Kuliner
(di) Indonesia
1
EDITORIAL
2 Diplomasi Rasa
JENDELA
4 Dari Indische Keuken ke Boga Indonesia 1857-1967
RESENSI
27 Wacana Kuliner dalam Sastra Indonesia
LINTAS
33 Kirdjomuldjo dan Tiga di Antara Lakon-lakon Karyanya
Foto: Kuss Indarto
SKETSA
38 Sayap Malaikat di DInding
Pemimpin Redaksi
Desainer Diproduksi di Yogyakarta
Kuss Indarto
Maria Inarita Uthe Kertas kover: Aster, Isi: Matte Paper
Viki Bela Huruf: Adobe Garamond, Cambria, Alte Haas Grotesk, Aller & Aller Light.
Redaktur/Editor
Suwarno Wisetrotomo Fotografi
Matajendela, majalah seni budaya terbit selama tiga bulan sekali.
Stanislaus Yangni Suprayitno Rudi S.
Redaksi menerima tulisan dari penulis, kritikus dan pemerhati seni
Satmoko Budi Santoso Lukito
budaya.
E D I TO R I A L
Diplomasi Rasa
R
ABU, 10 November 2010, dalam kemegahan Ya, memang kepopuleran rendang, yang ada di urutan
auditorium Universitas Indonesia, Depok, Jawa pertama, disusul nasi goreng mengalahkan Massaman
Barat, di hadapan sekitar 6.000 undangan, Presiden curry asal Thailand yang sebelumnya ditasbihkan jadi
Amerika Serikat Barack Hussein Obama berteriak lantang: makanan paling enak di muka planet bumi. Dalam daftar
“Baksoooo…! Satteeee…!!!” Gedung audorium UI langsung 50 Makanan Terlezat versi CNN tahun 2011 itu ada
bergemuruh oleh tertawa riuh orang-orang di dalamnya. makanan Indonesia lainnya, yakni sate yang ada di urutan
Antara lucu dan surprised. Betapa tidak? Seorang pemimpin 14. Kuliner Indonesia Berjaya di antara makanan lain dari
negara adidaya dunia yang terbiasa berkomunikasi dengan seluruh dunia, seperti sushi Jepang yang berada di urutan 3,
bahasa Inggris dan membincangkan probem serius tingkat dim sum Hong Kong (7), bebek peking Cina (9), es krim
dunia, tiba-tiba berteriak lantang, dan “hanya” meneriakkan Amerika Serikat (15), lasagna Italia (11), kebab Turki (16),
4 nama makanan lokal Indonesia. croissant Perancis (18), bulgogi Korea (23), tacos Meksiko
(25), seafood paella Spanyol (33), masala dosa India (39),
goi cuon Vietnam (50), dan lainnya.
Teriakan Obama tersebut ternyata tak sekadar bergema
di dalam ruang auditorium UI. Dengan lekas, kata-kata
Dua fakta itu memberi dampak yang cukup luar biasa
“bakso” dan “sate” bergema dalam ruang-ruang yang
bagi popularitas Indonesia, khususnya di dunia kuliner
lebih meluas, di seluruh pojok negeri Nusantara, bahkan
di mata dunia. Saya, kita tidak tahu persis apakah dua
mendunia. Sebagai sebuah subyek isu, bakso dan sate
kenyataan tersebut berbau politis karena diduga menjadi
dengan cepat menjadi viral. Teriakan presiden kulit hitam
disain besar yang disusun oleh Amerika Serikat yang ingin
pertama AS itu juga dengan serta-merta menggugah
menghangatkan hubungan dengan Indonesia agar tidak
dengan kuat kesadaran “nasionalisme” sekian banyak orang
“berpindah ke lain hati” pada China, atau dugaan politis
Indonesia lewat isu makanan atau kuliner.
lainnya. Tapi setidaknya publik mendapatkan dampak
ikutan atas kenyataan tersebut. Sejak itu, banyak (atau
Tak begitu lama dari kesempatan itu, tanggal 7 September bahkan mungkin hampir 100%) hotel berbintang 3, 4,
2011, situs berita berlevel dunia CNN, persisnya CNNGo hingga 5 di Indonesia nyaris selalu menghidangkan nasi
mengumumkan hasil surveinya yang berkesimpulan bahwa goreng di samping nasi putih pada daftar menu sarapan
makanan bernama rendang dan nasi goreng dari Indonesia yang menjadi fasilitas mereka. Sementara itu, menurut
dinyatakan sebagai makanan terlezat di dunia (tahun itu). cerita seorang teman yang cukup lama menetap di Eropa
“Setelah menjaring lebih dari 35.000 suara, makanan paling bercerita bahwa saat ini di beberapa negara Eropa barat,
enak di dunia bukan Massaman curry yang kami sarankan, terutama Belanda, banyak rumah makan Asia—yang
tapi hidangan daging berbumbu yang pedas dari Sumatera bermenu utama Chinnese food, Thai food, atau Vietnamese
Barat,” demikian hasil survei yang dimuat situs CNN. food—menyediakan makanan bernama nasi goreng di
antara daftar menunya. Dugaan Sejarah perihal ini bisa dilihat dari baru-baru ini. Wanita-wanita dari
targetnya jelas, bahwa itu ingin upaya Bung Karno, presiden pertama kabinetku selalu menjediakan djualan
menyasar konsumen dari Indonesia RI yang berinisiatif untuk menerbitkan makanan Eropa. ‘Kita mempunjai
atau masyarakat kosmopolitan lainnya sebuah buku tentang aneka macam panganan enak kepunjaan kita sendiri,’
yang ingin merasakan menu yang makanan Nusantara. Tajuknya: “Buku kataku dengan marah. ‘Mengapa
mendunia: nasi goreng. Masakan Indonesia Mustika Rasa: Resep- tidak itu sadja dihidangkan?’ ‘Ma’af,
resep Masakan Indonesia dari Sabang Pak,’ kata mereka dengan penjesalan,’
Mendunianya dengan segera kuliner sampai Merauke”. Baru terbit tahun Tentu bikin malu kita sadja. Kami
Indonesia pada momen ini, pada sisi 1967, setahun (lebih) setelah Soekarno rasa orang Barat memandang rendah
lain, sekaligus menerbitkan sebuah jatuh. Buku yang disusun cukup lama pada makanan kita jang melarat.’ Ini
keprihatinan. Mengapa rendang, sate, tersebut berisi kurang lebih 1.600 adalah suatu pemantulan-kembali
nasi goring dan sekian banyak nama resep masakan, 900 resep di antaranya daripada djaman dimana Belanda masih
makanan Indonesia justru diglobalkan menggunakan penekanan asal daerah. berkuasa. Itulah perasan rendah diri
oleh orang atau pihak asing, dan bukan Menurut Fadly Rahman dalam buku kami jang telah berabad-abad umurnja
oleh manusia-manusia Indonesia “Jejak rasa Nusantara: Sejarah Makanan kembali memperlihatkan diri. Edjekan
sendiri? Kenapa Thailand, Jepang, Indonesia” (2016) resep-resep tersebut jang terus-menerus dipompakan oleh
India, bahkan Vietnam bisa lebih sudah sejak lama popular seperti dari pemerintah Hindia Belanda tentang
dulu mampu menginternasionalkan Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Maluku, ketidakmampuan kami, menjebabkan
kuliner mereka? Apakah keragaman dan tetapi tidak sedikit resep baru—entah kami jakin akan hal tersebut.”
kekayaan kosa kuliner Nusantara atau baru dikenal tapi sudah lama ada atau
Indonesia, gagal diinternasionalkan baru dikenal karena baru ditemukan. Mata Jendela edisi kali ini berupaya
5
dengan masif karena kita tidak mampu Dengan segala kelebihan dan membuka kembali ingatan kita tentang
menguasai jejaring kerja (networking) kelemahannya, buku tersebut relatif dunia makanan atau kuliner yang
dunia lewat political will negara? bisa menjadi tonggak penting betapa penuh keragaman. Sudah pasti ini
Apakah kita memang tak mampu Negara telah peduli untuk mengelola hanya secuil narasi tentang kekuatan
memberdayakan aspek kultural makanan sebagai salah satu kosa budaya salah satu budaya kita yang bisa
(termasuk di dalamnya dunia kuliner) yang mampu diberdayakan sebagai dikembangkan, dan diberdayakan
sebagai bagian penting dari diplomasi bagian dari identitas dan kekuatan lebih lanjut menjadi sebaris “kekuatan
politik atau diplomasi budaya itu sumber daya Indonesia. nasional” yang bisa diandalkan. Kenapa
sendiri? kita tidak terus mengupayakannya?
