Anda di halaman 1dari 61

RANCANG BANGUN PROTEKSI BAHAN BAKAR, OLI,

SUHU PADA GENSET KAPASITAS 5 KW DENGAN


MENGGUNAKAN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) –
AUTOMATIC MAIN’S FAILURE (AMF) ELEKTRONIKA

SKRIPSI

CHRISTOPHER TARRAN
2013-64-037

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2019
RANCANG BANGUN PROTEKSI BAHAN BAKAR, OLI,
SUHU PADA GENSET KAPASITAS 5 KW DENGAN
MENGGUNAKAN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) –
AUTOMATIC MAIN’S FAILURE (AMF) ELEKTRONIKA

SKRIPSI SEBAGAI SYARAT UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA


TEKNIK DARI UNIVERSITAS PAPUA

CHRISTOPHER TARRAN
2013-64-037

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2019

ii
ABSTRAK

Christopher Tarran, Rancang Bangun Proteksi Bahan Bakar, Oli, Suhu Pada Genset
Kapasitas 5 KW Dengan Menggunakan Automatic Transfer Swicth (ATS) – Automatic
Main’s Failure (AMF) Elektronika. Di bimbing oleh Antonius D. Palintin, ST.,M.Sc dan
Pandung Sarungallo, ST.,M.T
Sistem proteksi ini bermanfaat untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan
akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat
proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kerusakan alat.
Sedangkan sistem proteksi bahan bakar yaitu pengamanan terhadap gangguan genset
apabila minyak terlalu rendah genset perlu segera dihentikan perlu mengisi bensin.
Proteksi bahan bakar di rancang sesuai kebutuhan genset dimana proteksi bahan bakar di
buat untuk mencegah kurangnya bensin pada tangki saat genset beroperasi, konsumen
bisa mengetahui bensin berkurang dan membutuhkan tambahan bensin agar mesin tetap
stabil dan beroperasi kembali, jadi sisa bensin yang di hitung jadi 11% sisanya. Proteksi
oli dirancang untuk menghindari kekeringan oli pada saat mesin lama beroperasi maka
generator membutuhkan proteksi oli agar menghindari kerusakan peralatan mesin agar
menghindari biaya perbaikan yang cukup mahal, perhitungan sisa oli 5.5%. Proteksi suhu
dirancang untuk menghindari panas (Overheating) genset stabil memerlukan system
proteksi suhu ketika genset beroperasi 1 jam, naik 85,6˚C, sedangkan (RTD) mendeteksi
suhu 80.0˚C lewat batas yang di tentukan lampu akan menyala hingga panas mencapai
90˚C maka mesin mati dengan sendirinya.

iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Rancang Bangun Proteksi Bahan Bakar, Oli, Suhu Pada
Genset Kapasitas 5 KW Dengan Menggunakan Automatic
Transfer Switch (ATS) – Automatic Main’s Failure
(AMF) Elektronika.

Nama : Christopher Tarran

Nim : 2013-64-037

Jurusan : Teknik

Program Studi : S1 Teknik Elektro

iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih,
penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul: “RANCANG BANGUN PROTEKSI BAHAN BAKAR, OLI,
SUHU PADA GENSET KAPASITAS 5 KW DENGAN MENGGUNAKAN
AUTOMATIC TRANSFER SWICHT (ATS) - AUTOMATIC MAIN’S FAILURE
(AMF) ELEKTRONIKA”. Penelitian ini disusun berdasarkan apa yang telah
dilakukan saat di laboratorium kelistrikan Universitas Papua Manokwari yang
dimulai dari tanggal 28 maret 2019 s/d 12 juni 2019.

Dalam penyusunan penelitian penulis banyak mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada: Bapak Antonius D. Palintin ST. M.Sc selaku dosen pembimbing I
dan Ibu Pandung Sarungallo, ST. MT selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan penelitian, Bapak
Abdul Zaid Patiran ST.M.Eng selaku ketua program studi S1 Teknik Elektro yang
telah membantu dan memberikan saran pada saat pembuatan alat. Orang Tua
penulis yang selalu membimbing dan mendukung penulis dalam doa, terima kasih
juga untuk pasangan yang selalu membantu dan mendukung dalam segala hal dan
tak lupa penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
terkait lainya yang telah banyak membantu baik dalam pelaksanaan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi kita semua. Terima kasih Tuhan memberkati.

Manokwari 21 Juli 2019

Christopher Tarran

v
RIWAYAT HIDUP

Christopher Tarran, lahir di Manokwari (Provinsi Papua Barat) pada tanggal 15


maret 1995 yang merupakan anak ke 4 dari empat bersaudara Bapak Benyamin
Tarran (almarhum) dan Ibu Lince Minggu A.md. Keperawatan.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 2000 pada SD INPRES 02 dan
tamat tahun 2007. Melanjutkan pendidikan pada SMP NEGERI 11 Manokwari
dan tamat tahun 2010, pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan pada
SMK NEGERI 2 Manokwari dan tamat tahun 2013, pada tahun 2013 penulis
melanjutkan ke UNIVERSITAS PAPUA Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro
S1 dan tamat tahun 2019.

vi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. SKEMA DIAGRAM RELAY. ................................................................ 13
GAMBAR 2. RELAY PENUNDA WAKTU. ................................................................ 14
GAMBAR 3. KARAKTERISTIK RELAY WAKTU SEKETIKA. .................................. 15
GAMBAR 4. KARAKTERISTIK RELAY ARUS LEBIH WAKTU TERTENTU. ............ 15
GAMBAR 5. KARAKTERISTIK RELAY ARUS WAKTU TERBALIK. ........................ 16
GAMBAR 6. SAMBUNGAN RELAY GFR DAN 2 OCR. ........................................... 17
GAMBAR 7. KONSTRUKSI SAKELAR TOMBOL TEKAN......................................... 17
GAMBAR 8. SIMBOL SAKELAR TOMBOL TEKAN. ................................................ 18
GAMBAR 9. KONSTRUKSI MCB 3 FASE. .............................................................. 18
GAMBAR 10. KONSTRUKSI MCB 1 FASE. ............................................................ 19
GAMBAR 11. TRANSISTOR PNP DAN NPN DIDESAIN DARI FUNGSI DIODE. ...... 22
GAMBAR 12. FLOW CHART PENELITIAN. ............................................................. 29
GAMBAR 13. DESAIN ALAT PROTEKSI OLI. ........................................................ 33
GAMBAR 14.ALAT PROTEKSI OLI. ....................................................................... 34
GAMBAR 15. RANGKAIAN PROTEKSI OLI. ........................................................... 35
GAMBAR 16. ALAT PROTEKSI BAHAN BAKAR. ................................................... 36
GAMBAR 17. RANGKAIAN PROTEKSI BAHAN BAKAR. ........................................ 37
GAMBAR 18. DESAIN ALAT PROTEKSI BAHAN BAKAR. ...................................... 38
GAMBAR 19. ALAT PROTEKSI SUHU. ................................................................... 39
GAMBAR 20. RANGKAIAN PROTEKSI SUHU. ........................................................ 40
GAMBAR 21. ALAT THEMPERATURE CONTROLLER. ............................................. 41
GAMBAR 22. RESISTIVE THEMPERATURE DETECTOR (RTD). .............................. 41
GAMBAR 23. RANGKAIAN PROTEKSI OLI, BAHAN BAKAR, DAN AMF............... 43
GAMBAR 24. RANGKAIAN PROTEKSI OLI, BAHAN BAKAR, SUHU DAN ATS. ..... 44
GAMBAR 25. TAMPAK DEPAN PANEL PROTEKSI. ............................................... 45
GAMBAR 26. TAMPAK BAGIAN DALAM PANEL PROTEKSI. ................................ 46

