1-H5
(HIGH) (LOW) (HIGH) (LOW)
41
E71T1-C1A2-CS1-H5 memiliki rata-rata energy impact yang tinggi yaitu 146.1 J
untuk high heat input dan 147.3 J untuk low heat input. Dan untuk elektroda
E71T1-C1A0-CS1-H8 memiliki rata-rata energy impact yang lebih kecil yaitu
135.2 J untuk low heat input dan 111.9 J untuk high heat input. Akan tetapi dari
hasil pengujian impact semua spesimen masih masuk ke dalam kriteria
keberterimaan uji impact yang disyaratkan pada AWS D1.8.
42
Gambar 4. 9 Patahan Spesimen Elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5 (Dokumen Pribadi, 2019)
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.2 Saran
Saran yang diajukan penulis untuk penelitian selanjutnya antara lain :
44
Halaman ini sengaja dikosongkan.
45
DAFTAR PUSTAKA
ASTM A370. (2014). Standard Test Methods and Definitions for Mechanical
Testing of Steel Product. ASTM International, Amerika Serikat.
AWS A5.20. (2016). Specification For Carbon Steel Electrodes for Flux Core
Arc Welding. American Welding Society, Amerika Serikat.
AWS A5.36. (2016). Specification For Carbon and Low Alloy Steel Flux
Cored Electrode For Flux Cored Arc Welding and Metal Cored
Electrodes For Gas Metal Arc Welding. American Welding
Society, Amerika Serikat.
46
Halaman ini sengaja dikosongkan.
47
LAMPIRAN A
Mill Certificate A572 Grade 50 thickness 20mm
48
49
50
51
LAMPIRAN B
Mill Certificate Electrode
52
53
1. Mill Certificate Electrode E71T1-C1A0-CS1-H8
54
2. Mill Certificate Electrode E71T1-C1A2-CS1-H5
55
LAMPIRAN C
Welding Procedure Specification (WPS)
56
57
58
59
LAMPIRAN D
Procedure Qualification Record (PQR)
60
61
62
63
64
65
LAMPIRAN E
Parameter Pengelasan
66
67
Parameter Pengelasan
1. Low heat input elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8
Travel Heat
Weld Ukuran
Polaritas Elektroda Ampere Volt Speed Input
layer (mm)
(mm/min) (KJ/mm)
E71T1-C1A0-
Root DCEP 1.2 211-215 23-25 243-247 1.19-1.28
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Hot DCEP 1.2 211-214 23-24 245-256 1.19-1.24
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Fill DCEP 1.2 212-216 23-24 244-247 1.18-1.26
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Cap DCEP 1.2 212-215 23-24 246-249 1.18-1.23
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Hot DCEP 1.2 234-237 27-28 183-187 1.91-2.11
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Fill DCEP 1.2 234-238 23-24 182-184 1.87-2.05
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Cap DCEP 1.2 232-237 26-27 183-186 2.01-2.05
CS1-H8
E71T1-C1A2-
Hot DCEP 1.2 212-214 23-25 242-256 1.18-1.26
CS1-H5
E71T1-C1A2-
Fill DCEP 1.2 212-212 22-25 244-247 1.16-1.29
CS1-H5
E71T1-C1A2-
Cap DCEP 1.2 212-215 23-24 245-247 1.18-1.23
CS1-H5
68
4. High heat input elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5
Travel
Weld Ukuran Heat Input
Polaritas Elektroda Ampere Volt Speed
layer (mm) (KJ/mm)
(mm/min)
E71T1-C1A2-
Root DCEP 1.2 234-237 26-28 181-183 2.02-2.10
CS1-H5
E71T1-C1A2-
Hot DCEP 1.2 234-237 25-27 185-187 1.89-2.07
CS1-H5
E71T1-C1A2-
Fill DCEP 1.2 233-238 24-26 182-187 1.90-2.03
CS1-H8
E71T1-C1A0-
Cap DCEP 1.2 235-237 25-28 183-186 1.97-2.07
CS1-H8
69
LAMPIRAN F
Welder Certificate
70
71
72
73
LAMPIRAN G
Report Uji Tarik
74
75
76
77
78
79
LAMPIRAN H
Report Visual Inspection
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
LAMPIRAN I
Report Radiografi
90
91
92
93
94
95
LAMPIRAN J
Type Of Fracture Impact Test
96
97
Type Of Fracture Impact Test
Untuk melihat jenis patahan setelah diuji impact yaitu dengan mengukur
dimensi a dan b pada patahan spesimen uji seperti pada Gambar I.1 di bawah ini :
Setelah didapatkan dimensi a dan b langkah selanjutnya yaitu melihat tabel untuk
mencari nilai percent shear dimana untuk 0-50 jenis patahannya adalah brittle dan
untuk 51-100 bentuk patahannya yaitu ductile. Tabel percent shear dapat dilihat
pada Gambar I.2 di bawah ini :
Setelah ditemukan nilai percent shear, langkah selanjutnya adalah dengan melihat
tampilan patahan percent shear. Untuk tampilan percent shear dapat dilihat pada
gambar I.3 :
98
Gambar I.3 Type of fracture
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan untuk type of fracture impact test pada
spesimen setelah dilakukan uji impact. Untuk elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5
High Heat Input dapat dilihat pada tabel I.1 :
A=9
1A 10 Brittle
B=8
A = 8.5
1B 15 Brittle
B=8
A=9
1C 10 Brittle
B=8
A = 8.5
1D 15 Brittle
B=8
A=9
1E 10 Brittle
B=8
99
Tabel I.2 Elektroda E71T1-C1A2-CS1-H5 Low Heat input
Dimension Percent Shear
Material Stamp Type Of Fracture
(mm) (%)
A=6
2A 89 Ductile
B = 1.5
A=6
2B 85 Ductile
B=2
A=6
2C 89 Ductile
B = 1.5
A = 5.5
2D 90 Ductile
B = 1.5
A=6
2E 92 Ductile
B=1
A=6
3A 81 Ductile
B = 2.5
A=6
3B 85 Ductile
B=2
A=6
3C 85 Ductile
B=2
A=6
3D 85 Ductile
B=2
A = 5.5
3E 86 Ductile
B=2
100
Tabel I.4 Elektroda E71T1-C1A0-CS1-H8 Low Heat input
A=6
4A 89 Ductile
B = 1.5
A=6
4B 85 Ductile
B=2
A=6
4C 92 Ductile
B=1
A = 6.5
4D 67 Ductile
B=4
A=6
4E 85 Ductile
B=2
101
BIOGRAFI PENULIS
No.telpon : 082245060404
E-mail : arakhman16@gmail.com
Pekerjaan :-
102
103