Setidaknya itu menjadi jawaban Kenapa harus Obama dan CNN yang
Saya tidak tahu persis perkara tersebut. atas keprihatinan Soekarno tentang memancing kekuatan diplomasi olah
Mungkin teramat kompleks. Atau dunia makanan Indonesia yang justru cita rasa kita di panggung dunia? ***
rumit bahkan ruwet. Meski demikian, direndahkan oleh orang Indonesia
kalau kita menelisik jelujur kronologi sendiri akibat mentalitas anak jajahan. Kuss Indarto, pemimpin redaksi Mata
sejarah, ada upaya yang telah dilakukan Ini tecermin dari ujaran Soekarno Jendela.
oleh negara atau pemerintah dalam yang dicatat oleh Cindy Adams dalam
mengupayakan perkara kuliner sebagai “Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat
garda penting dalam menerakan Indonesia” (1966): “Sampai sekarang
perkara identitas bangsa/nasional, atau orang Indonesia masih terbawa-bawa
problem kuliner sebagai siasat untuk oleh sifat rendah diri, jang masih sadja
memberikan alternatif “perlawanan” mereka pegang teguh setjara tidak sadar.
terhadap kekuatan “luar”. Hal ini menjebabkan kemarahanku
6
“Adiboga kita, sebenarnya bahan ada, elemennya semua ada, cuma creative person-nya yang belum.
Creative person itu harus menguasai bukan saja sejarah Indonesia, tetapi juga ilmu bumi dan
pertanian Indonesia”. (Iwan Tirta, 1935 - 2010).1
P
ADA 29 Maret 2017 Akademi ini terbilang absen dalam ranah meja makan kaum bangsawan hingga
Gastronomi Indonesia gastronomi perlu dipahami; mengingat sebagai pemulih kesehatan.2 Dalam
mengadakan acara Dialog akar boga Indonesia (Indonesian ranah kuliner, rempah-rempah jugalah
Gastronomi Nasional di Kementerian cuisine) telah ada jejaknya sejak silam. yang membuat orang-orang di Eropa
Pariwisata, Jakarta. Dialog bertajuk pada abad ke-16 bergairah menulis
From Food to Root: The Rise of Dari Mitos Rempah hingga buku masak sebagai salah satu simbol
Gastronomy Tourism ini menyajikan Terbitnya Kookboek Pertama identitas kebudayaan mereka.3
pembahasan lintas bidang, mencakup Fondasi boga Indonesia secara historis
sejarah, gastronomi, industri kuliner, mulanya tidak bisa lepas dari citra Namun kepulauan rempah-rempah
dan pariwisata. Tujuan utamanya silam Indonesia sebagai ”kepulauan juga menyekam mitos yang menjebak
adalah merumuskan bagaimana rempah-rempah” (spices islands). cara pandang terhadap kenyataan
idealnya memajukan gastronomi Istilah ini menyekam mitos eksotisme sebenarnya. ”Kisah manis” rempah-
Indonesia dengan menjalin hubungan rempah sebagai konsumsi massa paling rempah di Eropa kontras dengan
sinergis antarberbagai pihak, mulai diburu dunia. Di Eropa, rempah tanah asal (baca: Nusantara) yang
dari hulu (pangan) hingga ke bukan hanya dipakai ”membumbui” menumbuhkannya. Selain berlumur
hilirnya (kuliner). Untuk memahami citra makanan Abad Pertengahan yang darah, pertikaian, dan derita
bagaimana sinergi itu dibangun, maka dikenal suram dan tak mengundang perbudakan, hingga abad ke-18, kisah
pemahaman sejarah yang selama selera. Tapi juga simbol kemakmuran citarasa rempah terkesan tidak terlalu
banyak menyentuh urusan dapur di Kokki Bitja atoe Kitab Masak-Masakan
tanah asalnya sendiri. India yang Bahroe dan Semporna.
Disusun oleh Nonna Cornelia.
Pada abad ke-19, citra sebagai Perempuan ini memperkenalkan aneka
kepulauan rempah-rempah itu lantas makanan berikut bahan-bahannya
digantikan dengan pengembangan yang ada dan memungkinkan diolah
masif sistem tanaman budidaya di Hindia dalam sebuah buku masak
di Hindia Belanda, mulai dari (kookboek). Tersirat kesan Cornelia
Cultuurstelsel (1830 – 1870) hingga tengah menyusun kumpulan resep
penerapan Undang-Undang Agraria yang mewakili citarasa di berbagai
(1870). Susie Protschky (2007: daerah Hindia dalam nama-nama 7
187) mengatakan bahwa orang- aneh, seperti: ”Ajam orang Boegis”,
orang Belanda bertanggung jawab ”boendoek boendoek Makassar”,
mengenalkan perubahan radikal ”gadon daging Soerabaija”, ”gobe
terhadap lanskap tanah jajahan dan Betawi”, hingga yang agak rasis:
kehidupan di dalamnya. Lanskap ”Masak babi seperti orang tjina” dan
Sampul Kokki Bitja karya Cornellia
paling menghipnotis pesona orang- Sumber: dokumentasi penulis ”seperti Ceilon” (sic.).
orang Eropa adalah agraria.
Buku berpengantar bahasa Belanda
Namun, hingga dan selama paruh tapi memuat resep-resep berbahasa
pertama abad ke-19, hasil-hasil abad ke-19 pun masih melaporkan Melayu ini sepertinya hanya sekedar
tanaman budidaya di berbagai sebatas kekaguman pada bahan- hobi atau hasil bertukar resep dari
wilayah belum menampakkan adanya bahan makanan yang melimpah,6 sesama perempuan Eropa dan Pribumi
kenikmatan seni kuliner di Hindia bukan pada bagaimana mengelola dan yang nama-nama aslinya disamarkan
Belanda. Orang-orang Belanda mengolahnya ke arah nilai seni hingga begitu lucu memakai nama-nama
cenderung sibuk menempatkan lada, fisiologi rasa7 layaknya boga.8 makanan: Mevrouw Sarondeng,
pala, dan cengkih semata sebagai Mejufvrouw Sesaté, Njonja Smoor,
komoditas ekspor ke pasar dunia.4 Orang-orang Eropa khususnya Nonna Lalawar, Makokki Karmanatji,
Adapun komoditas ekspor antarpulau Belanda yang bermukim di berbagai Embok Kottelet, firma Bami, Kimblo
lebih pada beras dan kelapa. Disusul wilayah Hindia agaknya abai & Co, dan Mevrouw Katimoen
pengenalan tanaman komersial mengurus persoalan rasa di tanah (Cornelia, 1859: vi). Meski hobi, buku
seperti singkong, kopi, dan teh yang koloni. Hingga akhirnya sebuah buku masak ini dicetak berkali-kali dari edisi
hasilnya meningkat pada abad ke-19.5 memasak terbit pada 1857. Judulnya pertamanya tahun 1857. Edisi 1859
Sumber-sumber tertulis pada awal sudah masuk cetakan ke-5.9
Setelah Cornelia, sebuah buku masak Berbeda dengan Cornelia yang Aktivitas pengembangan pengetahuan
bertajuk Oost Indische Kookboek menggunakan bahasa Melayu, bahan-bahan makanan di Hindia
8 dengan pengarang anonim terbit pada kedua buku memasak yang disebut mulai berdenyut setelah lembaga
1866. Salah satu yang disarankan terakhir menggunakan bahasa Laboratorium Koloniaal Museum di
sang pengarang kepada para pembaca Belanda. Buku anonim diterbitkan di Haarlem menerbitkan secara rutin
bukunya adalah mengganti bahan Semarang, sehingga jelas ini ditujukan laporan analisis bahan makanan di
kembang kol yang lazim dipakai untuk publik Belanda di Jawa. Hindia Belanda melalui Bulletin van
di selatan Belanda dengan daun Namun, buku Gallas diterbitkan di Het Koloniaal te Haarlem-nya.11 Dr.