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ iii


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Masalah Penelitian ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah.......................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4
2.1 Sistem Pembangkit Listrik ......................................................................... 4
2.2 Sistem Proteksi Tenaga Listrik .................................................................. 4
2.2.1 Persyaratan Kualitas sistem Proteksi ................................................. 6
2.2.2 Komponen-komponen Sistem Proteksi ............................................... 7
2.2.3 Proteksi Bahan Bakar .......................................................................... 8
2.2.4 Proteksi Level Oli.................................................................................. 9
2.2.5 Proteksi Suhu ........................................................................................ 9
2.3 Generator Set ............................................................................................... 9
2.4 Pengoperasian Generator Set ................................................................... 10
2.4.1 Prosedur Pengoperasian Generator .................................................. 10
2.4.2 Pengoperasian Otomatis..................................................................... 12
2.4.3 Relay ..................................................................................................... 13
2.4.4 Relay Penunda Waktu ........................................................................ 14
2.4.5 Relay Arus Lebih ................................................................................ 15
2.4.6 Pengaman Pada Relay Arus Lebih.................................................... 16
2.4.7 Tombol Tekan (Rush Button) ............................................................ 17
2.4.8 Miniatur Circuit Breaker (MCB) ........................................................ 18

viii
2.4.9 Resistor ................................................................................................ 19
2.4.10 Kapasitor ........................................................................................... 20
2.4.11 Accumulator ....................................................................................... 21
2.4.12 Transistor .......................................................................................... 21
2.4.13 Multivibrator ...................................................................................... 22
2.4.14 ATS – AMF........................................................................................ 23
2.4.15 Pelampung Bensin (Fuel Gauge) ..................................................... 23
2.4.16 Sensor Level Oli (Pressure Sensor Oil)............................................ 23
2.4.17 Sensor Resistive Temperatur Detector (RTD) .................................. 24
2.4.18 Transistor .......................................................................................... 24
III METODE PENELITIAN ............................................................................. 26
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 26
3.1.1 Waktu Pelaksanaan ............................................................................ 26
3.1.2 Tempat penelitian ............................................................................... 27
3.2 Alat dan bahan........................................................................................... 27
3.3 Flow Chart Penelitian ................................................................................ 29
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................... 30
3.5 Variabel Pengamatan ............................................................................... 30
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 31
4.1 Rangkaian Sistem ATS-AMF ................................................................... 31
4.1.1 Prinsip Kerja ATS-AMF ................................................................... 31
4.1.2 Cara Kerja AMF dan ATS ................................................................ 32
4.1.3 Cara Mengoperasikan Panel ATS-AMF .......................................... 32
4.2 Bagian-bagian Pada Alat Proteksi Oli ................................................. 33
4.2.1 Rancang Bangun Proteksi Oli ........................................................... 34
4.2.3 Prinsip Kerja Alat ............................................................................... 35
4.3 Rancang Bangun Proteksi Bahan Bakar................................................. 36
4.3.1 Bagian Pada Alat Proteksi Bahan Bakar ......................................... 37
4.3.3 Prinsip Kerja Alat Proteksi Bahan Bakar ........................................ 38
4.4 Rancang Bangun Proteksi Suhu .............................................................. 39
4.4.1 Bahan Proteksi Suhu .......................................................................... 40
4.4.2 Prinsip Kerja Alat Proteksi Suhu...................................................... 41

ix
V PENUTUP ........................................................................................................ 47
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 47
5.2 Saran ........................................................................................................... 47
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 48
Lampiran ............................................................................................................. 49

x
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik adalah bentuk energi yang paling efektif dikarenakan seluruh
umat manusia di dunia memiliki ketergantungan terhadap energi listrik. Segala
aktivitas dalam kehidupan manusia sangat terkait dan terdukung oleh adanya
energi listrik, dari keperluan sederhana rumah tangga, seperti penerangan, hiburan
dari perangkat elektronik, hingga keperluan lebih kompleks, seperti industri-
industri dan lainnya. Begitu besarnya ketergantungan manusia terhadap energi
listrik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa di bayangkan bila seluruh catu
daya listrik di bumi terhenti, maka akan ada kekacauan dalam berbagai aspek.
Energi listrik dapat di produksi dengan berbagai cara dari sumber awal berbeda-
beda yaitu air, minyak, gas, batubara, angin, cahaya matahari, panas bumi, dan
lain-lain. Salah satu alternatif yang umum adalah menggunakan generator set
(genset).
Terkadang energi listrik yang di distribusikan PLN tidak selamanya ada
secara terus-menerus, terkadang terjadi pemadaman listrik secara mendadak dan
apabila listrik itu dibutuhkan di tempat-tempat penting yang harus tercukupi
kebutuhan listriknya secara terus-menerus tentunya akan menjadi masalah yang
sangat besar. Pemakaian back up daya listrik PLN dengan menggunakan genset
yang masih di hidupkan dengan cara manual pun dinilai kurang cepat dan
membutuhkan operator tenaga manusia untuk menangani masalah ini, untuk itu
buat alat ATS (Automatic Transfer Switch) dan AMF (Automatic Main’s Failure)
Pada umumnya produsen maupun kontraktor pemasok alat tersebu hanya
memberikan penjelasan tentang cara pengoprasian alat tersebut
Sistem proteksi ini bermanfaat untuk mengurangi kerusakan peralatan-
peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat
reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat. Sedangkan sistem proteksi bahan
bakar yaitu pengamanan terhadap gangguan mesin generator (genset) apabila
bahan bakar terlalu rendah maka mesin genset perlu segera dihentikan karena
bahan bakar terlalu rendah maka perlu mengisi bahan bakar kembali.

Berkenan dengan itu, penulis memilih judul skripsi ini adalah


“RANCANG BANGUN PROTEKSI BAHAN BAKAR, OLI, SUHU PADA
GENSET KAPASITAS 5 KW DENGAN MENGGUNAKAN AUTOMATIC
TRANSFER SWITCH (ATS) – AUTOMATIC MAIN’S FAILURE (AMF)
ELEKTRONIKA”.

1.2 Masalah Penelitian


Terkait dengan cara masyarakat secara umum mengoperasikan gensetnya,
maka timbullah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan mengenai permasalahan
yang dapat timbul antara lain:
1. Bagaimana merancang sistem proteksi level bahan bakar pada generator
set?
2. Bagaimana merancang system proteksi oli pada generator set?
3. Bagaimana merancang proteksi suhu pada generator set?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas maka
tujuan penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:
1. Merancang proteksi bahan bakar
2. Merancang proteksi oli mesin
3. Merancang proteksi suhu.
1.4 Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Sistem sebatas rancang bangun sistem proteksi pada rangkaian ATS –
AMF generator set pada penelitian sebelumnya.
2. Aplikasi proteksi ini di pakai pada mesin Honda 5500 kw.
3. Proteksi level bahan bakar dirancang dengan menggunakan tangki
cadangan motor jupiter dan sensor level bahan bakar (sensor pelampung)
dari sepeda motor Mio Sporty.
4. Proteksi bahan bakar ini memakai tangki cadangan motor Jupiter.

2
5. Proteksi suhu memakai alat sensor suhu Resistive Themperature Detector
(RTD).

3
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pembangkit Listrik


Secara umum sistem pembangkit tenaga listrik terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu:

1. Pembangkit tenaga listrik.


2. Penyalur tenaga listrik.
3. Distribusi daya listrik.

Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang kompleks, terdiri dari pusat
pembangkit, saluran tegangan menengah (TM) dan jaringan distribusi yang
berfungsi untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban.
Energi listrik dibangkitkan oleh pembangkit tenaga listrik, disalurkan melalui
saluran tegangan menengah (TM) dan kemudian di distribusikan ke beban. Sistem
tenaga listrik sering disebut dengan sistem tenaga bahkan bisa di sebut dengan
sistem. Di mana sistem tenaga listrik biasanya menggunakan daerah cakupan yang
di aliri listrik, misalnya Manokwari Papua Barat pembangkit yang mencakup kota
Manokwari.

2.2 Sistem Proteksi Tenaga Listrik


Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-
lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu
dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi
sistem rendah, sinkron dan lain-lain. Dengan kata lain sistem proteksi bermanfaat
untuk:
1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan
akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil
mungkin.

4
3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian
sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator
yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat
mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem
yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu.
Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir
gangguan tersebut secara manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar,
maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu sesuatu peralatan
yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut
dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita
kenal dengan relay.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus
kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman
yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak
efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor
akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan
kuadrat dari arus
(𝐻 = √𝐼. 𝑅. 𝑡)
Di mana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (amper)
R = tahanan konduktor (OHM)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik).
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus
tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan

5
Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan
gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan
peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “Breaking
Capacity” atau Repturing Capacity. Di samping itu, sistem proteksi yang
diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara
terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja.
3. Sistem proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama, sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian
penghantar.
4. Sistem proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada
rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap
beroperasi.

2.2.1 Persyaratan Kualitas sistem Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam sesuatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:
1. Selektivitas dan diskriminasi yaitu efektivitas satu sistem proteksi bahan
bakar, oli, suhu yang dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
2. Stabilitas proteksi bahan bakar, oli, suhu yaitu sifat yang tetap apabila
gangguan-gangguan terjadi pada bagian2 peralatan generator (genset).
3. Kecepatan Operasi yaitu semakin lama arus gangguan terus mengalir,
semakin besar kemungkinan kerusakan pada peralatan generator (genset).
Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang
terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan kehilangan

6
sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal
dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140ms. Di mana di masa
mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80ms sehingga
memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed
relaying).
4. Sensitivitas (kepekaan) yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja.
Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual
(arus primer) atau sebagai persentase dari arus sekunder (trafo arus).
5. Pertimbangan ekonomi yaitu dalam sistem distribusi aspek ekonomis
hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan
sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang
pokok dipenuhi. Dalam sesuatu sistem transmisi justru aspek teknis yang
penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan
yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem
adalah vital.
6. Reliabilitas (keandalan) yaitu penyebab utama dari “outage” rangkaian
adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
7. Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini dapat
mungkin indepen den seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo
dan relay-relay tersendiri. Sering kali hanya triping CB dan trafo-trafo
tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi
utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada
kemungkinan suatu daerah kecil zona-zona yang berdekatan misalnya
antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan
seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan
memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
2.2.2 Komponen-komponen Sistem Proteksi
Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:
1. Circuit Breaker (Sakelar Pemutus)

7
Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang
berguna untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam
kondisi terhubung ke beban secara langsung dan aman, baik pada kondisi
normal maupun saat terdapat gangguan. Terdapat 4 CB sebagai berikut:
a. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.
b. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media vakum.
c. Gas Circuit Breaker (GCB), menggunaka n media berupa gas SF6.
d. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa minyak.

2. Relay
Relay adalah suatu alat yang bekerja otomatis untuk mengatur/memasukan
suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan
lain.
3. Kabel Kontrol
Kabel kontrol adalah kabel dengan penghantar tembaga dan biasanya
dipakai dalam instalasi tenaga listrik dan alat-alat kontrol, sehingga biasa
disebut kabel instalasi.
4. Catu daya, Supply (Baterai).
Catu Daya adalah suatu adalah suatu alat listrik yang dapat menyediakan
energi listrik untuk perangkat listrik ataupun elektronika lainnya. Pada
dasarnya power supply atau catu daya ini memerlukan sumber energi
listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang
dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu, power
supply kadang-kadang disebut juga dengan istilah electric power
converter.

2.2.3 Proteksi Bahan Bakar


Sistem proteksi ini digunakan pada tangki cadangan generator (genset)
untuk mencegah kekurangan bahan bakar pada saat mesin beroperasi, ketika
bahan bakar berkurang pelampung turun ke permukaan bawa dan mendeteksi
adanya kurangnya bahan bakar maka alarm berbunyi dan lampu indikator
menyala menandakan bahwa bahan bakar berkurang.

8
2.2.4 Proteksi Level Oli
Sistem proteksi level oli akan otomatis berfungsi ketika switch level oli
menerima tekanan oli mesin yang berkurang maka sistem pengaman akan
berbunyi atau lampu peringatan akan terus menerus menyala.

Dimana sistem proteksi ini sangat penting di gunakan pada generator


(genset) agar mengurangi kerusakan pada piston dan furing mesin yang fatal dan
mengurangi biaya perbaikan.

2.2.5 Proteksi Suhu


Mesin generator beroperasi atau bekerja selama 6-8 jam hingga 24 jam
beroperasi maka suhu mesin akan panas dan mengalami overheat (panas
berlebihan) 1 jam beroperasi suhu 70˚c sedangkan panas mencapai 90˚c mesin
akan mati dengan sendirinya jika generator (genset) tidak di pasang sistem
proteksi suhu mka generator (genset) akan kehilangan medan penguat (Lossnof
excitation) akan membuat kerusakan AVR, hubung singkat pada belitan penguat
dan jatuhnya (trip) saklar.

Sistem proteksi suhu berfungsi untuk mengetahui panas mesin generator


yang berlebihan atau overheat ketika panas minimum mencapai batas maksimum
maka lampu suhu akan menyala yang menandakan bahwa panas mesin melewati
batas maksimum.

2.3 Generator Set


Generator set yaitu suatu mesin atau perangkat yang terdiri dari
pembangkit listrik (generator) dengan mesin penggerak yang disusun menjadi satu
kesatuan untuk menghasilkan suatu tenaga listrik dengan besaran tertentu. Mesin
pembangkit kerja pada genset biasanya berupa motor yang melakukan
pembakaran internal, atau mesin disel yang bekerja dengan bahan bakar solar atau
bensin. Generator adalah alat penghasil listrik. Prinsip kerja generator, yaitu
mengubah energi gerak (kinetik) menjadi energi listrik.

Komponen-komponen generator set:

1. Motor yaitu sumber energi mekanik dari generator.

9
2. Alternator yaitu bagian dari generator yang berfungsi untuk mengubah
energi listrik dari energi mekanik.
3. Sistem bahan bakar yaitu tangki bahan bakar yang memiliki kapasitas
yang biasanya diatur agar dapat beroperasi selama kurang lebih 6-8 jam.
Sedangkan jika digunakan untuk kebutuhan komersial, sangat perlu
ditambahkan tangki eksternal, sehingga generator dapat beroperasi lebih
lama.
4. Pengaturan tegangan yaitu berfungsi untuk mengatur tegangan generator.
5. Sistem pendingin dan saluran pembuangan uap yaitu penggunaan
generator dalam waktu yang lama dapat menyebabkan komponennya
menjadi panas. Karena itu dibutuhkan sistem pendingin yang berfungsi
menstabilkan temperatur komponen selama penggunaan. Sedangkan
saluran pembuangan uap digunakan untuk membuang sisa pembakaran
bahan bakar generator.
6. Sistem pelumas dibutuhkan untuk membuat mesin-mesin tersebut menjadi
awet dan bergerak lebih halus, meski digunakan dalam waktu yang lebih
lama.
7. Sistem pengisian baterai yaitu sistem yang digunakan generator untuk
mengisi baterai dari sumber listrik utama. Tegangan untuk mengisi baterai
haruslah tepat, jika terlalu rendah, baterai tidak akan terisi penuh. Namun,
jika terlalu tinggi baterai akan cepat rusak.
8. Papan pengontrol yaitu digunakan untuk mempermudah pengguna dalam
mengatur kerja dari setiap komponen di dalam generator set, serta untuk
mengatur penggunaan sesuai kebutuhan.
9. France generator set merupakan “rumah” (wadah) untuk kemudahan
penggunaan serta keamanan.

2.4 Pengoperasian Generator Set


2.4.1 Prosedur Pengoperasian Generator

Dalam mengoperasikan sebuah alat tentunya harus menoperasikan sesuai


dengan prosedur agar aman dan berjalan dengan lancar,sebelum mengoperasikan

10
harus memperhatikan prosedur-prosedur SOP (Standar operasional) generator
(genset) atau cara pengoperasiannya.

1. Persiapan pengoperasian
Sebelum mengoperasikan generator (genset) perlu dilakukan prosedur
pemeriksaan secara keseluruhan. Pemeriksaan sebelum pengoperasian
akan menjamin kinerja generator berfungsi dengan baik. Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan generator (genset), yaitu:
a. Sistem start.
b. Sistem oli.
c. Sistem bahan bakar.
d. Sistem kontrol.
e. Sistem proteksi.
f. Sistem interlock.
g. Sistem governor.
2. Tahap mengoperasikam generator (genset)
Siap untuk dilakukan pembebanan.
3. Tahap melepaskan beban.
Setelah generator (genset) dalam kondisi baik, maka siap melepas beban
pada sistem operasi. Beban generator (genset) dapat bersifat resisitif,
induktif maupun kapasitif tergantung dari beban yang diterima generator
(genset).
4. Tahap mematikan generator (genset).
Jangan langsung mematikan mesin secara tiba-tiba. Lepaskan atau
turunkan bebannya terlebih dahulu secara perlahan-lahan, kemudian
biarkan mesin bekerja tanpa beban untuk memberikan kesempatan pada
mesin menyesuaikan temperatur kerja seiring dengan penurunan
pemakaian bahan bakar. Bila sedang di paralel generator harus dilepaskan
dahulu dari hubungan paralel. Setelah generator berhenti, lakukan
pemeriksaan untuk menjamin keandalan mesin bila generator beroperasi
kembali.