pepaya muda. Buku ini sendiri jelas Nijmegen (Belanda). Sehingga kuat A.G. Vorderman berperan menggagas
ditujukan untuk orang-orang Belanda. kecenderungan modifikasi masakan ini selepas ia terlibat dalam eksibisi
Tapi yang patut disimak adalah ”Indische” lebih dititikberatkan pada internasional makanan di Paris pada
penggunaan kata ”Oost Indische” kebutuhan mempertahankan citarasa 1900. Sejak penerbitan laporan
yang berarti sang pengarang tengah Barat. Jika kecenderungan sang analisis bahan-bahan makanan itu
mencoba mewujudkan konsep ruang pengarang anonim adalah melokalkan terwujud secara berkala dalam arahan
untuk berbagai resep makanan yang yang Barat, maka sebaliknya Gallas Dr. M. Greshoff, penelitian bahan-
dikumpulkannya. Hal ini dilakukan lebih cenderung membaratkan yang bahan makanan pun mulai serius
juga Gallas Haak-Bastiaanse yang pada lokal. dikembangkan oleh para ahli12 hingga
1872 menerbitkan buku masaknya dipetakan kegunaannya dalam olah-
Indische Kookboek. Kebalikan dari Dari Budidaya Pangan hingga olah makanan di seluruh wilayah
pengarang anonim, justru Gallas Budaya Bangsa Hindia. Tidak hanya itu. Pada 1902,
memberi salah satu saran menarik, Sejak awal abad ke-20 para ahli sains pemerintah juga mendirikan sebuah
mengganti makanan oriental seperti dan gastronomi10 mengembangkan komisi khusus untuk meneliti sebab-
bamie (sic.) dengan macaroni (sic.). boga di Hindia Belanda yang ditandai sebab menurunnya kesejahteraan
dengan pemuliaan budidaya (vegetasi Pribumi. Salah satu perhatiannya
dan hewani) secara sistematis. diarahkan pada persoalan pangan.13
Catenius-van der Meijden dan karya masyhurnya Groot Nieuw R.A. Kardinah dan buku masak karyanya Lajang Panoentoen Bab
Volledig Indisch Kookboek Olah-Olah Kanggo para Wanita
Sumber: dokumentasi penulis Sumber: dokumentasi penulis
Upaya pemerintah meningkatkan makanan dengan aspek saintifik. berikut takaran serta kandungan gizi
kesejahteraan pangan faktanya Makanan masih ditempatkan dalam hingga kimiawinya. Van der Burg
membuahkan akibat-akibat yang ruang lingkup gastronomis yang menerangkan bahwa penyelidikan 9
menarik bagi perkembangan dunia sempit. Buku masak tak lebih hanya saintifik secara fisiologis diperlukan
boga di Hindia. Ketika kesejahteraan simbol atas hobi, kesenangan, dan untuk menanamkan kesehatan dalam
beringsut bangkit pada dasawarsa sekedar pengisi waktu luang bagi kandungan makanan di Hindia.14
kedua abad ke-20, budidaya pangan penulisnya.
pun turut berkembang secara mantap. Tren saintifikasi makanan di Hindia
Kondisi ini turut mendukung Sejak masa 1900 kontestasi citarasa pun diikuti oleh pembuat buku
tumbuhnya lembaga penelitian sains berkembang bukan hanya di kancah masak. Tampilan kookboek tidak lagi
makanan, spirit mengembangkan buku masak (kookboek). Para ahli seperti masa abad ke-19. Awal abad
pendidikan gastronomi, hingga sains mulai dari dokter hingga botanis ke-20 memunculkan salah seorang
produksi buku-buku masak. gencar menerbitkan berbagai buku. gastronom kenamaan bernama J.M.J.
Konsep ”Indische voeding” diurai lebih Catenius-van der Meijden yang serius
Hal penting dari itu semua adalah menyeluruh dan saintifik. Sains seakan mendalami makanan di Hindia secara
mulai terbentuknya hubungan dipakai untuk ”mengadabkan” kualitas ilmiah sebagai dasar karya-karyanya
makanan sebagai identitas kolektif rasa di kawasan Hindia. Misalnya ada seperti Ons Huis in Indië (rumah kita
masyarakat di Hindia. Ini terumuskan Dr. C. L. Van der Burg yang sejak di Hindia, 1908) dan Groot Nieuw
melalui konsep Indische keuken yang akhir abad ke-19 mengangkat isu-isu Volledig Oost Indisch Kookboek (buku
dipopulerkan para ahli makanan kesehatan dalam makanan. Pada 1904 masak Hindia terbesar, terbaru dan
sepanjang 1900 - 1942. ia menerbitkan secara khusus buku De terlengkap, 1925).
Voeding in Nederlandsch Indie. Buku
Meskipun pada abad ke-19 buku-buku Burg ini memuat pelbagai informasi Catenius-van der Meijden memiliki
masak sudah beredar, tapi citranya lengkap bahan-bahan makanan lisensi diploma dan penghargaan
masih mengabaikan hubungan nabati dan hewani di wilayah Hindia Gouden Medaille dari Haagsche
14 daerah agar mampu memberdayakan dengan memuliakan bahan-bahan Setelah era Chailan Sjamsu, pada
potensi sumber daya bahan makanan mahal seperti mentega dan terigu kurun 1951 hingga 1961, muncul
untuk dapat diolah menjadi olahan saja. Namun, ia lebih optimal nama Nyonya Rumah, seorang
yang lezat dan sehat. Tujuan pokok memberdayakan sumber daya pangan pengasuh rubrik ”Rahasia Dapur”
lainnya adalah menseleksi beberapa lokal di Indonesia. Maka itu, buku di majalah mingguan Star Weekly.
makanan di setiap daerah agar dapat masaknya bukan sekedar menyajikan Nyonya Rumah sendiri adalah nama
hadir dalam lingkup “hidangan galeri resep-resep saja, tapi ia juga pena yang digunakan oleh seorang
makanan Indonesia”. Dengan menyertakan berbagai pengetahuan Peranakan Tionghoa asal Lasem, Julie
mengemas komposisi hidangan, umum memasak, mulai dari perkakas Sutardjana. Sejak 1951, Julie dipercaya
dapat diartikan Chailan Sjamsu yang diperlukan di dapur; macam- oleh redaktur Star Weekly untuk setiap
mendorong pembacanya agar dapat macam cara memasak; hal-hal yang pekannya mengasuh rubrik ”Rahasia
saling menerima makanan antardaerah. harus diperhatikan seputar bahan Dapur”.
Misalnya, pembaca di Manado bisa makanan dan ketika memasaknya;
membuat sendiri dan menikmati hingga memahami cara mengukur Dalam setiap ulasan resepnya, Nyonya
rawon daging dan pecel dari Jawa. dan menimbang bahan makanan yang Rumah tidak pernah mengutamakan
Begitupun sebaliknya, pembaca di benar. Chailan Sjamsu menempatkan resep-resep khusus, sebut saja seperti
Jawa dapat membuat sendiri dan pemahaman seputar bahan resep bercitarasa Indonesia, Tionghoa,
menikmati rica-rica dan ayam isi makanan sebagai hal pokok. Hal ini atau Eropa. (Pengecualian pada hari-
dibulu dari Manado. terhubung dengan pemikiran dan hari besar Tionghoa seperti Imlek
pertimbangannya dalam menseleksi dan Cap Go Meh, Nyonya Rumah
Hal yang ditekankan Chailan Sjamsu resep-resep daerah dan asing serta lebih cenderung mengulas resep-resep
dari konsep ”makanan Indonesia”- alasannya menghimpun ke dalam bercitarasa Tionghoa, mengingat
nya itu bukan hanya sekedar lezat ”makanan Indonesia”. pembaca Star Weekly kebanyakan
Sampul buku masak Mustika Rasa
Sumber: dokumentasi penulis
15
terdiri dari kalangan Tionghoa permintaan mereka. Praktis, Nyonya Surabaya yang meminta resep ”Dodol
Peranakan). Sebagian besar terbitan Rumah selalu disibukkan menyeleksi Garut”. Nyonya Rumah sendiri
resepnya cenderung mengulas secara dan memenuhi permintaan resep mungkin tidak menyadari bahwa ia
acak dan campur resep-resep dari mana yang harus didahulukan untuk telah berhasil membentuk komunitas
berbagai unsur. Kecenderungan dimuat. Misalnya, pada Star Weekly pembaca nasional yang merasakan
acak dan campur itu bukan atas edisi 14 Mei 1955, ada tiga pembaca saling-silang rasa dari berbagai unsur
kehendaknya, melainkan permintaan dari Tegal, Bandung, dan Purwokerto citarasa antardaerah di Indonesia.
resep dari para pembaca setianya yang yang salah satunya meminta resep Hebatnya lagi, Nyonya Rumah tidak
berasal dari berbagai daerah di Jawa klappertaart. Kue berbahan kelapa pernah kehabisan stok resep. Ini
(mulai dari Jakarta, Bandung, Slawi, muda yang identik dari Manado ini menandakan betapa luas pengetahuan
Purwokerto, Semarang, Surabaya ternyata cukup dikenal dan disukai gastronominya, selain kekuatan
hingga Bangkalan) dan juga di para pembacanya di Jawa. Nyonya energi, pikiran, dan kreativitas serta
luar Jawa (seperti Padang, Medan, Rumah lantas memenuhi pemuatan keluangan waktunya untuk memenuhi
Palembang Makassar, Manado, resep itu. permintaan para pembaca setianya
Palangkaraya, Balikpapan, hingga setiap pekan.