11
2.4.2 Pengoperasian Otomatis
Dalam pengoperasian tenaga listrik ke beban memerlukan sistem otomatis yang
di maksud auto generator (genset). Auto merupakan peralatan atau perangkat
untuk mengoperasikan generator (genset) secara otomatis sebagai pemindah daya
listrik yang disuplai dari PLN jika sumber tenaga listrik ini mengalami
pemadaman. Maka secara otomatis generator (genset) sebagai penggerak atau
tenaga pemutar untuk generator (genset) akan hidup dan mulai menggerakkan
rotor dari generator sehingga dari generator ini akan dihasilkan tenaga listrik
untuk menyuplai energi listrik ke beban sebagai pengganti dari suplai energi
listrik oleh sumber PLN. Panel pengendalian tersebut menggunakan suatu
rangkaian pengendali dari gabungan beberapa macam sistem yaitu antara lain:

1. Sistem Manual
Dalam hal ini menggunakan peralatan sakar manual key contact dan lain
sebagainya.
2. Sistem Elektronik
Sistem ini menggunakan peralatan atau perangkat elektronik baik yang
bekerja secara analog maupun yang bekerja secara digital.
3. Sistem Magnetik
Sistem ini menggunakan relay-relay yang bekerja berdasarkan prinsip
elektromagnetik dan juga menggunakan kontraktor yang bekerja dengan
prinsip elektromagnetik.

Ketiga sistem diatas digabung sehingga diperoleh keunggulan sebagai berikut:

1. Pemeliharaannya cukup efisien.


2. Sangat mudah dioperasikan.
3. Keamanan baik, hal ini sangat diperlukan karena menyangkut masalah
keselamatan dari operator dan peralatan yang bersangkutan khususnya
peralatan yang saat peka dan berharga mahal.

12
2.4.3 Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa sakelar elektronika yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas sakelar dengan
lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid di aliri arus
listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid
sehingga kontak sakelar akan menutup. Pada saat arus di hentikan, gaya magnet
akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak sakelar kembali
terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar
(misalnya peralatan listrik 4 Amper 12 Volt DC) dengan memakai arus/tegangan
yang kecil (misalnya 0,1 Amper 12 Volt DC).

Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta


kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada bodi
relay. Misalnya relay 12 VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan
sebagai pengontrolnya adalah 12 Volt DC dan mampu men-switch arus listrik
(maksimal) sebesar 4 Amper pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay
difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi
lebih aman.

Gambar 1. Skema Diagram Relay.

13
Cara kerja komponen relay ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik
melalui coil, lalu membuat medan magnet sekitarnya sehingga dapat mengubah
posisi sakelar yang ada di dalam relay tersebut, sehingga menghasilkan arus listrik
yang lebih besar.

2.4.4 Relay Penunda Waktu


2.4.4.1 Cara Kerja Relay Penunda Waktu
Apabila arus listrik mengalir pada terminal 2 dan 7 (kumparan) dan waktu
sudah diatur maka posisi semula titik 3-1 dan 6-8 terbuka sedangkan titik 4-1 dan
titik 5-8 tertutup. Setelah waktunya sudah tercapai maka posisi sekarang menjadi:
titik 3-1 dan 6-8 menutup dan titik 4-1 dan 5-8 membuka. Posisi tersebut tidak
akan berubah, kecuali aliran listrik terputus posisinya kembali ke semula.

Gambar 2. Relay Penunda Waktu.

14
2.4.5 Relay Arus Lebih
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I set). Pada dasarnya
relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui
suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh
melewatinya disebut dengan setting. Macam-macam karakteristik relay arus lebih:

2.4.5.1 Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)


Relay yang seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa detik (10-20
ms).

Gambar 3. Karakteristik Relay Waktu Seketika.

2.4.5.2 Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay)


Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan
jangka waktu kerja relay mulai pick up dan sampai kerja relay diperpanjang
dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay.

Gambar 4. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu


Tertentu.
15
2.4.5.3 Relay Arus Lebih Terbalik (Inverse Relay)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya
arus secara terbalik, makin besar arus maka makin kecil waktu tundanya.
Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik

Gambar 5. Karakteristik Relay Arus Waktu


Terbalik.
.yang berbeda-beda.

2.4.6 Pengaman Pada Relay Arus Lebih


Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara
lain, yaitu:

1. Pengamanan hubung singkat fasa yaitu relay yang mendeteksi arus fasa.
Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is)
harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In =
arus nominal peralatan terlemah).
2. Pengamanan hubung tanah yaitu arus gangguan satu fasa tanah ada
kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu
dari kedua hal berikut: gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang
masih cukup tinggi. Pentanahan netral sistemnya melalui
impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan tidak ditanahkan. Dalam hal
demikian, relay pengaman hubung singkat tidak dapat mendeteksi

16
gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitif terhadap gangguan tersebut
dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada
kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan
demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen
simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan
nol di rangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali
melalui tanah (melalui kawat netral).

Gambar 6. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.

2.4.7 Tombol Tekan (Rush Button)


Sakelar tombol sering disebut tombol tekan (puso button), ada dua macam
yaitu tombol tekan normally open (NO) dan tombol tekan normally close (NC).
Konstruksi tombol tekan ada beberapa jenis, yaitu jenis tunggal ON dan OFF
dibuat secara terpisah dan ada juga yang dibuat satu tempat. Tombol tekan
tunggal terdiri dari dua terminal, sedang tombol tekan ganda terdiri dari empat
terminal.

Gambar 7. Konstruksi Sakelar Tombol Tekan.


17
Gambar 8. Simbol Sakelar Tombol
Tekan.

2.4.8 Miniatur Circuit Breaker (MCB)


MCB atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan rangkaian apabila
ada arus hubung singkat yang terjadi dalam rangkaian atau beban listrik yang
melebihi kemampuan. Pemutus tenaga ini ada satu fase dan ada tiga fase. Untuk
tiga fase terdiri dari tiga buah pemutus tenaga satu fase yang disusun menjadi satu
kesatuan. Pemutus tenaga memiliki dua posisi, saat menghubungkan maka antara
terminal masukan dan terminal keluaran MCB akan kontak. Pada posisi saat ini
MCB pada kedudukan 1 (ON), dan saat ada gangguan MCB dengan sendirinya
akan melepas rangkaian secara otomatis kedudukan sakelarnya 0 (OFF), saat ini
posisi terminal masukan dan keluaran MCB tidak sambung.

Gambar 9. Konstruksi MCB 3 Fase.

18
Gambar 10. Konstruksi MCB 1 Fase.

2.4.8.1 Pemilihan Miniature Circuit Breaker (MCB)


Pemilihan tenaga ditentukan oleh beberapa hal:
1. Standar
SPLN 108/SLI 175, bila digunakan oleh pemakai umum (instalasi
perumahan kapasitas pemutusan rendah).
2. Kapasitas pemutusan
Kapasitas pemutus suatu pemutus tenaga harus lebih besar dari arus
hubung singkat pada titik instalasi di mana pemutus tenaga tersebut
dipasang.
3. Arus pengenal
Arus pengenal pemutus tenaga harus disesuaikan dengan besarnya arus
beban yang dilewatkan kabel dan lebih kail dari arus yang di izinkan pada
kabel.
4. Tegangan
Tegangan operasional pengenal pemutus tenaga harus lebih besar atau
sama dengan tegangan sistem.
5. Jumlah kutub (1 fase atau 3 fase)

2.4.9 Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari

19
hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).

Resistor dalam teori dan prakteknya di tulis dengan perlambangan huruf


R. Dilihat dari ukuran fisik sebuah resistor yang satu dengan yang lainnya tidak
berarti sama besar nilai hambatannya. Nilai hambatan resistor disebut resistansi.

2.4.10 Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepas muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat netral
yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan umum dielektrik yang
dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat
metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada
salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan
negatif pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa mengalir ke
ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebut dengan
kapasitansi atau kapasitas.

Kapasitansi di definisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk


menampung muatan elektron. Coulomb pada abad 18 menghitung bahwa 1
Coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat
bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 Farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 Coulombs, dengan
rumus dapat ditulis:

Q = CV................(1 volt)
Q = muatan elektron dalam C (Coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (Farad)
V = besar tegangan dalam V (Volt)

20
2.4.11 Accumulator
Accumulator disebut unsur (sel) sekunder karena sesudah energi habis
masih bisa diisi dan digunakan kembali. Ketika diisi terjadi reaksi kimia yang
pertama accumulator penuh dapat memberi arus pada rangkaian luar, maka terjadi
reaksi kimia kedua. Jadi accumulator ini bekerja mengumpulkan dan
mengeluarkan arus listrik.

2.4.11.1 Accumulator Timbel


Jenis accu yang umum digunakan adalah accu timbel, accu terdiri dari 2
buah kumpulan plat timbel yang dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat
(H2SO4). Untuk mendapatkan jumlah arus yang lebih besar tetapi dalam kemasan
yang kecil maka lapisan tersebut dipasang sedemikian rupa dalam jarak yang
berdekatan. Untuk menjaga agar plat-plat tersebut tidak saling bersentuhan maka
di antara timbel tersebut dipasang penyekat dari bahan isolator.

2.4.11.2 Kapasitas Accumulator


Kapasitas accu dinyatakan dengan Ampere jam (AH). Kapasitas accu
bergantung pada luas dan julat plat. Bila sebuah accu mempunyai kapasitas 60AH
dan arus maksimal yang dikeluarkan sebesar 5 Ampere maka batteray itu akan
dapat memberi arus 4A selama 15 jam ataupun dapat memberikan arus 5A selama
12 jam.

2.4.12 Transistor
Transistor di desain dari pemanfaatan sifat diode, arus menghantar dari
diode dapat dikontrol oleh elektron yang ditambahkan pada pertemuan PN diode.
Dengan penambahan elekdiode pengontrol ini, maka diode semikonduktor dapat
dianggap dua buah diode yang mempunyai elektrode bersama pada pertemuan.
Junction semacam ini disebut transistor bipolar dan dapat digambarkan sebagai
berikut: Dengan memilih elektrode pengontrol dari tipe P atau tipe N sebagai
elektrode persekutuan antara dua diode, maka dihasilkan transistor jenis PNP dan
NPN.

21
Transistor dapat bekerja apabila diberi tegangan, tujuan pemberian
tegangan pada transistor adalah agar transistor tersebut dapat mencapai suatu
kondisi penghantar atau penyumbat. Baik transistor NPN maupun PNP tegangan
antara emitor dan basis adalah Froward bias, sedangkan antara basis dan kolektor
adalah reverse bias.

Gambar 11. Transistor PNP dan NPN Didesain Dari Fungsi


Diode.

2.4.13 Multivibrator
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang mengeluarkan tegangan bentuk
blok. Sebenarnya MV merupakan penguat transistor dua tingkat yang di kopel
dengan kondensator, di mana output dari tingkat yang terakhir akan di kopelkan
dengan peram, sehingga kedua transistor itu akan saling menyumbat. MV ada
yang berguncang bebas (Free running) dan tersulut (triggering), ada 3 jenis MV:

1. Astabil Multivibrator
2. Monostabil Multivibrator
3. Bistabil Multivibrator.

Rangkaian yang mampu menghasilkan bentuk gelombang kotak yang


berasal dari suatu inputan ialah SCHMIT TRIGGER. Rangkaian ini banyak
dipakai pada sakelar elektronik, pembangkit gelombang simetris.

22
2.4.14 ATS – AMF
Automatic Transfer Switch (ATS) adalah alat atau rangkaian yang
berfungsi untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik satu sumber
dengan tegangan listrik lainnya secara otomatis. Atau bisa juga disebut Automatic
COS (Change Over Swtch).

Automatic Main Failure (AMF) berfungsi untuk menyalakan mesin


genset jika beban yang di layani kehilangan sumber energi listrik utama/PLN. Dan
meong-offkan mesin genset apabila energi utama /PLN sudah ada.

2.4.15 Pelampung Bensin (Fuel Gauge)


Pelampung bensin adalah alat yang menunjukkan seberapa penuh tangki
bahan bakar setelah di isi bahan bakar yang di tunjukan dengan sebuah indikator
pada speedometer. Masalah yang berhubungan dengan pelampung bensin:

1. Indikator bensin tidak berfungsi/tidak bergerak sama sekali meskipun


tangki bahan bakar terisi penuh.
2. Indikator bensin menunjukkan naik tetapi mentok di tengah.
3. Indikator bensin rusak.

2.4.16 Sensor Level Oli (Pressure Sensor Oil)


Pressure sensor oil adalah alat pendeteksi tekanan, baik tekanan berupa
udara, air, oli atau steam, tekanan udara dihasilkan oleh kompresor, tekanan air
dihasilkan oleh pompa air, tekanan oli dihasilkan oleh pompa oli atau hidraulic
unit, sedangkan tekanan steam dihasilkan dari boiller atau sisa pembakaran
generator dan lain-lain.

2.4.16.1 Cara Kerja Sensor Level Oli


Sistem kerja proteksi oli pada saat mesin ON proteksi oli juga bekerja
(ON) pelampung oli siap mendeteksi kurangnya oli pada batas yang di tentukan
55 ml hingga 150 ml sudah melewati batas deteksi jadi sehingga itu pelampung
oli mendeteksi bahwa oli mesin berkurang alarm berbunyi terus menerus dan
lampu indikator nyala, pengaturan ini mempengaruhi cara kerja sensor, contoh

23
sensor di atur pada setting rendah, maka ketika ada pres atau level yang
berkurang, maka sensor sudah dapat bekerja, begitu pun sebaliknya.

2.4.17 Sensor Resistive Temperatur Detector (RTD)


Berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang
sebanding dengan perubahan suhu namun resistive temperatur detector (RTD)
lebih presisi dan memiliki keakurasian dan kestabilan yang lebih tinggi jika di
bandingkan dengan thermistor PTC.

2.4.17.1 Cara Kerja Resistive Temperatur Detector (RTD)


Cara kerja Resistive Temperatur Detector (RTD) ketika mesin generator
beroperasi atau bekerja selama 6-8 jam hingga 24 beroperasi maka suhu mesin
akan panas dan Resistive Temperatur Detector (RTD) bekerja mendeteksi panas
mesin ketika panas melewati batas maksimum yang di tentukan maka itu juga
alarm berbunyi atau nilai suhu yang muncul pada lcd digital akan muncul ketika
suhu naik.

2.4.18 Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang di pakai sebagai sikut pemutus
dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lain. Transistor dapat berfungsi sebagai kran listrik, di mana berdasarkan
baut input (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik
yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Di mana transistor memiliki 3
terminal yaitu basis (B), Emitor (E) dan kolektor (C). Tegangan yang di satu
terminalnya misalnya emitor dapat di pakai untuk mengatur arus dan tegangan
yang lebih besar dari pada arus input basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia


elektronik modern, dalam rangkaian analog transistor di gunakan sebagai
amplifier (penguat), rangkaian analog melingkup pengeras suara sumber listrik
stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital
transistor di gunakan sebagai sakar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga

24
dapat di rangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic Gate, memori
dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.

2.4.18.1 Cara Kerja Transistor


Pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar junction transistor (BJT
atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET) yang masing-masing
bekerja secara berbeda.

Disebut transistor bipolar karena kanal konduksi utamanya menggunakan


dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik.
Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas
dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan
kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya mengg8unakan satu jenis


pembawa muatan (elektron atau oke, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus
listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di
kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar di mana daerah basis
memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat
diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan
kanal konduksi tersebut.