Ternate). Selain itu, permintaan pembaca
dari suatu daerah terhadap resep Kiprahnya mengasuh rubrik Rahasia
Setiap pekannya, banyak surat dari makanan dari daerah lainnya hampir Dapur sejak 1951 hingga 1961 tentu
para pembaca setia Rahasia Dapur ada setiap pekan, misalnya pembaca patut diperhitungkan bahwa tanpa
yang ditujukan ke Nyonya Rumah agar dari Jakarta yang meminta resep disadarinya ia telah berperan penting
dapat membuat dan memuat resep ”Soto Bandung” atau pembaca dari menyadarkan suatu konsep citarasa
______. 1925. Groot nieuw volledig Gallas, Haak-Bastiaanse. 1872. Stockdale, John Joseph. 2004 (2811).
Indisch kookboek: 1381 recepten van Indische Kookboek. Nijmegen: Thieme. Island of Java.. Singapore: Periplus.
de volledige Indische rijsttafel met een Haryani. 1995. “Perlukah Adiboga
belangrijk aanhangsel voor de bereiding Indonesia?”, Selera, No. 9/th. XIV, Suryatini N. Ganie. 2005. Kisah &
der tafel in Holland. Semarang: G.C.T. Desember. Kumpulan Resep Putri Jepara: Rahasia
van Dorp. Kuliner R.A. Kartini, R.A. Kardinah,
Lombard-Salmon, Claudine. 1977. R.A. Roekmini. Jakarta: Gaya Favorit
Chailan Sjamsu Dt. Toemenggoeng. “Presse féminine ou féministe?” dalam Press.
1948. Boekoe Masak-Masakan Archipel. Vol. 13.
(Pedoman Roemah Tangga 2, cetakan Turner, Jack. 2004. The History of a
ke-2, terbit pertama kali tahun 1940). Keijner, W.C. 1948. Het Kookboek voor Temptation. New York: Vintage Books.
Jakarta: Balai Pustaka. Hollandsche, Chineesche en Indonesische
gerechten (terbit pertama tahun 1927). Zoetmulder, P.J. dan S.O. Robson.
Cornelia. 1859. Kokki Bitja, atau, Bandung: G. Kolff & Co. 1997. Kamus Jawa Kuna – Indonesia,
Kitab Masak-Masakan India, jang (bagian 1 A – O). Jakarta: Gramedia.
Baharoe dan Samporna, jang telah Ochse, J.J & R.C. Bakhuizen van den
Terseboet Didalamnja bagimana Orang- Brink. 1931. Vegetables of the Dutch
Orang Sediakan Segala Roepa-Roepa East Indies (Edible Tubers, Bulbs, 17
Makanan, Manisan, Atjaran, Sambalan Rhizomes, and Spices Included); Survey
dan Ijs. Batavia: Lange. of the Indigenous and Foreign Plants
Serving as Pot-Herbs and Side-Dishes.
Coté, Joost (ed.). 2008. Realizing the Buitenzorg: Archipel.
Dreams of R.A. Kartini: Her Sister
Letters from Colonial Java. Leiden: Protschky, Susie. 2007. Cultivated
KITLV. Tastes; Colonial Art, Nature, and
Landscape in the Netherlands Indies.
Harsono Hardjohutomo (et.al.). Sydney: School of History, University
1967. Mustika Rasa: Resep2 Masakan of New South Wales.
Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Jakarta: Departemen Pertanian R.I. Raden Ajoe Adipati Arija Reksa-
Nagara. 1919. Lajang Panoentoen Bab
Donkin, Robin A. 2003. Between Olah-Olah, ing Pamoelangan Wisma-
East and West: the Moluccas and the Pranawa ing Tegal. Weltevreden:
Traffic in Spices up to the Arrival of Albrecht & Co.
Europeans. Philadelphia: Memoirs of
the American Philosophical Society. ______. 1941 (cetak ulang dari tahun
1936). Lajang Panoentoen Bab Olah-
Fadly Rahman. 2016 (2011). Rijsttafel: Olah Kanggo para Wanita. Batavia: J.B.
Budaya Kuliner di Indonesia Masa Wolters.
Kolonial. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
tersebut. Rasa sebagai perangsang selera, lapar, Ekonomi Majemuk (2009 : 415); lihat juga Vlekke,
dan haus adalah dasar beberapa tindakan yang Nusantara: Sejarah Indonesia (2008: 374).
menghasilkan bagaimana individu bertumbuh,
Sesajen Nyekar
Pundhen Nyai Rantamsari
di Gunung Sumbing
19
Deni S. Jusmani1
Panggah A. Putranto2
D
i dataran Gunung Sumbing, diperuntukkan bagi bumi, alam, seperti: upacara adat sebelum
Dusun Kwadungan tumbuhan, dan berfungsi simbolik seseorang lahir (contoh: mitoni),
Desa Wonotirto Bulu untuk berkomunikasi dengan upacara adat sesudah lahir, dan
Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, makhluk halus (J. Van Baal, dalam upacara adat sesudah meninggal.
terdapat ritual yang diselenggarakan Koentjaraningrat, 1984: 365). Kedua, upacara tradisi berhubungan
ketika diketemukan pada waktu-waktu Esensinya, bentuk nyata kasih sayang dengan pemenuhan kebutuhan
tertentu, yang menurut hitungan atau welas asih antarsesama makhluk hidup, misalnya: membangun
20 tanggal Jawa, atau karena kejadian penghuni jagad raya. rumah, membuat jalan baru,
tertentu. Ritual tersebut masih menanam dan memanen tanaman
diselenggarakan sampai hari ini di Pengantar tembakau. Upacara adat yang ke
tahun 2017, yang menjadi semangat Di masyarakat Kwadungan mengenal tiga berhubungan dengan peristiwa
spritual masyarakat Kwadungan, makanan sesajian, di antaranya: bubur tertentu, misal: bersih desa, saparan,
sebagai sarana untuk mencapai maksud merah, bubur putih, ayam ingkung, ruwahan, sawalan, kupatan, dan
dan tujuan tertentu. Terdapat beberapa dan sega golong. Sesajian terkait erat suran. Upacara adat, dikatakan oleh
ritual yang sering dilaksanakan di dengan upacara adat atau ritual tradisi Bastomi (1992: 1) sebagai upacara
Kwadungan, yaitu: nyadran desa yang sudah dilaksanakan dalam kurun yang berhubungan dengan suatu
dan kesenian Sandhul, yang terkait waktu lama. Pengetahuan tentang masyarakat, dapat berupa kegiatan
erat dengan nyekar pundhen Nyi makanan yang menjadi sajian dalam manusia dalam hidup bermasyarakat,
Rantamsari di bulan Rejeb. Di dalam ritual tradisi, diwariskan secara turun didorong oleh hasrat untuk
ritual tradisi atau upacara adat temurun. Tidak saja dalam bentuk memperoleh ketentraman batin
tersebut, terdapat sesajian, sesaji. Sesaji kasar wujud makanan, tetapi mengenai atau mencari keselamatan dengan
bersumber dari Kamus Besar Bahasa makna dan perlambangan yang memenuhi tata cara yang ditradisikan
Indonesia (2005: 979) diartikan terimplementasi di dalamnya. Ritual di dalam masyarakat.
sebagai makan (atau bunga-bungaan) tradisi dalam masyarakat Kwadungan
yang disajikan untuk makhluk halus. terbagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, Menurut Koentjaraningrat (1979:
Sesajian bermakna hidangan, sifatnya ritual tradisi yang berhubungan 341) upacara tradisi digolongkan
plural. Suatu aktivitas sedekah yang dengan perjalanan hidup seseorang, menjadi 4 jenis, sesuai dengan
1
Dosen Seni Rupa di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Tinggal di Semarang. deni.setiawan@mail.unnes.ac.id.
2
Pengamat Budaya Jawa, tinggal di Kwadungan Wonotirto Temanggung Jawa Tengah. panggahadi@gmail.com.
peristiwa atau kejadian dalam penghuni planet bumi. Selanjutnya, kepercayaan, ditandai oleh sifat
kehidupan sehari-hari, yaitu: selamatan dikenal pula pisungsung yang artinya khusus, menimbulkan rasa hormat
dalam rangka lingkaran hidup persembahan. Dalam konteks ini, yang luhur dalam arti merupakan
seseorang, seperti: selamatan hamil pisungsung lebih difokuskan kepada pengalaman suci. Pengalaman tersebut
tujuh bulan, kelahiran, kematian, dan eksistensi supernatural being, misalnya: mencakup segala sesuatu yang dibuat
saat-saat setelah kematian; selamatan ancesters atau ancient spirit (leluhur), dan dipergunakan oleh manusia
yang berkaitan dengan bersih desa, yaitu orang-orang yang hidup di untuk menyatakan hubungan dengan
penggarapan lahan pertanian, dimensi abadi. Pisungsung merupakan alam transendental, aplikasinya
dan pascapanen; selamatan yang wujud ekspresi nyata tentang bakti berupa suguh pada dhanyang /sing
berhubungan dengan hari-hari dan kepada para leluhur, dalam wujud mbahureksa desa.
bulan-bulan besar Islam; selamatan suatu persembahan. Pisungsung
saat tidak tertentu, yang berkenaan tidak terbatas benda fisik, dapat Kisah Leluhur Kwadungan: Nyai
dengan kejadian-kejadian, seperti: berwujud persembahan melalui lisan Rantamsari
menempati rumah baru, menolak misalnya: doa, ucapan terimakasih, Nyai Rantamsari merupakan leluhur
bahaya, dan hajat. ucapan sembah pangabekti, hingga Desa Wonotirto yang dipercaya oleh
persembahan berupa tindakan nyata, masyarakat sebagai sing mbahureksa
Secara umum dikenal tiga macam seperti: ziarah kubur, nyekar, ritual atau penjaga lingkungan sekitar. Nyai
sesajen, yaitu: bancakan, suatu sesaji menghaturkan aneka ragam uborampe Rantamsari adalah seorang puteri
yang ditujukan untuk sedekah kepada untuk pisungsung, dan membersihkan di zaman Kerajaan Demak. Nyai
sesama manusia, dalam rangka ritual pusara (sabdalangit.wordpress.com). Rantamsari adalah seorang puteri
syukuran, ritual selamatan, atau ritual saudagar yang mempunyai penyakit
doa permohonan. Sedekah merupakan Bagi sebagian masyarakat Kwadungan, kebutaan pada matanya. Pada suatu 21
cara terbaik untuk memantaskan diri mempercayai ritual tradisi hari ayah sang puteri berkelana
menjadi orang yang layak menerima merupakan tuntutan yang diyakini mencari obat untuk putrinya,
anugerah. Bancakan dibuat untuk akan mendatangkan keberuntungan, tanpa disengaja bertemu dengan
dibagi-bagikan, kemudian dimakan keselamatan, dan keberkahan terkait seorang pemuda bernama Joko
oleh orang. Bancakan biasanya dibuat dengan satu proses atau tindakan Teguh. Joko Teguh adalah seorang
dengan aneka rasa yang enak di lidah dalam kehidupan. Bentuk dan wujud wali yang membuka daerah Kedu,
dan berupa hidangan khusus untuk penghormatan yang dilakukan dikenal dengan nama Ki Ageng Kedu
menimbulkan selera makan. Selain masyarakat dengan memberikan Makukuhan (1471-1497), murid dari
bancakan, dikenal pula istilah bebono persembahan dan sesajian melalui Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.
atau pengorbanan atau kurban. Bebono acara slametan (selamatan). Masyarakat Joko Teguh mampu menyembuhkan
juga merupakan konsep sedekah, Kwadungan melakukan selamatan sakit sang putri dan diperbolehkan
kepada seluruh makhluk sesama melalui pelaksanaan ritual tradisi meminta apa saja yang diinginkan.
penghuni planet bumi. Manusia yang nyekar pundhen Nyai Rantamsari. Joko meminta kuda sembrani dan sang
memiliki kesadaran kosmologis, akan Ritual tradisi nyekar pundhen puteri dijadikan istri.
memaklumi bahwa hidup di alam Nyai Rantamsari pada hakikatnya
dunia selalu berdampingan dengan dipercaya sebagai upacara adat yang Nyai Rantamsari dan Ki Ageng
beraneka ragam makhluk hidup, dianggap dapat menjadi sarana Makukuhan berkelana di daereh
baik kasat mata, maupun yang tidak untuk menghormati leluhur di Kedu untuk menyebarkan agama
kasat mata. Bebono tidak lain untuk desa tersebut dan menyingkirkan Islam. Selama penyebaran agama
mewujudkan rasa menghormati, malapetaka, serta mendatangkan Islam, Nyai Rantamsari tidak selalu
menghargai, rasa syukur dan sebagai keselamatan. Ritual merupakan bersama Ki Ageng Makukuhan.
ekspresi sikap welas asih secara suatu bentuk upacara adat yang Ketika dalam penyebaran agama
nyata kepada seluruh makhluk berhubungan dengan beberapa
Wacana Kuliner
dalam Sastra Indonesia
Fitri Merawati
1984
D
EMIKIANLAH bunyi puisi Memang benar, makanan yang kita kenal Kita tidak akan menolak untuk
karya Emha Ainun Nadjib. beraneka ragam. Penyajiannya pun dibuat berbincang berlama-lama jika di hadapan
Usai membaca puisi tersebut, semenarik mungkin dari segi rasa, bentuk, kita dihidangkan makanan. Selain itu,
terasa ada sesuatu yang menggelitik di dan warna. Kita juga tahu bahwa makanan ketika seseorang melakukan liburan atau
hati dan berseliweran di pikiran saya. Kata adalah bagian dari kebudayaan yang paling perjalanan, biasa sesampai di tempat
makan yang tentu saja berkaitan dengan luwes. Makanan lebih mudah ditemukan, tujuan yang ditanyakan adalah tentang
makanan seakan-akan menari-nari dalam dibawa, dan dinikmati dibandingkan makanan khas daerah yang dikunjunginya.
angan-angan saya. Jika memang seperti benda yang lainnya. Makanan juga Selain itu, oleh-oleh yang sering dibawa
yang dikatakan Emha bahwa tujuan menjadi bagian penting ketika kita hendak pun adalah makanan khas. Oleh karena
hidup adalah berak dan kencing, apakah menjalin komunikasi dengan orang lain. itu, makanan merupakan kebudayaan
ini sebatas sebuah realita atau ada sesuatu yang cair sebab disadari atau tidak,
yang lain yang hendak disampaikannya. sebuah peradaban bisa dibangun melalui
Penulisnya pun seorang penulis yang sebagai indera pencecap sekaligus alat direbus, digoreng maupun didadar
dikenal sebagai food writer. Makanan bantu ucap. Oleh karena itu, tidak tak akan pernah sama dan pada
dalam novel ini tidak hanya sekadar heran jika keduanya memiliki korelasi akhirnya hal-hal seperti itulah yang
32 merusmuskan kita sebagai manusia…
disisipkan dalam cerita namun justru dalam membangun sebuah kebudayaan
menjadi pembangaun alur cerita. Novel dan peradaban. Peradaban dapat juga (Pamuntjak, 2014: 15-16)
ini mengisahkan tokoh bernama Aruna, diibaratkan makanan yang hadir dari
Bono, dan Nedezdha. Mereka masing- perpaduan berbagai macam bahan, bumbu Demikianlah Laksmi Pamuntajk
masing memiliki profesi yang berbeda. dan cara pengolahan. Bahan, bumbu dan merumuskan hakikat manusia melalui
Aruna adalah konsultan ahli wabah, Bono cara pengolahan yang berbeda-beda akan karyanya. Hakikat manusia tidak dapat
adalah chef profesional, dan Nedezdha menghasilkan makanan yang berbeda- diubah. Ini seperti halnya “asam” yang
adalah seorang penulis. Mereka bertiga beda. Ini berarti keberagaman peradaban sebenarnya tidak dapat digantikan dengan
disatukan dalam perjalanan dari Aceh adalah hasil perpaduan dari berbagai “belimbing wuluh”. Sebab, meskipun
hingga Lombok dalam rangka menyelidiki unsur. seakan-akan diperoleh rasa yang sama-
kasus flu burung yang dilakukan oleh … begitulah prinsip perteluran, kita sama masam namun sesungguhnya
Aruna. Sebagaian besar pejalanan mereka harus konsisten, kita harus punya keduanya berbeda. Ini dikarenakan
dihabiskan untuk menikmati kuliner di standar yang jelas, kita tidak boleh masing-masing bahan makanan, bumbu
plin-plan, sebab meskipun kita bisa dan cara pengolahan itu berbeda. Masing-
masing-masing daerah sehingga novel
bermain-main dengan makanan, masing memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
tersebut tampak lebih menunjukkan
mengganti lada dengan pala, asam Kekhasan ini yang kemudian akan
kekayaan kuliner di Indonesia. Selain itu
dengan belimbing wuluh, kacang
di setiap kesempatan mereka mencicipi memberikan hasil yang berbeda-beda.
tanah dengan kacang mede, kita
kuliner selalu ada perbincangan yang Bahkan lidah pun tidak bisa dibohongi.
tahu jahe adalah jahe, kunyit adalah
berkaitan dengan berbagai hal, seperti Lidah tetap akan jujur. Kejujuran itu
kunyit, sere adalah sere, masing-
perbincangan tentang peristiwa politik diisyaratkan dengan menerima atau
masing adalah republik tersendiri,
di balik kasus flu burung. Makanan menolak makanan. Penolakan terhadap
dan setiap hidangan telur yang lahir
dan perbincangan adalah dua hal yang makanan tentu saja bukan sekadar
dari tangan seseorang, baik dikocok,
berkaitan dengan lidah. Lidah hadir dikarenakan telah kenyang tapi karena
33
ada ketidakcocokan antara lidah dengan penamaan makanan. Pemberian nama “Gua lebih suka aja,” jawabnya,
makanan yang akan dimakan. pada makanan seakan-akan menunjukkan “Foodist sejajar dengan
kelas makanan tersebut. Makanan yang environmentalist, terrorist, nudist.