25
III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1 Waktu Pelaksanaan

NO Bulan – Kegiatan Keterangan


Tahun
1 5-10-2018 Proposal judul Seminar
2 5-1-2019 Pembuatan tangki bahan bakar
cadangan
3 6-12019 Pemasangan pelampung bahan
bakar
4 28-3-2019 Perancangan sistem proteksi oli
5 30-3-2019 Perakitan alat elektronika pada
papan PCB/Ice
6 8-4-2019 Uji coba alat pada oli dan bahan
bakar
7 16-4-2019 Perakitan kembali ATS AMF ke
genset
8 26-4-2019 Perakitan sistem proteksi suhu
9 15-5-2019 Uji coba proteksi bahan bakar Berhasil
10 29-5-2019 Uji coba proteksi oli Berhasil
11 12-6-2019 Uji coba proteksi suhu Berhasil
12 15-6-2019 Penulisan Bab IV dan Bab V
13 19-6-2019 Seminar hasil
14 21-6-2019 Ujian akhir

26
3.1.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian di kabupaten Manokwari Provinsi Papua barat yang
bertempat di laboratorium kelistrikan gedung teknik Universitas Papua.
3.2 Alat dan bahan
Ada pun alat dan bahan yang di gunakan :
1. Proteksi Oli
a. Generator Set
b. Relay DC 12 volt
c. Resistor 1 K
d. Transistor SC9013
e. Buzzer
f. Pelampung
g. Pipa pelampung
h. Kabel penghubung
i. Papan PCB
j. Lampu alarm

2. Proteksi Bahan Bakar

a. Relay DC 12 volt
b. Resistor 1 K
c. Transistor SC9013
d. Buzzer
e. Pelampung bahan bakar
f. Tangki bahan bakar

3. Proteksi Suhu

a. Sensor suhu Resistive Temperatur Detector (RTD)


b. Relay AC 220 volt
c. Lampu indikator
d. Themperature controller

4. Alat Tambahan

27
a. Kabel penghubung
b. Solder timah
c. Box panel
d. Pipa spiral
e. Bor listrik
f. Gurinda

5. Bahan ATS

a. Magnetik kontraktor SN-25


b. Relay
c. Time delay relay
d. Tombol tekan
e. Sakelar pilih/selektor switch
f. Miniatur circuit breaker (MCB)
g. Lampu indikator
h. Generator set

5. Bahan AMF

a. Relay
b. Push Buton
c. Lampu indikator
d. Resistor
e. Transistor
f. Intergrator circuit NE 55
g. Fuse
h. PCB
i. Kapasistor
j. Accumulator

28
3.3 Flow Chart Penelitian

START

OFF PLN

AUTOMATIC
ATS-AMF

ON GENSET

AUTOMATIC
DECISION

PROTEKSI
PROTEKSI PROTEKSI
BAHAN
OLI BAKAR
SUHU

SUHU
PELAMPUNG PELAMPUNG
50 ML 1600 ML
PANAS
90˚C

LAMPU &
LAMPU
BUZZER

END

Gambar 12. Flow Chart Penelitian.

29
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Rancang bangun proteksi bahan bakar bensin.


2. Rancang bangun proteksi oli.
3. Rancang bangun proteksi suhu genset.
4. Menguji coba rangkaian proteksi.
5. Pengambilan data analisis.

3.5 Variabel Pengamatan


Pengamatan penulisan dalam penelitian ini yaitu :

1. Berhasilnya menguji coba masing-masing proteksi.


2. Pengoperasian proteksi bahan bakar.
3. Pengoperasian proteksi oli.
4. Pengoperasian proteksi suhu.

30
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rangkaian Sistem ATS-AMF


AMF (Automatic Main’s Failure) terdiri dari 2 blok yang masing-masing
blok terdiri dari IC 555 dan 1 buah transistor BD 140 blok pertama yang mana
fungsinya untuk meng-offkan stater pada saat mesin genset sudah on. Dan fungsi
blok yang kedua untuk mematikan atau meng-offkan genset pada saat listrik PLN
sudah mengambil alih supply listrik ke beban. Selain komponen IC dan transistor
ada 6 buah komponen relay. Yang mana relay pertama R1 (ON) berfungsi untuk
meng-onkan kunci kontak, relay 2 (R2) berfungsi untuk bersama IC 1 dan
transistor 1 untuk meng-offkan stater pada saat mesin genset sudah ON, relay 3
(R3 st) berfungsi untuk meng-stater mesin genset, relay 4 (R4) berfungsi bersama
IC 2 dan transistor 2 untuk meng-offkan mesin genset pada saat listrik PLN sudah
mengambil alih listrik ke beban,relay 5 dan 6 berfungsi sebagai mode pilihan
otomatis AMF, manual AMF dan meng-offkan pilihan.
ATS (Automatic Transfer Swicht) terdiri dari 2 buah kontaktor yang mana
kontaktor pertama (K1 MC) berfungsi sebagai kontak utama penghubung supply
listrik PLN dan beban dan juga sebagai rangkain kontrol, pemberi sensor ke AMF
dan juga sebagai kontak interlock pada rangkain kontrol genset. Kontaktor ke 2
(K2 GC) berfungsi sebagai kontak utama penghubung supply listrik genset dan
beban juga sebagai rangkain kontrol, dan sebagai kontak interlock pada rangkaian
kontrol PLN. Ada 2 buah relay yang mana relay 1 (R1 AC) berfungsi untuk
mendeteksi tegangan PLN untuk meng-onkan kontaktor K1 NC, sebaliknya relay
2 (R2 AC) berfungsi untuk mendeteksi sinyal tegangan genset untuk meng-onkan
kontaktor k2 GC.

4.1.1 Prinsip Kerja ATS-AMF


1. Dalam keadaan normal artinya load di supply oleh PLN, arus listrik
mengalir dari meter PLN – swicth K1 NC (ON) – Load.
2. Dalam keadaan darurat, artinya PLN OFF (K1 NC OFF), secara otomatis
AMF memerintahkan engine genset untuk di start dan ON/hidup generator

31
mengeluarkan tegangan (voltage), secara otomatis pula swicth K2 GC ON
sekarang load di dapat dari genset.
3. Jika PLN ON kembali, kurang lebih 30 detik. AMF memerintahkan K2
GC OFF dan sesudah itu meng-onkan K1 NC, genset off.

4.1.2 Cara Kerja AMF dan ATS


AMF rangakaian kontrol yang terdiri dari rangkain elektronika dan relay-
relay 12 volt Dc, dengan kegunaanya sebagai pemberi perintah untuk start stop
genset jika PLN off dan PLN on kembali/AMF mendapat sensor dari incoming
PLN dan incoming genset, dengan tegangan masukan 12 volt DC yang bersumber
dari baterai genset. Dalam keadaan normal PLN on-Load dapat dari genset dan
jika PLN on kembali – di tunggu 30 menit – K2 GC off – automatic transfer K1
MC on K2GC off dan sesudah itu genset stop.

4.1.3 Cara Mengoperasikan Panel ATS-AMF


Cara pengoperasian PB-10 dengan cara menekan, berarti non-aktifkan
AMF dan ditandai dengan lampu (L10) menyala.
Pengoperasian automatic ATS-AMF dengan cara menekan PB 8, ditandai
dengan lampu (L8) menyala, dan saklar pilih di putar kekanan pada posisi Auto
(Automatic), dan jika PLN tegangan tersedia, lampu (L2) menyala secara
automatis, maka supply tegangan beban berasal dari PLN ditandai dengan lampu
(L1) menyala, jika listrik PLN padam, secara otomatis kunci kontak genset ON
ditandai dengan lampu (L5) menyala dan selanjutnya secara otomatis engine
genset start ditandai dengan lampu (L6) menyala. Jika tegangan sudah tersedia
dari genset ditandai dengan lampu (L3) menyala dan secara otomatis supply
tegangan ke beban di tandai dengan lampu (L4) menyala, dan sementara beban
supply tegangan berasal dari genset tegang PLN kembali ON, maka ditandai
dengan lampu (L2) menyala dan dalam kurun waktu 30 detik supply tegangan
yang berasal dari genset terputus ditandai dengan lampu (L4) padam, sesudah itu
mesin genset otomatis padam dan secara otomatis meng-onkan supply tegangan
PLN ke beban, ditandai dengan lampu (L1) menyala.

32
4.2 Bagian-bagian Pada Alat Proteksi Oli
Sistem proteksi oli ini menggunakan alat-alat yang di pakai untuk
mendeteksi kurangnya oli generator (genset), desain alat dan bahannya:

2,2 cm
61,99

0.7 cm
25,32
12,50
1 cm

1,2 cm
28,91
5,5 cm
132,86
94,75
4 cm
1,9 cm
22,00

1,919,89
cm

1,5 cm
47,00

Gambar 13. Desain Alat


Proteksi Oli.