Makanan bagi Laksmi juga merupakan dianggap kelas atas sering kita jumpai pada Lebih politis, lebih kental kesan isme-
sebuah ideologi. Seorang muslim tentu restoran-restoran Eropa yang memberi nya. Karena bagi gua makanan sudah
saja tidak akan pernah memakan makanan nama makanan menggunakan istilah asing jadi semacam ideologi, atau sebuah
yang berbahan atau mengandung babi. (modern). Sedangkan makanan di warung- paham.” (Pamuntjak, 2014: 84)
Dalam ajaran Islam babi tergolong warung sederhana seperti angkringan, Dia melihat makanan sebagai
diharamkan. Berbeda dengan agama lain warteg, dan lesehan pinggir jalan yang metafora. Setiap hidangan yang
yang mungkin saja tidak mengharamkan. menggunakan istilah Indonesia atau dia ciptakan, menurut artikel itu,
Selain itu, pemberian nama terhadap daerah (tradisional) dianggap berada di menceritakan sesuatu. Hidangannya
makanan juga memiliki arti tersendiri. kelas bawah. yang terkenal itu, misalnya—
Makanan yang dibuat bisa jadi merupakan “Soal istilah foodie,” katanya, “Gua camouflage, paduan foie gras custard
sebuah respon dari peristiwa tertentu lebih suka istilah foodist.” dengan coklat dan buih espresso,
sehingga ini juga berpengaruh pada “Apa bedanya?” ilhamnya datang dari percakapan
antara Picasso dan Gertrude Stein perdurenan, Run, katanya dengan tapi melakukan hal lain.” (Pamuntjak,
di Paris, di awal Perang Dunia serius. Jelas kiranya bagiku bahwa 2014: 279).
Pertama, saat sebuah truk terselubung dalam dunia perbuahan , orang-
sedang melintas di seberang jalan… orang seperti Nedezhda tak ubahnya Laksmi Pamuntjak menampilkan
(Pamuntjak, 2014: 307) Soeharto atau Bush. Either you’re with kegelisahan itu dalam novel setebal 427
us or you’re against us: begitu mereka halaman tersebut sebagai contoh bahwa
Sebagai sebuah lambang ideologi, memandang dunia (Pamuntjak, makanan dapat juga menyiratkan dirinya
persoalan makanan pun tidak boleh 2014: 252). sebagai sesuatu yang dibutuhkan karena
34 sembarangan. Ideologi berarti juga sebagai pemenuh gizi. Selain itu juga
berkaitan dengan politik. Dari makanan Sikap pasti yang dipilih nantinya akan sebagai bukti kekejaman manusia yang
ini kita bisa melihat ideologi apa berpengaruh pada bagaimana seseorang demi memenuhi nafsu makannya harus
yang dimiliki oleh seseorang. Selain memandang sesuatu hal atau objek. Ini membunuh makhluk lain, yaitu hewan
itu makanan juga berurusan dengan ditujukan agar ketika seseorang memndang seperti ayam, bebea, kambing, sapi, dan
konsistensi. Makanan melatih seseorang sebuha objek dari sudut pandang tertentu, kerbau. Perisitiwa ini mengingatkan
untuk tidak plin-plan sebab bermula dia tidak mudah tergoyahkan. Misalnya kembali pada puisi Emha Ainun Nadjib
dari makan kita bisa memandang dunia. saja jika kita memakan makanan tertentu, yang memepertanyakan esensi makan
Mengajak dunia untuk memahami kita, seperti daging. Kita harus melihat daging atau menyantap makanan. Makanan atau
artinya kita memasukkan makanan yang sebagai makan yang mengandung zat kuliner yang hadir dalam karya sastra baik
sesuai selara kita. Atau justru sebaliknya, yang dibutuhkan tubuh atau justru akan puisi, prosa, maupun drama sesungguhnya
kita yang memahami dunia, artinya kita melihatnya sebagai hasil dari bentuk bukan hanya hadir sebagai makanan itu
memasukkan segala jenis makanan dan kekejaman makhluk, yaitu manusia. sendir tetapi dia hadir untuk mewakili
membuat diri kita bisa menerimanya. “Sering aku merasakan dilemma berbagai hal lain. Jadi, perpaduan sastra
Sikap itu semestinya jelas, tidak samar- itu: makan daging tapi terusik oleh dan makanan dalam sastra merupakan
samar. ceriita-cerita kekejaman terhadap alternatif yang dapat memperkaya wacana
Aku bukan orang yang tergila-gila binatang, dari pengebirian tanpa karya sastra di Indonesia.
pada durian. Aku juga bukan orang anestesi dan sistem pencapan hewan-
yang benci durian. Nedezhda pernah hewan ternak, sampai perebusan Fitri Merawati, dosen di Program Studi
menuduhku tidak normal karena unggas dalam keadaan hidup-hidup. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
itu. Manusia tidak boleh mengambil Dan aku bertanya, manusia macam Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
posisi di tengah-tengah dalam soal apakah aku ini, yang berpikir satu hal
L I N TA S
S
AYA mengenal Mas (begitu saya Selo Ali, Mas Fajar Suharno, Linus Suryadi (baca: Jawa, khususnya Jawa Tengah
biasa menyebut beliau) Kirdjomuljo AG dan Simon Hate.] Selatan, lebih sempit lagi: Yogya) dalam
secara pribadi, tetapi saya merasa menyuguhkan lakon-lakon “realis” yang
tidak sempat kenal dekat dengan beliau. Masih saya ingat pula suatu festival teater kala itu lazim diasosiasikan dengan
Meski demikian, ada sejumlah kenangan di gedung Purna Budaya tahun 1980an “drama”, “konvensi barat”, dan “modern”.
saya tentang tokoh yang sangat menarik ketika antara lain bersama Mas Kirdjo
ini. Di antaranya, Mas Kirdjo pernah saya ditugaskan menjadi juri. Dalam Salah satu ciri menonjol dalam pendekatan
membantu saya dan teman-teman Teater diskusi dewan juri festival itu, Mas Kirdjo demikian adalah penggunaan musik
Stemka dengan menjadi juri lomba baca memunculkan istilah “teater sampakan”. gamelan yang menghentak sebagai
puisi yang kami selenggarakan. [Pada akhir Waktu itu dewan juri dihadapkan pada pembuka pergelaran. Gamelan juga
1970an dan awal 1980an kami beberapa kenyataan perbedaan pendekatan oleh digunakan untuk memberikan penekanan
kali menyelenggarakan lomba baca puisi se peserta festival dalam menggarap lakon- adegan, tanjakan dramatik, pergantian
propinsi DIY pada bulan Oktober sembari lakon yang pada dasarnya lazim disebut babak dan/atau adegan, dan penutup
memperingati “Sumpah Pemuda”. Kawan “realis”. Sebagian penyaji pada festival pergelaran. Ketika mengusulkan
lain yang pernah ikhlas bekerja bakti itu secara mencolok menggunakan penamaan “sampakan”, Kirdjomuljo
menjuri termasuk Mas Genthong Hariono pendekatan “teater rakyat tradisional” merujuk pada kemiripan kiat pembukaan
Membacai lakon-lakon Kirdjomuljo berlaku untuk “Senja dengan Dua kau tidak menuduh aku sama sekali?
ini, saya terkesan akan watak “filmis”- Kelelawar”: stasiun kereta api dengan Menanyakan dengan tegas, lalu kau tinggal
nya. (Kontras dengan ketika membaca, kereta api melintas beberapa kali, dan berbuat satu di antara dua kemungkinan
misalnya, drama bersajak “Prabu dan dengan melibatkan interaksi penting membunuh atau mencintai. Kenapa kau
Puteri” karya Rustandi Kartakusuma, antara si kereta dan tokoh. Set bukit kapur tidak mempercepat penyelesaianmu sendiri?
Balai Pustaka 1950). Saya jadi penasaran dengan jalan yang meliuki, untuk lakon Aku akan menyerahkan diriku padamu
38 bagaimana Iman Sutrisno atau Mien “Penggali Kapur”, juga cukup menantang. untuk kau bunuh atau kau cintai. Atau
Brodjo, misalnya, melakukan pemeranan Ini mengingat bahwa perkelahian di situ keduanya. Kenapa kau ragu-ragu dan
mereka untuk lakon-lakon Kirdjomuljo ini dan jatuh atau menjatuhkan diri ke jurang tidak berani menentukan jika kau telah
setengah abad yang silam. Bagaimana aktor di bawahnya menjadi titik penting dalam menaruh prasangka. Kau mau berjanji jika
dan aktris beken Jogja tahun 1950an itu jalan cerita maupun tanjakan dramatik. telah mengetahui siapa orang itu akan bisa
“bermain film di panggung”? Untuk masa Saya sampai sempat berkhayal, barangkali memperhatikan aku?
sekarang, saya punya firasat para pemain ketika menulisnya yang dibayangkan Mas
film yang terbiasa berakting di depan Kirdjo memang bukan pertunjukan drama Dan ini salah satu cakapan Sandjojo dalam
kamera akan lebih siap memainkan lakon- melainkan film. Film eksyen pula! “Penggali Intan”:
lakon ini ketimbang sebagian terbesar
para pemain teater masa kini. Jangan salah Di sisi lain, ketiga lakon ini cenderung “Aku tidak percaya lagi kepada seorang pun
paham, ini sebatas menyangkut ragam menampilkan tokoh-tokoh yang gemar di dunia ini. Aku akan mencari intan. Di
dan takaran ekspresi saja. (Walaupun bicara panjang-panjang. Sebagai contoh, mana ia memberi dunia kepada jiwaku
saya pernah mendengar juga bahwa teater ini runtunan kalimat cakapan Ismiyati yang penuh kekecewaan, kekosongan,
Yogya masa kini, Gardanalla dengan dalam “Senja dengan Dua Kelelawar”: dan kesunyian dan mencari rahasia
sutradara Joned Suryatmoko, pernah jiwa perempuan yang penuh tikaman-
berhasil memanggungkan film musikal Aku tahu perasaanmu yang sebenarnya. tikaman yang paling melukai. Sekalipun
“Tiga Dara” (1957) karya penyutradaraan Kau meragukan aku. Dalam hati kau mempunyai roman yang mempesonakan.
Usmar Ismail. Secara “realis”, bukan menerka, bahwa akulah perencana Itu masih belum malang bagimu, aku tidak
“sampakan”.) kematian istrimu. Kau bertanya ke sana- membunuhmu, sebab kau mengatakan
kemari untuk ketentuan itu. Orang-orang semua yang bohong. Kalau sayang padaku,
Sementara itu, set ketiga lakon ini bisa banyak sepaham dengan kau. Akulah ikutlah aku. Akan kutunjukkan di sana
menjadi “PR” yang tidak sepele untuk kira-kira orang yang cari. (Tersenyum tanah-tanah yang menarik bagimu. Di
corak pergelaran realis. Ini terutama memandang ke arah lain). Kenapa mana aku bisa hidup dengan impian dan
pesona yang tidak pernah terbunuh. Kalau ke Kalimantan. Dia ingin menjernihkan ini memang berada di jalur realis. Tak
sayang kepadaku ikutlah aku. Jangan duduk perkaranya dan mengajak Sandjojo soal apakah penggarapan teaternya secara
kau tarik kembali kepada rumah, kepada pulang kampung. Tetapi Sandjojo, yang “sampakan tradisional kerakyatan” atau—
kampung halaman yang telah melemparkan baru saja pada akhirnya berhasil mendapat menurut sebutan yang ngepop di era
aku selama ini. Aku ingin membuktikan intan buat pertama kalinya, sudah 1980an—“drama” modern Barat”.
bahwa perkataan yang lalu hanya senda kehilangan kepercayaan pada gadis itu.
gurau. Tinggalkan pakaian yang kaku dan Sandjojo bahkan berprasangka Sunarsih “Sampel” yang dikemukakan lakon-lakon
tidak mengerjakan apa-apa itu. Kita akan mau mendatanginya karena mengetahui ini, kehidupan personal dan sosial yang
terjun berdua ke dalam lubang penggalian, keberhasilannya memperoleh intan cukup tegang, yang menyimpan bara dendam
di mana kau akan melihat bayangan maut besar. dan kecurigaan termasuk prasangka kelas
dan harapan yang bercampur dalam satu sosial satu terhadap yang lain, penduduk
derita. Hingga kau tahu apa kelanjutan Cakapan tokoh yang begitu panjang asli terhadap pendatang (khususnya dalam
perkataan yang kau rasa sebagai senda dalam “sekali gebrak” itu seperti mau “Penggali Kapur”), beban kekecewaan di
gurau. Kau bisa menyesal, tetapi apa yang menyanggah watak dan corak “realis” tengah pergulatan mencari penghidupan
yang berlangsung selama ini terhadap diriku: ketiga lakon dalam kumpulan yang dan cinta tak sampai, di negeri yang masih
aku merangkaki diriku sendiri. Kau tahu saya bicarakan ini. Apalagi ada pula diharu-biru gaung perjuangan bersenjata
aku sebenarnya tidak tahan menghadapi kecenderungan bahasa yang “membubung” meraih kemerdekaan, memuara pada
tanah penggalian yang meracuni hidupku seperti ini: kekerasan yang fatal. Dengan caranya
selama ini. Dan kini kau akan menarik sendiri ketiga lakon Kirdjomuljo ini
hasilnya? Tidak bisa Nona! Kita terjun “Di mana ia memberi dunia kepada jiwaku menjadi realis dalam bersaksi tentang
dahulu kepada tanah penggalian lubang. yang penuh kekecewaan, kekosongan, kurun awal kemerdekaan yang gundah,
Kita nanti pulang bersama-sama dengan dan kesunyian dan mencari rahasia jiwa depresi. Tapi tunggu dulu, aroma idealisasi
39
satu rasa penghargaan dan yang terpenting perempuan yang penuh tikaman-tikaman toh terendus juga. Setidak-tidaknya “Senja
aku sudah tak menaruh dendam. Saya yang paling melukai”. dengan Dua Kelelawar” dan “Penggali
tunggu, bila Nona tetap sayang dan berkata Kapur” ber-”akhir bahagia” seperti
benar.” Juga, gaya bahasa dan kosakata personal kebanyakan film Hollywood. Tokoh-tokoh
maupun sosiolek (sociolect) para buruk kalah, ngacir atau mati, seperti di
Dalam adegan ini Sandjojo sedang tokoh yang sangat kurang kentara ciri cerita-cerita pewayangan.
berbicara dengan Sunarsih. Mereka pembedanya cenderung menjadikan lakon-
hanya berdua. Sudah tujuh bulan lakon ini terasa kurang “realis” dalam Bagaimana pun juga, sebagai penutup
Sandjojo banting tulang menggali intan artian seperti tersebut di atas (menyangkut harap dibaca sekali lagi pernyataan di
di kawasan Barito, Kalimantan. Telah mimesis/imitasi realitas). https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/
dia tinggalkan kampung halamannya sastra/artikel/Kirdjomuljo seperti saya
dan Sunarsih, bertekad mencari intan Tetapi konon “realis” dan “realisme” kutip di atas.
dan menjadi kaya raya setelah Sunarsih juga berkenaan dengan penolakan yang
menghinanya dengan mengatakan tidak sepenuh sadar terhadap topik dan tema Dirgahayu Sanggarbambu!
akan mau diperistri karena Sandjojo yang secara konvensional dipandang
miskin. Perjuangan Sandjojo untuk kaya menarik atau “patut”, dan mengutamakan Landung Simatupang, teaterawan dan
bukanlah demi memperistri Sunarsih. kejujuran, ketulusan serta fokus pada sastrawan, tinggal di Yogyakarta.