Keterangan:

A : Pelampun tinggi 1,9 cm, lebar 1,2 cm

B : Pipa besi atas tinggi 0,9 cm, lebar 2,2 cm

C : Pipa besi bawah tinggi 1,5 cm, lebar 1,9 cm

D : Besi plat tinggi 4 cm, lebar 1 cm

E : Tinggi alat proteksi oli 5,5 cm

33
4.2.1 Rancang Bangun Proteksi Oli
Rancangan rangkaian proteksi oli genset pada mesin Honda 5500 untuk
menangani kerusakan fatal pada mesin genset, dan menangani kekeringan oli pada
mesin genset. Sistem kerja proteksi oli pada saat mesin ON proteksi oli juga
bekerja (ON) pelampung oli siap mendeteksi kurangnya oli pada batas yang di
tentukan 55 ml hingga 150 ml sudah melewati batas deteksi jadi sehingga itu
pelampung oli mendeteksi bahwa oli mesin berkurang alarm berbunyi terus
menerus dan lampu indikator nyala dan oli tersisa 945 ml,maka perhitungan
55ml/1000mlx100=5.5% sisa oli.

Gambar 14.Alat proteksi Oli.

Rancang bangun proteksi terdiri dari relay DC 12 volt sebagai


saklar/switch menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan kontak
saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power), di mana Normally
close (NC) yaitu kondisi awal sebelum di aktifkan akan selalu berada di posisi
close atau tertutup sedangkan Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum di
aktifkan akan selalu berada posisi open atau terbuka, posisi NC Normally close ke
kaki transistor SC9013 atau emitor untuk mengunci relay, sedangkan kolektor (C)
sebagai negatif,resistor 1 k berfungsi untuk pembagi tegangan dengan nilai

34
tegangan keluaran dari rangkaian pembagi ini akan terpecah atau terbagi sesuai
nilai resistor yang ada.

+ 12
VDC

Sensor
oli

- 12 VDC

Gambar 15. Rangkaian Proteksi Oli.

4.2.3 Prinsip Kerja Alat


Prinsip kerja proteksi oli ini memiliki 2 kabel positif (+) negatif (-) yang
bekerja sebagai aliran DC untuk mendeteksi pelampung oli ketika bersentuhan
kabel positif di alat proteksi ini menggunakan kabel NYA panjangnya 7cm dan
kabel negatif memakai kabel tembaga yang biasanya di pakai untuk motor listrik
panjangnya 13 cm yang di lingkari pada pipa besi ukuran 5/8 dengan lebar 2,2 cm
dan tinggi alat proteksi ini 5,5 cm, posisi pelampung terlindungi oleh pipa besi
ukuran ½ lebar 1,9 cm, Tinggi 1,5 cm agar pelampung tidak masuk pada bagian
mesin generator, pelampung oli ini menggunakan pipa galvalon dan di bungkus
dengan aluminium foil dengan ukuran lebar pelampung 1,2 cm tinggi 1,9 cm,
kabel positif (+) negatif (-) terhubung ke rangkaian proteksi yang ada di panel
box, posisi generator (genset) beroperasi (ON) maka rangkaian proteksi oli
bekerja pada saat mesin generator mengalami kekurangan oli pelampung
mengenai kabel positif (+) negatif (-) yang berada pada bagian bawah pelampung,
setelah pelampung mendeteksi kurangnya oli maka lampu 1 indikator warna

35
merah akan menyala pada alarm (buzzer) akan berbunyi terus menerus yang
menandakan bahwa generator (genset) mengalami kekurangan oli dan mesin harus
di padamkan.

4.3 Rancang Bangun Proteksi Bahan Bakar


Rancangan rangkaian proteksi bahan bakar generator set (genset) untuk
mengetahui kekurangan bahan bakar pada saat mesin beroperasi agar mesin tetap
stabil dan hidup. Sistem kerja proteksi bahan bakar pada saat generator (ON),
proteksi bekerja (ON) maka pelampung bahan bakar sebagai kunci utama untuk
mendeteksi kurangnya bahan bakar pada saat generator bekerja, ketika bahan
bakar berkurang atau terpakai 4450 ml pelampung bekerja dan alarm akan terus
menerus berbunyi dan pilot lampu mati.

Gambar 16. Alat Proteksi Bahan Bakar.

Rancang bangun proteksi bahan bakar menggunakan relay 12 volt DC


sebagai saklar/switch menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan
kontak saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power), di mana
Normally close (NC) yaitu kondisi awal sebelum di aktifkan akan selalu berada di
posisi close atau tertutup sedangkan Normally Open (NO) yaitu kondisi awal
sebelum di aktifkan akan selalu berada posisi open atau terbuka, posisi NC
Normally close ke kaki transistor SC9013 atau emitor untuk mengunci relay,
sedangkan kolektor (C) sebagai negatif, resistor 1k berfungsi untuk pembagi

36
tegangan dengan nilai tegangan keluaran dari rangkai pembagi ini akan terpecah
atau terbagi sesuai nilai resistor yang ada.

+ 12
VDC

Sensor
Bahan
bakar

- 12 VDC
Gambar 17. Rangkaian Proteksi Bahan Bakar.

4.3.1 Bagian Pada Alat Proteksi Bahan Bakar


Sistem proteksi ini menggunakan pelampung sepeda motor mio sporty untuk
mengetahui tingginya bahan bakar dan rendah bahan bakar atau kurangnya bahan
bakar, sensor tinggi bahan bakar tidak dapat menghasilkan tegangan sendiri tetapi
menghasilkan perubahan nilai resistansi apabila ketinggian bahan bakar
mengalami perubahan. Perubahan ini selanjutnya menyebabkan perubahan besar
tegangan yang di hasilkan sensor, perubahan resistansi ini dapat bernilai positif
(nilai resistansi R2 bertambah) sehingga tegangan keluaran dari sensor (Vo)
meningkat atau negatif (nilai resistansi berkurang) yang berarti tegangan keluaran
sensor (Vo) berkurang. Perubahan tegangan ini yang di manfaatkan untuk
mengetahui ketinggian bahan bakar dan rendahnya bahan bakar.

37
Gambar 18. Desain Alat Proteksi Bahan Bakar.

Keterangan:
a : Pelampung motor mio sporty
b : Indikator mesin elektrik.

4.3.3 Prinsip Kerja Alat Proteksi Bahan Bakar


Prinsip kerja alat pada proteksi bahan bakar ini menggunakan pelampung
sepeda motor Mio sporty di mana pelampung sebagai sensor untuk mendeteksi
bahan bakar pada saat berkurang, kurangnya bahan bakar pada saat mesin
beroperasi agar menghindari kerusakan mesin generator (genset) atau mesin tidak
mati pada saat beroperasi maka sistem proteksi berperan untuk menjaga agar
mesin tetap stabil, ketika bahan bakar berkurang pelampung akan turun di batas
550 ml alarm (buzzer) akan berbunyi dan lampu indikator 2 warna hijau nyala
yang menandakan bahwa bahan bakar berkurang tetapi mesin tidak mati di
karenakan proteksi membatasi sisa bahan bakar 550 ml, jadi 550 ml / 5000 ml x
100 = 11% sisa bahan bakar, pelampung (proteksi bahan bakar) akan naik ke
permukaan dan alarm (buzzer) tidak berbunyi maka lampu mati kembali.

38
4.4 Rancang Bangun Proteksi Suhu
Rancang rangkaian proteksi suhu generator set (genset) untuk mencegah
mesin terlalu panas (overheating). Sistem kerja suhu pada mesin generator (ON)
termistor bekerja (ON) mendeteksi panas saat mesin beroperasi sebagai proteksi
ketika mesin beroperasi selama 48 menit suhu mesin 74,6˚C dengan
menggunakan beban 2 buah kipas yang masing-masing dayanya 90 watt, 1
dispenser 350 watt, dan speaker 2x100 watt jadi total daya yang terpakai 730
watt, selama 1 jam beroperasi suhu naik 85,6˚C sedangkan Resistive Temperatur
Detector (RTD) membaca suhu panas mesin 80.0˚C lewat dari batas yang di
tentukan lampu indikator 3 akan menyala hingga panas mencapai 90˚C maka
mesin akan mati dengan sendirinya.