Justru sebaliknya, demi membalas dendam penyikapan yang nir-idealisasi terhadap
pada gadis itu dengan memamerkan kehidupan “kini, di sini”. Ini jika mengacu * Catatan ini untuk merespon acara
keberhasilannya tetapi lalu mendepak pada akar realisme sebagai gerakan di “Membaca Kirdjomuljo, Sarasehan
dan mencemooh si gadis. Sunarsih yang akhir abad 19 dalam seni lukis dan sastra Sastra 58 Tahun Lingkar Persaudaraan
sebenarnya memaksudkan kata-katanya Prancis. Ditilik dari sini, terbetik di Sanggarbambu” di Taman Budaya
itu sebagai gurauan semata, menyusul benak saya bahwa tiga lakon Kirdjomuljo Yogyakarta, 9 April 2017
Ramayda Akmal
R
UMAH itu merah menyala. dan berusaha mengamati titik yang Juga bunga-bunga Euphorbia ibuku
Tidak ada tumbuhan satu pun sama dengan perempuan tua itu. yang dicuri tetangga-tetangga. Aku
di halamannya. Hanya sepetak “Aku ingin teras rumah ini dibuang. ingin mengambilnya kembali. Kalau
tanah cokelat yang mengeras berdebu. Dulu setiap pintu terbuka, aku bisa perlu akan kubeli. Beberapa ada
Sebuah tiang berdiri tanpa papan mencium bau tanah bercampur di rumahmu ‘kan? Mereka harus
seperti batang pohon yang kehabisan embun. Dan ingatkah kamu, kita biasa kembali pada tempatnya.” suara serak
daun. Tiang itu bisa diandaikan seperti menyembunyikan segala sesuatu di perempuan itu semakin keras seiring
sesuatu yang hidup hanya karena gundukan tanah bawah jendela itu. ingatannya yang berjejalan tidak sabar
menyembul dari tanah. Selebihnya, Bagaimana bisa menghilang begitu ingin dimuntahkan. Ingatan yang
tidak ada jejak atau bekas nafas tersisa. saja.” Jawab perempuan itu dengan tidak pernah benar-benar kacau karena
Saat berjalan mendekatinya, kenangan suara serak menahan ludah. Lelaki di ketuaan. Ingatan yang di dalamnya
40
menjadi kacau tiba-tiba. sebelahnya mengangguk-angguk tidak nyawa Maria bertahan.
Di sudut teras rumah itu, seorang hanya menyetujui, tetapi juga seperti “Chi, tidak ada bunga Euphorbia yang
perempuan tua duduk termenung. tengah berjalan, susah payah, ke masa bertahan berpuluh-puluh tahun. Tetapi
Rambut putihnya yang menjadi jingga lalu dengan harapan-harapan yang akan kucarikan yang baru dan mirip.
terkena pantulan awan-awan sesekali lama disembunyikan. Aku mencurinya memang, sebuah
bergerak karena angin. Matanya “Juga seluruh cat yang melapisi pot Euphorbia, sebagai pengganti
tidak berhenti menatap pintu yang dinding-dinding. Bagaimanapun gambarmu.” kata lelaki itu sembari
jelas tidak menarik perhatian. Titik- caranya harus dikelupas. Rumah ini membuang muka.
titik keringat mengalir dari belahan merah menyala seperti mata iblis. “Besok aku ajak teman-teman lain
rambutnya yang lebar, turun melalui Aku trauma dengan warna merah. untuk membantumu. Sekarang hari
lekuk hidungnya yang kecil dan jatuh Aku mau cat rumah yang dulu beserta sudah gelap. Di mana kau akan tidur,
ke dada. Ada sesuatu yang sedang coretan-coretannya. Lukisan-lukisan Chi? Malam begitu dingin,” lanjut
bergerak hebat di kedalaman dada itu. kita. Mama papaku selalu marah lelaki tua itu ketika kembali memiliki
Kenangan kacau dan otak yang sudah dengan itu, tetapi mereka tidak pernah keberanian untuk memandang
lamban bekerja membuat pergerakan menghapusnya.” perempuan yang ia panggil Chi itu.
itu semakin kuat. Untuk kesekian kali Lalu, masihkah kau ingat seperti Senyumnya keriput. Matanya berkaca-
ia membuang nafasnya. Ia hendak apa pohon mangga di depan rumah kaca. Perempuan Chi itu menjawab
mulai mengingat lagi ketika seseorang ini bertahun-tahun silam? Betapa cepat, “Di sini. Di rumahku.”
datang menghampiri. besar dan rindangnya pohon itu. ***
“Chi, apa yang harus kami perbuat?” Carikan pohon mangga yang mirip Demikianlah hari pertama Maria
wajah lelaki itu bahkan belum terlihat dan tanamlah sesegera mungkin. menghabiskan waktu di rumah yang
jelas ketika suaranya lebih dulu Cabut hati-hati dengan akarnya hampir tidak menyisakan apa-apa
memecah keheningan. Ia duduk sejajar dan pindahkan ke halamanku ini. untuk dikenang. Konon, setelah ia
sekeluarga meninggalkan rumah itu yang sanggup bertahan. Maria hanya
diam-diam bertahun-tahun silam, ingin hidup satu hari lagi dan pulang.
beberapa keluarga sempat tinggal di Rumah dan kenangan akannya mengisi
sana. Juragan sampah, simpanan lurah, pikiran dan ruang tempat masa depan.
dan terakhir sebuah organisasi pemuda Kami hanya keluarga Cina miskin yang
partai menjadikan rumah Maria bertahan hidup dengan menimbangi
papa di surga, aku belum menemukan
sebagai markas sebelum kemudian minyak tanah setiap hari hingga
kuburmu. Pa, mama akan hidup damai
ditinggal pergi karena partainya keringat kami berbau kerosin. Aku
dengan kepikunannya. Tak apa dia tidak
bubar. Pemuda-pemuda itu yang tidak jauh berbeda, mataku hanya
mengingat kita asal dengan begitu ia
melumurinya dengan warna merah. sedikit lebih kecil. Kulitku cokelat
tidak mengingat rumah ini lagi. Adik-
Seperti pemiliknya, rumah itu jelas seperti mereka. Bahkan aku jatuh
adik pulang ke tanah leluhur yang tidak 41
letih menahan perubahan yang dibawa cinta pada pria yang sama yang biasa
menerima mereka kecuali sebagai orang
penghuni-penghuninya. Bedanya, mereka cintai. Papaku meronda lebih
asing. Begitulah Maria menggumam
Maria bisa terus lari dan kembali, rajin dari siapapun. Mamaku lebih
sembari menyilangkan salib di dada
sementara rumah itu hanya bisa giat bekerja daripada ibu-ibu manapun
dalam detik-detik terakhir sebelum
menghancurkan diri sendiri. di tempat ini. Bahkan kami tidak lagi
matanya tertutup dan tidur karena
Saat keluarganya dipaksa pergi tanpa mengenakan baju berwarna merah
pedih berjam-jam melawan gelap.
harta, orang tua Maria yang putus menyala supaya kami tidak berbeda.
Setelah hampir tiga dekade di gereja,
asa memasrahkannya ke gereja. Tetapi mengapa kami harus pergi?
Maria berhasil mengumpulkan harta
Mereka sendiri memilih menunggu Mengapa kami dijarah? Mengapa kami
yang tidak seberapa dan misterius
mati di panti jompo. Walau ayahnya dianggap jahat dan pelit? Mengapa kami
jika ternyata jumlahnya banyak.
hanya bertahan dua minggu sebelum menjadi musuh?
Tidak ada anak untuk diwarisi, juga
kabur. Adik-adik dikirim ke tanah Pikiran-pikiran yang tersimpan
orang lain untuk didermai. Sebagai
leluhur yang bagi mereka lebih asing berpuluh-puluh tahun muncul lagi
orang yang sendiri, Maria lebih
daripada negeri dongeng. Tidak ada menggantikan malam yang mestinya
banyak dicurigai daripada dipercaya
lagi yang mengingat rumah itu atau terlelap. Di atas tikar di dalam
berhati malaikat. Maka dari itu, ia
berani membicarakannya. Bahkan kamarnya dulu Maria mengendus-
ingin membangun masa depannya
Maria. Dalam diamnya di gereja, endus lantai dan semua yang bisa ia
dengan mengembalikan masa lalu
pikirannya mengembara, menemukan cium hanya untuk mencari aroma
ketika sepucuk surat datang dari jauh
angan-angan baru berbagai rupa minyak tanah. Tidak tersisa sama skali.
mengabarkan tentang rumah. Surat
sebelum kemudian kehilangannya. Ia meraba-raba tembok, menebak-
itu mengagetkan. Ceritanya tentang
Segala bentuk cita-cita yang pernah nebak di mana dulu ia menggambar
rumah menyedihkan. Pengirimnya
terpikirkan, cita-cita seperti dituliskan sayap malaikat yang membingkai
membuat Maria berdebar sepanjang
di buku-buku pelajaran, tidak ada sebuah nama di dalamnya. Untuk