Gambar 19. Alat Proteksi Suhu.

Rancang bangun proteksi suhu menggunakan relay 220 volt AC sebagai


saklar/switch menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan kontak
saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power), di mana Normally
close (NC) yaitu kondisi awal sebelum di aktifkan akan selalu berada di posisi
close atau tertutup sedangkan Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum di
aktifkan akan selalu berada di posisi open atau terbuka, posisi NC Normally close
sedangkan LCD temperatur controller sebagai alat pengendali suhu dan pemutus
ketika genset panas berlebihan.

39
Generator
(genset)

Relay
RTD 220V AC

Lampu
kuning
Temperature
controller

Gambar 20. Rangkaian Proteksi Suhu.

4.4.1 Bahan Proteksi Suhu


4.4.1.1 Relay 220 Volt AC
Fungsi relay ini sebagai sakelar yang dapat aktif apabila di beri arus listrik
pada coil magnetiknya, relay AC memiliki coil atau lilitan kawat yang berfungsi
apabila lilitan tersebut di aliri tegangan kerja power, akan berubah menjadi
magnet untuk menarik tuas agar menempel pada coil. Tuas yang terhubung
dengan terminal output NC (normally close) akan berpindah ke terminal output
NO (normally open) dan ketika tidak ada power maka tuas akan kembali ke posisi
awal karena menggunakan pelat yang memiliki kelenturan baik yang dapat
menjangkau antara kedua jarak terminal. Oleh karena itu relay memiliki rumah
yang dapat melindungi gangguan dari luar terhadap sistem kerjanya.

4.4.1.2 Temperatur Controller


Fungsinya untuk mengontrol suhu proses tanpa keterlibatan operator yang
luas, sistem control atau control system temperatur bergantung pada controller,
yang menerima sensor suhu seperti terkopel atau sebagai masukan. Ini
membandingkan suhu sebenarnya untuk kontrol suhu yang di inginkan atau
setpoint dan menyediakan output untuk mengontrol element. Controller

40
merupakan salah satu bagian dari sistem kontrol keseluruhan dan seluruh sistem
harus dianalisi dalam memilih kontrol yang tepat.

Gambar 21. Alat Themperature


Controller.

4.4.1.5 Sensor Suhu Resistive Themperatur Detector (RTD)

Gambar 22. Resistive Themperature


Detector (RTD).

Berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang


sebanding dengan perubahan suhu namun resistive temperatur detector (RTD)
lebih presisi dan memiliki keakurasian dan kestabilan yang lebih tinggi jika di
bandingkan dengan thermistor PTC.

4.4.2 Prinsip Kerja Alat Proteksi Suhu


Prinsip kerja alat proteksi suhu ini ketika generator (genset) ON rangkaian bekerja
temperatur controller mengontrol suhu dari resistive temperatur detector (RTD)
sebagai alat yang mendeteksi suhu panas pada mesin generator (genset) jika mesin

41
beroperasi resistif temperatur detector (RTD) bekerja dan temperatur controller
membaca panas pada layar LCD muncul angka suhu, jika panas pada generator
(genset) melebihi 90˚C lampu indikator warna kuning akan menyala dan relay
memutuskan hubungan ke generator (genset) seketika itu juga mesin berhenti
dengan sendirinya di karenakan panas mencapai 90˚C yang di tentukan.

42
+ 12 VDC
IC
K2GC PB1 0
R1 R2 R4
R3

R6M
C2 R6M

R5A R6M C1
R1ON
C4
R1 ON
PB6
C3 PB8

R6M
Q2 PB9
R5A
Q1

R5A
R1AC R6M R5A

PB5
K2GC PB7
R5A

L6 L7
R1ON R2 L8
R4 L9 L10
R3 R5A R6M
L5

R4

- 12 VDC

Gambar 23. Rangkaian Proteksi Oli, Bahan Bakar, dan AMF.

43
Gambar 24. Rangkaian Proteksi Oli, Bahan Bakar, Suhu dan ATS.

44
Gambar 25. Tampak Depan Panel Proteksi.

45
Gambar 26. Tampak Bagian Dalam Panel Proteksi.

46
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa
perancangan sistem proteksi pada generator (genset) yang melibatkan tiga sistem
proteksi yaitu :

1. Proteksi bahan bakar hasil rancang bangun bekerja pada saat level bahan
bakar tersisa 11%.
2. Proteksi oli hasil rancang bangun bekerja pada saat oli tersisa 5.5%.
3. Proteksi suhu di rancang untuk menghindari panas lebih (Overheating) agar
mesin generator (genset) tetap stabil memerlukan system proteksi suhu ketika
generator (genset) beroperasi selama 1 jam, suhu naik 85,6˚C, sedangkan
Resistive Temperatur Detector (RTD) mendeteksi suhu panas mesin 80.0˚C
lewat dari batas yang di tentukan lampu indikator akan menyala hingga
panas mencapai 90˚C maka mesin akan mati dengan sendirinya.
4. Mengoperasikan ATS-AMF maka secara otomatis dari ketiga sistem proteksi
yaitu proteksi bahan bakar, oli dan suhu aktif secara bersamaan.

5.2 Saran
Saran dari hasil penelitian yang dilakukan adalah:

1. Mengembangkan sistem proteksi ini agar dapat di tingkatkan menjadi


berbasis komputerisasi sehingga dapat melihat berapa lama oli atau bahan
bakar atau temperatur suhu dapat bertahan saat mesin beroperasi melalui
sistematik digital.
2. Mengembangkan sistem proteksi suhu memakai timer waktu ketika genset
panas dan mesin padam timer waktu berfungsi buat genset hidup secara
otomatis jika mesin dingin.
3. Mengembangkan sistem proteksi dengan menggunakan alarm (buzzer)
yang dapat menyala secara bergantian ketika sistem proteksi memberikan
signal peringatan untuk pengecekkan alat.

47
Daftar Pustaka

Abadi, K. J. (2019, Oktober 2018). Sistem Peringatan Tekanan Oli Rendah.


Diambil kembali dari JURNAL:
https://cvkaryajayaabadi.wordpress.com/sales-spare-part-services-mesin-
tempel-outboard-motors-suzuki-marine-sistem-peringatan-tekanan-oli-
rendah/
Abdullah, A. (2019, Mei 30). Proteksi panas lebih pada generator berbasis smart
relay. Diambil kembali dari LAPORAN SKRIPSI:
https://id.123dok.com/document/zlr276oz-proteksi-panas-lebih-pada-
generator-berbasiskan-smart-relay.html
Abrianto, N. (2019, Februari 9). Alat Pengaman Arus Lebih, Temperatur dan
Level Bahan Bakar Pada Genset berbasis AT89S51. Diambil kembali dari
KARYA ILMIAH - SKRIPSI:
Alat%20pengaman%20arus%20lebih,%20temperatur,%20dan%20level%2
0bahan%20bakar%20pada%20genset%20berbasis%20AT89S51%20_%20
Nugroho%20Abrianto.html
Cahyo, R. N. (2019). AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN
AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) BERBASIS PLC OMRON
SYSMAC CPM2A. LAPORAN TUGAS AKHIR, 2-3.
Herliana, D. (2019, Mei 26). Rancang Bangun Automatic Transfer Switch (ATS)
dan Automatic Main Failure AMF) PLN-Genset Berbasis Zelio Smart
Relay. Diambil kembali dari SKRIPSI: https://docplayer.info/31263202-
Rancang-bangun-automatic-transfer-switch-ats-dan-automatic-main-failur-
amf-pln-genset-berbasis-zelio-smart-relay.html
Kelabora, D. (2018). Rancangc Main's Failure (AMF) Elektronika Genset
Kapasitas 5 KW. Bangun Rangkaian Automatic Transfer Switch (ATS) -
Automat. SKRIPSI, 2-10.
Ningrum, D. L. (2019, Mei 6). Pengaruh tekanan panas di ruang generator
terhadap kelelahan tenaga kerja di unit generator MAK di PT. Indo
Acidatama Tbk. Kemiri Kebak Kramat Karanganyar. Diambil kembali
dari LAPORAN KHUSUS: https://docplayer.info/63161226-Laporan-
khusus-oleh-dyah-listia-ningrum-nim-r.html.

48
Lampiran

49
50
51

Anda mungkin juga menyukai